Skripsi Perancangan Instalasi Genset Di Gedung World Trade Centre II Jakarta
Skripsi Perancangan Instalasi Genset Di Gedung World Trade Centre II Jakarta
Disusun Oleh :
Nama : Suherman
NIM : 41405120039
Jurusan : Teknik Elektro
Peminatan : Teknik Tenaga Listrik
Pembimbing : Dr. Ir. Hamzah hilal, MSc
Disusun Oleh :
Nama : Suherman
NIM : 41405120039
Program Studi : Teknik Elektro
Peminatan : Teknik Tenaga Listrik
Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing Skripsi Koordinator Skripsi
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Elektro
ii
SURAT PERNYATAAN
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Penulis
Suherman
iii
ABSTRAK
Gedung Wolrd Trade Center II merupakan central perkantoran dan menerapkan konsep
Green building. Oleh karena itu maka untuk pensuplyan daya sangat diperhatikan,
supaya aliran daya listrik tetap terjaga jangan sampai padam. Selain menyiapkan genset
sebagai cadangan sumber listrik, penyedian energi listrik di gedung World Trade Center
II disuplai pula melalui dua sumber tenaga listrik PLN yaitu dari daerah Karet dan
daerah Gunung Sahari hal ini untuk menjaga bila terjadi pemadaman sumber daya
listrik dari PLN daerah yang satu masih dapat mensuplai sumber daya listrik PLN dari
daerah yang lain .
Gedung World Trade Center memerlukan energi listrik yang utama untuk
penerangan ruangan-ruangan tertentu, seperti: ruang kantor, ruang data, corridor, parkir,
restoran, retail dan ruang utility. Ruangan-ruangan ini penting untuk kegiatan yang terus
berlangsung terutama ruangan data yang yang memerlukan sumber daya listrik 24 jam.
Berdasarkan pada hal diatas, agar ruangan-ruangan tersebut tetap mendapat suplai
energi listrik, maka dibutuhkan cadangan listrik sebagai back-up sebagai suplai
cadangan utama yaitu genset. Genset merupakan salah satu alternatif sumber tenaga
listrik cadangan untuk gedung ini dengan daya kecil sampai beban daya menengah.
Salah satu sebab kenapa diesel generator di pilih sebagai sumber tenaga listrik cadangan
adalah mudah pemasangannya dan tidak membutuhkan ruang operasi yang luas.
Perancangan instalasi genset banyak hal yang harus di perhatikan untuk menjaga instalasi
aman, mudah pengoperasionalnya dan sesuai yang di harapkan yaitu harus sesuai dengan
peraturan dan standar yang berlaku.
iv
KATA PENGANTAR
Dalam pelaksanaan dan pembuatan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Tanpa menghilangkan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan, motivasi, arahan dan dorongan dari banyak pihak, terutama
keluarga, dosen pembimbing, rekan sejawat, dan pimpinan perusahaan. Pada kesempatan ini saya
sampaikan banyak terima kasih kepada :
a. Umi di rumah yang sangat di hormati, paling dicinta dan disayang, terimakasih telah
memberikan dukungan doa, kapanpun dan dimanapun, kasih sayang dan segala-
galanya yang penulis ingin sekali membalas kebaikannya, tetapi belum bisa
membalasnya, bapak yang telah almarhum, mudah-mudahan amal ibadahnya di
terima oleh Allah SWT dan anakmu selalu mendo’akan..
b. Bapak dan ibu mertua yang meberikan dukungan dan do’a.
c. Istri dan anak yang tersayang yang telah mendampingi dan memberikan motivasi,
dukungan dan do’a.
d. Ibnu Sina Muslim, semoga menjadi orang yang soleh berguna bagi agama, bangsa,
negara, keluarga dan lingkungannya.
e. Dr. Ir. Hamzah Hilal, MSc selaku pembimbing Tugas Akhir
f. Bapak Ir. Yudhi Gunadi MT selaku ketua program studi Teknik Elektro
g. Seluruh Dosen Program Studi Teknik Listrik Universitas Mercubuana
h. Seluruh keluarga besar Universitas Mercubuana
i. Teman-teman dari Kelas Karyawan Mercu Buana terutama jurusan Teknik Tenaga Listrik
serta teman-teman angkatan 8). Kebersamaan bersama kalian merupakan suatu kenangan dan
perjuangan menuju ke kesuksesan bagi penulis.
j. Bapak Handy Sudarta dan bapak Tri Samodro selaku pimpinan perusahaan yang
memberikan dukungan dana dan kesempatan selama ini.
v
Atas segala bantuannya, semoga Allah SWT. memberikan pahala yang layak. Pihak-
pihak lain yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir yang tidak
mungkin disebutkan semuanya disini. Sekali lagi penulis mengucapkan banyak terima kasih yang
tak terhingga Semoga Allah SWT membalas atas semua kebaikan dan bantuan dari semua
dengan sesuatu yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
perancangan dan pembuatan Tugas Akhir ini ini, oleh karena itu besar harapan penulis untuk
menerima saran dan kritik dari para pembaca, semoga buku ini dapat memberikan manfaaat bagi
para mahasiswa Universitas Mercubuana pada umumnya dan dapat memberikan nilai lebih untuk
para pembaca pada khususnya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................... ii
ABSTRAK…................................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH.............................................................. 1
1.2. TUJUAN PENULISAN................................................................................... 1
1.3. PERUMUSAN MASALAH .......................................................... 2
1.4. PEMBATASAN MASALAH........................................................................ 2
1.6. METOLOGI PENULISAN............................................................................. 2
1.7. SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................................................ 3
BAB II KOMPONEN UTAMA CATU DAYA PADA GEDUNG................... 4
2.1. GENERATOR.................................................................................................. 4
2.1.1 Pengertian Generator .............................................................................. 4
2.1.2 Cara Kerja Generator ............................................................................... 5
2.1.3 Sistem – Sistem Pendukung pada Generator.…................................. 6
vii
2.2. MESIN DESEL................................................................................................ 8
2.2.1 Pengertian Mesin diesel........................................................................... 8
2.2.2 Cara Kerja Mesin Diesel......................................................................... 8
2.3. AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF) DAN AUTOMATIC 11
TRANSFER SWITCH (ATS) ........................................................................ 11
2.3.1 Pengertian AMF dan ATS..................................................................... 11
2.3.2 Cara Kerja AMF dan ATS .................................................................... 12
2.4. BATTERY DAN BATTERY CHARGER.................................................. 12
2.5. PENGAMAN UNTUK PERALATAN ...................................................... 13
2.5.1 Sekering .................................................................................................... 13
2.5.2 MCB (Mini CircuitBreaker).................................................................. 14
2.5.3 MCCB (Moulded Case Circuit Breaker )............................................. 15
2.5.4 ACB ( Air Circuit Breaker)..................................................................... 16
2.5.5 Accessories Circuit Breaker.................................................... 16
2.5.6 TOLR (ThermalOver Relay )................................................................. 18
2.5.7 Kontaktor ................................................................................................. 19
2.5.8. Relay Pengaman ...................................................................................... 19
2. 6. SISTEM PENGAMAN.................................................................................. 20
