PENDAHULUAN
Pada lanjut usia sering terjadi masalah “empat besar” yang memerlukan
perawatan segera, yaitu : imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan
inkontinensia. Bagi lanjut usia masalah inkontinensia merupakan masalah yang
tidak menyenangkan (Watson, 2003). Masalah inkontinensia tidak disebabkan
langsung oleh proses penuaan, pemicu terjadi inkontinensia pada lanjut usia
adalah komdisi yang sering terjadi pada lanjut usia yang dikombinasikan dengan
perubahan terkait usia dalam sistem urinaria (Stanley & Beare, 2007).
Masalah yang sering dijumpai pada lanjut usia adalah inkontinensia urin.
Inkontinensia urin merupakan keluarnya urin yang tidak terkendali dalam waktu
yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya yang akan
menyebabkan masalah sosial dan higienis penderitanya. Selain masalah sosial dan
higienis inkontinensia urin mempunyai komplikasi yang cukup serius seperti
infeksi saluran kemih, kelainan kulit, gangguan tidur, problem psikososial seperti
depresi, mudah marah dan terisolasi (Setiati, dkk, 2007). Inkontinensia urin
merupakan masalah yang belum terselesaikan pada lanjut usia. Inkontinensia pada
lanjut usia dapat menimbulkan masalah baru bagi lanjut usia, oleh karena itu
inkontinensia memerlukan penatalaksanaan tersendiri untuk dapat diatasi
(Purnomo, 2008).
1
Masalah kesehatan utama pada usia lanjut merupakan gabungan dari
kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,
sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
3. Macam-Macam Diagnosis ?
4. Macam-Macam Terapi ?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara individu, seseorang disebut sebagai usia lanjut jika telah berumur
60 tahun keatas di negara berkembang atau 65 tahun ke atas di negara maju.
Diantara usia lanjut yang berumur ke atas di kelompok lagi menjadi young old
(60-69 tahun), old (70-79 tahun) dan old-old (80 tahun ke atas).
3
Masa klimakterium sebelum menopause disebut pramenopause dan
sesudah menopause disebut pasca menopause, kliaterium sulit ditentukan awal
masanya.klimaakterium berakhir kira-kiraa 6-7 tahun sesudah menopause. Pada
saat ini kadar hormon estrogen telah rendah yang sesuai dengan keadaan senium.
Dengan demikian klimakterium lamanya lebih kurang 13 tahun.
Jumlah flikel dalam ovarium pada waktu lahir lebih kurang 750.000 buah,
pada waktu menopause tinggal beberapa ribu dan falikel yang tersisa ini lebih
resisten terhadap rangsan onadotropin. Dengan demikian, siklus ovarium yang
terdiri dalam pertumbuhan folikel, ovalasi kemudian pembentukan korpus luteum
lambat laun berhenti. Pada 25% perempuan usIa 40 tahun siklus menstruasai tidak
disertai ovulasi atau anovulator.
2.1.2 Senium
2.2.1 Menopause
4
1. Penurunan sirkulasi estrradiol secara bertahap dan kadar estrogen darah
sangat rendah setelah ovarium berhenti. Estrogen utama setelah
menopause adalah estron yang berasal dari konversi adrenal di jaringan
perifer.
2. Peningkatan sirkulasi gonadotropin, follicle stimulating hormone (FSH)
akibat hilangnya efek umpan balik negatif estrogen.
3. Amenore akibat tidak adanya stimulasi endometrium oleh hormon-hormon
steroid ovarium. Gambaran klinis dari estroge dapat berupa gangguan
vasomotorik, gangguan psikitis, gangguan somatik dan gangguan siklus
mentruasi.
2.2.2 Pramenopause
2.3 Diagnosis
5
2.3.1 Pengukuran kepadatan tulang.
Rasa panas di dada yang menjalar ke wajah (hot flush). Sering timbul pada
malam hari dan terjadi hanya beberapa menit saja, tetapi kadang-kadang
dapat sampai satu jam. Gejala hot flush semakin lama semakin berkurang
dan hilang setelah 4-5 tahun pasca menopause. Gejala vasomotor yang lain
adalah keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam
telinga, tekanan darah tidak stabil, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari
atrofi dan gangguan usus. Gangguan lain yang dapat timbul adalah
gangguan psikis, gangguan somatic dan gangguan siklus menstruasi.
6
2. Dampak jangka menengah
1) Atrofi uregenital
a. Kekeringan vagina yang menyababkan dispareunia, yang kemudian
akan menurunkan libido. Vagina terasa kering dan gatal, mudah luka,
sering keputihan, nyeri waktu sanggama atau perdarahan pasca
sanggama.
b. pH vagina meningkat dan vagina rentan terhadap infeksi bakteri karena
terjadi penurunan kolonisasi laktobasil.
c. Insidensi disuria, frekuensi, urgensi dan inkontensia meningkat seiring
bertambahnya usia dan karena atrofi serta berkurangnya jaringan
kolagen disekitar leher kandung kemih.
2) Perubahan kulit
Kulit menjadi tipis, kering dan keriput karena kehilangan jaringan kolagen
dari lapisan dermis kulit, rambut mudah rontok, kuku rapuh, gigi mudah
goyang dan gusi mudsh berdarah, bibir menjadi pecah-pecah serta trasa
sakit dan ngilu didaerah persendian.
