Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN KELUHAN LOW BACK PAIN PADA PEKERJA KONVEKSI

DI DESA BANGSRI KECAMATAN KARANGPANDAN

Ipop Sjarifah
Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret
Email: ipopsyarifah@gmail.com

Abstrak

Perkembangan industri modern di Indonesia tidak cukup dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk, sehingga
masih banyak orang yang bekerja di sektor industri informal seperti industri konveksi yang dikelola secara
individu. Prevalensi Low Back Pain (LBP) di Indonesia sebesar 18%. Prevalensi LBP meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia, yang mendominasi pekerja di industri konveksi. Low Back Pain adalah sindrom nyeri yang
terjadi di daerah punggung bawah yang dialami oleh pekerja konveksi sehingga menjadi salah satu indikasi
masalah kesehatan kerja. Penelitian ini menggunakan metode analisis observasional dengan sampel 55 pekerja.
Risiko keluhan Low Back Pain sebagian besar ditemukan pada pekerja berusia 47-54 tahun dengan persentase
4,4%, dan pada pekerja jenis kelamin perempuan dengan persentase 52,72%. Keluhan Low Back Pain risiko
sedang paling banyak terdapat pada pekerja umur 47-54 tahun dengan persentase 4,4 % dan jenis kelamin
perempuan, frekuensinya lebih banyak dibandingkan dengan total pekerja jenis kelamin laki-laki dengan jumlah
frekuensi 29 dan persentasenya sebesar 52,72%. Dalam teori Tarwaka (2015), menyebutkan kemampuan otot
wanita lebih rendah dibandingkan dengan kekuatan otot pria. Studi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pemerintah untuk membuat program upaya kesehatan kerja sektor informal untuk memantau kesehatan pekerja
industri informal untuk mengurangi morbiditas terkait tenaga kerja.

Kata Kunci: Low Back Pain; Kesehatan kerja; Industri Informal

REVIEW OF LOW BACK COMPLAINTS IN CONVECTION WORKERS IN THE


VILLAGE OF BANGSRI IN KARANGPANDAN SUB-DISTRICT

Ipop Sjarifah
Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret
Email: ipopsyarifah@gmail.com

Abstract
The development of modern industries in Indonesia is not sufficient compared to population growth, so there are
still many people working in the home industry sector such as the individual managed manufacturing industry.

1
Low Back Pain Prevalence (LBP) in Indonesia is 18%. Low Back Pain Prevalence (LBP) prevalence increases
with age, which dominates workers in the convection industry. Low back pain is a pain syndrome that occurs in
the lower back region experienced by convection workers so that it becomes one of the indications of
occupational health problems. The method used in this study is an observational analysis method with a
crossectional approach, with a sample of 55 workers. Moderate risk of low back pain complaints mostly found in
workers aged 47-54 years with a percentage is 4.4%. with female sex, the frequency is more than the total
number of male sex workers with a percentage of 52.72%. with female sex, the frequency is more than the total
number of male sex workers with a percentage of 52.72%. Frequency of workers with moderate risk of low back
pain complaints is mostly found in workers aged 47-54 years with a percentage is 4.4%, This means that the
physiological properties of muscles such as flexibility, contraction power, reflexes and conductivity of the
respondents are still in good condition. So that complaints of low back pain are still rare. female sex, the
frequency is more than the total number of male sex workers with a percentage of 52.72%. In the theory of
Tarwaka (2015), mentioning the ability of female muscles is lower compared to male muscle strength. This
study is expected to be an input for the government to create a program of informal sector occupational health
efforts to monitor the health of informal industry workers to reduce labor-related morbidity.

Keywords: Low Back Pain, Occupational Health, Informal Work Health

Pendahuluan usia dan paling sering terjadi pada usia


Di era globalisasi ini banyak dekade tengah dan awal dekade empat. 
teknologi modern berkembang pesat Penyebab LBP sebagian besar (85%)
khususnya dibidang industri. Industri adalah nonspesifik, akibat kelainan pada
modern di Indonesia yang merupakan jaringan lunak, berupa cedera otot,
Negara berkembang belum mencukupi ligamen, spasme atau keletihan otot.
dibandingkan pertumbuhan penduduknya, Penyebab lain yang serius adalah spesifik
sehingga masih banyak masyarakat yang antara lain, fraktur vertebra, infeksi dan
bekerja di sektor home industry, salah tumor. Nyeri punggung bawah adalah
satunya adalah home industry konveksi. Di suatu sindroma nyeri yang terjadi pada
salah satu daerah Kecamatan regio punggung bagian bawah dan
Karangpandan, Kabupaten Karanganyar merupakan work related musculoskeletal
Jawa Tengah di Desa Bangsri terdapat disorders. Hampir 80% orang berusia 20
beberapa home industry konveksi yang tahun ke atas pernah mengalami nyeri
dikelola perseorangan. punggang. Industri konveksi yang menjadi
Prevalensi Low Back Pain (LBP) di salah satu mayoritas mata pencaharian
Indonesia sebesar 18%. Prevalensi LBP masyarakat di kecamatan Karangpandan
meningkat sesuai dengan bertambahnya setelah petani, masih banyak hal mengenai

