Anda di halaman 1dari 67

SKRIPSI

PERANCANGAN INSTALASI GENSET


DI GEDUNG WORLD TRADE CENTRE II
JAKARTA

Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Dalam Mencapai Gelar


Sarjana Strata Satu (S1)

Disusun Oleh :

Nama : Suherman
NIM : 41405120039
Jurusan : Teknik Elektro
Peminatan : Teknik Tenaga Listrik
Pembimbing : Dr. Ir. Hamzah hilal, MSc

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2010
i
LEMBARAN PENGESAHAN
PERANCANGAN INSTALASI GENSET
DI GEDUNG WORLD TRADE CENTRE II
JAKARTA

Disusun Oleh :

Nama : Suherman
NIM : 41405120039
Program Studi : Teknik Elektro
Peminatan : Teknik Tenaga Listrik

Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing Skripsi Koordinator Skripsi

( Dr. Ir. Hamzah Hilal, MSc) ( Ir.Yudhi Gunadi, MT)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Elektro

( Ir. Yudhi Gunadi, MT )

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Suherman
NIM : 41405120039
Jurusan : Teknik Elektro
Fakultas : Teknologi Industri
Universitas : Mercu Buana
Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya buat ini adalah hasil karya saya sendiri dan
tidak menjiplak dari karya orang lain. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Tugas Akhir
ini merupakan plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia
mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di
Universitas Mercu Buana.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Penulis

Suherman

iii
ABSTRAK

Gedung Wolrd Trade Center II merupakan central perkantoran dan menerapkan konsep
Green building. Oleh karena itu maka untuk pensuplyan daya sangat diperhatikan,
supaya aliran daya listrik tetap terjaga jangan sampai padam. Selain menyiapkan genset
sebagai cadangan sumber listrik, penyedian energi listrik di gedung World Trade Center
II disuplai pula melalui dua sumber tenaga listrik PLN yaitu dari daerah Karet dan
daerah Gunung Sahari hal ini untuk menjaga bila terjadi pemadaman sumber daya
listrik dari PLN daerah yang satu masih dapat mensuplai sumber daya listrik PLN dari
daerah yang lain .
Gedung World Trade Center memerlukan energi listrik yang utama untuk
penerangan ruangan-ruangan tertentu, seperti: ruang kantor, ruang data, corridor, parkir,
restoran, retail dan ruang utility. Ruangan-ruangan ini penting untuk kegiatan yang terus
berlangsung terutama ruangan data yang yang memerlukan sumber daya listrik 24 jam.
Berdasarkan pada hal diatas, agar ruangan-ruangan tersebut tetap mendapat suplai
energi listrik, maka dibutuhkan cadangan listrik sebagai back-up sebagai suplai
cadangan utama yaitu genset. Genset merupakan salah satu alternatif sumber tenaga
listrik cadangan untuk gedung ini dengan daya kecil sampai beban daya menengah.
Salah satu sebab kenapa diesel generator di pilih sebagai sumber tenaga listrik cadangan
adalah mudah pemasangannya dan tidak membutuhkan ruang operasi yang luas.
Perancangan instalasi genset banyak hal yang harus di perhatikan untuk menjaga instalasi
aman, mudah pengoperasionalnya dan sesuai yang di harapkan yaitu harus sesuai dengan
peraturan dan standar yang berlaku.

iv
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan syukur alhamdulillah yang sebesarbesarnya kepada Allah


SWT atas segala karunia, rezeki dan kasih sayang yang telah diberikan-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini ini pada waktunya dengan baik yang berjudul :
’PERANCANGAN INSTALASI GENSET DI GEDUNG WORLD TRADE CENTER II
JAKARTA’.

Dalam pelaksanaan dan pembuatan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Tanpa menghilangkan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan, motivasi, arahan dan dorongan dari banyak pihak, terutama
keluarga, dosen pembimbing, rekan sejawat, dan pimpinan perusahaan. Pada kesempatan ini saya
sampaikan banyak terima kasih kepada :

a. Umi di rumah yang sangat di hormati, paling dicinta dan disayang, terimakasih telah
memberikan dukungan doa, kapanpun dan dimanapun, kasih sayang dan segala-
galanya yang penulis ingin sekali membalas kebaikannya, tetapi belum bisa
membalasnya, bapak yang telah almarhum, mudah-mudahan amal ibadahnya di
terima oleh Allah SWT dan anakmu selalu mendo’akan..
b. Bapak dan ibu mertua yang meberikan dukungan dan do’a.
c. Istri dan anak yang tersayang yang telah mendampingi dan memberikan motivasi,
dukungan dan do’a.
d. Ibnu Sina Muslim, semoga menjadi orang yang soleh berguna bagi agama, bangsa,
negara, keluarga dan lingkungannya.
e. Dr. Ir. Hamzah Hilal, MSc selaku pembimbing Tugas Akhir
f. Bapak Ir. Yudhi Gunadi MT selaku ketua program studi Teknik Elektro
g. Seluruh Dosen Program Studi Teknik Listrik Universitas Mercubuana
h. Seluruh keluarga besar Universitas Mercubuana
i. Teman-teman dari Kelas Karyawan Mercu Buana terutama jurusan Teknik Tenaga Listrik
serta teman-teman angkatan 8). Kebersamaan bersama kalian merupakan suatu kenangan dan
perjuangan menuju ke kesuksesan bagi penulis.
j. Bapak Handy Sudarta dan bapak Tri Samodro selaku pimpinan perusahaan yang
memberikan dukungan dana dan kesempatan selama ini.

v
Atas segala bantuannya, semoga Allah SWT. memberikan pahala yang layak. Pihak-
pihak lain yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir yang tidak
mungkin disebutkan semuanya disini. Sekali lagi penulis mengucapkan banyak terima kasih yang
tak terhingga Semoga Allah SWT membalas atas semua kebaikan dan bantuan dari semua
dengan sesuatu yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
perancangan dan pembuatan Tugas Akhir ini ini, oleh karena itu besar harapan penulis untuk
menerima saran dan kritik dari para pembaca, semoga buku ini dapat memberikan manfaaat bagi
para mahasiswa Universitas Mercubuana pada umumnya dan dapat memberikan nilai lebih untuk
para pembaca pada khususnya.

Jakarta, Pebruari 2010

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN................................................................................................... iii

ABSTRAK…................................................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ v

DAFTAR ISI................................................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH.............................................................. 1
1.2. TUJUAN PENULISAN................................................................................... 1
1.3. PERUMUSAN MASALAH .......................................................... 2
1.4. PEMBATASAN MASALAH........................................................................ 2
1.6. METOLOGI PENULISAN............................................................................. 2
1.7. SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................................................ 3
BAB II KOMPONEN UTAMA CATU DAYA PADA GEDUNG................... 4
2.1. GENERATOR.................................................................................................. 4
2.1.1 Pengertian Generator .............................................................................. 4
2.1.2 Cara Kerja Generator ............................................................................... 5
2.1.3 Sistem – Sistem Pendukung pada Generator.…................................. 6

vii
2.2. MESIN DESEL................................................................................................ 8
2.2.1 Pengertian Mesin diesel........................................................................... 8
2.2.2 Cara Kerja Mesin Diesel......................................................................... 8
2.3. AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) DAN AUTOMATIC 11
TRANSFER SWITCH (ATS) ........................................................................ 11
2.3.1 Pengertian AMF dan ATS..................................................................... 11
2.3.2 Cara Kerja AMF dan ATS .................................................................... 12
2.4. BATTERY DAN BATTERY CHARGER.................................................. 12
2.5. PENGAMAN UNTUK PERALATAN ...................................................... 13
2.5.1 Sekering .................................................................................................... 13
2.5.2 MCB (Mini CircuitBreaker).................................................................. 14
2.5.3 MCCB (Moulded Case Circuit Breaker )............................................. 15
2.5.4 ACB ( Air Circuit Breaker)..................................................................... 16
2.5.5 Accessories Circuit Breaker.................................................... 16
2.5.6 TOLR (ThermalOver Relay )................................................................. 18
2.5.7 Kontaktor ................................................................................................. 19
2.5.8. Relay Pengaman ...................................................................................... 19
2. 6. SISTEM PENGAMAN.................................................................................. 20
2.7. AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR) ................................. 21
2.8. PANEL GENSET........................................................................... 21
2.8.1 Panel ATS/AMF..................................................................... 22
2.8.2 Panel AC dan Panel DC.......................................................... 22
2.8.2.1 Panel AC..................................................................... 22
2.8.2.2 Panel DC..................................................................... 22
2.8.3 Panel ACOS.............................................................................................. 23
BAB III PERANCANGAN GENSET............................................................................... 25
3.1. DESKRIPSI PERANCANGAN .................................................... 25
3.2. MENENTUKAN RATING PENGAMAN KELUARAN ............. 29
3.3. PENENTUAN ARUS HUBUNG SINGKAT............................................. 29
3.4 PENGHANTAR REL .................................................................. 30
3.5. PENGHANTAR INSTALASI............................................... 32
3.5.1 Busduct....................................................................................................... 32
3.5.1.1. Umum........................................................................................ 32

viii
3.5.1.2. Konstruksi Busduct................................................................... 32
3.5.1.3. Joint ............................................................................................ 33
3.5.1.4. Plug In Unit .............................................................................. 33
3.5.2 Pemilihan Luas Penampang Penghantar ............................... 35
3.5.2.1. Kemampuan Hantar Arus (KHA) ......................................... 35
3.5.2.2.Jatuh Tegangan........................................................... 35
3.5.2.3. Kabel Penyulang Genset............................................ 36
3.6. BANGUNAN RUANG GENSET.................................................. 36
3.6.1. Lokasi ................................................................................... 36
3.6.2. Konstruksi Bangunan .......................................................... 36
3.6.3. Kebutuhan Ruang ................................................................ 36
3.6.4. Ventilasi Udara..................................................................... 36
3.6.5. Perlengkapan Pemadam Api ................................................ 37
3.6.6. Lampu Untuk Pelayanan Darurat ......................................... 37
3.7. INSTALASI GENSET................................................................... 37
3.7.1. Suplai Bahan Bakar .............................................................. 37
3.7.2. Sistem Pembuangan Gas ….………………........…..…...... 37
3.7.3. Pendingin ……………………….….……….............…..... 38
3.7.4. Pemasangan .......................................................................... 38
3.8 PENATAAN PANEL KONTROL GENSET ( PKG ).................. 38
3.9 PENTANAHAN ........................................................................... 39
3.10 METODE PENGOPERASIAN GENSET .................................... 40
BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA.................................................................... 44
4.1. MENGHITUNG RATING PENGAMAN KELUARAN GENSET...... 44
4.2. MENGHITUNG KEMAMPUAN HANTAR ARUS KELUARAN 44
GENSET..........................................................................................................
4.3. MENGHITUNG RATING PENGAMAN KELUARAN BEBAN....... 44
4.4. MENGHITUNG KEMAMPUAN HANTAR ARUS KELUARAN
BEBAN............................................................................................................ 45
4.5. MENGHITUNG JATUH TEGANGAN PENGHANTAR ..................... 45
4.6. MENGHITUNG ARUS HUBUNG SINGKAT PADA PENGAMAN
KELUARAN GENSET........................................................................ ....... 45
4.7. MENGHITUNG KAPASITAS PENGHANTAR REL............................ 46

ix
4.8. MENGHITUNG PENTANAHAN................................................ 49
4.9. MENENTUKAN DIMENSI PANEL KONTROL GENSET . ..... 49
4.10. MENENTUKAN DIMENSI RUANGAN GENSET ............................. 49
4.11. ANALISA PERANCANGAN...................................................................... 49
4.11.1. Kemampuan Daya Genset .................................................................. 49
4.11.2. Kemampuan Pengaman ....................................................................... 50
4.11.3. Kemampuan Penghantar ..................................................................... 50
4.11.4. Panel dan Ruang Genset yang di butuhkan ......................... 50
BAB V PENUTUP...................................................................................................................... 52
5.1. Kesimpulan............................................................................................................ 52
5. 2 Saran....................................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 54

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data perhitungan Beban Listrik.............................................................. 25


Tabel 3.2 Kapasitas Genset & Transformator......................................................... 27
Tabel 3.3 Daftar pembebanan penghantar kontinu tembaga penampang m2........ 31
Tabel 3.4 Karateristik Listrik Busduct....................................................................................... 34

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konstruksi generator berkutub dalam........................................................................... 5


Gambar 2.2 Sistem bahan bakar.......................................................................................................... 7
Gambar 2.3 Cara kerja Mesin Diesel.................................................................................................. 9
Gambar 2.4 Diagram proses kerja AMF dan ATS........................................................................... 11
Gambar 2.5 180px-Simple_Charger ................................................................................................... 12
Gambar 2.6 Karakteristik sekering...................................................................................................... 13
Gambar 2.7 Konstruksi MCB (a) dan bagian-bagian MCB (b)...................................................... 14
Gambar 2.8 Konstruksi MCCB........................................................................................................... 15
Gambar 2.9 Konstruksi ACB............................................................................................................... 16
Gambar 2.10 Konstruksi TOLR........................................................................................ 18
Gambar 2.11 Simbol kontak-kontak..................................................................................................... 19
Gambar 2.12 Konstruksi kontaktor........................................................................................................ 19
Gambar 2.13 Panel ATS/AMF............................................................................................................... 21
Gambar 2.14 Mimic panel AC/DC....................................................................................................... 23
Gambar 2.15 Mimic panel ACOS......................................................................................................... 24
Gambar 3.1 Arus gangguan ac pada salah satu fasa dari mesin sinkron......................... 29
Gambar 3.2 Feeder Busduct................................................................................................................. 34
Gambar 3.3 Ruang Pelayanan dan ruang bebas sekitar PHB (PUIL 2000 ayat 6.2.2) 39
Gambar 3.4 Metoda Starting Genset................................................................................ 40
Gambar 3.5 Rangkaian Battery Charger.......................................................................... 41
Gambar 3.6 Hubungan Generator dengan Penggerak Mula............................................ 42
Gambar 4.1 Arus yang Mengalir pada Rel penghantar Panel kontrol Genset yaitu kondisi 1
dan kondisi 2...................................................................................................................... 48

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.Gambar A1 Diagram satu Garis Panel Kontrol Genset (PKG).