2.7. AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR) ................................. 21
2.8. PANEL GENSET........................................................................... 21
2.8.1 Panel ATS/AMF..................................................................... 22
2.8.2 Panel AC dan Panel DC.......................................................... 22
2.8.2.1 Panel AC..................................................................... 22
2.8.2.2 Panel DC..................................................................... 22
2.8.3 Panel ACOS.............................................................................................. 23
BAB III PERANCANGAN GENSET............................................................................... 25
3.1. DESKRIPSI PERANCANGAN .................................................... 25
3.2. MENENTUKAN RATING PENGAMAN KELUARAN ............. 29
3.3. PENENTUAN ARUS HUBUNG SINGKAT............................................. 29
3.4 PENGHANTAR REL .................................................................. 30
3.5. PENGHANTAR INSTALASI............................................... 32
3.5.1 Busduct....................................................................................................... 32
3.5.1.1. Umum........................................................................................ 32
viii
3.5.1.2. Konstruksi Busduct................................................................... 32
3.5.1.3. Joint ............................................................................................ 33
3.5.1.4. Plug In Unit .............................................................................. 33
3.5.2 Pemilihan Luas Penampang Penghantar ............................... 35
3.5.2.1. Kemampuan Hantar Arus (KHA) ......................................... 35
3.5.2.2.Jatuh Tegangan........................................................... 35
3.5.2.3. Kabel Penyulang Genset............................................ 36
3.6. BANGUNAN RUANG GENSET.................................................. 36
3.6.1. Lokasi ................................................................................... 36
3.6.2. Konstruksi Bangunan .......................................................... 36
3.6.3. Kebutuhan Ruang ................................................................ 36
3.6.4. Ventilasi Udara..................................................................... 36
3.6.5. Perlengkapan Pemadam Api ................................................ 37
3.6.6. Lampu Untuk Pelayanan Darurat ......................................... 37
3.7. INSTALASI GENSET................................................................... 37
3.7.1. Suplai Bahan Bakar .............................................................. 37
3.7.2. Sistem Pembuangan Gas ….………………........…..…...... 37
3.7.3. Pendingin ……………………….….……….............…..... 38
3.7.4. Pemasangan .......................................................................... 38
3.8 PENATAAN PANEL KONTROL GENSET ( PKG ).................. 38
3.9 PENTANAHAN ........................................................................... 39
3.10 METODE PENGOPERASIAN GENSET .................................... 40
BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA.................................................................... 44
4.1. MENGHITUNG RATING PENGAMAN KELUARAN GENSET...... 44
4.2. MENGHITUNG KEMAMPUAN HANTAR ARUS KELUARAN 44
GENSET..........................................................................................................
4.3. MENGHITUNG RATING PENGAMAN KELUARAN BEBAN....... 44
4.4. MENGHITUNG KEMAMPUAN HANTAR ARUS KELUARAN
BEBAN............................................................................................................ 45
4.5. MENGHITUNG JATUH TEGANGAN PENGHANTAR ..................... 45
4.6. MENGHITUNG ARUS HUBUNG SINGKAT PADA PENGAMAN
KELUARAN GENSET........................................................................ ....... 45
4.7. MENGHITUNG KAPASITAS PENGHANTAR REL............................ 46
ix
4.8. MENGHITUNG PENTANAHAN................................................ 49
4.9. MENENTUKAN DIMENSI PANEL KONTROL GENSET . ..... 49
4.10. MENENTUKAN DIMENSI RUANGAN GENSET ............................. 49
4.11. ANALISA PERANCANGAN...................................................................... 49
4.11.1. Kemampuan Daya Genset .................................................................. 49
4.11.2. Kemampuan Pengaman ....................................................................... 50
4.11.3. Kemampuan Penghantar ..................................................................... 50
4.11.4. Panel dan Ruang Genset yang di butuhkan ......................... 50
BAB V PENUTUP...................................................................................................................... 52
5.1. Kesimpulan............................................................................................................ 52
5. 2 Saran....................................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 54
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Menentukan luas penampang atau kemampuan hantar arus penghantar yang
digunakan pada penghantar keluaran genset ke beban-beban .
4. Menentukan luas penampang penghantar atau kemampuan hantar arus rel pada panel
genset
5. Menentukan penataan dimensi panel dan ruangan genset
2
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Tugas akhir ini di tulis secara sistematis dalam 5 bab. Bab dua bersisi komponen utama
catu daya pada gedung, dijelaskan mengenai unit rangkaian instalasi genset dengan
komponen-konmponen pendukungnya. Bab tiga berisi data-data yang diperlukan untuk
melakukan rancangan genset dan teori dasar yang digunakan. Bab empat berisi
perancangan dan analisa mengenai instalasi perancangan genset mulai penghantar,
pengaman, pentanahan, panel dan ruang genset . Bab lima berisi kesimpulan dan saran
tugas akhir ini.
3
BAB II
KOMPONEN UTAMA CATU DAYA PADA GEDUNG
2.1 GENERATOR
2.1.1 Pengertian Generator
Generator adalah mesin yang dapat mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik melalui
proses induksi elektromagnetik. Generator memperoleh energi mekanis dari prime mover.
Generator arus bolak-balik (AC) dikenal dengan sebutan alternator. Generator pada gedung WTC
II diharapkan dapat mensuplai tenaga listrik pada saat terjadi gangguan pada sumber daya listrik
PLN.
Sedangkan genset (generator set) merupakan bagian dari generator. Genset merupakan
suatu alat yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Generator terpasang satu
poros dengan motor diesel, yang biasanya menggunakan generator sinkron (alternator) pada
pembangkitan. Generator sinkron terdiri atas dua bagian utama yaitu: sistem medan magnet dan
jangkar. Generator ini kapasitasnya besar, medan magnetnya berputar karena terletak pada rotor.
Konstruksi generator AC adalah sebagai berikut [5]:
a. Rangka stator, terbuat dari besi tuang, merupakan rumah dari bagian-bagian generator yang
lain.
b. Stator, memiliki alur-alur sebagai tempat meletakkan lilitan stator. Lilitan stator berfungsi
sebagai tempat GGL induksi.
c. Rotor, adalah bagian yang berputar dimana terdapat kutub-kutub magnet dengan lilitannya
yang dialiri arus searah, melewati cincin geser dan sikat-sikat.
d. Cincin geser, terbuat dari bahan kuningan atau tembaga yang dipasang pada poros
dengan memakai bahan isolasi. Slip ring ini berputar bersama-sama dengan poros
dan rotor.
e. Generator penguat, merupakan generator arus searah yang dipakai sebagai sumber arus.