2
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang Low Back Pain adalah nyeri yang
belum diperhatikan di home industry dirasakan daerah punggung bawah, dapat
konveksi. Terdapat beberapa home industri merupakan nyeri lokal maupun nyeri
konveksi di Desa Bangsri dan dua radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa
diantaranya merupakan home industri diantara sudut iga terbawah sampai lipat
konveksi yang memiliki jumlah pekerja bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau
paling banyak 100 pekerja. Kegiatan home lumbosakral dan sering disertai dengan
industri konveksi terdiri dari membuat penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.
pola, memotong, menjahit, mengobras, Low Back Pain yang lebih dari 6 bulan
melipat, dan mempacking kedalam plastik disebut penyakit kronik (Tarwaka, 2014).
lalu mengikat dengan tali rafia. Low Back Pain atau nyeri punggung
Berdasarkan hasil observasi yang bawah merupakan rasa nyeri yang
dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2018, dirasakan pada punggung bawah yang
dari 16 pekerja terdapat 14 pekerja yang sumbernya adalah tulang belakang daerah
merasakan pegal-pegal dan nyeri pada spinal (punggung bawah), otot, saraf, atau
bagian leher, pundak, pinggang, punggung, struktur lainnya di sekitar daerah tersebut
tangan dan kaki. Rasa pengal dan nyeri (Suma’mur P.K., 2009). Menurut Dachlan
tersebut menjadi salah satu indikasi adanya (2009) dalam Tuti (2013) pada umumnya
gangguan Keselamatan dan Kesehatan keluhan low back pain sangat beragam,
Kerja (K3) berupa Low Back Pain (LBP) tergantung dari patofisiologi, perubahan
atau nyeri punggung bawah (Suma’mur biokimia atau biomekanik dalam discus
P.K.,2009). Berdasarkan hasil survei intervertebralis. Pola patofidiologi yang
wawancara adanya keluhan terhadap nyeri serupa dapat menyebabkan sindrom yang
punggung bawah dan gambaran mengenai berbeda dari masing-masing orang.
low back pain mampu mengakibatkan Sindrom nyeri muskuloskeletal yang dapat
kerugian bagi perusahaan maka, menjadi menyebabkan low back pain termasuk
alasan peneliti untuk mengetahui ada atau sindrom miofasial dan fibromialgia. Nyeri
tidaknya hubungan sikap kerja dengan miofasial khas ditandai oleh nyeri yang
keluhan low back pain pada Pekerja menekan ke seluruh daerah yang
Konveksi Di Desa Bangsri Karangpandan. bersangkutahn (trigger points), kehilangan
ruang gerak kelompok otot yang
Tinjauan Teoritis tersangkut (loss of range of motion) dan
1. Low Back Pain nyeri radikuler yang terbatas pada saraf
tepi. Keluhan nyeri sering hilang bila