3) Gangguan mata
Mata terasa kering dan kadang-kadang terasa gatal karena produksi air
mata berkurang.
3. Dampak jangka panjang
a. Osteoporosis didefinisikan oleh WHO sebagai “penyakit tulang sistemik
progresif yang ditandai oleh berkurangnya massa tulang dan
memburuknya mikroarsitektur jaringan tulang”. Pada perempuan,
kepadatan tulang mencapai puncaknya pada usia pertengahan 30-an dan
setelah itu menurun secara secara perlahan sampai terjadi akselerasi
penurunan pesat massa tulang setelah menopause. Secara alami perempuan
mempunyai tulang yang kurang padat dari pada laki-laki dan resiko fraktur
osteo-porosis seumur hidup lebih dari dua kali. Keadaan osteoporosis
dipengaruhi ras, menopause premature, sosok yang kecil dan rampng dan
dipercepat oleh kurangnya asupan zat kalsium, sinar matahari, kurang
7
aktivitas fisik dan olah raga, merokok, minim alkohol dan penggunaan
kortikosteroid, misalnya pada penderita asma dan lupus.
b. Penyakit jantung koroner. Berkurangnya esterogen dapat menurunkan
kadar kolestrol baik (high density lipoprotein, HDL) dan meningkatkan
kolestrol tidak baik (low density lipoprotein, LDL) yang meningkatkan
resiko penyakit jantung koroner pada perempuan.
c. Kepikunan (dimensia tipe Alzheimer). Penurunan kada esterogen juga
berpengaruh terhadap susunan saraf pusat yang menyebabkan sulit
berkonsentrasi, kehilangan ingatan terhadap peristiwa jangka pendek,
gelisah, sulit tidur, depresi sampai kepikunan tipe Alzheimer.
2.4 Terapi
8
Pemakaian sulih hormone estrogen tanpa imbangan secara substansial
meningkatkan resiko kanker endometrium. Penambahan progestogen
kedalam regimen estrogen mengurangi resiko kanker endomatrium
c. Terapi sulih hormone tanpa menstruasi :
1. Terapi sulih hormone kombinasi continue
2. Pemberian harian secara terus menerus estrogen dan progestron
menyebabkan atrivi endometrium dan aminore. Obat ini cocok
diberikan pada perempuan yang sudah tidak mendapat menstuasi
paling sedikit satu tahun.
3. Tibolone steroid sintetik yang memiliki efek estrogenic,
progestogenic, dan androgenic lemah. Diberikan terbatas pada
perempuan yang sudah tidak mengalami menstruasi paling sedikit
satu tahun.
9
e. Endometriosis : dapat mengalami kekambuhan oleh sulih estrogen
tapi bergantung pada jumlah residu penyakit. Pemberian
progestogen sebagai tambahan dapat mengurangi resiko
kekambuhan.
f. Riwayat infark miokardium (IM) atau cerebrovascular accident
(CVA) . Setelah 3 sampai 6 bulan berlalu TSH dapat diberikan
dengan pengawasan ketat.
g. Kanker : TSH tidak menimbulkan efek pada sebagian besar kanker.
10
Pemeriksaan
Lama pemakaian: tidak ada aturan yang pasti. Untuk mengatasi gejala-
gejala menopause akut sebagian besar perempuan memerlukan terapi
selama 3 sampai 5 tahun.. untuk mencegah osteoporosis pada perempuan
berusia lanjut, terapi perlu dilanjutkan tanpa batas tetapi harus
dipertimbangkan terhadap resiko kanker payudara.
11
1. Keluhan seksual : libido atau keinginan seksual berkurang dan
gangguan ereksi
2. Kekuatan otot menurun akibat menurunnya metabolism protein,
oksidasi lemak, peningkatan timbunan lemak dan penurunan masa otot
dibandingkan dengan umur lebih muda.
3. Osteoporosis yang dapat diperberat oleh penggunaan alkohol,
penggunaan kortikosteroid, penuaan dan faktor genetic, osteoporosis
pada laki-laki tidak sebanyak pada perempuan.
4. Kepikunan (demensia tipe Alzheimer). Akibat penurunan kadar
testosteron daya ingat dan fungsi kognitif terpengaruh. Pada kondisi
berat terjadi kepikunan.
1. Penurunan libido
2. Kekurangan tenaga atau lemah
3. Penurunan kekuatan dan ketahanan otot
4. Penurunan resiko badan
5. Berkurangnya kenyamanan dan ketenangan hidup
6. Sedih atau sering marah tanpa sebab yang jelas
7. Berkurangnya kemampuan ereksi
8. Kemunduran kemampuan olahraga
9. Tertidur setelah makan malam
10. Penurunan kemampuan bekerja.
Jika ada keluhan nomer 1 dan 7 atau beberapa kombinasi dari 4 atau lebih
maka laki-laki dikatakan sudah andropause.
12
2.5.3 Cara Mencegah Dampak Negatif Andropause
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan semua perubahan yang dialami oleh kelompok usia lanjut dan
dampak negative yang dapat ditimbulkan dari perubahan tersebut maka sudah
sepantasnya kelompok usia lanjut memerlukan perhatian khusu dalam
memenuhi kebutuhan dasar sehari-harinya baik dari tenaga
medis,paramedic,maupun keluarga.
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15