Lampiran A.Gambar A2 Konstruksi Panel Kontrol Genset (PKG).
Lampiran A.Gambar A3 Lantai Bawah Ruang Genset.
Lampiran A.Gambar A4 Lantai Atas Ruang Genset.
Lampiran A.Gambar A5 Potongan Ruang Genset.
Lampiran Circuit breaker Air Circuit Breaker (ACB).
Lampiran Circuit breaker Moulded Case Circuit Breaker (MCCB).
Lampiran Spesifikasi Genset.
Lampiran SCM Busduct.
Lampiran Kartu Asistansi.

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Suplai daya listrik dari PLN sangat berpengaruh terhadap penyediaan energi listrik bagi
masyarakat. Energi listrik dari PLN, tidak selalu continue dalam penyalurannya. Suatu
saat pasti terjadi pemadaman dari PLN.
Suplai energi listrik sangat diperlukan oleh perkantoran dalam menjalankan
aktifitasnya. Gedung World Trade Centre II Jakarta merupakan merupakan pusat
perkantoran yang akan dibangun berdekatan dengan gedung World Trade Centre I di
Jalan Jendral Sudirman .
Gedung World Trade Center II akan di rencanakan memiliki catu daya
cadangan, sehingga suplai daya listrik tidak tergantung pada PLN. Gedung ini
merupakan central perkantoran dan menerapkan konsep Green building. Oleh karena itu
maka untuk pensuplyan daya sangat diperhatikan, supaya aliran daya listrik tetap
terjaga jangan sampai padam. Selain menyiapkan genset sebagai cadangan sumber
listrik, penyedian energi listrik di gedung ini disuplai pula melalui dua sumber tenaga
listrik yaitu PLN dari daerah Karet dan daerah Gunung Sahari hal ini untuk menjaga
bila terjadi pemadaman sumber daya listrik dari PLN daerah yang satu masih dapat
mensuplai sumber daya listrik PLN dari daerah yang lain .
Gedung World Trade Center II memerlukan energi listrik yang utama untuk
penerangan ruangan-ruangan tertentu, seperti: ruang kantor, ruang data, corridor, parkir,
restoran, retail dan ruang utility. Ruangan-ruangan ini penting untuk kegiatan yang terus
berlangsung terutama ruangan data yang yang memerlukan sumber daya listrik 24 jam.
Berdasarkan pada hal di atas, agar ruangan-ruangan tersebut tetap mendapat
suplai energi listrik, maka suplai cadangan listrik sebagai back-up suplai cadangan
utama yaitu genset.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Tujuan Penulisan fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Menghitung daya genset yang diperlukan oleh gedung World Trade Centre II Jakarta
2. Menentukan rating pengaman pada keluaran genset dan keluaran pada beban yang
digunakan terhadap beban-beban yang disuplai genset

1
3. Menentukan luas penampang atau kemampuan hantar arus penghantar yang
digunakan pada penghantar keluaran genset ke beban-beban .
4. Menentukan luas penampang penghantar atau kemampuan hantar arus rel pada panel
genset
5. Menentukan penataan dimensi panel dan ruangan genset

1.3 PERUMUSAN MASALAH


Energi listrik sangat penting untuk menjalankan aktivitas. Gedung World Trade Centre II Jakarta
merupakan central aktifitas perkantoran, gedung ini menerapkan konsep green building sesuai
dengan konsep hemat energi dunia pada saat ini.
Banyak terjadi gangguan dalam memenuhi kebutuhan energi listrik di gedung, baik
gangguan dari PLN maupun dari sumber listrik cadangan, salah satunya diakibatkan dari instalasi
yang tidak sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku . Belakang ini banyak gedung-
gedung ruang utilitinya sering terjadi kebakaran, ruang panel utama dan ruang genset. Untuk
meminimalkan gangguan itu dalam hal ini perancangan instalasi genset harus sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku baik dari instalasi pengaman, penghantar, penataan panel
dan ruangan genset itu sendiri

1.4 PEMBATASAN MASALAH.


Masalah dalamTugas akhir yang berjudul Perancangan Instalasi Genset di Gedung
World Trade Centre II Jakarta, di batasi hanya pada perancangan berupa pemasangan
instalasi genset 4 x 2000 kVA beserta panel kontrol, penghantar dan pentanahan sesuai
dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku .

1.5 METOLOGI PENULISAN


Metologi penulisannya adalah sebagai berikut:
a. Studi literatur, penulis mencari literatur yang terkait dengan unit instalasi genset. Berdasarkan
pada hal itu penulis menentukan spesifikasi teknis yang lebih rinci.
b. Studi observasi, dilakukan pengamatan langsung ke lokasi, dan mengadakan pertemuan
langsung dengan karyawan dan semua yang telibat dalam pelaksanaan pembangunan .
c. Perancangan, dimana dengan spesifikasi yang telah ditentukan, penulis melakukan
rancangannya.
d. Analisa dan Evaluasi, dilakukan setelah perancangan, selanjutnya dianalisa yang dapat
menghambat kinerja sistem. Disini perlu dilakukan evaluasi, agar sistem berjalan lancar.

2
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Tugas akhir ini di tulis secara sistematis dalam 5 bab. Bab dua bersisi komponen utama
catu daya pada gedung, dijelaskan mengenai unit rangkaian instalasi genset dengan
komponen-konmponen pendukungnya. Bab tiga berisi data-data yang diperlukan untuk
melakukan rancangan genset dan teori dasar yang digunakan. Bab empat berisi
perancangan dan analisa mengenai instalasi perancangan genset mulai penghantar,
pengaman, pentanahan, panel dan ruang genset . Bab lima berisi kesimpulan dan saran
tugas akhir ini.

3
BAB II
KOMPONEN UTAMA CATU DAYA PADA GEDUNG

2.1 GENERATOR
2.1.1 Pengertian Generator
Generator adalah mesin yang dapat mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik melalui
proses induksi elektromagnetik. Generator memperoleh energi mekanis dari prime mover.
Generator arus bolak-balik (AC) dikenal dengan sebutan alternator. Generator pada gedung WTC
II diharapkan dapat mensuplai tenaga listrik pada saat terjadi gangguan pada sumber daya listrik
PLN.
Sedangkan genset (generator set) merupakan bagian dari generator. Genset merupakan
suatu alat yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Generator terpasang satu
poros dengan motor diesel, yang biasanya menggunakan generator sinkron (alternator) pada
pembangkitan. Generator sinkron terdiri atas dua bagian utama yaitu: sistem medan magnet dan
jangkar. Generator ini kapasitasnya besar, medan magnetnya berputar karena terletak pada rotor.
Konstruksi generator AC adalah sebagai berikut [5]:
a. Rangka stator, terbuat dari besi tuang, merupakan rumah dari bagian-bagian generator yang
lain.
b. Stator, memiliki alur-alur sebagai tempat meletakkan lilitan stator. Lilitan stator berfungsi
sebagai tempat GGL induksi.
c. Rotor, adalah bagian yang berputar dimana terdapat kutub-kutub magnet dengan lilitannya
yang dialiri arus searah, melewati cincin geser dan sikat-sikat.
d. Cincin geser, terbuat dari bahan kuningan atau tembaga yang dipasang pada poros
dengan memakai bahan isolasi. Slip ring ini berputar bersama-sama dengan poros
dan rotor.
e. Generator penguat, merupakan generator arus searah yang dipakai sebagai sumber arus.
Pada umumnya generator AC ini dibuat sedemikian rupa, sehingga lilitan tempat
terjadinya GGL induksi tidak bergerak, sedangkan kutub-kutub akan menimbulkan medan
magnet berputar. Generator itu disebut dengan generator berkutub dalam seperti dapat di lihat
pada gambar 2.1.

4
Gambar 2.1 Konstruksi generator berkutub dalam

Keuntungan generator kutub dalam bahwa untuk mengambil arus tidak dibutuhkan cincin
geser dan sikat arang. Karena lilitan-lilitan tempat terjadinya GGL itu tidak berputar. Generator
sinkron sangat cocok untuk mesin-mesin dengan tegangan tinggi dan arus yang besar.
Secara umum kutub magnet generator sinkron dibedakan atas:
a. Kutub magnet dengan bagian kutub yang menonjol (salient pole). Konstruksi seperti ini
digunakan untuk putaran rendah, dengan jumlah kutub yang banyak. Diameter rotornya besar
dan berporos pendek.
b. Kutub magnet dengan bagian kutub yang tidak menonjol (non salient pole). Konstruksi seperti
ini digunakan untuk putaran tinggi (1500 rpm atau 3000 rpm), dengan jumlah kutub yang
sedikit. Kira-kira 2/3 dari seluruh permukaan rotor dibuat alur-alur untuk tempat lilitan
penguat. Yang 1/3 bagian lagi merupakan bagian yang utuh, yang berfungsi sebagai inti kutub.

2.1.2 Cara Kerja Generator


Prinsip kerja dari generator sesuai dengan hukum Lens [5], yaitu arus listrik yang diberikan pada
stator akan menimbulkan momen elektromagnetik yang bersifat melawan putaran rotor sehingga
menimbulkan electromotive force (EMF) atau GGL pada kumparan rotor. Tegangan EMF ini
akan menghasilkan suatu arus jangkar. Jadi diesel sebagai prime mover akan memutar rotor
generator, kemudian rotor diberi eksitasi agar menimbulkan medan magnet yang berpotongan
dengan konduktor pada stator dan menghasilkan tegangan pada stator. Karena ada dua kutub yang
berbeda, utara dan selatan, maka tegangan yang dihasilkan pada stator adalah tegangan bolak-
balik. Besarnya tegangan induksi memenuhi persamaan:
E = Kd . Ks. ω. Φ . p .g . Nc (2.1)
E = 4,44 . Kd . Ks . f . Φ . p. g. Nc
5
Dimana:
E = ggl yang dibangkitkan (volt)
Kd = faktor kisar lilitan
ω = kecepatan sudut dari rotor (rad/second)
f = frekuensi (hertz)
Φ = fluks medan magnet
Nc = jumlah lilitan
g = jumlah kumparan per pasang kutub per fasa
Generator AC bekerja dengan prinsip induksi elektromagnetik. Generator AC terdiri atas
stator yang merupakan elemen diam dan rotor yang merupakan elemen berputar dan terdiri dari
belitan-belitan medan. Pada generator AC jangkamya diam sedangkan medan utamanya berputar
dan lilitan jangkarnya dihubungkan dengan dua cincin geser.
Suatu mesin diesel generator set terdiri atas :
a. Prime mover atau pengerak mula, dalam hal ini mesin diesel (dalam bahasa inggris disebut
diesel engine)
b. Generator
c. AMF (Automatic Main Failure) dan ATS (Automatic Transfer Switch)
d. Baterai dan Battery Charger
e. Panel ACOS (Automatic Change Over Switch)
f. Pengaman untuk peralatan
g. Perlengkapan instalasi tenaga

2.1.3 Sistem – Sistem Pendukung Pada Generator


Dalam pengoperasiannya, suatu instalasi genset memerlukan sistem pendukung agar dapat
bekerja dengan baik dan tanpa mengalami gangguan. Secara umum sistem-sistem pendukung
tersebut dibagi menjadi 3 bagian, yaitu [10]:
a. Sistem pelumasan, untuk mengurangi getaran antara bagian-bagian yang bergerak dan untuk
membuang panas, maka semua bearing dan dinding dalam dari tabung-tabung silinder diberi
minyak pelumas.
b. Sistem bahan bakar, dimana bahan bakar yang disemprotkan ke dalam ruang silinder, sesaat
sebelum piston mencapai titik mati atasnya (TMA.). Untuk itu oleh pompa penyemperot
bahan bakar 1 ditekankan sejumlah bahan bakar yang sebelumnya telah dibersihkan oleh
saringan-bahan bakar 5, pada alat pemasok bahan bakar atau injektor 7 yang terpasang
dikepala silinder seperti terlihat pada gambar 2.2. Karena melewati injektor tersebut, maka
6
bahan bakar masuk ke dalam ruang silinder dalam keadaan terbagi dengan bagian-bagian yang
sangat kecil (biasa juga disebut dengan proses pengkabutan). Di dalam udara yang panas
akibat pemadatan itu bahan bakar yang sudah dalam keadaan bintik-bintik halus (kabut)
tersebut segera terbakar. Pompa bahan bakar 2 mengantar bahan bakar dari tangki harian 8 ke
pompa penyemprot bahan bakar. Bahan bakar yang kelebihan yang keluar dari injektor dan
pompa penyemperot dikembalikan kepada tanki harian melalui pipa pengembalian bahan
bakar.

1. Pompa penyemperot bahan bakar 7. Injektor


2. Pompa bahan bakar 8. Tanki
3. Pompa tangan untuk bahan bakar 9. Pipa pengembalian bahan bakar
4..Saringan bahar/bakar penyarinnan pendahuluan 10. Pipa bahan bakar tekanan tinggi
5. Saringan bahan bakar/penyaringan akhir 11. Pipa peluap.
6. Penutup bahan bakar otomatis

Gambar 2.2. Sistem bahan bakar

c. Sistem pendinginan. Energi yang terkandung dalam bahan bakar yang diberikan pada mesin
dapat diubah menjadi tenaga mekanik sedang sebagian lagi tersisa sebagai panas. Panas yang
tersisa tersebut akan diserap oleh bahan pendingin yang ada pada dinding-dinding bagian
tabung silinder yang membentuk ruang pembakaran, demikian pula bagian-bagian dari kepala
silinder didinginkan dengan air. Sedangkan untuk piston didinginkan dengan minyak pelumas
dan panas yang diresap oleh minyak pendingin itu kemudian disalurkan melewati alat
pendingin minyak, dimana panas tersebut diserap oleh bahan pendingin.