3
kelompok otot tersebut diregangkan. kebanyakan low back pain disebabkan
Fibromialgia mengakibatkan nyeri yang oleh salah satu dari berbagai masalah
menekan ke daerah punggung bawah, muskuloskeletal misalnya regangan
kekakuan, rasa lelah, dan nyeri otot. lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen
Gejala nyeri punggung dapat sangat lumbosakral dan kelemahan otot,
berbeda dari satu orang ke orang lain. osteoartritis tulang belakang, stenosis
Gejala-gejala tersebut meliputi rasa kaku tulang belakang, masalah diskus
pada daerah punggung, nyeri, rasa baal intervertebralis, ketidaksamaan panjang
(mati rasa), kelemahan, kesemutan di sertai tungkai. Penyebab lainnya meliputi
perasaan tertusuk (Eleanor Bull, 2007). obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis,
Keluhan muskuloskeletal yang meliputi tumor retroperitoneal, aneurisma
low back pain dan gangguan tulang abdominal dan masalah psikosomatik.
belakang khususnya leher dan area Kebanyakan low back pain akibat
punggung bawah masih merupakan gangguan muskuluskeletal akan diperberat
masalah utama dari penyakit akibat kerja. oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat
Masalah tersebut menimbulkan angka keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh
ketidakhadiran kerja tertinggi dan sebagai aktifitas.
penyebab turunnya produktivitas karena
mengganggu kesehatan tenaga kerja (Choi 2. Faktor Penyebab Low Back Pain
et al,2009). Pekerjaan yang dapat a) Faktor Individu
menyebabkan low back pain adalah 1) Usia
pekerjaan mengangkat, membawa, Pada umumnya keluhan otot sekeletal
menarik atau mendorong beban berat atau mulai dirasakan pada usia kerja 25-65
dilakukan dengan posisi tubuh tidak alami tahun. Keluhan pertama biasanya
atau dipaksakan (Suma’mur P.K., 2009). dirasakan pada usia 35 tahun dan
Penyebab low back pain dalam bekerja tingkat keluhan akan terus meningkat
antara lain karena: (1) adanya pembebanan sejalan dengan bertambahnya umur. Hal
seperti mengangkat beban, membawa ini terjadi karena pada umur tersebut,
barang dan postur duduk atau berdiri yang kekuatan dan ketahanan otot mulai
menimbulkan perbedaan beban pada tulang menurun, sehingga resiko terjadi
punggung; (2) penggunaan alat kerja dan keluhan otot meningkat (Tarwaka,
tugas secara berulang; dan (3) peralatan 2014). Berdasarkan penelitian Betti’e
yang menimbulkan getaran. Menurut De et al (1989) dalam Basuki (2009)
Jong (2005) dalam Mayrika (2009) tentang kekuatan statik otot pria dan

4
wanita dengan usia 20-60 tahun yang melindungi tulang belakang (National
difokuskan pada otot lengan punggung Institute of Neurological Disordersand
dan kaki, menunjukkan bahwa kekuatan Stroke, 2011).
otot maksimal adalah pada usia 20-29 2) Jenis Kelamin
tahun dan akan menurun seiring dengan Laki-laki dan wanita bekerja dalam
bertambahnya usia. Menurut Riihimaki, kemampuan fisiknya. Kekuatan fisik
et al (1989) usia memiliki hubungan tubuh wanita rata-rata 2/3 dari pria.
yang kuat dengan keluhan sistem Poltrast menyebutkan wanita
muskuloskeletal teruama otot bahu dan mempunyai kekuatan 65% dalam
leher, beberapa ahli juga mengangkat di banding rata-rata pria.
mengungkapkan usia menjadi penyebab Hal tersebut disebabkan karena wanita
utama terjadinya keluhan otot mengalami siklus biologi seperti haid,
(Tarwaka, 2014). Seseorang dengan kehamilan, nifas, menyusui, dan lain-
usia lebih dari 30 tahun terjadi lain. Sebagai gambaran kekuatan wanita
degenerasi yang berupa kerusakan yang lebih jelas, wanita muda dan laki-
jaringan, pergantian jaringan menjadi laki tua kemungkinan dapat mempunyai
jaringan parut, pengurangan cairan. Hal kekuatan yang hampir sama (A.M.
tersebut menyebabkan stabilitas pada Sugeng Budiono, 2003). Walaupun
tulang dan otot menjadi berkurang. masih ada pebedaan pendapat dari
Dengan kata lain, semakin tua beberapa ahli tentang pengaruh jenis
seseorang, semakin tinggi risiko orang kelamin terhadap resiko keluhan otot
tersebut mengalami penurunan skeletal, namun beberapa hasil
elastisitas pada tulang yang menjadi penelitian secara signifikan menunjukan
pemicu timbulnya gejala keluhan nyeri bahwa jenis kelamin sangat
punggung bawah (Olviana dan mempengaruhi tingkat resiko keluhan
Wintoko, 2013). Pada usia lebih dari 30 otot. Hal ini terjadi karena secara
tahun terjadi perubahan pada postur fisiologi kemampuan otot wanita lebih
tubuh, degenerasi diskus vertebra, dan rendah dari pada pria (Tarwaka, 2014).
kerusakan jaringan sehingga cairan 3) Kebiasaan Merokok
mudah keluar dari dalam. Selain itu Perokok lebih beresiko terkena low
juga terjadi penyempitan rongga diskus back pain dibandingkan dengan yang
secara permanen serta hilangnya bukan perokok. Diperkirakan hal ini
stabilitas segmen gerak sehingga disebabkan oleh penurunan pasokan
menurunkan kemampuannya untuk oksigen ke cakram dan berkurangnya