Pada umumnya generator AC ini dibuat sedemikian rupa, sehingga lilitan tempat
terjadinya GGL induksi tidak bergerak, sedangkan kutub-kutub akan menimbulkan medan
magnet berputar. Generator itu disebut dengan generator berkutub dalam seperti dapat di lihat
pada gambar 2.1.
4
Gambar 2.1 Konstruksi generator berkutub dalam
Keuntungan generator kutub dalam bahwa untuk mengambil arus tidak dibutuhkan cincin
geser dan sikat arang. Karena lilitan-lilitan tempat terjadinya GGL itu tidak berputar. Generator
sinkron sangat cocok untuk mesin-mesin dengan tegangan tinggi dan arus yang besar.
Secara umum kutub magnet generator sinkron dibedakan atas:
a. Kutub magnet dengan bagian kutub yang menonjol (salient pole). Konstruksi seperti ini
digunakan untuk putaran rendah, dengan jumlah kutub yang banyak. Diameter rotornya besar
dan berporos pendek.
b. Kutub magnet dengan bagian kutub yang tidak menonjol (non salient pole). Konstruksi seperti
ini digunakan untuk putaran tinggi (1500 rpm atau 3000 rpm), dengan jumlah kutub yang
sedikit. Kira-kira 2/3 dari seluruh permukaan rotor dibuat alur-alur untuk tempat lilitan
penguat. Yang 1/3 bagian lagi merupakan bagian yang utuh, yang berfungsi sebagai inti kutub.
c. Sistem pendinginan. Energi yang terkandung dalam bahan bakar yang diberikan pada mesin
dapat diubah menjadi tenaga mekanik sedang sebagian lagi tersisa sebagai panas. Panas yang
tersisa tersebut akan diserap oleh bahan pendingin yang ada pada dinding-dinding bagian
tabung silinder yang membentuk ruang pembakaran, demikian pula bagian-bagian dari kepala
silinder didinginkan dengan air. Sedangkan untuk piston didinginkan dengan minyak pelumas
dan panas yang diresap oleh minyak pendingin itu kemudian disalurkan melewati alat
pendingin minyak, dimana panas tersebut diserap oleh bahan pendingin.
7
2. 2 MESIN DIESEL
2.2.1 Pengertian Mesin diesel
Mesin diesel termasuk mesin dengan pembakaran dalam atau disebut dengan motor bakar,
ditinjau dari cara memperoleh energi termalnya (energi panas). Untuk membangkitkan listrik,
sebuah mesin diesel dihubungkan dengan generator dalam satu poros (poros dari mesin diesel
dikopel dengan poros generator).
Keuntungan pemakaian mesin diesel sebagai penggerak mula:
a. Desain dan instalasi sederhana
b. Auxilary equipment (peralatan bantu) sederhana
c. Waktu pembebanan relatif singkat
Kerugian pemakaian mesin diesel sebagai penggerak mula:
a. Mesin sangat berat karena harus dapat menahan getaran serta kompresi yang tinggi.
b. Starting awal berat, karena kompresinya tinggi yaitu sekitar 200 bar.
c. Semakin besar daya maka mesin diesel tersebut dimensinya makin besar pula, hal tersebut
menyebabkan kesulitan jika daya mesinnya sangat besar.
d. Konsumsi bahan bakar menggunakan bahan bakar minyak yang relatif lebih mahal
dibandingkan dengan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar jenis lainnya, seperti
gas dan batubara.
Cara kerja mesin diesel seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.3 , piston melakukan 2 langkah
pendek menuju kepala silinder pada setiap langkah daya [10].
a. Langkah ke atas yang pertama merupakan langkah pemasukan dan penghisapan, di sini udara
dan bahan bakar masuk sedangkan poros engkol berputar ke bawah.
b. Langkah kedua merupakan langkah kompresi, poros engkol terus berputar menyebabkan torak
naik dan menekan bahan bakar sehingga terjadi pembakaran. Kedua proses ini (1 dan 2)
termasuk proses pembakaran.
c. Langkah ketiga merupakan langkah ekspansi dan kerja, di sini kedua katup yaitu katup isap
dan buang tertutup sedangkan poros engkol terus berputar dan menarik kembali torak ke
bawah.
d. Langkah keempat merupakan langkah pembuangan, disini katup buang terbuka dan
menyebabkan gas akibat sisa pembakaran terbuang keluar. Gas dapat keluar karena pada
proses keempat ini torak kembali bergerak naik ke atas dan menyebabkan gas dapat keluar.
Kedua proses terakhir ini (3 dan 4) termasuk proses pembuangan.
9
e. Setelah keempat proses tersebut, maka proses berikutnya akan mengulang kembali proses
yang pertama, dimana udara dan bahan bakar masuk kembali.
Berdasarkan pada kecepatan proses di atas maka mesin diesel dapat digolongkan menjadi 3
bagian, yaitu:
a. Diesel kecepatan rendah (< 400 rpm)
b. Diesel kecepatan menengah (400 - 1000 rpm)
c. Diesel kecepatan tinggi ( >1000 rpm)
Sistem starting atau proses untuk menghidupkan/menjalankan mesin diesel dibagi menjadi
3 macam sistem starting yaitu:
a. Sistem start manual, dipakai untuk mesin diesel dengan daya mesin yang relatif kecil yaitu <
30 PK. Cara untuk menghidupkan mesin diesel pada sistem ini adalah dengan menggunakan
penggerak engkol start pada poros engkol atau poros hubung yang akan digerakkan oleh
tenaga manusia. Jadi sistem start ini sangat bergantung pada faktor manusia sebagai
operatornya.
b. Sistem start elektrik, dipakai oleh mesin diesel yang memiliki daya sedang yaitu < 500 PK.