7
2. 2 MESIN DIESEL
2.2.1 Pengertian Mesin diesel
Mesin diesel termasuk mesin dengan pembakaran dalam atau disebut dengan motor bakar,
ditinjau dari cara memperoleh energi termalnya (energi panas). Untuk membangkitkan listrik,
sebuah mesin diesel dihubungkan dengan generator dalam satu poros (poros dari mesin diesel
dikopel dengan poros generator).
Keuntungan pemakaian mesin diesel sebagai penggerak mula:
a. Desain dan instalasi sederhana
b. Auxilary equipment (peralatan bantu) sederhana
c. Waktu pembebanan relatif singkat
Kerugian pemakaian mesin diesel sebagai penggerak mula:
a. Mesin sangat berat karena harus dapat menahan getaran serta kompresi yang tinggi.
b. Starting awal berat, karena kompresinya tinggi yaitu sekitar 200 bar.
c. Semakin besar daya maka mesin diesel tersebut dimensinya makin besar pula, hal tersebut
menyebabkan kesulitan jika daya mesinnya sangat besar.
d. Konsumsi bahan bakar menggunakan bahan bakar minyak yang relatif lebih mahal
dibandingkan dengan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar jenis lainnya, seperti
gas dan batubara.

2.2.2 Cara Kerja Mesin diesel


Prime mover atau penggerak mula merupakan peralatan yang berfungsi menghasilkan energi
mekanis yang diperlukan untuk memutar rotor generator. Pada mesin diesel/diesel engine terjadi
penyalaan sendiri, karena proses kerjanya berdasarkan pada udara murni yang dimampatkan di
dalam silinder pada tekanan yang tinggi (± 30 atm), sehingga temperatur di dalam silinder naik.
Dan pada saat itu bahan bakar disemprotkan dalam silinder yang bersuhu dan bertekanan tinggi
melebihi titik nyala bahan bakar sehingga bahan bakar yang diinjeksikan akan terbakar secara
otomatis. Penambahan panas atau energi senantiasa dilakukan pada tekanan yang konstan.
Tekanan gas hasil pembakaran bahan bakar dan udara akan mendorong torak yang
dihubungkan dengan poros engkol menggunakan batang torak, sehingga torak dapat bergerak
bolak-balik (reciprocating). Gerak bolak-balik torak akan diubah menjadi gerak rotasi oleh poros
engkol (crank shaft). Dan sebaliknya gerak rotasi poros engkol juga diubah menjadi gerak bolak-
balik torak pada langkah kompresi.
Berdasarkan pada, cara menganalisa sistim kerjanya, motor diesel dibedakan menjadi dua,
yaitu motor diesel yang menggunakan sistim airless injection (solid injection) yang dianalisa
8
dengan siklus dual dan motor diesel yang menggunakan sistim air injection yang dianalisa dengan
siklus diesel (sedangkan motor bensin dianalisa dengan siklus otto).
Perbedaan antara motor diesel dan motor bensin yang nyata adalah terletak pada proses
pembakaran bahan bakar, pada motor bensin pembakaran bahan bakar terjadi karena adanya
loncatan api listrik yang dihasilkan oleh dua elektroda busi (spark plug), sedangkan pada motor
diesel pembakaran terjadi karena kenaikan temperatur campuran udara dan bahan bakar akibat
kompresi torak hingga mencapai temperatur nyala. Karena prinsip penyalaan bahan bakarnya
akibat tekanan maka motor diesel juga disebut compression ignition engine sedangkan motor
bensin disebut spark ignition engine.

Gambar 2.3 Cara kerja Mesin Diesel

Cara kerja mesin diesel seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.3 , piston melakukan 2 langkah
pendek menuju kepala silinder pada setiap langkah daya [10].
a. Langkah ke atas yang pertama merupakan langkah pemasukan dan penghisapan, di sini udara
dan bahan bakar masuk sedangkan poros engkol berputar ke bawah.
b. Langkah kedua merupakan langkah kompresi, poros engkol terus berputar menyebabkan torak
naik dan menekan bahan bakar sehingga terjadi pembakaran. Kedua proses ini (1 dan 2)
termasuk proses pembakaran.
c. Langkah ketiga merupakan langkah ekspansi dan kerja, di sini kedua katup yaitu katup isap
dan buang tertutup sedangkan poros engkol terus berputar dan menarik kembali torak ke
bawah.
d. Langkah keempat merupakan langkah pembuangan, disini katup buang terbuka dan
menyebabkan gas akibat sisa pembakaran terbuang keluar. Gas dapat keluar karena pada
proses keempat ini torak kembali bergerak naik ke atas dan menyebabkan gas dapat keluar.
Kedua proses terakhir ini (3 dan 4) termasuk proses pembuangan.

9
e. Setelah keempat proses tersebut, maka proses berikutnya akan mengulang kembali proses
yang pertama, dimana udara dan bahan bakar masuk kembali.
Berdasarkan pada kecepatan proses di atas maka mesin diesel dapat digolongkan menjadi 3
bagian, yaitu:
a. Diesel kecepatan rendah (< 400 rpm)
b. Diesel kecepatan menengah (400 - 1000 rpm)
c. Diesel kecepatan tinggi ( >1000 rpm)
Sistem starting atau proses untuk menghidupkan/menjalankan mesin diesel dibagi menjadi
3 macam sistem starting yaitu:
a. Sistem start manual, dipakai untuk mesin diesel dengan daya mesin yang relatif kecil yaitu <
30 PK. Cara untuk menghidupkan mesin diesel pada sistem ini adalah dengan menggunakan
penggerak engkol start pada poros engkol atau poros hubung yang akan digerakkan oleh
tenaga manusia. Jadi sistem start ini sangat bergantung pada faktor manusia sebagai
operatornya.
b. Sistem start elektrik, dipakai oleh mesin diesel yang memiliki daya sedang yaitu < 500 PK.
Sistem ini menggunakan motor DC dengan suplai listrik dari baterai/accu 12 atau 24 volt
untuk menstart diesel. Saat start, motor DC mendapat suplai listrik dari baterai atau accu dan
menghasilkan torsi yang dipakai untuk menggerakkan diesel sampai mencapai putaran
tertentu. Baterai atau accu yang dipakai harus dapat dipakai untuk menstart sebanyak 6 kali
tanpa diisi kembali, karena arus start yang dibutuhkan motor DC cukup besar maka dipakai
dinamo yang berfungsi sebagai generator DC. Pengisian ulang baterai atau accu digunakan
alat bantu berupa battery charger dan pengaman tegangan. Pada saat diesel tidak bekerja maka
battery charger mendapat suplai listrik dari PLN, sedangkan pada saat diesel bekerja maka
suplai dari battery charger didapat dari generator. Fungsi dari pengaman tegangan adalah
untuk memonitor tegangan baterai atau accu. Sehingga apabila tegangan dari baterai atau accu
sudah mencapai 12 atau 24 volt, yang merupakan tegangan standarnya, maka hubungan antara
battery charger dengan baterai atau accu akan diputus oleh pengaman tegangan.
c. Sistem start kompresi, dipakai oleh diesel yang memiliki daya besar yaitu > 500 PK. Sistem
ini memakai motor dengan udara bertekanan tinggi untuk start dari mesin diesel. Cara kerjanya
yaitu dengan menyimpan udara ke dalam suatu botol udara. Kemudian udara tersebut
dikompresi sehingga menjadi udara panas dan bahan bakar solar dimasukkan ke dalam Fuel
Injection Pump serta disemprotkan lewat nozzle dengan tekanan tinggi. Akibatnya akan terjadi
pengkabutan dan pembakaran di ruang bakar. Pada saat tekanan di dalam tabung turun sampai
batas minimum yang ditentukan, maka kompressor akan secara otomatis menaikkan tekanan
10
udara di dalam tabung hingga tekanan dalam tabung mencukupi dan siap dipakai untuk
melakukan starting mesin diesel.

2.3 AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) DAN AUTOMATIC TRANSFER SWITCH


(ATS)
2.3.1 Pengertian AMF dan ATS
AMF merupakan alat yang berfungsi adalah untuk menurunkan downtime dan meningkatkan
keandalan sistem catu daya listrik. AMF dapat mengendalikan transfer Circuit Breaker (CB) atau
alat sejenis, dari catu daya utama (PLN) ke catu daya cadangan (genset) dan sebaliknya.
Sedangkan ATS merupakan pelengkap dari AMF dan bekerja secara bersama-sama.

2.3.2 Cara Kerja AMF dan ATS


Automatic Main Failure (AMF) dapat mengendalikan transfer suatu alat dari suplai utama ke
suplai cadangan atau dari suplai cadangan ke suplai utama. Untuk lebih jelasnya maka proses
kerja AMF dan ATS yang dapat dilihat pada gambar 2.4 [10].

Gambar 2.4 Diagram proses kerja AMF dan ATS

Catu daya utama (PLN) tidak selalu menyalurkan energi listriknya, kadang mengalami gangguan.
AMF akan beroperasi saat catu daya utama (PLN) padam dengan mengatur catu daya cadangan
(genset). Sumber listrik dari PLN saat beroperasi tegangannya naik turun. Kira-kira 10% dari
tegangan nominalnya atau hilang. Sehingga sinyal gangguan akan masuk ke AMF pada
pemrosesan, sinyal diolah menghasilkan perintah ke penggerak dapat berupa pemutusan kedua

11
catu daya yang sedang beroperasi dengan sistem saling mengunci (interlock). AMF dapat
mengatur genset beroperasi jika PLN mati dan memutuskan genset jika PLN hidup lagi.

2.4 BATTERY DAN BATTERY CHARGER


Alat yang memiliki sumber energi kimia yang dapat menghasilkan energi listrik disebut dengan
electric cell (sel listrik). Dan ketika beberapa sel listrik tersebut dihubungkan secara elektrik akan
menjadi baterai.
Baterai ini terdiri atas elektoda dan elektrolit. Elektroda berbentuk pelat (lapisan,
sedangkan elektrolit berbentuk larutan). Ketika elektoda dihubungkan dengan suatu konduktor
akan terjadi pergerakan arus dalam elektrolit tersebut. Elektoda ini ada dua macam yaitu katoda
dan anoda. Katoda adalah elektoda negatif berfungsi sebagai pemberi elektron dan elektrolit.
Anoda adalah elektoda positif berfungsi sebagai penerima elektron.

Gambar 2.5 180px-Simple_Charger

Battery charger biasanya digunakan sebagai charger yaitu alat ini mendapat suplai listrik dari
sumber PLN atau dari generator itu sendiri. Battery charger untuk mengisi energi listrik ke accu
seperti terlihat pada gambar 2.5. Accu ini biasanya berkapasitas 12V atau 24 V, maka battery
charger ini harus dapat mengisi accu sampai kapasitas tersebut. Accu ini digunakan untuk
menstart motor dc yang akan menggerakkan generator. Battery charger ini akan mengisi accu
atau baterai sebesar 12V atau 24V yang digunakan untuk menstart genset. Suplai dapat dari PLN
atau generator itu sendiri.
Baterai yang dialiri listrik akan terjadi pergerakan molekul dalam elektrolit. Pada saat sel
baterai timah hitam tidak dibebani yang berisi larutan elektrolit berupa H2SO4 dalam sel baterai,
+
maka H2SO4 akan terurai menjadi ion positif (2H ) dan ion negatif (SO4 ). Reaksinya sebagai
+
berikut. H2SO4 2H + SO4
-
Sedangkan pada saat sel baterai dibebani maka ion negatif SO4 dengan katoda yaitu

12
pelat timah murni (Pb). akan bereaksi menjadi timah sulfat (PbSO4) yang melepaskan dua
+
elektron. Dan ion hidrogen (H ) akan bereaksi dengan pelat timah peroksida (PbO3) sebagai
anoda menjadi timah sulfat (PbSO4) yang melepaskan dua elektron, lalu bersenyawa dengan satu
atom hidrogen yang membentuk molekul air H2O. Reaksinya sebagai berikut.
PbO2 + Pb + 2H2SO4 PbSO4 + 2H2O

2.5 PENGAMAN UNTUK PERALATAN


2.5.1 Sekring
Sekering, sering disebut juga dengan pengaman lebur atau fuse. Fungsi sekering adalah
mengamankan peralatan atau instalasi listrik dari gangguan hubung singkat. Dalam
pemasangannya, sekering dihubungkan pada hantaran fasa yang tidak diketanahkan (R, S, T).
Pengaman lebur ini mempunyai karakteristik pemutusan lebih cepat dibandingkan dengan MCB.
Pengaman ini hanya dapat dipakai satu kali dan tidak bisa dioperasikan kembali.
Berdasarkan pada cara pemutusannya, sekering dibagi menjadi dua macam yaitu sekering
patron lebur dan sekering otomat.
Sekring sebagai pengaman lebur berfungsi untuk mengamankan instalasi dari gangguan hubung
singkat. Jika suatu sekering dilewati arus di atas arus kerjanya, maka pada waktu tertentu sekering
tersebut akan lebur (putus). Besarnya arus yang dapat meleburkan suatu sekering dalam waktu 4
jam dibagi arus kerja disebut faktor peleburan berkisar 1 hingga 1,5.
Hubungan antara arus dan waktu putus berbanding terbalik, artinya bila arus yang melalui
patron lebur makin besar maka waktu pemutusan semakin singkat seperti terlihat pada gambar
2.6, sehingga patron lebur ini merupakan gawai proteksi arus lebih (GPAL) dengan karakteristik
waktu terbalik (invers). Arus penguat sebuah pengaman lebur tidak sama dengan arus yang
menyebabkan pengaman putus. Sebuah proteksi harus dapat dibebani dengan arus nominalnya
secara kontinyu tanpa batas waktu. Arus nominalnya kira-kira 70 % dari batas arus maksimalnya
(Ig). Kalau dibebani dengan batas ini terus-menerus lama- kelamaan pengaman akan putus [1].
t

Gambar 2.6 Karakteristik sekering.