5
oksigen darah akibat nikotin terhadap seseorang memiliki waktu istirahat yang
penyempitan pembuluh darah arteri. cukup dalam aktivitas sehari-harinya
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan maka memiliki risiko yang kecil
nyeri punggung karena perokok mengalami keluhan otot, begitupun
memiliki kecenderungan untuk sebaliknya. Berdasarkan penelitian
mengalami gangguan pada peredaran Cady, et al (1979) tingkat kesegaran
darahnya, termasuk ke tulang belakang tubuh yang rendah memiliki 7,1%
(Ruslan A Latif, 2007). Pengaruh risiko terjadi keluhan otot, tingkat
kebiasaan merokok terhadap resiko kesegaran tubuh yang sedang 3,2% dan
keluhan otot memiliki hubungan erat tingkat kesegaran tubuh yang tinggi
dengan lama dan tingkat kebiasaan sebesar 0,8%. Dapat disimpulkan
merokok. Semakin lama dan semakin bahwa kesegaran jasmani yang rendah
tinggi frekuensi merokok, semakin memilik risiko yang tinggi terhadap
tinggi pula tingkat keluhan otot yang terjadinya keluhan otot dan keluhan otot
dirasakan. Boshuizen et al. (1993) akan meningkat seiring dengan
menemukan hubungan yang signifikan bertambahnya aktivitas fisik (Tarwaka,
antara kebiasaan merokok dengan 2014).
keluhan otot. Kebiasaan merokok akan 5) Indeks Masa Tubuh (IMT)
dapat menurunkan kapasitas paru-paru Berat badan yang berada dibawah batas
yang diakibatkan adanya kandungan minimum dinyatakan sebagai kekurusan
karbonmonoksida sehingga kemampuan dan berat badan yang berada di atas
untuk mengkonsumsi oksigen menurun batas maksimum dinyatakan sebagai
dan sebagai akibatnya tingkat kesegaran kegemukan. Laporan FAO dan WHO
menurun. Apabila yanag bersangkutan tahun 1985 bahwa batasan berat badan
melakukan tugas yang menuntut normal orang dewasa ditentukan
pengerahan tenaga maka akan mudah berdasarkan Body Mass Index (BMI).
lelah karena kandungan oksigen dalam Di indonesia istilah ini diterjemahkan
darah rendah, pembakaran karbohidrat menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT).
terhambat, terjadi penumpukan asam IMT merupakan alat sederhana untuk
laktat, dan akhirnya timbul nyeri otot memantau status gizi orang dewasa
(Tarwaka dkk, 2014). khususnyaberkaitan dengan kekurangan
4) Kesegaran Jasmani dan kelebihan berat badan, maka
Tingkat keluhan otot dapat dipengaruhi mempertahankan berat badan normal
oleh tingkat kesegaran tubuh. Jika

6
dapat menghindari seseorang dari Posisi tubuh yang tidak alamiah dan
berbagai macam penyakit. cara kerja yang tidak ergonims dalam
waktu lama dapat menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan pada
b) Faktor Pekerjaan pekerja antara lain: rasa sakit pada
1) Beban Kerja tangan, kaki, perut, punggung,
Beban kerja adalah beban pekerjaan pinggang, dan sebagainya, gangguan
yang ditanggung oleh pelakunya baik gerakan pada bagian tubuh tertentu
fisik, mental, maupun sosial (kesulitan menggerakan kaki, tangan,
(Suma’mur PK, 1996). Sedangkan leher atau kepala). Selain itu hubugan
menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007) tenaga kerja dalam sikap dan
beban kerja adalah setiap pekerjaan interaksinya terhadap sarana kerja akan
yang memerlukan otot atau pemikiran menentukan efisiensi, efektivitas dan 20
yang merupakan beban bagi pelakunya, produktivitas kerja, selain Standard
beban tersebut meliputi beban fisik, Operating Procedures (SOP) yang
mental ataupun beban sosial sesuai terdapat pada setiap jenis pekerjaan
dengan jenis pekerjaanya. Beban kerja (A.M Sugeng Budiono, dkk., 2003).
yang berat akan membutuhkan kekuatan Sikap kerja yang tidak ergonomis dapat
tinggi pada sistem rangka, jika hal ini menyebabkan kelelahan dan cedera
berlangsung dalam waktu yang lama pada otot. Sikap kerja yang tidak
maka dapat timbul kerusakan atau alamiah adalah sikap kerja yang
gangguan degenaratif terutama di menyebabkan posisi bagian tubuh
daerah punggung bawah. Semakin berat bergerak menjauhi posisi alamiah.
beban yang diterima pekerja maka Misalkan saat melakukan pergerakan
semakin besar tenaga yang menekan tangan terangkat, maka semakin jauh
otot untuk menstabilkan tulang bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh
belakang yang akan menghasilkan maka semakin tinggi pula resiko
tekanan yang lebih besar pada tulang terjadinya keluhan otot skeletal
belakang sehingga mengakibatkan (Tarwaka, 2014).
gangguan muskuloskeletal pada daerah 3) Masa Kerja
tersebut (Lutmann Alwin, et al, 2003). Masa kerja merupakan lamanya seorang
bekerja dari pertama masuk hingga saat
2) Postur Kerja dilakukan penelitian. Tekanan fisik
dalam kurun waktu tertentu dapat