Sistem ini menggunakan motor DC dengan suplai listrik dari baterai/accu 12 atau 24 volt
untuk menstart diesel. Saat start, motor DC mendapat suplai listrik dari baterai atau accu dan
menghasilkan torsi yang dipakai untuk menggerakkan diesel sampai mencapai putaran
tertentu. Baterai atau accu yang dipakai harus dapat dipakai untuk menstart sebanyak 6 kali
tanpa diisi kembali, karena arus start yang dibutuhkan motor DC cukup besar maka dipakai
dinamo yang berfungsi sebagai generator DC. Pengisian ulang baterai atau accu digunakan
alat bantu berupa battery charger dan pengaman tegangan. Pada saat diesel tidak bekerja maka
battery charger mendapat suplai listrik dari PLN, sedangkan pada saat diesel bekerja maka
suplai dari battery charger didapat dari generator. Fungsi dari pengaman tegangan adalah
untuk memonitor tegangan baterai atau accu. Sehingga apabila tegangan dari baterai atau accu
sudah mencapai 12 atau 24 volt, yang merupakan tegangan standarnya, maka hubungan antara
battery charger dengan baterai atau accu akan diputus oleh pengaman tegangan.
c. Sistem start kompresi, dipakai oleh diesel yang memiliki daya besar yaitu > 500 PK. Sistem
ini memakai motor dengan udara bertekanan tinggi untuk start dari mesin diesel. Cara kerjanya
yaitu dengan menyimpan udara ke dalam suatu botol udara. Kemudian udara tersebut
dikompresi sehingga menjadi udara panas dan bahan bakar solar dimasukkan ke dalam Fuel
Injection Pump serta disemprotkan lewat nozzle dengan tekanan tinggi. Akibatnya akan terjadi
pengkabutan dan pembakaran di ruang bakar. Pada saat tekanan di dalam tabung turun sampai
batas minimum yang ditentukan, maka kompressor akan secara otomatis menaikkan tekanan
10
udara di dalam tabung hingga tekanan dalam tabung mencukupi dan siap dipakai untuk
melakukan starting mesin diesel.
Catu daya utama (PLN) tidak selalu menyalurkan energi listriknya, kadang mengalami gangguan.
AMF akan beroperasi saat catu daya utama (PLN) padam dengan mengatur catu daya cadangan
(genset). Sumber listrik dari PLN saat beroperasi tegangannya naik turun. Kira-kira 10% dari
tegangan nominalnya atau hilang. Sehingga sinyal gangguan akan masuk ke AMF pada
pemrosesan, sinyal diolah menghasilkan perintah ke penggerak dapat berupa pemutusan kedua
11
catu daya yang sedang beroperasi dengan sistem saling mengunci (interlock). AMF dapat
mengatur genset beroperasi jika PLN mati dan memutuskan genset jika PLN hidup lagi.
Battery charger biasanya digunakan sebagai charger yaitu alat ini mendapat suplai listrik dari
sumber PLN atau dari generator itu sendiri. Battery charger untuk mengisi energi listrik ke accu
seperti terlihat pada gambar 2.5. Accu ini biasanya berkapasitas 12V atau 24 V, maka battery
charger ini harus dapat mengisi accu sampai kapasitas tersebut. Accu ini digunakan untuk
menstart motor dc yang akan menggerakkan generator. Battery charger ini akan mengisi accu
atau baterai sebesar 12V atau 24V yang digunakan untuk menstart genset. Suplai dapat dari PLN
atau generator itu sendiri.
Baterai yang dialiri listrik akan terjadi pergerakan molekul dalam elektrolit. Pada saat sel
baterai timah hitam tidak dibebani yang berisi larutan elektrolit berupa H2SO4 dalam sel baterai,
+
maka H2SO4 akan terurai menjadi ion positif (2H ) dan ion negatif (SO4 ). Reaksinya sebagai
+
berikut. H2SO4 2H + SO4
-
Sedangkan pada saat sel baterai dibebani maka ion negatif SO4 dengan katoda yaitu
12
pelat timah murni (Pb). akan bereaksi menjadi timah sulfat (PbSO4) yang melepaskan dua
+
elektron. Dan ion hidrogen (H ) akan bereaksi dengan pelat timah peroksida (PbO3) sebagai
anoda menjadi timah sulfat (PbSO4) yang melepaskan dua elektron, lalu bersenyawa dengan satu
atom hidrogen yang membentuk molekul air H2O. Reaksinya sebagai berikut.
PbO2 + Pb + 2H2SO4 PbSO4 + 2H2O
13
2.5.2 MCB (Mini Circuit breaker)
MCB merupakan pengaman otomatis untuk memutuskan sirkit secara otomatis apabila arusnya
melebihi setting dari MCB tersebut. Pengaman otomatis dapat langsung dioperasikan kembali
setelah mengalami pemutusan (trip) akibat adanya gangguan arus hubung singkat dan beban
lebih. Bagian – bagian MCB dapat di lihat seperti pada gambar 2.7. Spesifikasi MCB pada
umumnya dibagi dalam 3 parameter operasi yang terdiri atas :
a. Ue (tegangan kerja), spesifikasi standar MCB digambarkan sebagai berikut:
Ue =230 V dan 400V
b. Ie (arus kerja), spesifikasi standar MCB digambarkan sebagai berikut: Ie = 2A -100A
c. Icn (kapasitas arus pemutusan), spesifikasi standar MCB digambarkan sebagai berikut: Icn
= 4.5kA-25kA
Keterangan gambar
1.Tuas Operasi Strip 5. Bimetal
2.Aktuator Mekanis 6. Sekrup Kalibrasi
3.Kontak Bergerak 7. Kumparan magnetis
4.Terminal Bawah 8. Ruang busur api
15
2.5.4 ACB (Air Circuit Breaker)
ACB atau Air Circuit Breaker adalah alat pengaman yang berfungsi sebagai pengamanan
terhadap arus hubung singkat dan arus beban lebih menggunakan sistem tenaga udara. ACB
memiliki rating arus yang relatif tinggi dan dapat disetting sesuai kebutuhan, konstruksi ACB
dapat di lihat pada gambar 2.9. Spesifikasi ACB pada umumnya dibagi dalam 3 parameter operasi
yang terdiri dari [6]:
a. Ue (tegangan kerja), spesifikasi standar ACB digambarkan sebagai berikut:
Ue = 50 V dan 690 V
b. Ie (arus kerja), spesifikasi standar ACB digambarkan sebagai berikut: Ie = 800-6300A
c. Icn (kapasitas arus pemutusan), spesifikasi standar ACB digambarkan sebagai berikut:
Icn = 65kA - 200 kA
16
(pemasangan pararel dengan tombol mekanik ON), Setelah ACB/MCCB ON/Close
maka closing release coil harus dilepas tegangannya agar togle kembali diposisi
semula dan tidak mengunci sistim OFF/Open, ini biasa di lakukan dengan cara
menginterlock salah satu cable control yang menuju ke coil melalui Auxiliary
Contact yang tersedia (NC) sehingga sewaktu ACB sudah Close/ON, sistim ke Coil
terputus dan XF tidak bekerja lagi.
c. MX = Shunt trip, sistim operasi, sistem kerja persis sama dengan XF, biasanya
barangnya juga sama/satu macam. Hanya sedikit perbedaannya adalah terletak pada
fungsi dan letak pemasangannya. Fungsi MX adalah untuk membuka ACB/Open,
pada saat diisi tegangan, coil akan mendorong togle mekanik yang menekan sistim
mekanik OFF pada ACB sehingga ACB/MCCB akan OFF/Open. Pemasangan
biasanya pararel dengan tombol mekanik OFF pada ACB. Karena sistim kerja hanya
sesaat maka wiring cable harus dilewatkan dulu melalui Auxiliary Contact NO
(terbuka/open contact pada saat CB OFF/Open. Dan harus Contact pada saat ACB
pada posisi ON/Close.
d. OF/SD = Auxiliary Contact, sistim operasi ,hanya berupa Switch ON/OFF NO
(Normally Open/kondisi normal terbuka/lepas),NC (Normally Close/kondisi normal
berhubungan/sambung) dan C (Common/basis yangbisa dihubungkan dengan
NO/NC) .