13
2.5.2 MCB (Mini Circuit breaker)
MCB merupakan pengaman otomatis untuk memutuskan sirkit secara otomatis apabila arusnya
melebihi setting dari MCB tersebut. Pengaman otomatis dapat langsung dioperasikan kembali
setelah mengalami pemutusan (trip) akibat adanya gangguan arus hubung singkat dan beban
lebih. Bagian – bagian MCB dapat di lihat seperti pada gambar 2.7. Spesifikasi MCB pada
umumnya dibagi dalam 3 parameter operasi yang terdiri atas :
a. Ue (tegangan kerja), spesifikasi standar MCB digambarkan sebagai berikut:
Ue =230 V dan 400V
b. Ie (arus kerja), spesifikasi standar MCB digambarkan sebagai berikut: Ie = 2A -100A
c. Icn (kapasitas arus pemutusan), spesifikasi standar MCB digambarkan sebagai berikut: Icn
= 4.5kA-25kA

Keterangan gambar
1.Tuas Operasi Strip 5. Bimetal
2.Aktuator Mekanis 6. Sekrup Kalibrasi
3.Kontak Bergerak 7. Kumparan magnetis
4.Terminal Bawah 8. Ruang busur api

Gambar 2.7 Konstruksi MCB

Terdapat 2 Cara kerja MCB yaitu [1]:


a. Thermis, prinsip kerjanya berdasarkan pada pemuaian atau pemutusan dua jenis logam yang
koefisien jenisnya berbeda. Kedua jenis logam tersebut dilas jadi satu keping (bimetal) dan
dihubungkan dengan kawat arus. Jika arus yang melalui bimetal tersebut melebihi arus
14
nominal yang diperkenankan maka bimetal tersebut akan melengkung dan memutuskan aliran
listrik.
b. Magnetik, prinsip kerjanya adalah memanfaatkan arus hubung singkat yang cukup besar untuk
menarik sakelar mekanik dengan prinsip induksi elektromagnetis. Semakin besar arus hubung
singkat, maka semakin besar gaya yang menggerakkan sakelar tersebut sehingga lebih cepat
memutuskan rangkaian listrik dan gagang operasi akan kembali ke posisi off. Busur api yang
terjadi masuk ke dalam ruangan yang berbentuk pelat-pelat, tempat busur api dipisahkan,
didinginkan dan dipadamkan dengan cepat.

2.5.3 MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)


MCCB atau Moulded Case Circuit Breaker adalah alat pengaman yang berfungsi sebagai
pengamanan terhadap arus hubung singkat dan arus beban lebih. MCCB memiliki rating arus
yang relatif tinggi dan dapat disetting sesuai kebutuhan, konstruksi MCCB dapat di lihat pada
gambar 2.8. Spesifikasi MCCB pada umumnya dibagi dalam 3 parameter operasi yang
terdiri atas [7]:
a. Ue (tegangan kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut:
Ue =250 V dan 690 V
b. Ie (arus kerja), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut: Ie = 40A-1600 A .
c. Icn (kapasitas arus pemutusan), spesifikasi standar MCCB digambarkan sebagai berikut:
Icn =16kA - 200 kA
.

Gambar 2.8 Konstruksi MCCB

15
2.5.4 ACB (Air Circuit Breaker)
ACB atau Air Circuit Breaker adalah alat pengaman yang berfungsi sebagai pengamanan
terhadap arus hubung singkat dan arus beban lebih menggunakan sistem tenaga udara. ACB
memiliki rating arus yang relatif tinggi dan dapat disetting sesuai kebutuhan, konstruksi ACB
dapat di lihat pada gambar 2.9. Spesifikasi ACB pada umumnya dibagi dalam 3 parameter operasi
yang terdiri dari [6]:
a. Ue (tegangan kerja), spesifikasi standar ACB digambarkan sebagai berikut:
Ue = 50 V dan 690 V
b. Ie (arus kerja), spesifikasi standar ACB digambarkan sebagai berikut: Ie = 800-6300A
c. Icn (kapasitas arus pemutusan), spesifikasi standar ACB digambarkan sebagai berikut:
Icn = 65kA - 200 kA

Gambar 2.9 Konstruksi ACB

2.5.5 Accessories Circuit Breaker


Material bantu sebagai kelengkapan Circuit Breaker di berikan sebagai berikut [9]:
a. MN/UVR/UVT = Under Voltage Release.sistem operasi, bila UVT diisi tegangan
maka coil akan bekerja menarik togle mekaniknya, sehingga ACB/MCCB bisa
bekerja secara normal close (ON)/Open (OFF) tanpa ada hambatan. Bila tegangan
dilepas maka togle mekanik akan kembali normal melepas togle dan
menekan/mengunci sistim mekanik pada ACB sehingga ACB akan trip (bila posisi
sebelumnya ON) atau akan mengunci sistim mekanik ACB/MCCB sehingga tidak
bisa dioperasikan ON/OFF baik secara Auto maupun Manual bila UVT terpasang.
b. XF = Closing Release, sistem operasi, bila diisi tegangan maka coil akan bekerja
menekan/mendorong togle mekanik ACB sehingga ACB akan Close/ON

16
(pemasangan pararel dengan tombol mekanik ON), Setelah ACB/MCCB ON/Close
maka closing release coil harus dilepas tegangannya agar togle kembali diposisi
semula dan tidak mengunci sistim OFF/Open, ini biasa di lakukan dengan cara
menginterlock salah satu cable control yang menuju ke coil melalui Auxiliary
Contact yang tersedia (NC) sehingga sewaktu ACB sudah Close/ON, sistim ke Coil
terputus dan XF tidak bekerja lagi.
c. MX = Shunt trip, sistim operasi, sistem kerja persis sama dengan XF, biasanya
barangnya juga sama/satu macam. Hanya sedikit perbedaannya adalah terletak pada
fungsi dan letak pemasangannya. Fungsi MX adalah untuk membuka ACB/Open,
pada saat diisi tegangan, coil akan mendorong togle mekanik yang menekan sistim
mekanik OFF pada ACB sehingga ACB/MCCB akan OFF/Open. Pemasangan
biasanya pararel dengan tombol mekanik OFF pada ACB. Karena sistim kerja hanya
sesaat maka wiring cable harus dilewatkan dulu melalui Auxiliary Contact NO
(terbuka/open contact pada saat CB OFF/Open. Dan harus Contact pada saat ACB
pada posisi ON/Close.
d. OF/SD = Auxiliary Contact, sistim operasi ,hanya berupa Switch ON/OFF NO
(Normally Open/kondisi normal terbuka/lepas),NC (Normally Close/kondisi normal
berhubungan/sambung) dan C (Common/basis yangbisa dihubungkan dengan
NO/NC) .
Pada prinsipnya sama dengan OF/SD, hanya saja Auxiliary jenis ini hanya akan
bekerja/ posisi switch berubah akibat terjadinya trip overload/over current/fault
lainnya. Fungsi Auxiliary ini adalah untuk memberikan proteksi tambahan agar bila
terjadi Fault semacamnya maka motor ACB/MCCB, MN,MX,XF akan secara
automatis tidak dapat difungsikan kecuali di reset secara manual atau melalui
Remote Reset.
e. MCH = Gear Motor/Motor Mechanism
Sistem operasi, berupa sistem mekanik dan motor yang berfungsi untuk menyiapkan
spring mekanik dalam keadaan siap untuk dioperasikan ON (Close) atau OFF
(Open). Biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas pemutus tegangan bila kondisi
motor sudah selesai tugasnya, maka motor tidak akan bekerja lagi.
Fasilitas lain yang tersedia adalah biasanya motor MCCB/ACB setelah melakukan
reset/ energize, maka motor akan berhenti sendiri, tetapi kadang-kadang dilengkapi
dengan fasilitas tambahan NO, sehingga apabila motor selesai energize maka akan
keluar tegangan pula (Aux NO) yang bisa dimanfaatkan lagi untuk Closing/Open.
17
2.5.6 TOLR (Thermal Overload Relay)
TOLR adalah suatu pengaman beban lebih menurut PUIL 2000 bagian 5.5.4.1 yaitu proteksi
beban lebih (arus lebih) dimaksudkan untuk melindungi motor dan perlengkapan kendali motor,
terhadap pemanasan berlebihan sebagai akibat beban lebih atau sebagai akibat motor tak dapat
diasut. Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor berjalan bila bertahan cukup lama akan
mengakibatkan kerusakan atau pemanasan yang berbahaya pada motor tersebut. TOLR memiliki
rating yang berbeda-beda tergantung dari kebutuhan biasanya tiap-tiap TOLR batas ratingnya
dapat diatur, untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.10 konstruksi TOLR.

Gambar 2.10 Konstruksi TOLR

Pada prinsipnya TOLR terdiri atas 2 buah macam logam yang berbeda tingkat pemuaian
yang ber beda pula. Kedua logam tersebut dilekatkan menjadi satu yang disebut bimetal. Apabila
bimetal tersebut dipanasi maka akan membengkak karena perbedaan tingkat pemuaian kedua
logamnya. Bimetal tersebut diletakan didekat sebuah elemen pemanas yang dilalui oleh arus
menuju beban ujung yang satu dipasang tetap sedangkan yang lainnya dipasang bebas bergerak
dan membengkok dan dapat membukakan kontak-kontaknya dengan demikian rangkaian beban
atau motor akan terputus. Besarnya arus yang diperlukan untuk mengerjakan bimetal sebanding
dengan besarnya arus yang diperlukan untuk membuat alat pengaman terputus.
Di dalam penggunaanya sesuai dengan PUIL 2000 pasal 5.5.4.3 bahwa gawai proteksi beban
lebih yang digunakan adalah tidak boleh mempunyai nilai pengenal, atau disetel pada nilai yang
lebih tinggi dari yang diperlukan untuk mengasut motor pada beban penuh. Oleh karena itu,
waktu tunda gawai proteksi beban lebih tersebut tidak boleh lebih lama dari yang diperlukan
untuk memungkinkan motor diasut dan dipercepat pada beban penuh.

18
2.5.7 Kontaktor
Kontaktor adalah gawai elektromekanik yang dapat berfungsi sebagai penyambung dan pemutus
rangkaian, yang dapat dikendalikan dari jarak jauh pergerakan kontak-kontaknya terjadi karena
adanya gaya elektromagnet. Kontaktor magnet merupakan sakelar yang bekerja berdasarkan
kemagnetan, artinya bekerja bila ada gaya kemagnetan. Magnet berfungsi sebagai penarik dan
pelepas kontakkontak. Arus kerja normal adalah arus yang mengalir selama pemutaran tidak
terjadi. Kumparan/belitan magnet (coil) suatu kontaktor magnet dirancang untuk arus searah (DC)
saja atau arus bolak-balik (AC) saja . Sedangkan menurut kerjanya, kontak-kontak dibedakan
menjadi dua yaitu Normally Open (NO) dan Normally Close (NC), lihat gambar 2.11 dan 2.12
simbol dan konstruksi kontaktor .

Gambar 2.11 Simbol kontak-kontak

Gambar 2.12 Konstruksi kontaktor

2.5.8 Relay Pengaman


Ada beberapa jenis relay pengaman yang di pakai dalam instlasi genset [10]:
a. Relay arus lebih ,thermal over load relay (TOLR) digunakan untuk melindungi motor dan
19
perlengkapan kendali motor dari kerusakan akibat beban lebih atau terjadinya hubungan
singkat antar hantaran yang menuju jaring atau antar fasa.
b. Relay tegangan lebih, bekerja bila tegangan yang dihasilkan generator melebihi batas
nominalnya.
c. Relay diferensial, bekerja atas dasar perbandingan tegangan atau perbandingan arus, yaitu
besarnya arus sebelum lilitan stator dengan arus yang mengalir pada hantaran yang menuju
jaring-jaring.
d. Relay daya balik , berfungsi untuk mendeteksi aliran daya aktif yang masuk ke arah generator

2. 6 SISTEM PENGAMAN
Sistem pengaman harus dapat bekerja cepat dan tepat dalam mengisolir gangguan agar tidak
terjadi kerusakan fatal. Proteksi pada mesin generator ada dua macam yaitu [10]:
a. Pengaman alarm, bertujuan memberitahukan kepada operator bahwa ada sesuatu yang tidak
normal dalam operasi mesin generator dan agar operator segera bertindak.
b. Pengaman trip, berfungsi untuk menghindarkan mesin generator dari kemungkinan kerusakan
karena ada sistem yang berfungsi tidak normal maka mesin akan stop secara otomatis.
Jenis pengaman trip antara lain :
• Putaran lebih (over speed)
• Temperatur air pendingin tinggi
• Tekanan minyak pelumas rendah
• Emergency stop
• Reverse power

2.7 AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR (AVR)


AVR adalah mengatur arus penguatan (excitacy) pada exciter. Sistem pengoperasian Unit AVR
(Automatic Voltage Regulator) berfungsi untuk menjaga agar tegangan generator tetap konstan
dengan kata lain generator akan tetap mengeluarkan tegangan yang selalu stabil tidak terpengaruh
pada perubahan beban yang selalu berubah-ubah, dikarenakan beban sangat mempengaruhi
tegangan output generator.
Prinsip kerja dari AVR adalah mengatur arus penguatan (excitacy) pada exciter. Apabila
tegangan output generator di bawah tegangan nominal tegangan generator, maka AVR akan
memperbesar arus penguatan (excitacy) pada exciter. Dan juga sebaliknya apabila tegangan
output Generator melebihi tegangan nominal generator maka AVR akan mengurangi arus

20
penguatan (excitacy) pada exciter. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tegangan output
Generator akan dapat distabilkan oleh AVR secara otomatis dikarenakan dilengkapi dengan
peralatan seperti alat yang digunakan untuk pembatasan penguat minimum ataupun maksimum
yang bekerja secara otomatis.

2.8 PANEL GENSET


2.8.1 Panel ATS/AMF
Panel Automatic Transfer Switch/ Automatic Main Failure (ATS/AMF) bisa beragam
model, ukuran, kualitas dan jenis material yang terpasang didalamnya, seperti terlihat
pada gambar 2.13 panel ATS/AMF, dari berbagai macam panel ATS/AMF fungsi
utamanya tetaplah sama yaitu melakukan perintah start-stop generator set/genset serta
melakukan pemindahan sumber tenaga listrik dari sumber tenaga utama yang sedang
bermasalah ke sumber tenaga listrik cadangan yaitu genset. Letak perbedaannya adalah
dari segi kualitas material terpasang serta tingkat keamanan (safety), lifetime, serta
sistim perawatannya.
Panel ATS/AMF standar relay adalah panel ATS dan AMF mempergunakan
relay dan timer untuk sistim operasinya.