7
mengakibatkan penurunan kinerja otot contoh, pada saat tangan harus
dengan menimbulkan gejala rendahnya memegang alat, maka jaringan otot
gerakan. Menurut Hendra dan Suwandi tangan yang lunak akan menerima
Rahardjo (2009) pekerja yang memiliki tekanan langsung dari pegangan alat,
masa kerja >4 tahun memiliki risiko dan apabila hal ini sering terjadi dapat
gangguan muskuloskeletal 2,775 kali menyebabkan rasa nyeri otot yang
lebih besar dibanding pekerja dengan menetap (Tarwaka dkk, 2014).
masa kerja ≤ 4 tahun. Tekanan fisik 2) Getaran
pada kurun waktu tertentu akan Getaran adalah gerakan yang teratur
mengakibatkan kinerja otot menurun dari benda atau media dengan arah
dan timbul gejala makin rendahnya bolak-balik dari kedudukan
gerakan, tekanan yang terakumulasi tiap keseimbangannya (A.M Sugeng
hari akan memperburuk kesehatan dan Budiono, dkk., 2003). Getaran dengan
menyebabkan kelelahan klinis sehingga frekuensi tingi akan menyebabkan
terjadi kejenuhan pada otot dan tulang kontraksi otot bertrambah. Kontraksi
secara psikis maupun fisik dan dapat statis ini yang menyebabkan peredaran
mengakibatkan gangguan darah tidak lancar, penimbunan asam
muskuloskeletal (Koesyanto, 2013). laktat meningkat dan akhirnya timbul
rasa nyeri otot (Tarwaka, 2014).
c) Faktor Lingkungan Berdasarkan studi epidemiologi
1) Tekanan menunjukan bahwa pekerja yang
Tekanan merupakan salah satu faktor tangannya terpajan dengan alat yang
risiko yang dapat menyebabkan keluhan bergetar dalam jangka waktu yang
muskuloskeletal pada pekerja, hal ini cukup lama berhubungan dengan
dapat terjadi apabila jaringan otot yang gangguan fungsi tangan secara persisten
lunak mendapat tekanan langsung. (Diana Samara, 2012).
Sebagai contoh, saat pekerja memegang
alat maka jaringan otot tangan yang
3. Mekanisme Low Back Pain
lunak mendapat tekanan dari pegangan
Columna Vertebralis terdiri dari
alat, jika hal tersebut terjadi terus-
sejumlah tulang (yang disebut vertebra)
menerus maka dapat menyebabkan
yang berhubungan kokoh satu sama
keluhan muskuloskeletal yang menetap
lain, tetapi tetap dapat menghasilkan
(Tarwaka, 2014). Tekanan langsung
gerakan terbatas satu sama lain.
pada jaringan otot yang lunak. Sebagai

8
Columna Vertebralis merupakan sumbu tulang belakang tertekan ketika tulang
sentral dan melindungi korda spinalis belakang terluka (Ruslan A Latif, 2007
yang terdapat di dalamnya. Setiap
4. Pengendalian Low Back Pain
vertebra terdiri dari badan berbentuk
a) Eliminasi
silinder di bagian depan dan sebuah
Eliminasi dilakukan dengan
lengkung vertebra yang menjulur ke
menghilangkan sumber bahaya yang
belakang dan melingkari suatu ruang
ada. Hal ini jarang bisa dilakukan
(foramen vertebralis), tempat lewat
mengingat kondisi dan tuntutan
medula spinalis. Lengkung vertebra
pekerjaan yang mengharuskan untuk
mempunyai sebuah prosesus spinosus
menggunakan peralatan yang ada.
yang mengarah kebelakang dan ke
Tahapan yang dilakukan untuk
bawah dan dua prosesus transversus
menghilangkan penyebab bahaya jika
yang mengarah kelateral. Prosesus-
tidak memungkinkan dilakukan
prosesus ini merupakan tempat
tindakan eliminasi adalah dengan
perlekatan otot dan 18 ligamen. Pada
mengganti peralatan (substitusi),
permukaan bawah lengkung vertebra
pengendalian administrasi, dan
terdapat suatu ceruk (notch) untuk
penggunaan alat pelindung diri
tempat lewat saraf dan pembuluh darah
(Tarwaka, 2011).
spinalis. Setiap lengkung memiliki
empat prosesus artikular (dua diatas b) Substitusi