Pada prinsipnya sama dengan OF/SD, hanya saja Auxiliary jenis ini hanya akan
bekerja/ posisi switch berubah akibat terjadinya trip overload/over current/fault
lainnya. Fungsi Auxiliary ini adalah untuk memberikan proteksi tambahan agar bila
terjadi Fault semacamnya maka motor ACB/MCCB, MN,MX,XF akan secara
automatis tidak dapat difungsikan kecuali di reset secara manual atau melalui
Remote Reset.
e. MCH = Gear Motor/Motor Mechanism
Sistem operasi, berupa sistem mekanik dan motor yang berfungsi untuk menyiapkan
spring mekanik dalam keadaan siap untuk dioperasikan ON (Close) atau OFF
(Open). Biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas pemutus tegangan bila kondisi
motor sudah selesai tugasnya, maka motor tidak akan bekerja lagi.
Fasilitas lain yang tersedia adalah biasanya motor MCCB/ACB setelah melakukan
reset/ energize, maka motor akan berhenti sendiri, tetapi kadang-kadang dilengkapi
dengan fasilitas tambahan NO, sehingga apabila motor selesai energize maka akan
keluar tegangan pula (Aux NO) yang bisa dimanfaatkan lagi untuk Closing/Open.
17
2.5.6 TOLR (Thermal Overload Relay)
TOLR adalah suatu pengaman beban lebih menurut PUIL 2000 bagian 5.5.4.1 yaitu proteksi
beban lebih (arus lebih) dimaksudkan untuk melindungi motor dan perlengkapan kendali motor,
terhadap pemanasan berlebihan sebagai akibat beban lebih atau sebagai akibat motor tak dapat
diasut. Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor berjalan bila bertahan cukup lama akan
mengakibatkan kerusakan atau pemanasan yang berbahaya pada motor tersebut. TOLR memiliki
rating yang berbeda-beda tergantung dari kebutuhan biasanya tiap-tiap TOLR batas ratingnya
dapat diatur, untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.10 konstruksi TOLR.
Pada prinsipnya TOLR terdiri atas 2 buah macam logam yang berbeda tingkat pemuaian
yang ber beda pula. Kedua logam tersebut dilekatkan menjadi satu yang disebut bimetal. Apabila
bimetal tersebut dipanasi maka akan membengkak karena perbedaan tingkat pemuaian kedua
logamnya. Bimetal tersebut diletakan didekat sebuah elemen pemanas yang dilalui oleh arus
menuju beban ujung yang satu dipasang tetap sedangkan yang lainnya dipasang bebas bergerak
dan membengkok dan dapat membukakan kontak-kontaknya dengan demikian rangkaian beban
atau motor akan terputus. Besarnya arus yang diperlukan untuk mengerjakan bimetal sebanding
dengan besarnya arus yang diperlukan untuk membuat alat pengaman terputus.
Di dalam penggunaanya sesuai dengan PUIL 2000 pasal 5.5.4.3 bahwa gawai proteksi beban
lebih yang digunakan adalah tidak boleh mempunyai nilai pengenal, atau disetel pada nilai yang
lebih tinggi dari yang diperlukan untuk mengasut motor pada beban penuh. Oleh karena itu,
waktu tunda gawai proteksi beban lebih tersebut tidak boleh lebih lama dari yang diperlukan
untuk memungkinkan motor diasut dan dipercepat pada beban penuh.
18
2.5.7 Kontaktor
Kontaktor adalah gawai elektromekanik yang dapat berfungsi sebagai penyambung dan pemutus
rangkaian, yang dapat dikendalikan dari jarak jauh pergerakan kontak-kontaknya terjadi karena
adanya gaya elektromagnet. Kontaktor magnet merupakan sakelar yang bekerja berdasarkan
kemagnetan, artinya bekerja bila ada gaya kemagnetan. Magnet berfungsi sebagai penarik dan
pelepas kontakkontak. Arus kerja normal adalah arus yang mengalir selama pemutaran tidak
terjadi. Kumparan/belitan magnet (coil) suatu kontaktor magnet dirancang untuk arus searah (DC)
saja atau arus bolak-balik (AC) saja . Sedangkan menurut kerjanya, kontak-kontak dibedakan
menjadi dua yaitu Normally Open (NO) dan Normally Close (NC), lihat gambar 2.11 dan 2.12
simbol dan konstruksi kontaktor .
2. 6 SISTEM PENGAMAN
Sistem pengaman harus dapat bekerja cepat dan tepat dalam mengisolir gangguan agar tidak
terjadi kerusakan fatal. Proteksi pada mesin generator ada dua macam yaitu [10]:
a. Pengaman alarm, bertujuan memberitahukan kepada operator bahwa ada sesuatu yang tidak
normal dalam operasi mesin generator dan agar operator segera bertindak.
b. Pengaman trip, berfungsi untuk menghindarkan mesin generator dari kemungkinan kerusakan
karena ada sistem yang berfungsi tidak normal maka mesin akan stop secara otomatis.
Jenis pengaman trip antara lain :
• Putaran lebih (over speed)
• Temperatur air pendingin tinggi
• Tekanan minyak pelumas rendah
• Emergency stop
• Reverse power
20
penguatan (excitacy) pada exciter. Dengan demikian apabila terjadi perubahan tegangan output
Generator akan dapat distabilkan oleh AVR secara otomatis dikarenakan dilengkapi dengan
peralatan seperti alat yang digunakan untuk pembatasan penguat minimum ataupun maksimum
yang bekerja secara otomatis.