Gambar 2.13 Panel ATS/AMF

Untuk transfer power bisa mempergunakan kontaktor (main contactor) maupun circuit
breaker (MCCB) yang dilengkapi dengan motor penggerak, panel jenis ini adalah
peletak dasar dari perkembangan sistim AMF yang beredar sekarang ini. Kelebihan dari
panel ATS standard relay ini adalah biaya perawatan yang cukup murah, apabila terjadi
kerusakan salah satu komponennya cukup dilakukan penggantian pada unit yang
bermasalah tersebut, bisa relay atau timernya, akan tetapi rendahnya biaya perawatan
21
ini belum tentu seiring dengan mudahnya melakukan diagnosa kerusakan material
apabila sistim otomatis mengalami kegagalan fungsi. Wiring diagram panel seharusnya
disertakan dengan jelas untuk mempermudah melakukan analisa letak masalah, makin
kompleks sistim proteksi makin banyak pula jumlah relay dan timer. Akan sangat
bermanfaat sekali apabila wiring cable control panel yang terinstal dilengkapi dengan
sistim penomoran (addressing) yang jelas sehingga cukup membantu menyelesaikan
masalah [9].

2.8.2 Panel AC dan Panel DC


Generator set terdiri atas bagian yang disebut engine/mesin diesel atau sejenisnya
sebagai media penggerak bagian lain yang biasa disebut dengan alternator sebagai
pembangkit tegangan. Panel genset atau engine controller terdiri dari 2 bagian yaitu:
panel AC dan panel DC [9].

2.8.2.1 Panel AC
Panel AC adalah panel kontrol untuk memonitor maupun mengendalikan energi listrik
dari generator ke sisi beban, umumnya terdiri atas rangkaian meter ampere, volt,
frequency (Hz), kW maupun cos phi meter dan juga ada optional seperti selector volt,
selector ampere, current transformer (CT), pilot lamp, dan MCB control/fuse.
Sebagai pemutus power biasanya dipasang ACB yang langsung terhubung dengan
alternator yang selain berfungsi sebagai pemutus tegangan juga berfungsi sebagai
pembatas beban dan pengaman terhadap karakter gangguan di sisi beban (pemakaian).

2.8.2.2 Panel DC
Panel DC adalah panel kontrol untuk memonitor maupun mengendalikan unit engine/
mesin diesel atau sejenisnya, panel ini biasanya terdiri atas meter-meter indikator untuk
memonitor parameter yang terpasang di sisi mesin seperti tekanan oli (oil pressure),
temperatur media pendingin mesin (water temperature), temperatur mesin (engine
tmperature), temperatur gas buang (exhaust temperature), temperatur oli (oil
emperature), putaran mesin (RPM), tegangan charger battery (V DC), power charge (A
DC) maupun jam pemakaian (hour counter) seperti terlihat pada gambar 2.14. Yang
semuanya biasa dihubungkan dengan tranduscer/transmitter/sender.
Umumnya indikator standar yang terpasang di panel genset adalah A/V battery,
oil pressure indikator, water temperature indikator dan hour conter.
22
Gambar 2.14 Mimic panel AC/DC

Fasilitas proteksi sisi mesin umumnya adalah proteksi terhadap rendahnya


tekanan oli / low oil pressure (LOP), bilamana tekanan minyak yang diperlukan mesin
untuk pelumasan berkurang maka switch secara otomatis akan bekerja dan memutuskan
sistem sehingga genset akan berhenti berputar untuk menghindari resiko keausan pada
bagian mesin yang dinamis/bergerak) dan temperatur media pendingin (radiator) / high
water temperature (bilamana suhu air pendingin meningkat sampai batas toleransi
(umumnya 90-95°C, maka switch akan bekerja pula memutuskan system sehingga
genset akan berhenti untuk mencegah efek struktur metal engine yang bisa memuai).
Untuk genset dalam kapasitas besar biasanya juga disertai proteksi untuk kelebihan
kecepatan putaran mesin (over speed). (bila kecepatan putaran mesin melebihi batas
toleransi setting putaran operasi standard 1500 rpm untuk frequency 50 Hz dan 1800
rpm untuk 60 Hz maka switch akan bekerja menghentikan putaran mesin untuk
mencegah resiko kerusakan mesin).
Untuk panel control pack yang menggunakan modul controller AC DC biasanya
sudah dikemas dalam satu modul sederhana dan praktis serta memiliki keakurasian yang
tinggi. Umumnya sistem pengaman mesinnya diset berdasarkan pada seting angka
nominal parameter yang dibaca dari unit sender/tranduscer dan cenderung jauh lebih
flexible dibandingkan dengan menggunakan control relay saja.

2.8.3 Panel ACOS


ACOS (Automatic Change Over Switch) seperti terlihat pada gambar 2.15 merupakan panel
pengendalian generator dan terdapat beberapa tombol yang masing-masing mempunyai fungsi

23
yang berbeda. Tombol pengontrol operasi genset automatic, antara lain yaitu: Off, Automatic,
Trial Service, Manual Service, Manual Starting, Manual Stoping, Signal Test, Horn Off, Release,
Start, Start Fault, Engine Running, Supervision On, Low Oil Pressure, Temperature To High,
Generator Over Load.

Gambar 2.15 Mimic panel ACOS

24
BAB III
PERANCANGAN GENSET

3.1 DESKRIPSI PERANCANGAN

Dalam perancangan ini, penulis akan merancang instalasi genset dengan penentuan daya
genset yang telah disesuaikan dengan kebutuhan genset untuk gedung WTC, yang
berdasarkan hasil perhitungan dari perancangan yang dapat di lihat pada tabel 3.1
sampai dengan tabel 3.2 yaitu :
a. Data seluruh beban elektrikal (beban lampu, beban stop kontak , beban mesin tata
udara ,lift dan motor – motor).
b. Faktor kebutuhan seluruh beban.
c. Faktor keserempakan kebutuhan beban.
Berdasarkan pada estimasi beban elektrikal, factor kebutuhan seluruh beban dan factor
keserempakan beban, maka akan didapatkan daya genset yang dibutuhkan. genset yang
di dibutuhkan dalam gedung ini adalah genset dengan kapasitas 4 x 2000 Kva , untuk
keperluan kedepannya bila ada penambahan maka disiapkan cadangan tempat untuk
1 genset 2000 kVA dan 2 genset 500 kVA.

Tabel 3.1 Data perhitungan beban listrik


Load ( W )
Demand
No Descriftion Watt Normal Backup
factor (%) Fire
(W) (W)
I LANDLORD
A LANLORD RISER 1
1 Provider Power 53,000 0.70 37,100 100% 37,100 -

2 Landlord 1st up to 18th 514,832 411,547 411,547


Floor Riser 1
Lift Carpark 57,360 0.70 40,152 100% 40,152 -
Lift low zone 143,280 0.70 100,296 100% 100,296 -
Socket Oulet and 116,742
0.80 93,394 100% 93,394
lighting -
AHU Tenant Riser 1 197,450 0.90 177,705 100% 177,705 -
3 Socket Oulet and 120,768
lighting Basement Riser 0.80 96,614 100% 96,614
1 -
4 Telkom Power 30,000 0.70 21,000 100% 21,000 -
5 Landlord riser 19th up 522,866 423,499 423,499
to Roof Floor Riser 1
Lift High Zone 215,520 0.70 150,864 100% 150,864 -
Socket Oulet and 57,536
0.85 48,906 100% 48,906
lighting -
Gondola 5,500 0.70 3,850 100% 3,850 -

25
Neon Sign 12,000 0.90 10,800 100% 10,800 -
Booster Pump 5,000 0.90 4,500 100% 4,500 -
AHU Tenant riser 1 227,310 0.90 204,579 100% 204,579
6 Fan Basement 463,122 0.75 347,342 100% 347,342 173,671
7 Outdoor lighting 15,000 0.90 13,500 100% 13,500 13,500
8 Ellectronic Power 40,000 0.70 28,000 100% 28,000 28,000
9 Genset Power 28,664 0.80 22,931 100% 22,931 22,931
10 Fire pump 216,000 0.00 0 100% 0 194,400
11 Pressurize Fan 105,000 0.00 0 100% 0 94,500
12 Smoke Extract Fan 33,500 0.00 0 100% 0 30,150
13 Fire Lift (Lift Service) 54,680 0.70 38,276 100% 38,276 38,276
Sub Total A 2,046,664 1,322,194 1,322,194 595,428

B LANLORD RISER 2
1 Transfer Pump 77,000 0.80 61,600 100% 61,600 -
2 STP 50,000 0.75 37,500 100% 37,500 -
3 Sump Pump 210,000 0.50 105,000 100% 105,000 -
5 Swage Pump 12,000 0.75 9,000 100% 9,000 -
6 Socket Oulet and 84,473
0.80 67,578 100% 67,578
lighting Basement riser 2 -
7 Landlord 1st up to 18th 498,884 413,674 413,674
Floor Riser 2
Socket Oulet and 118,314
0.85 100,567 100% 100,567
lighting -
Lift low zone 143,280 0.70 100,296 100% 100,296 -
Escalator 15,000 0.85 12,750 100% 12,750 -
AHU Tenant riser 2 222,290 0.90 200,061 100% 200,061 -

8 Landlord riser 19th up 590,990 473,020 473,020


to Roof Floor Riser 2
Lift High Zone 277,460 0.70 194,222 100% 194,222 -
Socket Oulet and 67,580
0.85 57,443 100% 57,443
lighting -
Neon Sign 12,000 0.90 10,800 100% 10,800 -
AHU Tenant riser 2 233,950 0.90 210,555 100% 210,555 -

9 Fan Basement 558,083 0.70 390,658 100% 390,658 195,329


Sub Total C 2,081,430 1,558,030 1,558,030 195,329
Grand Total Landlord 4,128,094 2,880,224 2,880,224 790,757
II TENANT
A TENANT RISER 1
1 Tenant From 1st + 3rd 699,520
0.80 559,616 100% 559,616
up to 16th Floor Riser 1 -
2 Retail Basement 260,200 0.80 208,160 100% 208,160 -
3 Tenant From 17th up to 657,440
0.80 525,952 100% 525,952
30th Floor Riser 1 -
Sub Total A 1,617,160 1,293,728 1,293,728 0
B TENANT RISER 2
1 Tenant From 1st up to 599,000
0.80 479,200 100% 479,200
16th Floor Riser 2 -
2 Retail Basement 150,172 0.80 120,138 100% 120,138 -

26
3 Tenant From 17th up to 657,440
0.80 525,952 100% 525,952
30th Floor Riser 2 -
Sub Total B 1,406,612 1,125,290 1,125,290 0
Grand Total Tenant 3,023,772 2,419,018 2,419,018 0

III CHILLER
1 Cooling Tower 90,000 0.90 81,000 100% 81,000 -
2 Cooling Tower Pump 300,000 0.90 270,000 100% 270,000 -
3 Chiller 1,800,000 0.90 1,620,000 100% 1,620,000 -
4 Chiller Water Pump 127,000 0.90 114,300 100% 114,300 -
5 Secondary Pump 80,000 0.90 72,000 100% 72,000 -
6 Dosing Pump 25,000 0.90 22,500 100% 22,500 -
Cooling Tower (Stand
7 30,000 0.00 0 100% 0
by) -
Cooling Tower Pump
8 75,000 0.00 0 100% 0
(stand by) -
9 Chiller (Stand by) 650,000 0.00 0 100% 0 -
Chiller Water Pump
10 450,000 0.00 0 100% 0
(Stand by) -
Secondary Pump (stand
11 40,000 0.00 0 100% 0
by) -
Sub Total E/Chiller 3,667,000 2,179,800 2,179,800 0

Tabel 3.2 Kapasitas Genset & Transformator


1 TRANSFORMER 1 & 2 (RISER 1)
Normal Load For tenant + Landloard. 2,615,922 W
Power Factor 0.85 3,077,555 VA
Diversity Factor 1.25
Actual load 2,462,044 VA
Transformer Capacity ( Dry Type, max Loaded 80%) 3,077,555 VA
Total Transformer selection 2 X 1600 kVA

2 TRANSFORMER 3 & 4 (RISER 2)


Normal Load For tenant + Landloard. 2,683,320 W
Power Factor 0.85 3,156,847 VA
Diversity Factor 1.25
Actual load 2,525,478 VA

27
Transformer Capacity ( Dry Type, max Loaded 80%) 3,156,847 VA
Total Transformer selection 2 X 1600 kVA

3 TRANSFORMER 5 & 6 (CHILLER)


Normal Load For chiller 2,179,800 W
Power Factor 0.85 2,724,750 VA
Diversity Factor 1.1
Actual load 2,477,045 VA
Transformer Capacity ( Dry Type, max Loaded 80%) 3,096,307 VA
Total Transformer selection 2 X 1600 kVA

4 GENSET BACKUP
Load Backup 7,479,042 W
Power factor 0,85 8,798,873 VA
Diversity Factor 1.3
Actual bakcup Load Office 6,768,364
Genset backup (90% Load) 7,520,404 VA
Genset Selection 4 X 2000 kVA

5 SPARE SPACE FOR GENSET FUTURE 1 X 2000 kVA


2X 500 kVA

Data Genset yang di gunakan :

Dimension L x W x H 5800 x 2000 x 2800 mm

28
3.2 PENENTUAN RATING PENGAMAN KELUARAN
Dalam menentukan rating pengaman keluaran genset menurut PUIL 2000 pasal 5.6.1.2.3 yang berisi
‘generator yang bekerja pada 65 V atau kurang dan dijalankan oleh motor tersendiri, dapat dianggap
telah diproteksi oleh gawai proteksi arus lebih yang mengamankan motor, bila gawai proteksi ini
bekerja kalau generator membangkitkan tidak lebih dari 150 persen dari arus pengenal pada beban
penuhnya’.
Pada perancangan berikut arus lebih dari genset yang digunakan 120% sebagai faktor
pengali dari In genset. Pengaman yang digunakan adalah ACB, karena ACB memiliki rating arus
yang besar dan dapat disetting sesuai dengan kebutuhan. ACB merupakan pengaman dari arus
hubung singkat dan arus beban lebih. ACB yang digunakan sesuai untuk rating tegangan genset.
Maka ACB yang digunakan sesuai untuk rating tegangan genset yaitu [3]:

KVAgenset
In Genset = (3.1)
3 xVl − l

I ACB = 120% x In Genset (3.2)

3.3 PENENTUAN ARUS HUBUNG SINGKAT


Suatu cara untuk menginvestigasi suatu hubung singkat fasa tiga pada terminal dari suatu mesin
sinkron adalah dengan melaksanakan suatu test pada mesin yang sebenarnya. Gambar 3.1
menunjukkan ossilogram arus gangguan ac pada satu fasa dari mesin sinkron yang tidak dibebani
selama test offset dc dihilangkan dari ossilogram. Seperti yang dapat dilihat, amplitudo bentuk
gelombang sinusoidal menurun dari nilai inisial yang tinggi ke nilai steady state yang rendah.