dan dua dibawah), yang berartikulasi Substitusi yaitu mengganti alat atau

dengan prosesus yang sesuai dari bahan lama dengan alat atau bahan baru

vertebra yang melekat. Badan-badan yang aman, menyempurnakan proses

vertebra yang melekat dihubungkan produksi dan menyempurnakan

satu sama lain dengan kokoh oleh prosedur penggunaan peralatan dalam

lempengan fibrokartilago yang disebut bekerja. Dalam kasus ini seharusnya

diskus intervertebralis. Setiap diskus dilakukan substitusi dan mengganti

terdiri dari cincin fibrokartilago di peralatan atau mesin kerja ataupun

bagian luar, sedangkan bagian mendesain ulang perankat kerja yang

dalamnya disebut nukleus pulposus. ergonomi bagi pekerja. Misalnya,

Bila cincin luar menjadi lemah, maka mengganti jenis kursi lama dengan kursi

nukleus pulposus dapat mengiritasi akar baru yang lebih ergonomis untuk

saraf di dekatnya sehingga mengurangi risiko pekerja mengalami

menimbulkan nyeri karena akar syaraf keluhan low back pain (Tarwaka, 2011).

9
c) Pengendalian Administrasi Pelatihan mengenai pencegahan
Bila alternatif kegiatan di atas belum risiko ergonomi seperti mengganti
dapat dilakukan, maka dilakukan posisi postur kerja mereka apabila
pengendalian secara administratif, posisi membungkuk terasa kurang
seperti prosedur, instruksi kerja, nyaman, misalnya setelah merasa
supervisi pekerjaan. Menurut Tarwaka lelah dengan posisi membungkuk
(2014), pengendalian administrasi dapat kemudian berdiri tegak, atau
dilakukan melalui tindakan sebagai bertukar posisi dengan pekerja lain,
berikut: seperti mengangkat atau
1) Pendidikan dan Pelatihan memindahkan barang. Sebaiknya
Pendidikan dan pelatihan diberikan melakukan gerakan peregangan
agar pekerja lebih memahami otot misalnya dengan pelatihan
lingkungan dan alat kerja sehingga gerakan streatching (Tarwaka,
diharapkan dapat melakukan 2014).
penyesuaian dan inovatif dalam
2) Pengaturan Waktu Kerja dan
melakukan upaya pencegahan
Istirahat yang Seimbang.
terhadap risiko sakit akibat kerja.
Pengaturan waktu kerja dan
Pendidikan mengenai cedera otot
istirahat yang seimbang, dalam arti
dan penyebabnya serta mengenai
disesuaikan dengan kondisi
risiko ergonomi terutama postur
lingkungan kerja dan karakteristik
dalam bekerja. Postur yang baik
pekerjaan, sehingga dapat
dalam bekerja adalah postur yang
mencegah paparan yang berlebihan
mengandung tenaga otot statis yang
terhadap sumber lainnya. Misalnya,
paling minimum atau secara umum
dengan cara mengatur jadwal rotasi
dapat dikatakan bahwa variasi dari
kerja pada pekerja dengan tuntutan
postur tubuh saat bekerja lebih baik
tugas yang berbeda dan pengaturan
dibandingkan dengan satu postur
istirahat secara bergiliran pada
saja saat bekerja. Sehingga pekerja
waktu tertentu untuk mengurangi
menjadi lebih memahami
risiko cidera pada pekerja. Prosedur
lingkungan dan alat kerja yang
bertujuan sebagai alat pengatur dan
ergonomis bagi mereka, dan dapat
pengawas terhadap bentuk
melakukan penyesuaian dalam
pengendalian bahaya dan risiko
melakukan upaya pencegahan
ergonomi, agar penerapan
terhadap risiko low back pain.

