OLEH :
kelas : 3 A
B. Etiologi
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yag berbeda, yaitu bilateral atau unilateral dan
diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan
90 % kasus yang diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%.Penyebabnya
adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker
bisa menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan
kelainan yang diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata
dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).
C. Manifestasi klinis
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor
dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan
memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous seeding)
yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata , akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau
hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui
nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis
jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning
mengkilat, dapat menonjol kebadan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe
preaurikular dan submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan
infeksi virus. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di
bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya.
Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata
kelihatan juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat
tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan
pada kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi
penyakit retinoblastoma.
D. Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus
yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior
mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus
optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan metastasis jauh kesumsum
tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat
menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris
tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan submandibula
serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutati.
E. Klasifikasi Stadium
Menurut Reese-Ellsworth, retino balastoma digolongkan menjadi
- golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang ekuator
- Golongan II
Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
- Golongan III
Beberapa lesi di depan ekuator
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
- Golongan IV
Tumor multiple sebagian besar > 10 dd
Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata
- Golongan V
Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina
Penyebaran ke vitreous
Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat
utama dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
- Derajat I intraokular
tumor retina.
penyebaran ke lamina fibrosa.
penyebaran ke ueva.
- Derajat II orbita
Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsi.
Nervous optikus.
F. Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan
local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis ekstrokular,
regional, dan metastatic.
1. Jenis terapi
- Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk
retinoblastoma. Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha
prosedur ini, untuk meminimalkan efek kosmetik.
- External beam radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi
merupakan terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar
dengan dosis 40-45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina.
- Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang
makin sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma.
- Kryo atau fotokoagulasi
Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan
dapat diambil..
- Modalitas yang lebih baru
- Kemoterapi
G. Komplikasi
-Glaukoma
- Katarak
- Kebutaan
- Antropi Mata
H. Pemeriksaan Penunjang
+ Oftalmoskopi mata
+ Ultrsonografi
+ Foto fundus
I. Pengkajian Teoritis
- Identitas Klien
- Pekerjaan Klien
- Riwayat Kesehatan Masa Lalu
- Riwayat kesehatan Sekarang
- Riwayat Kesehatan Keluarga
- Pengkajian Terselubung Mata
- Nervus II ( Optikus )
J. Diagnosa Teoritis
1. Biodata
a. Identitas klien meliputi nama, umur : sering terjadi padaa aanak-anakdi bawah 2
tahun, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa
medis.
b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,
pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
c. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan dengan
klien, dan status kesehatan.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan saat ini juga, alasan kenapa masuk rumah sakit
3. Riwayat kesehatan
Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata tepatnya pada
retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga, misalnya ada anggota
keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.
4. Pemberian Sistem
a. Aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala: palpitasi.
Darah merah terang pada tisu, feses hitam. Darah pada urine, penurunan haluaran urine.
d. Integritas ego
e. Makanan/cairan
f. Neurosensori
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal, kram otot.
h. Pernapasan
i. Keamanan
Tanda: demam, infeksi. Kemerahan, purpura, perdarahan retinal, perdarahan gusi, atau
epistaksis. Pembesaran nodus limfe, limpa, atau hati (sehubungan dengan invasi jaringan)
Papil edema dan eksoftalmus.
j. Seksualitas
k. Penyuluhan/pembelajaran
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri, penyebab dan hal-hal yang dapat meradakan nyeri
b. Berikan balutan mata untuk mengurangi pergerakan mata dan mengurangi nyeri yang
diakibatkannya.
c. Berikan analgetik dan antibiotik sesuai terapi yang diperintahkan
g. Bantu pasien untuk belajar melakukan koping dan menyesuaikan diri terhadap situasi
4. Implementasi
Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan sebelumnya.
5. Evaluasi