Untuk transfer power bisa mempergunakan kontaktor (main contactor) maupun circuit
breaker (MCCB) yang dilengkapi dengan motor penggerak, panel jenis ini adalah
peletak dasar dari perkembangan sistim AMF yang beredar sekarang ini. Kelebihan dari
panel ATS standard relay ini adalah biaya perawatan yang cukup murah, apabila terjadi
kerusakan salah satu komponennya cukup dilakukan penggantian pada unit yang
bermasalah tersebut, bisa relay atau timernya, akan tetapi rendahnya biaya perawatan
21
ini belum tentu seiring dengan mudahnya melakukan diagnosa kerusakan material
apabila sistim otomatis mengalami kegagalan fungsi. Wiring diagram panel seharusnya
disertakan dengan jelas untuk mempermudah melakukan analisa letak masalah, makin
kompleks sistim proteksi makin banyak pula jumlah relay dan timer. Akan sangat
bermanfaat sekali apabila wiring cable control panel yang terinstal dilengkapi dengan
sistim penomoran (addressing) yang jelas sehingga cukup membantu menyelesaikan
masalah [9].
2.8.2.1 Panel AC
Panel AC adalah panel kontrol untuk memonitor maupun mengendalikan energi listrik
dari generator ke sisi beban, umumnya terdiri atas rangkaian meter ampere, volt,
frequency (Hz), kW maupun cos phi meter dan juga ada optional seperti selector volt,
selector ampere, current transformer (CT), pilot lamp, dan MCB control/fuse.
Sebagai pemutus power biasanya dipasang ACB yang langsung terhubung dengan
alternator yang selain berfungsi sebagai pemutus tegangan juga berfungsi sebagai
pembatas beban dan pengaman terhadap karakter gangguan di sisi beban (pemakaian).
2.8.2.2 Panel DC
Panel DC adalah panel kontrol untuk memonitor maupun mengendalikan unit engine/
mesin diesel atau sejenisnya, panel ini biasanya terdiri atas meter-meter indikator untuk
memonitor parameter yang terpasang di sisi mesin seperti tekanan oli (oil pressure),
temperatur media pendingin mesin (water temperature), temperatur mesin (engine
tmperature), temperatur gas buang (exhaust temperature), temperatur oli (oil
emperature), putaran mesin (RPM), tegangan charger battery (V DC), power charge (A
DC) maupun jam pemakaian (hour counter) seperti terlihat pada gambar 2.14. Yang
semuanya biasa dihubungkan dengan tranduscer/transmitter/sender.
Umumnya indikator standar yang terpasang di panel genset adalah A/V battery,
oil pressure indikator, water temperature indikator dan hour conter.
22
Gambar 2.14 Mimic panel AC/DC
23
yang berbeda. Tombol pengontrol operasi genset automatic, antara lain yaitu: Off, Automatic,
Trial Service, Manual Service, Manual Starting, Manual Stoping, Signal Test, Horn Off, Release,
Start, Start Fault, Engine Running, Supervision On, Low Oil Pressure, Temperature To High,
Generator Over Load.
24
BAB III
PERANCANGAN GENSET
Dalam perancangan ini, penulis akan merancang instalasi genset dengan penentuan daya
genset yang telah disesuaikan dengan kebutuhan genset untuk gedung WTC, yang
berdasarkan hasil perhitungan dari perancangan yang dapat di lihat pada tabel 3.1
sampai dengan tabel 3.2 yaitu :
a. Data seluruh beban elektrikal (beban lampu, beban stop kontak , beban mesin tata
udara ,lift dan motor – motor).
b. Faktor kebutuhan seluruh beban.
c. Faktor keserempakan kebutuhan beban.
Berdasarkan pada estimasi beban elektrikal, factor kebutuhan seluruh beban dan factor
keserempakan beban, maka akan didapatkan daya genset yang dibutuhkan. genset yang
di dibutuhkan dalam gedung ini adalah genset dengan kapasitas 4 x 2000 Kva , untuk
keperluan kedepannya bila ada penambahan maka disiapkan cadangan tempat untuk
1 genset 2000 kVA dan 2 genset 500 kVA.
25
Neon Sign 12,000 0.90 10,800 100% 10,800 -
Booster Pump 5,000 0.90 4,500 100% 4,500 -
AHU Tenant riser 1 227,310 0.90 204,579 100% 204,579
6 Fan Basement 463,122 0.75 347,342 100% 347,342 173,671
7 Outdoor lighting 15,000 0.90 13,500 100% 13,500 13,500
8 Ellectronic Power 40,000 0.70 28,000 100% 28,000 28,000
9 Genset Power 28,664 0.80 22,931 100% 22,931 22,931
10 Fire pump 216,000 0.00 0 100% 0 194,400
11 Pressurize Fan 105,000 0.00 0 100% 0 94,500
12 Smoke Extract Fan 33,500 0.00 0 100% 0 30,150
13 Fire Lift (Lift Service) 54,680 0.70 38,276 100% 38,276 38,276
Sub Total A 2,046,664 1,322,194 1,322,194 595,428
B LANLORD RISER 2
1 Transfer Pump 77,000 0.80 61,600 100% 61,600 -
2 STP 50,000 0.75 37,500 100% 37,500 -
3 Sump Pump 210,000 0.50 105,000 100% 105,000 -
5 Swage Pump 12,000 0.75 9,000 100% 9,000 -
6 Socket Oulet and 84,473
0.80 67,578 100% 67,578
lighting Basement riser 2 -
7 Landlord 1st up to 18th 498,884 413,674 413,674
Floor Riser 2
Socket Oulet and 118,314
0.85 100,567 100% 100,567
lighting -
Lift low zone 143,280 0.70 100,296 100% 100,296 -
Escalator 15,000 0.85 12,750 100% 12,750 -
AHU Tenant riser 2 222,290 0.90 200,061 100% 200,061 -
26
3 Tenant From 17th up to 657,440
0.80 525,952 100% 525,952
30th Floor Riser 2 -
Sub Total B 1,406,612 1,125,290 1,125,290 0
Grand Total Tenant 3,023,772 2,419,018 2,419,018 0
III CHILLER
1 Cooling Tower 90,000 0.90 81,000 100% 81,000 -
2 Cooling Tower Pump 300,000 0.90 270,000 100% 270,000 -
3 Chiller 1,800,000 0.90 1,620,000 100% 1,620,000 -
4 Chiller Water Pump 127,000 0.90 114,300 100% 114,300 -
5 Secondary Pump 80,000 0.90 72,000 100% 72,000 -
6 Dosing Pump 25,000 0.90 22,500 100% 22,500 -
Cooling Tower (Stand
7 30,000 0.00 0 100% 0
by) -
Cooling Tower Pump
8 75,000 0.00 0 100% 0
(stand by) -
9 Chiller (Stand by) 650,000 0.00 0 100% 0 -
Chiller Water Pump
10 450,000 0.00 0 100% 0
(Stand by) -
Secondary Pump (stand
11 40,000 0.00 0 100% 0
by) -
Sub Total E/Chiller 3,667,000 2,179,800 2,179,800 0
27
Transformer Capacity ( Dry Type, max Loaded 80%) 3,156,847 VA
Total Transformer selection 2 X 1600 kVA
4 GENSET BACKUP
Load Backup 7,479,042 W
Power factor 0,85 8,798,873 VA
Diversity Factor 1.3
Actual bakcup Load Office 6,768,364
Genset backup (90% Load) 7,520,404 VA
Genset Selection 4 X 2000 kVA
28
3.2 PENENTUAN RATING PENGAMAN KELUARAN
Dalam menentukan rating pengaman keluaran genset menurut PUIL 2000 pasal 5.6.1.2.3 yang berisi
‘generator yang bekerja pada 65 V atau kurang dan dijalankan oleh motor tersendiri, dapat dianggap
telah diproteksi oleh gawai proteksi arus lebih yang mengamankan motor, bila gawai proteksi ini
bekerja kalau generator membangkitkan tidak lebih dari 150 persen dari arus pengenal pada beban
penuhnya’.