10
pengendalian bahaya potensial Hasil
dapat berjalan efektif Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik
3) Pengawasan yang Intensif pekerja di konveksi
Pengawasan yang intensif dapat
Karakteistik Frekuensi Persentase
dilakukan pencegahan secara lebih (N) (%)
dini terhadap kemungkinan Jenis
kelamin
terjadinya risiko akibat kerja. Perempuan 28 50,9
Tanggung jawab manajer, Laki-laki 26 47,2
Total 55
supervisor dan pekerja harus jelas
Umur
dinyatakan dalam prosedur responden
tersebut. Contohnya manajer (Tahun)
23-30 22 40
bertanggung jawab dalam desain 31-38 14 25,4
tempat kerja dan lingkungan kerja 39-46 5 9,09
47-54 4 7,27
telah sesuai dengan peraturan. Total 55 100,0
Supervisor bertugas mengawasi Masa kerja
(tahun)
pelaksanaan kegiatan pekerja.
<5 13 23,63
Pekerja bertanggung jawab untuk ≥5 42 76,36
Total 55 100,0
melaksanakan prosedur yang ada.
Sebagai gambaran, berikut ini
contoh tindakan untuk mencegah Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan

atau mengatasi terjadinya keluhan paling banyak pekerja yang berjenis

muskuloskeletal pada bagian kelamin perempuan yaitu sebanyak 28

kondisi atau aktivitas seperti pekerja (50,9%). Untuk karakteristik umur

berikut ini. diketahui umur responden yang paling


banyak adalah umur 23-30 tahun sebanyak

MetodePenelitian 22 pekerja (40%) sedangkan yang paling

Metode yang digunakan dalam kajian ini sedikit adalah umur 47-54 tahun hanya

adalah metode kajian analisis sebanyak 4 pekerja (7,27%). Pekerja

observasional untuk memperoleh dengan masa kerja lebih dari 5 tahun lebih

gambaran terjadinya keluhan low back banyak daripada yang bekerja hanya

pain pada pekerja di konveksi desa selama kurang dari 5 tahun yaitu sebanyak

bangsri, karangpandan dengan jumlah 42 pekerja (76,36%).

pekerja di konveksi sebanyak 55 pekerja Tabel 2. Distribusi pekerja berdasarkan


umur dan kejadian Low Back Pain

11
Umur Keluhan Low Back Total Pembahasan
(Tahun) Pain Frekuensi pekerja dengan keluhan
Rendah Sedang N (%) low back pain risiko sedang paling banyak
n (%) n (%) terdapat pada pekerja umur 47-54 tahun
23-30 15 35,6 2 2,2 17 37,8 dengan nilai frekuensi 9 dan persentasenya
31-38 10 22,2 2 2,2 12 24,4
39-46 5 15,6 6 4,4 11 20,0 adalah 4,4%, Hal ini berarti sifat-sifat
47-54 6 13,3 9 4,4 15 17,8 fisiologis otot seperti kelenturan, daya
Total 36 86,7 19 13,3 55 100
kontraksi, refleks dan daya hantar dari

Dilihat dari tabel diatas diketahui bahwa responden masih dalam keadaan baik.

frekuensi pekerja dengan keluhan low Sehingga keluhan low back pain masih

back pain risiko sedang paling banyak jarang terjadi. Seperti halnya yang

terdapat pada pekerja kisaran umur 47-54 diutarakan oleh Tarwaka (2015), bahwa

tahun dengan nilai frekuensi 9 dan keluhan pertama biasanya dirasakan pada

persentasenya adalah 4,4%. umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan

Tabel 3. Distribusi pekerja berdasarkan semakin meningkat seiring dengan

jenis kelamin dan kejadian Low Back berjalannya waktu. Dan jenis kelamin

Pain perempuan, frekuensinya lebih banyak


dibandingkan dengan total pekerja jenis
Jenis Keluhan Low Back Total
kelamin laki-laki dengan jumlah frekuensi
Kelamin Pain
Rendah Sedang N (%) 29 dan persentasenya sebesar 52,72%.
n (%) n (%)
Didalam teori dari Tarwaka (2015),
Perempu 1 18,1 1 34,5 2 52,7
0 8 9 4 2 menyebutkan kemampuan otot perempuan
an 9
Laki-laki 1 32,7 8 14,5 2 47,2 lebih rendah dibandingkan dengan
8 2 4 6 7 kekuatan otot laki-laki.
Total 5 86,7 6 13,3 5 100
5 5
Kesimpulan
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui Dari hasil kajian dapat disimpulkan
total pekerja dengan jenis kelamin bahwa frekuensi pekerja dengan keluhan
perempuan, frekuensinya lebih banyak low back pain risiko sedang paling banyak
dibandingkan dengan total pekerja jenis terdapat pada pekerja umur 47-54 tahun
kelamin laki-laki dengan jumlah frekuensi dengan nilai frekuensi 9 dan persentasenya
29 dan persentasenya sebesar 52,72%. adalah 4,4%, Hal ini berarti sifat-sifat
fisiologis otot seperti kelenturan, daya