29
Gambar 3.1 Arus gangguan ac pada salah satu fasa dari mesin sinkron.
Di dalam teks teori mesin standar, reaktansi berikut didefinisikan [2]:
a. Xd’’ = reaktansi subtransien sumbu direct,
b. Xd’ = reaktansi transien sumbu direct,
c. Xd = reaktansi sinkron sumbu direct,
Sub-transient reactance, reaktansi generator digunakan untuk dua kegunaan yang
berbeda. Pertama digunakan untuk menghitung aliran arus hubung singkat simetris
dalam studi koordinasi. Yang kedua digunakan untuk reaktansi generator yang dalam
spesifikasi bahwa batasan sub transient reaktansi 13% atau lebih kecil untuk membatasi
distorsi tegangan yang di sebabkan oleh beban non linier seperti yang terjadi pada saat
starting motor besar.
Arus awal digunakan untuk menentukan rating pemutus tenaga yang di butuhkan.
Arus instantaneous awal di kontrol oleh reaktansi sub-transien dan ini dijabarkan
sebagai tegangan dibagi oleh reaktansi sub transien atau dalam satuan per unit adalah
sebagai berikut:
Epu
Iu= (3.3)
Xpu
Rms arus gangguan sub-stransien yaitu I’’ = Iu x Idasar , (3.4)
dimana I dasar adalah :
Pn
Idasar = (3.5)
3 xV
Epu = Tegangan Awal (per unit )
Idasar = Arus Dasar (Amper)
V = Tegangan nominal (Volt )
Pn = Daya genset nominal (VA)

3.4 PENGHANTAR REL


Rel yang digunakan pada Panel Kontrol Genset (PKG) harus terbuat dari tembaga atau
logam lain yang memenuhi persyaratan sebagai penghantar listrik.
Besar arus yang mengalir dalam rel tersebut harus diperhitungkan sesuai
kemampuan rel sehingga tidak akan menyebabkan suhu lebih dari 65°C. Pada suhu
sekitar 35°C dapat digunakan ukuran rel menurut tabel 3.3 (tabel pembebanan
penghantar yang diperbolehkan untuk tembaga dan aluminium penampang persegi).
Lapisan yang digunakan untuk memberi warna rel dan saluran harus dari jenis
30
yang tahan terhadap kenaikan suhu yang diperbolehkan.
Penentuan kapasitas penghantar rel berarti mencari besaran arus maksimum yang
digunakan pada rel panel kontrol genset yaitu arus yang masuk yang dibangkitkan oleh
setiap genset sama dikurangi dengan arus pembagian ke setiap beban . Kirchof parallel
yaitu arus yang mengalir menuju suatu titik berbanding lurus dengan arus yang keluar :
Penentuan kapasitas penghantar rel tersebut di hitung sesuai dengan persamaan
hukum Kirchoff yaitu [4]:
Itotal = I1 + I2 +I3 + I4 (3.6)
atau
Im1 + 1m2 + Im3 + Im4 = Ik1 + Ik2 + Ik3 + Ik4 (3.7)
dimana :
Im = Arus Genset ( Arus masuk )
I total = Arus masuk
Ik = Arus beban (Arus keluar )
I1 = Arus 1

Tabel 3,3
Daftar pembebanan penghantar kontinu tembaga penampang meter persegi

31
3.5 PENGHANTAR INSTALASI
3.5.1 Busduct
3.5.1.1 Umum
Penghantar yang digunakan adalah berupa busduct yang fungsinya sama dengan kabel power
yang lainya. Busduct adalah penghantar listrik berupa lempengan tembaga yang di isolasi tiap
fasanya dengan epoxy insulation, penghantarnya ditutup rapat oleh electro galvanize steel yang
berfungsi sebagai rumah busduct sekaligus berfungsi sebagai grounding dari busduct itu sendiri .
Beberapa hal yang harus dperhatikan dalam penggunaan busduct adalah: [8]
a. Busduct harus terbuat dari bahan tembaga /alumunium dengan kemurnian minimum 99% dan
mempunyai impedansi yang rendah. Busbar harus tertutup secara total dan dapat digunakan
untuk 3 fasa / 4 wire dengan 100% netral dan 50% untuk pentanahan.
b. Busduct harus dilengkapi dengan perlengkapan seperti tap-off unit, elbow, flange end dan lain
lain sesuai dengan kebutuhan dalam gambar rencana
c. Busduct harus dibuat menurut ketentuan terakhir dari standar :IEC 60439-2

3.5.1.2 Konstruksi busduct


Konstruksi busduct adalah :
a. Isolasi yang digunakan harus minimum kelas B (130°C)
b. Busbar (tembaga) yang digunakan harus dilapis perak untuk mendapatkan ketahanan
terhadap korosi dan kontak yang baik pada sambungan .
c. Busbar (tembaga) harus mempunyai ukuran yang sama pada masing masing fasa dan netral
(100% netral) .
d. Sistem pentanahan dapat dilakukan menggunakan bagian rumah busduct (integral ground
bus) yang terbuat dari aluminium dengan ukuran 50% dari phasa ataupun netralnya, apabila
rumah busduct terbuat dari besi maka harus disediakan ground bus terpisah yang terbuat
dari aluminium (konduktor untuk pentanahan dari baja / besi tidak diperkenankan) .
e. Busduct yang digunakan untuk distribusi tenaga listrik (jenis plug in atau riser) yang terdiri
atas beberapa batang tembaga (copper bar) untuk tiap phasanya , minimum pada setiap
sambungan dari busduct tersebut harus terdapat paralel bar yang menghubungkan tiap
copper bar yang berada pada phasa yang sama .
f. Penguat rumah busduct harus terbuat dari baja yang digalvanis dengan ketebalan minimum
1.8 mm dan harus dilapis dengan cat epoxy secara elektro statis dan harus lulus terhadap uji
salt spray minimum 1000 jam. Busduct tanpa lapisan pelindung cat tidak diperbolehkan.

32
g. Expansion Joint harus dipasang sesuai rekomendasi fabrikan untuk mengurangi stress pada
system akibat perbedaan muai antara busbars dan rumahnya terutama untuk sistem yang
lurus dan panjang atau melalui bangunan lain .

3.5.1.3 Joint
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penggunaan joint adalah:
a. Semua permukaan busbar pada sambungan dan lokasi pemasangan Plug In Unit harus
dilapis dengan perak .
b. Sambungan (joint) harus dilakukan dengan menggunakan satu baut baja berkekuatan tinggi
dan ring konis / Belleville untuk mendapat tekanan yang merata pada area kontak /
sambungan
c. Sambungan (joint) harus menggunakan baut dengan dua kepala dimana kepala bagian luar
akan patah apabila torsi untuk pengencangan yang dibutuhkan sudah tercapai dan dilengkapi
dengan indikasi yang jelas
d. Sistem sambungan harus memungkinkan untuk melepas satu bagian dari busduct tanpa
menggangu bagian yang lain .

3.5.1.4 Plug In Unit


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan plug in unit adalah:
a. Plug in unit harus dilengkapi dengan MCCB 3P atau 4 P dan bisa dilengkapi dengan proteksi
relai arus bocor yang dipasang pada MCCB sesuai dengan gambar rencana .
b. Plug in unit harus dilengkapi dengan MCCB sesuai dengan standar IEC 60947-2 dan
mempunyai kapasitas pemutusan (breaking capacity) sama atau lebih besar dari kapasitas
hubung singkat yang terjadi pada system kelistrikan sesuai rencana .
c. Plug in unit harus dilengkapi dengan MCCB yang mudah didapatkan dipasar local Indonesia
untuk mempermudah perawatan .
d. Kontak untuk earthing harus lebih dulu tersambung daripada fasa atau netralnya pada saat
pemasangan plug in unit , tetapi harus lepas terakhir setelah phasa dan netralnya pada saat
pelepasan plug in unit.
e. Plug In Unit dan Busduct harus mempunyai interlock untuk memastikan MCCB pada posisi
’OFF’ pada saat pemasangan atau pelepasan plug in unit.
f. Plug In Unit dan Busduct harus mempunyai interlock untuk menghindari pintu dibuka pada
saat MCCB pada posisi ’ON’dan menghindari MCCB ’ON ’ secara tidak sengaja pada saat
pintu terbuka.
33
Feeder busduct dapat dilihat pada gambar 3.2 dan karakteristik listrik busduct dapat
dilihat pada tabel 3.4 [8].

Gambar 3.2 : Feeder busduct

Tabel 3.4 : Karateristik listrik busduct

34
3.5.2 Pemilihan luas penampang penghantar
Pemilihan untuk luas penampang penghantar mempertimbangkan hal-hal atau ketentuan
berikut [3]:

3.5.2.1 Kemampuan hantar arus (KHA)


Menurut PUIL 2000 pasal 5.5.3.1 bahwa ’penghantar sirkit akhir yang menyuplai motor tunggal
tidak boleh mempunyai KHA kurang dari 125% arus pengenal beban penuh’.
Untuk arus searah : In = P/V (A) (3.8)
Untuk arus bolak-balik fasa tunggal: In = P/(V.cos φ) (A) (3.9)
Untuk arus bolak-balik fasa tiga: In = P/( .V.cos φ) (A) (3.10)
KHA = 125% x In (3.11)
dimana:
I = arus nominal beban penuh (A)
P = daya aktif ( W)
V = tegangan (V)
cos φ = faktor daya

3.5.2.2 Jatuh tegangan


Menurut PUIL 2000 ayat 4.2.3.1 Untuk instalasi, diameter kabel dipilih sesuai dengan beban
yang ada dan memberikan maksimal jatuh tegangan (Voltage Drop) pada ujung beban tidak lebih
5% yaitu sesuai dengan PUIL 2000 ayat 4.2.3.1 [3],Untuk jatuh tegangan [8]:
∆ V = 3 . I(Rcos Ø + Xsin Ø) .L (3.12)
∆ V : Line to line voltage drop
I : Arus beban
Cos Ø : Power factor beban
R: AC resistansi di beban arus (ohm/m)
1 + α (55 x( I / I o ) 2 + 20
R = R95 x ( 3.13)
1 + 75α
R95 : AC resistansi busduct (ohm/m)
α : Temperatur busduct di 20ºC, tembaga 3.85 x 10 −3 .
I0 : kapasitas Arus busduct
X : Reaktansi
L : Panjang busduct.

35
3.5.2.3 Kabel penyulang genset
Perhitungan kabel penyulang genset dapat dilihat pada PUIL 2000 pasal 5.6.1.3 yang
berisi:’penghantar dari terminal generator ke proteksi pertama harus mempunyai kemampuan arus
tidak kurang dari 115% dari arus pengenal yang tertera pada pelat nama generator’, dengan
rumus: KHA = 115% x In (3.14)

3.6 BANGUNAN RUANG GENSET

3.6.1 Lokasi
Perlengkapan tidak boleh diletakkan pada daerah yang memungkinkan terendam air.
Ruang penempatan generator dan panel kontrol genset (PKG) sebaiknya terpisah dan di
batasi dengan dinding tahan api, dengan masing-masing pintu masuk.
Jalan ke luar masuk diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan tertutup oleh
bangunan baru di kawasan tersebut. Harus dilakukan tindakan dan penyediaan sarana
untuk memperkecil akibat buruk dari suara dan asap ketika pusat pembangkitan darurat
digunakan.

3.6.2 Konstruksi Bangunan


Ruang harus tahan kerusakan dan terpisah dari bagian gedung lainnya dengan
konstruksi tahan api yang memenuhi syarat. Tidak boleh ada pipa pelayanan lain yang
masuk ke ruang ini selain pipa untuk sistem darurat ini dan pipa proteksi terhadap api.
Jika perlu untuk menembus atau memecah tembok maka ketentuan tahan api dan tingkat
kebisingan arus tetap terpenuhi.

3.6.3 Kebutuhan Ruang


Pintu ke luar masuk bangunan instalasi harus disesuaikan untuk keperluan pemasangan
perlengkapan, pemeliharaan dan penggantian bagian perlengkapan jika diperlukan.
Semua pintu harus membuka ke luar dan sebaiknya dilengkapi dengan alat yang bisa
menutup sendiri. Luas bangunan bergantung pada susunan dan ukuran perlengkapan
yang bergantung pada kapasitas sistem. Harus tersedia jarak sekurang-kurangnya ¾ m
sekitar perlengkapan guna perawatan perlengkapan.

3.6.4 Ventilasi Udara


Ventilasi udara harus diatur sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir sehingga
suhu mesin tidak naik melampaui batas suhu kerja bila mesin beoperasi terus menerus.

36
Ujung saluran di tembok sebelah luar tidak boleh berjarak kurang dari 3 m dari lubang-
lubang terbuka atau gedung di sebelahnya.

3.6.5 Perlengkapan Pemadam Api


Harus disediakan perlengkapan pemadam api manual yang dapat mencakup ruang
tersebut.

3.6.6 Lampu Untuk Pelayanan Darurat


Harus ada lampu yang dinyalakan oleh baterai yang terpisah dari baterai untuk
keperluan asut maupun keperluan kendali. Kapasitas baterai harus sekurang-kurangnya
dapat menyalakan lampu yang bersangkutan selama 30 menit.

3.7 INSTALASI GENSET


3.7.1 Suplai Bahan Bakar
Tangki bahan bakar harus disediakan dalam ruang pembangkit masing-masing untuk
setiap unit penggerak utama, dengan kapasitas beban penuh selama 8 jam. Tempat
pengisian bahan bakar harus ditempatkan cukup jauh dari baterai dan perlengkapan
lainnya. Untuk setiap tangki bahan bakar harus tersedia alat duga bahan bakar yang
mudah terlihat. Untuk isi 2/3 bagian harus diberi tanda yang mengingatkan perlunya
pengisian kembali. Alat duga dibuat sedemikian rupa sehingga kalau rusak, minyak
tidak akan bocor. Pemipaan bahan bakar harus disusun sedemikian rupa sehingga
tercegah masuknya lumpur dan endapan kotoran minyak dan udara yang dapat
mengakibatkan tersumbatnya pipa. Semua keran harus diberi tanda keadaan tertutup
atau terbuka. Pipa bahan bakar harus dilindungi terhadap panas yang berlebihan dan
terhadap kerusakan mekanik.