Pada perancangan berikut arus lebih dari genset yang digunakan 120% sebagai faktor
pengali dari In genset. Pengaman yang digunakan adalah ACB, karena ACB memiliki rating arus
yang besar dan dapat disetting sesuai dengan kebutuhan. ACB merupakan pengaman dari arus
hubung singkat dan arus beban lebih. ACB yang digunakan sesuai untuk rating tegangan genset.
Maka ACB yang digunakan sesuai untuk rating tegangan genset yaitu [3]:
KVAgenset
In Genset = (3.1)
3 xVl − l
29
Gambar 3.1 Arus gangguan ac pada salah satu fasa dari mesin sinkron.
Di dalam teks teori mesin standar, reaktansi berikut didefinisikan [2]:
a. Xd’’ = reaktansi subtransien sumbu direct,
b. Xd’ = reaktansi transien sumbu direct,
c. Xd = reaktansi sinkron sumbu direct,
Sub-transient reactance, reaktansi generator digunakan untuk dua kegunaan yang
berbeda. Pertama digunakan untuk menghitung aliran arus hubung singkat simetris
dalam studi koordinasi. Yang kedua digunakan untuk reaktansi generator yang dalam
spesifikasi bahwa batasan sub transient reaktansi 13% atau lebih kecil untuk membatasi
distorsi tegangan yang di sebabkan oleh beban non linier seperti yang terjadi pada saat
starting motor besar.
Arus awal digunakan untuk menentukan rating pemutus tenaga yang di butuhkan.
Arus instantaneous awal di kontrol oleh reaktansi sub-transien dan ini dijabarkan
sebagai tegangan dibagi oleh reaktansi sub transien atau dalam satuan per unit adalah
sebagai berikut:
Epu
Iu= (3.3)
Xpu
Rms arus gangguan sub-stransien yaitu I’’ = Iu x Idasar , (3.4)
dimana I dasar adalah :
Pn
Idasar = (3.5)
3 xV
Epu = Tegangan Awal (per unit )
Idasar = Arus Dasar (Amper)
V = Tegangan nominal (Volt )
Pn = Daya genset nominal (VA)
Tabel 3,3
Daftar pembebanan penghantar kontinu tembaga penampang meter persegi
31
3.5 PENGHANTAR INSTALASI
3.5.1 Busduct
3.5.1.1 Umum
Penghantar yang digunakan adalah berupa busduct yang fungsinya sama dengan kabel power
yang lainya. Busduct adalah penghantar listrik berupa lempengan tembaga yang di isolasi tiap
fasanya dengan epoxy insulation, penghantarnya ditutup rapat oleh electro galvanize steel yang
berfungsi sebagai rumah busduct sekaligus berfungsi sebagai grounding dari busduct itu sendiri .
Beberapa hal yang harus dperhatikan dalam penggunaan busduct adalah: [8]
a. Busduct harus terbuat dari bahan tembaga /alumunium dengan kemurnian minimum 99% dan
mempunyai impedansi yang rendah. Busbar harus tertutup secara total dan dapat digunakan
untuk 3 fasa / 4 wire dengan 100% netral dan 50% untuk pentanahan.
b. Busduct harus dilengkapi dengan perlengkapan seperti tap-off unit, elbow, flange end dan lain
lain sesuai dengan kebutuhan dalam gambar rencana
c. Busduct harus dibuat menurut ketentuan terakhir dari standar :IEC 60439-2
32
g. Expansion Joint harus dipasang sesuai rekomendasi fabrikan untuk mengurangi stress pada
system akibat perbedaan muai antara busbars dan rumahnya terutama untuk sistem yang
lurus dan panjang atau melalui bangunan lain .
3.5.1.3 Joint
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penggunaan joint adalah:
a. Semua permukaan busbar pada sambungan dan lokasi pemasangan Plug In Unit harus
dilapis dengan perak .
b. Sambungan (joint) harus dilakukan dengan menggunakan satu baut baja berkekuatan tinggi
dan ring konis / Belleville untuk mendapat tekanan yang merata pada area kontak /
sambungan
c. Sambungan (joint) harus menggunakan baut dengan dua kepala dimana kepala bagian luar
akan patah apabila torsi untuk pengencangan yang dibutuhkan sudah tercapai dan dilengkapi
dengan indikasi yang jelas
d. Sistem sambungan harus memungkinkan untuk melepas satu bagian dari busduct tanpa
menggangu bagian yang lain .
34
3.5.2 Pemilihan luas penampang penghantar
Pemilihan untuk luas penampang penghantar mempertimbangkan hal-hal atau ketentuan
berikut [3]:
35
3.5.2.3 Kabel penyulang genset
Perhitungan kabel penyulang genset dapat dilihat pada PUIL 2000 pasal 5.6.1.3 yang
berisi:’penghantar dari terminal generator ke proteksi pertama harus mempunyai kemampuan arus
tidak kurang dari 115% dari arus pengenal yang tertera pada pelat nama generator’, dengan
rumus: KHA = 115% x In (3.14)
3.6.1 Lokasi
Perlengkapan tidak boleh diletakkan pada daerah yang memungkinkan terendam air.
Ruang penempatan generator dan panel kontrol genset (PKG) sebaiknya terpisah dan di
batasi dengan dinding tahan api, dengan masing-masing pintu masuk.
Jalan ke luar masuk diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan tertutup oleh
bangunan baru di kawasan tersebut. Harus dilakukan tindakan dan penyediaan sarana
untuk memperkecil akibat buruk dari suara dan asap ketika pusat pembangkitan darurat
digunakan.
36
Ujung saluran di tembok sebelah luar tidak boleh berjarak kurang dari 3 m dari lubang-
lubang terbuka atau gedung di sebelahnya.