12
kontraksi, refleks dan daya hantar dari seperti konseling atau penyuluhan
responden masih dalam keadaan baik. keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Sehingga keluhan low back pain masih pada pekerja informal termasuk pekerja
jarang terjadi. Seperti halnya yang konveksi sehingga dapat meminimalkan
diutarakan oleh Tarwaka (2015), bahwa penyakit akibat kerja terutama Low
keluhan pertama biasanya dirasakan pada Back Pain (LBP).
umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan 2. Bagi pemilik usaha sebaiknya
semakin meningkat seiring dengan menyediakan fasilitas kerja yang
berjalannya waktu. Dan jenis kelamin ergonomi sehingga pekerja dapat
perempuan, frekuensinya lebih banyak bekerja dengan nyaman dan dapat
dibandingkan dengan total pekerja jenis menghindari resiko kerja.
kelamin laki-laki dengan jumlah frekuensi 3. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan
29 dan persentasenya sebesar 52,72%. penelitian lebih lanjut mengenai
Banyak penelitian yang menanggapi hubungan antara postur tubuh dengan
mengenai jenis kelamin terhadap keluhan keluhan Low Back Pain (LBP) dengan
low back pain. Jenis kelamin responden menggunakan metode lain seperti
yang didapatkan dari hasil penelitian, rancangan penelitian case control dan
menunjukkan mayoritas responden perlu melakukan penelitian terhadap
berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 Low Back Pain (LBP) secara tepat agar
orang dari 45 orang yang menjadi hasil lebih akurat dan baik lagi.
responden. Didalam teori dari Tarwaka 4. Bagi pekerja konveksi di desa Bangsri
(2015), menyebutkan kemampuan otot Karangpandan agar bekerja dengan
perempuan lebih rendah dibandingkan postur tubuh baik agar terhindar dari
dengan kekuatan otot laki-laki. Kajian ini Low Back Pain (LBP). Selain itu perlu
diharapkan dapat menjadi masukan bagi melakukan peregangan otot atau
pemerintah untuk membuat program upaya olahraga ringan disela-sela waktu kerja
kesehatan kerja sektor informal guna dan segera berobat ke dokter jika
memantau kesehatan pekerja industri keluhan nyeri punggung semakin berat.
informal guna menekan angka kesakitan
akibat kerja. Daftar Pustaka
Agnia, Agin Darojatul. 2017. Pemetaan
Saran Keluahan Muskuloskeletal
1. Bagi Puskesmas setempat, diharapkan Disorder Berdasarkan Faktor
memberikan pelayanan kesehatan

13
Resiko Pekerjaan Pekerja Ergonomi dan Aplikasi di Tempat
Produksi Bakso CV Unique Kerja. Surakarta:Harapan Press
Mandiri Perkasa Bekasi. Fakultas Kementerian Kesehatan Republik
Kedokteran dan Ilmu Indonesia. 2017. Germas -
Kesehatan:Universitas Islam Gerakan Masyarakat
Negri Syarif Hidayatullah. Hidup Sehat. Warta Kesmas. Edisi 01.
Egy, dkk.2017.Peningkatan Budaya http://www.kesmas.kemkes.go.id/
Kerja Sehat dengan Segomimik assets/upload/dir_519d41d8cd98f
(Senam Ergonomis dan Musik). 00/files/ warta-kesmas-edisi-01-
Universitas Airlangga: Surabaya 2017_752.pdf (diakses 20
Riningrum,Hanif.2016. Pengaruh Sikap November 2018)
Kerja, Usia, dan Masa Kerja Kementerian Kesehatan Republik
terhadap Keluhan Subjektif Low Indonesia. 2016. GERMAS
Back Pain pada Pekerja Bagian Wujudkan Indonesia Sehat.
Sewing Garment PT.Apac Inti http://www.depkes.go.id/article/vi
Corpora Kabupaten Semarang. ew/16111500002/germas-
Fakultas Ilmu Kesehatan wujudkan-indonesia-sehat.html.
Masyarakat:Universitas (diakses 20 November 2018).
Semarang.
Tarwaka,dkk.2014. ergonomic Industri.
Dasar-dasar Pengetahuan

14

Anda mungkin juga menyukai