3.7.2 Sistem Pembuangan Gas


Setiap sistem pembuangan gas harus dilengkapi dengan peredam dan sistem pipa atau
cerobong untuk membuang semua gas ke luar bangunan, cukup jauh dari jendela atau
cerobong pemasukan udara ke bangunan itu sendiri atau ke bangunan di sebelahnya.
Semua pipa dan alat sambung pipa, jika perlu harus dilindungi secukupnya agar
terlindung dari bahaya kebakaran, dan agar tidak ada bagian yang menonjol bersuhu
lebih dari 70°C.

37
3.7.3 Pendingin
Setiap penggerak utama jika mungkin harus mempunyai sistem pendingin tersendiri,
baik pendingin air maupun pendingin udara. Sistem pendingin tersebut tidak boleh
bergantung pada sumber dari luar, termasuk sumber airnya. Jika air didinginkan di luar
bangunan dengan menggunakan menara pendingin atau bak pendingin atau sistem
apapun, harus diperhatikan agar kemungkinan kebakaran tidak akan mempengaruhi
sistem pendinginan tersebut.

3.7.4 Pemasangan
Untuk memperkecil pengaruh getaran mesin, setiap mesin dapat dilengkapi peredam
yang dipasang pada pondasi yang dirancang khusus untuk keperluan tersebut.

3.8 PENATAAN PANEL KONTROL GENSET ( PKG )


Panel Kontrol Genset (PKG) genset harus ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga
terlihat rapi dan teratur, dan harus ditempatkan dalam ruang yang cukup leluasa.
PKG harus ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga pemeliharaan dan
pelayanan mudah dan aman, dan bagian yang penting mudah dicapai.
Semua komponen yang pada waktu kerja memerlukan pelayanan, seperti
instrumen ukur, tombol dan sakelar, harus dapat dilayani dengan mudah dan aman dari
depan tanpa bantuan tangga, meja atau perkakas yang tidak lazim lainnya.
Penyambungan saluran masuk dan saluran keluar pada PKG harus menggunakan
terminal sehingga penyambungannya dengan komponen dapat dilakukan dengan
mudah, teratur dan aman. Ketentuan ini tidak berlaku bila komponen tersebut letaknya
dekat saluran keluar atau saluran masuk. Terminal kabel kendali harus ditempatkan
terpisah dari terminal saluran daya. Beberapa PKG yang letaknya berdekatan dan
disuplai oleh sumber yang sama sedapat mungkin ditata dalam satu kelompok.
Di sekitar panel kontrol genset (PKG) harus terdapat ruang yang cukup luas
sehingga pemeliharaan, pemeriksaan, perbaikan, pelayanan dan lalulintas dapat
dilakukan dengan mudah dan aman.
Ruang pelayanan di sisi depan, lorong dan emper lalulintas koridor dalam ruang
PKG tegangan rendah, lebarnya harus sekurang-kurangnya 0,75 m, sedangkan tingginya
harus sekurang-kurangnya 2 m dapat dilihat pada gambar 3.3.
Jika di sisi kiri dan kanan ruang bebas yang berupa lorong terdapat instalasi
listrik tanpa dinding pengaman (dinding pemisah), lebar ruang bebas ini harus

38
sekurangkurangnya 1,5 m. Pintu ruang khusus tempat PKG terpasang harus mempunyai
ukuran tinggi sekurang-kurangnya 2 m dan ukuran lebar sekurang-kurangnya 0,75 m.
Dalam ruang sekitar PKG tidak boleh diletakkan barang yang mengganggu
kebebasan bergerak. PKG harus dipasang di tempat yang jelas terlihat dan mudah
dicapai. Tempat itu harus dilengkapi dengan tanda pengenal seperlunya dan penerangan
yang cukup.
Dinding dan langit-langit ruang tempat PKG dipasang harus terbuat dari bahan
yang tidak mudah terbakar.
Untuk PKG terbuka tegangan rendah dengan rel telanjang melintang dalam ruang
bebas, tinggi rel tersebut di atas lantai lorong harus sekurang-kurangnya 2,3 m.

Gambar 3.3 Ruang pelayanan dan ruang bebas sekitar papan hubung bagi PHB (PUIL
2000 ayat 6.2.2)

3.9 PENTANAHAN
Begitu pula dengan pentanahan menurut PUIL 2000 pasal 3.7.2.2.2 yang berisi: “jika terjadi
keraguan terhadap keefektifan ikatan penyama potensial suplemen, hal itu harus dikonfirmasi
bahwa resistans R antara bagian konduktif terbuka (BKT) dan bagian konduktif ekstra (BKE)
39
yang dapat terjangkau secara simultan memenuhi kondisi berikut ini [3].
R = 50/Ia (3.15)
Dengan Ia adalah arus operasi gawai proteksi:
- untuk GPAS, I ∆ n
- untuk GPAL, arus operasi 5 detik
Dapat diperhatikan bahwa:
a. R = resistansi pembumian BKT perlengkapan dan instalasi listrik (ohm)
b. Ia = k x In, arus kerja pengaman rentang waktu 5 detik (ampere), dimana:
k = faktor konstanta yaitu:
• Untuk pengaman lebur dengan rating pengaman: 2,5 – 5 In
• Untuk pengaman selain pengaman lebur dengan rating pengaman: 1,25 – 3,5 In

3.10 METODE PENGOPERASIAN GENSET


Metoda pengoperasian genset ini dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Secara manual
dengan mengoperasikan langsung pada panel yang tersedia, yaitu seorang operator dapat
langsung menge-set pada panel genset, bahwa pengoperasian akan dilakukan secara manual.
Dengan cara otomatis kita pengesetan pada panel yang disediakan, bahwa kerja genset akan
dioperasikan secara otomatis.

Gambar 3.4 Metoda starting genset

40
Starting genset yang digunakan adalah dengan cara metoda quick starting seperti terlihat
pada gambar 3.4, yaitu pada saat PLN mati genset langsung beroperasi tidak mengalami proses
pemanasan terlebih dahulu. Diesel ini dihubungkan secara satu poros dengan genset. Pada diesel
dan generator tersebut terdapat pemanas kira-kira pada suhu 25-50°C yaitu oli pada heater
tersebut, dan kelembaban generator ini tidak tinggi.
Cara kerja rangkaian seperti dapat di lihat pada gambar 3.4 adalah [10]:
a. Dalam keadaan normal yaitu beban disuplai oleh PLN, arus akan mengalir sebagai berikut.
Dari meter PLN-Titik A-Switch KT (on)-Titik B-Load.
b. Dalam keadaan darurat yaitu PLN off (KT off), secara otomatis AMF memerintahkan diesel
untuk start dan dalam waktu ± 8 sec. Generator mengeluarkan tegangan (voltage), secara
otomatis pula switch KG on. Sekarang beban disuplai dari genset.
c. Apabila PLN on kembali, ± 30 sec. AMF memerintahkan KG off dan setelah itu
meng-on-kan KT, tetapi genset masih running.
d. Apabila PLN dalam waktu ± 120 sec tidak off lagi, maka genset stop.
e. Semuanya akan bekerja secara otomatis.

Gambar 3.5 Rangkaian battery charger

Battery charger digunakan untuk menyuplai energi listrik ke accu dapat dilihat pada
gambar 3.5. Pada saat normal yaitu suplai dari PLN dan load disuplai dari PLN. Maka battery
charger akan mendapatkan suplai energi listrik dari PLN pula. Kemudian dari battery charger ini

41
akan mengisi accu sebesar 12 VDC untuk genset 1 dan 24 VDC untuk genset 2. Dari accu ini,
suplainya telah siap untuk menstart genset, jika PLN padam atau mengalami gangguan.
Jika PLN padam, battery charger tetap mendapat suplai energi listrik, tetapi dari genset
yang akan disalurkan ke accu. Sehingga dengan cara ini battery charger tetap mendapat suplai
litrik begitu juga dengan accu.
Catu daya DC yaitu baterai atau accu digunakan untuk mengoperasikan genset. Karena
accu ini akan menyalakan genset dan pengontrolan kerja ATS. Accu ini mendapat pengisian
ulang dari battery charger. Accu yang akan menggerakkan generator harus selalu dalam keadaan
bertegangan.
Pengisian ulang baterai atau accu digunakan alat bantu berupa battery charger dan
pengaman tegangan. Pada saat PLN normal (diesel dan generator tidak beroperasi), maka battery
charger mendapat suplai listrik dari PLN. Sedangkan pada saat PLN padam atau mengalami
gangguan (diesel dan generator beroperasi), maka suplai dari battery charger didapat dari
generator. Pengaman tegangan berfungsi untuk memonitor tegangan baterai atau accu. Jika
tegangan dari baterai atau accu sudah mencapai 12 atau 24 volt, yang merupakan tegangan
standarnya, maka hubungan antara battery charger dengan baterai atau accu akan diputus oleh
pengaman tegangan.

Gambar 3.6. Hubungan generator dengan penggerak mula

42
Generator dihubungkan satu poros dengan diesel seperti dapat dilihat pada gambar 3.6 .
Pada saat akan start accu yang berisi tegangan 12 atau 24 V siap mensuplai motor DC. Motor DC
ini akan menstarting diesel dan generator mengikuti putaran diesel. Pada diesel terjadi gerakan
mekanik yang akan memutar generator, sehingga generator mengeluarkan tegangan.
Karena sistem ini menggunakan sistem start elektrik maka diesel yang dipakai memiliki
daya sedang yaitu <500 PK, digunakan sebagai prime mover yang akan menggerakkan generator.
Generator akan menghasilkan energi listrik dari energi mekanik. Motor DC mendapat suplai
listrik dari baterai/accu 12 atau 24 volt. Saat start, motor DC mendapat suplai listrik dari baterai
atau accu dan menghasilkan torsi yang dipakai untuk menggerakkan diesel sampai mencapai
putaran tertentu. Baterai atau accu yang dipakai harus dapat dipakai untuk menstart sebanyak 6
kali tanpa diisi kembali. Karena arus start yang dibutuhkan motor DC cukup besar, maka dipakai
dinamo yang berfungsi sebagai generator DC.
Terlihat pula, bahwa AMF mengontrol keadaan diesel, dimana dapat dilihat keadaan
genset ini pada panel kontrol yang tersedia, yaitu keadaan gangguan seperti: low oil pressure, high
water temperature dan overspeed .

43
BAB IV
PERANCANGAN DAN ANALISA

Perancangan dan analisa rangkain instalasi genset ini, yang di analisa dan di rancang
adalah kemampuan pengaman, penghantar, pentanahan, panel dan ruang enset.

4.1 MENGHITUNG RATING PENGAMAN KELUARAN GENSET


Menghitung rating pengaman keluaran genset menurut persamaan 3.1 dan 3.2 adalah seperti di
bawah ini :
a. Persamaan (3.1)
2000kVA
In genset = = In genset = 2887A
3 x 400V
Efisiensi Genset 90%, Jadi Arus yang mengalir yaitu : In Genset = 2887A x 90%=
In Genset = 2598 A
b. Persamaan (3.2)
I ACB = 120 % x 2598 A = 3118 A = ACB 3200 A .
Jadi ACB yang di pakai untuk pengaman genset 1,2 ,3 dan genset 4 adalah masing -
masing 3200 A

4.2 MENGHITUNG KEMAMPUAN HANTAR ARUS KELUARAN GENSET


Menghitung kemampuan hantar arus keluaran genset menggunakan persamaan 3.14 yaitu :
KHA = 115 % x 2598 A = 2988 A = 3200 A.
Jadi penghantar yang digunakan untuk ke empat genset 1 ,2 ,3 dan genset 4 adalah
sama besar kemampuan hantar arusnya, mengunakan busduct dengan kemampuan
hantar arusnya 3200 A.

4.3 MENGHITUNG RATING PENGAMAN KELUARAN BEBAN


Menghitung rating pengaman keluaran genset menurut persamaan 3.1 dan 3.2 adalah seperti di
bawah ini:
a. Persamaan (3.1)
Beban LVMDB-1, LVMDB-2 dan LVMDB-CH, masing-masing adalah 1200 kVA
1200kVA
In beban = =1732A
3 x 400V

44
b. Persamaan (3.2)
I ACB = 120% x 1732 A =2078A = ACB yang di pakai ACB 2000 A .
Jadi ACB yang di pakai untuk pengaman keluaran beban adalah sama, masing-masing
menggunakan ACB 2000A.

4.4 MENGHITUNG KEMAMPUAN HANTAR ARUS KELUARAN BEBAN


Menghitung kemampuan hantar arus keluaran beban menggunakan persamaan 3.11 adalah:
KHA = 125% x 1732 A = 2165A .
Jadi penghantar yang di pakai untuk keluaran beban masing-masing menggunakan
busduct dengan kemampuan arus 2500 A.

4.5 MENGHITUNG JATUH TEGANGAN PENGHANTAR


Menghitung jatuh tegangan penghantar genset menggunakan persamaan 3.12 dan dan 3.13
adalah:
a. Persamaan (3.13)

1 + 3,85 × 10 −3 (55 × (2598 / 3200) 2 + 20)


R= 0,145x10 −4 x
1 + 75(3,85 × 10 −3 )
R= 0,137 x 10 −4 ohm

b. Persamaan (3.12)

∆ V = 3 × 2598(0,137 x10 −4.0,8 + 0,056 x10 −4.0,6).25

∆ V = 12,7 Volt

12,7
∆V= × 100% = 3.1%
400

Jadi jatuh tegangan penghantar yang digunakan sudah sesuai dengan PUIL 2000 yaitu
di bawah 5%. Jatuh tegangan penghantar masing-masing genset sama.

4.6 MENGHITUNG ARUS HUBUNG SINGKAT PADA PENGAMAN KELUARAN


GENSET
Menghitung arus hubung singkat pada pengaman keluaran genset sesuai dengan persamaan 3.3,
3.4 dan 3.5 adalah seperti di bawah ini:
a. Persamaan (3.3)
1 pu
Iu = = 7.69pu
0.13 pu

45
b. Persamaan (3.5)
2000kVA
Idasar = = 2887 A
3 x 400V
c) Persamaan (3.4)
I’’ = 7.69 x 2887 A = 22.20 kA
Jadi Pengaman keluaran genset yang digunakan dengan kapasitas pemutusan minimum
22,20 kA, yaitu pengaman yang di pakai masing-masing 3200A dengan kemapuan
pemutusan minimum 22,20 kA. Untuk kilovolt amper (kA) pengaman keluaran beban
adalah total arus gangguan sub-transien genset = 4 x 22,2 kA = 88 kA, yaitu pengaman
yang di pakai masing-masing 2000A dengan kemampuan pemutusan minimum 88kA,
kemampuan pemutusan pengaman atau breaker dipakai 100kA.

4.7 MENGHITUNG KAPASITAS PENGHANTAR REL


Untuk menghitung kapasitas rel ada dua kondisi yang harus di perhatikan supaya rel
tidak terlalu besar untuk disesuaikan dengan kebutuhan arus maksimum yang mengalir
pada penghantar rel yaitu :
a. Kondisi 1 yaitu arus dalam keadan normal alirannya.
b. Kodisi 2 yaitu kemungkinan arus yang maksimum yang mengalir pada penghantar
rel.
Jadi Arus maksimum yang mengalir pada pengahantar rel sebagai acuan untuk
menentukan besarnya penampang rel yang akan di gunakan. (gambar 4.1 dan gambar
4.2). Untuk menghitung arus yang mengalir pada rel sesuai dengan persamaan 3.7 dan
3.11 adalah seperti di bawah ini:
a. Persamaan (3.7)
• Pada kondisi 1 :
a. Im1 = Ik1+Ik2
2598 = 1700 + 898
b. Im2 = Ik3+Ik4
2598 = 802+1700
c. Im3 = Ik5+Ik6+Ik7
2598 = 0 + 1700+ 898
d. Im2 = Ik8+Ik9+Ik10
2598 = 802 +0+1700
Arus maksimum yang mengalir dalam pengahantar rel dalam kondisi 1 adalah 2598A .
46
• Pada kondisi 2 :
Im1+Im2 = Ik1+Ik2+Ik3
2598 + 2598 =1700+ 1700+1700=5196 A
Arus maksimum yang mengalir dalam penghantar rel dalam kondisi 2 adalah 5200A.
Arus yang mengalir dalam penghantar rel kondisi 2, yaitu arus yang paling tinggi.
b. Persamaan (3.11)
KHA = 125% x In
KHA = 125% x 5196A = 6495A
Jadi untuk penghantar rel yang digunakan adalah dengan arus yang tertinggi yang
mengalir pada penghantar adalah 6495A, ukuran rel yang digunakan yang mendekati
dengan kemampuan arus tersebut dipilih jenis tembaga RSTN/phase =5(100x50)mm2.

47
LVMDB-1 LVMDB-CH2 LVMDB-2 LVMDB-2 LVMDB-CH1 LVMDB-1
(ON) (ON) (ON) (ON) (ON) (ON)
1732A 1732A 1732A 1732A 1732A 1732A

Ik1 Ik2 Ik3 Ik4 Ik5 Ik6 Ik7 Ik8 Ik9 Ik10

REL

BREAKER

Im1 Im2 Im4


CONDUCTOR Im3

G -1 (ON) G -2 (ON) G -3 (ON) G 4 (ON)


2598A 2598A 2598A 2598A

Keterangan :
G-1 : Genset 1
Im : Arus Masuk
Ik : Arus keluar
LVMDB – 1 : Low Voltage ditribution Board 1
LVMDB – CH : Low voltage Distribution board Chiller

Kondisi 1 arus yang mengalir dalam keadaan normal

LVMDB-1 LVMDB-CH2 LVMDB-2 LVMDB-2 LVMDB-CH1 LVMDB-1


OFF OFF OFF (ON )1732A (ON) 1732A ( ON)1732A

Ik1 Ik2 Ik3

Ik1+Ik2 + ik3

Im1 Im2

G -1 (ON) G -2 (ON) G-3 G-4


2598A 2598A OFF OFF
KVA

Kondisi 2 kemungkinan arus mengalir dalam arus yang tinggi

Gambar 4.1 Arus yang mengalir pada rel penghantar panel kontrol genset yaitu pada
kondisi 1 dan kondisi 2

48
4.8 MENGHITUNG PENTANAHAN
Pentanahan dapat di hitung dengan menggunakan persamaan 3.15 sebagai berikut :
50V
R= =0,005 ohm
3.5 x 2598 A
Jadi resistansi pentanahan untuk masing-masing genset adalah 0,005 ohm

4.9 MENENTUKAN DIMENSI PANEL KONTROL GENSET


Dalam menentukan dimensi panel ditentukan oleh kapasitas pemutusan arus pengaman, jenis
pengaman, kemampuan hantar arus penghantar dan jenis penghantar yang digunakan karena
semakin besar arus yang dialirkan pengaman dan penghantar semakin besar dimensinya sehingga
dimensi panel akan lebih besar dan ruangan yang di butuhkan akan lebih luas. Dimensi panel
yang digunakan dapat dilihat pada lampiran A yaitu gambar A1 dan gambar A2.

4.10 MENENTUKAN DIMENSI RUANGAN GENSET


Dimensi ruangan genset ditentukan oleh besarnya panel yang digunakan dan banyaknya kapasitas
genset yang digunakan. Dalam perancangan ruangan genset ini harus di perhatikan persyaratan
menurut ketentuan PUIL-2000 dan persyaratan lainnya yang digunakan. Dalam perancangan
ruangan genset ini, ruangan yang dibuat disesuaikan dengan lokasi yang sudah ada dilapangan.
Ruangan genset yang dirancang dapat dilihat pada lampiran A yaitu gambar A3, A4 dan
gambar A5.

4.11 ANALISA PERANCANGAN


Dalam perancangan rangkaian instalasi genset ini, yang dianalisa adalah kemampuan daya genset,
pengaman, penghantar, panel dan ruang genset.

4.11.1 Kemampuan Daya Genset


Kemampuan genset yaitu untuk menyuplai panel distribusi yang terdiri atas LVMDB 1,
LVMDB-2 dimana kedua LVMDB ini melayani beban Penerangan, kotak - kontak , lift dan
pompa -pompa dan air handling unit, LVMDB-CH1 dan LVMDB-CH2 untuk melayani beban
air conditioning berupa mesin chiller dan kelengkapannya.
Daya total untuk keluaran beban ini yaitu 6 x 1732 A =10392A=7200 kVA hampir 100%
beban dari beban maksimum yaitu 10200A/10824A=0.94=94%. Daya total genset dengan
Efisiensi 90% yaitu 8000 kVA x 90%=7200 kVA=10392A . Dengan demikian daya genset yang
digunakan untuk mesupply beban-beban tersebut di atas mencukupi.

49
4.11.2 Kemampuan Pengaman
Pengaman yang digunakan adalah air circuit breaker (ACB), karena ACB mengamankan
peralatan terhadap gangguan arus beban lebih dan arus hubung singkat. Rating kerja arus ACB
lebih tinggi daripada MCB/MCCB dan dapat disetting menurut kebutuhan.
Arus nominal masing – masing genset diseting dengan efisiensi 90% =2598A dan
kemampuan pengaman yang dihitung sebesar 3118 A (dari 120% x In genset). Arus nominal
yang adalah 2598A, sedangkan kemungkinan arus maksimumnya adalah 3118. Untuk mengatasi
hal tersebut pengaman yang digunakan yaitu ACB yang memiliki rating arus 3200 A.
Kemampuan ACB ini arus maksimum yang melewatinya adalah sebesar 3200 A. Sedangkan arus
maksimum yang akan terjadi adalah 3118A. Jika ACB disetting pada 3200 A, maka telah
memenuhi kemampuan mengamankan arus maksimum sebesar 3200 A telah terpenuhi.

4.11.3 Kemampuan Penghantar


Penghantar dengan jenis busduct merupakan penghantar listrik berupa lempengan tembaga yang
diisolasi tiap fasanya nya dengan epoxy insulation, penghantarnya ditutup rapat oleh
electrogalvanize steel yang berfungsi sebagai rumah busduct sekaligus berfungsi sebagai
grounding dari busduct itu sendiri .
.
Kemampuan hantar arus (KHA) busduct masing-masing genset adalah 3200A yaitu
didapat dari 115% x 2598A=2998A dimana KHA busduct yang mendekati adalah 3200A, arus
nominal yang mengalir pada busduct tersebut hanya 2598A. Untuk kemampuan hantar arus
tersebut telah sesuai dengan PUIL 2000 pasal 5.6.1.3, sehingga kemampuan penghantar pada
genset 2000 kVA telah memenuhi standar dan aman untuk digunakan.
Kemampuan jatuh tegangan busduct masing – masing genset sama adalah 3,1% sudah
sesuai dengan PUIL 2000 ayat 4.2.3.1.

4.11.4 Panel dan Ruang Genset Yang Di butuhkan


Perancangan panel dan ruangan genset dapat dilihat pada lampiran A yaitu gambar A3, gambar
A4 dan gambar A5 ini sudah sesuai dengan:
a. PUIL 2000 ayat 8.21.2 bahwa ruang PHB utama dan genset sebaiknya diletakan
terpisah.
b. PUIL 2000 ayat 6.2.2.1, bahwa disekitar PHB harus terdapat ruang yang cukup luas
sehingga pemeliharaan, pemeriksaan, perbaikan, pelayanan dan lalulintas dapat
dilakukan dengan mudah dan aman.
c. PUIL 2000 ayat 6.2.2.2, bahwa diruang pelayanan disisi depan, lorong dan emper
50
lalulintas yang dimaksud dalam 6.2.2.1 di atas pada PHB tegangan rendah, lebarnya
harus sekurang - kurangnya 0,75m, sedangkan tingginya harus sekurang -
kurangnya 2 m.
d. PUIL 2000 ayat 6.2.2.3, bahwa jika di sisi kiri dan kanan ruang bebas yang berupa
lorong terdapat instalasi listrik tanpa dinding pengaman (dinding pemisah), lebar
ruang bebas ini harus sekurangkurangnya 1,5 m (lihat Gambar 3.3).
e. PUIL 2000 ayat 6.2.2.4,bahwa pintu ruang khusus tempat PHB terpasang harus
mempunyai ukuran tinggi sekurang-kurangnya 2 m dan ukuran lebar sekurang-
kurangnya 0,75m .

51
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam instalasi genset yang didasarkan pada kemampuan masing-
masing bagian genset terhadap beban yang disuplai, pentanahan, panel dan ruang genset adalah
sebagai berikut:
a. Daya genset yang digunakan telah mencukupi dengan total daya beban yang disuplai
genset tersebut yaitu daya genset 8000 kVA dan beban yang dilayani hanya
7200kVA
b. Rating pengaman yang dihitung untuk total daya beban telah mencukupi untuk daya
beban yang akan disuplai genset yaitu rating pengaman genset total 12800A dan
rating pengaman beban total 12000A.
c. Kemampuan hantar arus (KHA) terhadap total daya yang digunakan telah sesuai dan
mencukupi yaitu arus nominal 2598A pada 1 genset, penghantar yang digunakan
yaitu busduct 3200A. dan arus nominal 1732A pada beban, penghantar yang
digunakan yaitu busduct 2500A.
d. Luas Penampang penghantar rel lebih efektif, tidak terlalu besar di sesuaikan dengan
kebutuhan beban, dan ini sesui dengan hukum kirchoff arus. Dengan demikian harga
rel jauh akan lebih murah dibandingkan kalau dihitung seluruh arus yang masuk ke
rel tersebut yaitu arus total yang disupplai oleh genset 12800A, tetapi bisa
mengunakan dengan penghantar dengan KHA 6495A. sehingga luas penampang rel
yang di gunakan jauh lebih kecil.
e. Jatuh tegangan sudah sesuai dengan peraturan PUIL 2000 masih di bawah 5% yaitu
jatuh tegangan 3.1%.
f. Pentanahan sudah sesuai dengan peraturan PUIL 2000 yaitu 0,005ohm
g. Penempatan panel dan ruang genset yang dibutuhkan sudah sesuai dengan peraturan
dan persyaratkan oleh PUIL 2000 hal ini dilakukan untuk menjaga peralatan lebih
tahan lama umur pakainya, untuk melindungi keselamatan jiwa manusia dan untuk
memudahkan operasional dari gedung tersebut.

52
5.2 SARAN
Saran yang dapat di tulis adalah sebagai berikut:
a. Dalam merencanakan instalasi genset, khususnya kemampuan daya genset,
penghantar, pengaman, pentanahan, panel dan kenbutuhan ruang genset, sebaiknya
perlu direncanakan, diperhitungkan dan dianalisa dengan cermat, agar hasil yang
diinginkan lebih maksimal.
b. Pemasangan genset sebagai back-up cadangan utama sebaiknya didadasarkan pada
keseluruhan total beban yang digunakan .
c. Dimensi ruangan genset sebaiknya menggunakan spesifikasi dan peraturan yang
dipersyaratkan. Ruangan yang dibuat menggunakan sirkulasi ventilasi dan peredam
suara, agar ada pergantian udara dan tidak terlalu bising sesuai dengan ketentuan.

53
DAFTAR PUSTAKA

[1] Harten, V, Setiawan, “Instalasi Listrik Arus Kuat 1”. Bina Cipta: Bandung,1981
[2] Hilal, H, “Analisa Sistem Tenaga listrik ”.Universitas Mercu Buana, 2008.
[3] Panitia PUIL. 2000. “Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)”,
Yayasan PUIL, Jakarta, 2000
[4] Soepartono dan Ismu, R, A, “Teknik Tenaga Listrik 2”, Jakarta, 1980.
[5] Sumanto. “Mesin Sinkron (Generator Sinkron dan Motor Sinkron)”, Andi
Yogyakarta, Yogyakarta,1996.
[6] ..................,”Technical Catalog Air Circuit Breaker”, ABB, Italy 2006
[7] ………….., “Technical Catalog Low Voltage Moulded Case Circuit Breaker”,
ABB, Italy 2000
[8] ………….,”Henikwon Tecnical Brochure SCM Busduct System”, BDS, 2008-10
[9] www. panel-listrik.com
[10] www. dunia-listrik.blogspot.com

54

Anda mungkin juga menyukai