37
3.7.3 Pendingin
Setiap penggerak utama jika mungkin harus mempunyai sistem pendingin tersendiri,
baik pendingin air maupun pendingin udara. Sistem pendingin tersebut tidak boleh
bergantung pada sumber dari luar, termasuk sumber airnya. Jika air didinginkan di luar
bangunan dengan menggunakan menara pendingin atau bak pendingin atau sistem
apapun, harus diperhatikan agar kemungkinan kebakaran tidak akan mempengaruhi
sistem pendinginan tersebut.
3.7.4 Pemasangan
Untuk memperkecil pengaruh getaran mesin, setiap mesin dapat dilengkapi peredam
yang dipasang pada pondasi yang dirancang khusus untuk keperluan tersebut.
38
sekurangkurangnya 1,5 m. Pintu ruang khusus tempat PKG terpasang harus mempunyai
ukuran tinggi sekurang-kurangnya 2 m dan ukuran lebar sekurang-kurangnya 0,75 m.
Dalam ruang sekitar PKG tidak boleh diletakkan barang yang mengganggu
kebebasan bergerak. PKG harus dipasang di tempat yang jelas terlihat dan mudah
dicapai. Tempat itu harus dilengkapi dengan tanda pengenal seperlunya dan penerangan
yang cukup.
Dinding dan langit-langit ruang tempat PKG dipasang harus terbuat dari bahan
yang tidak mudah terbakar.
Untuk PKG terbuka tegangan rendah dengan rel telanjang melintang dalam ruang
bebas, tinggi rel tersebut di atas lantai lorong harus sekurang-kurangnya 2,3 m.
Gambar 3.3 Ruang pelayanan dan ruang bebas sekitar papan hubung bagi PHB (PUIL
2000 ayat 6.2.2)
3.9 PENTANAHAN
Begitu pula dengan pentanahan menurut PUIL 2000 pasal 3.7.2.2.2 yang berisi: “jika terjadi
keraguan terhadap keefektifan ikatan penyama potensial suplemen, hal itu harus dikonfirmasi
bahwa resistans R antara bagian konduktif terbuka (BKT) dan bagian konduktif ekstra (BKE)
39
yang dapat terjangkau secara simultan memenuhi kondisi berikut ini [3].
R = 50/Ia (3.15)
Dengan Ia adalah arus operasi gawai proteksi:
- untuk GPAS, I ∆ n
- untuk GPAL, arus operasi 5 detik
Dapat diperhatikan bahwa:
a. R = resistansi pembumian BKT perlengkapan dan instalasi listrik (ohm)
b. Ia = k x In, arus kerja pengaman rentang waktu 5 detik (ampere), dimana:
k = faktor konstanta yaitu:
• Untuk pengaman lebur dengan rating pengaman: 2,5 – 5 In
• Untuk pengaman selain pengaman lebur dengan rating pengaman: 1,25 – 3,5 In
40
Starting genset yang digunakan adalah dengan cara metoda quick starting seperti terlihat
pada gambar 3.4, yaitu pada saat PLN mati genset langsung beroperasi tidak mengalami proses
pemanasan terlebih dahulu. Diesel ini dihubungkan secara satu poros dengan genset. Pada diesel
dan generator tersebut terdapat pemanas kira-kira pada suhu 25-50°C yaitu oli pada heater
tersebut, dan kelembaban generator ini tidak tinggi.
Cara kerja rangkaian seperti dapat di lihat pada gambar 3.4 adalah [10]:
a. Dalam keadaan normal yaitu beban disuplai oleh PLN, arus akan mengalir sebagai berikut.
Dari meter PLN-Titik A-Switch KT (on)-Titik B-Load.
b. Dalam keadaan darurat yaitu PLN off (KT off), secara otomatis AMF memerintahkan diesel
untuk start dan dalam waktu ± 8 sec. Generator mengeluarkan tegangan (voltage), secara
otomatis pula switch KG on. Sekarang beban disuplai dari genset.
c. Apabila PLN on kembali, ± 30 sec. AMF memerintahkan KG off dan setelah itu
meng-on-kan KT, tetapi genset masih running.
d. Apabila PLN dalam waktu ± 120 sec tidak off lagi, maka genset stop.
e. Semuanya akan bekerja secara otomatis.
Battery charger digunakan untuk menyuplai energi listrik ke accu dapat dilihat pada
gambar 3.5. Pada saat normal yaitu suplai dari PLN dan load disuplai dari PLN. Maka battery
charger akan mendapatkan suplai energi listrik dari PLN pula. Kemudian dari battery charger ini
41
akan mengisi accu sebesar 12 VDC untuk genset 1 dan 24 VDC untuk genset 2. Dari accu ini,
suplainya telah siap untuk menstart genset, jika PLN padam atau mengalami gangguan.
Jika PLN padam, battery charger tetap mendapat suplai energi listrik, tetapi dari genset
yang akan disalurkan ke accu. Sehingga dengan cara ini battery charger tetap mendapat suplai
litrik begitu juga dengan accu.
Catu daya DC yaitu baterai atau accu digunakan untuk mengoperasikan genset. Karena
accu ini akan menyalakan genset dan pengontrolan kerja ATS. Accu ini mendapat pengisian
ulang dari battery charger. Accu yang akan menggerakkan generator harus selalu dalam keadaan
bertegangan.
Pengisian ulang baterai atau accu digunakan alat bantu berupa battery charger dan
pengaman tegangan. Pada saat PLN normal (diesel dan generator tidak beroperasi), maka battery
charger mendapat suplai listrik dari PLN. Sedangkan pada saat PLN padam atau mengalami
gangguan (diesel dan generator beroperasi), maka suplai dari battery charger didapat dari
generator. Pengaman tegangan berfungsi untuk memonitor tegangan baterai atau accu. Jika
tegangan dari baterai atau accu sudah mencapai 12 atau 24 volt, yang merupakan tegangan
standarnya, maka hubungan antara battery charger dengan baterai atau accu akan diputus oleh
pengaman tegangan.
42
Generator dihubungkan satu poros dengan diesel seperti dapat dilihat pada gambar 3.6 .
Pada saat akan start accu yang berisi tegangan 12 atau 24 V siap mensuplai motor DC. Motor DC
ini akan menstarting diesel dan generator mengikuti putaran diesel. Pada diesel terjadi gerakan
mekanik yang akan memutar generator, sehingga generator mengeluarkan tegangan.
Karena sistem ini menggunakan sistem start elektrik maka diesel yang dipakai memiliki
daya sedang yaitu <500 PK, digunakan sebagai prime mover yang akan menggerakkan generator.
Generator akan menghasilkan energi listrik dari energi mekanik. Motor DC mendapat suplai
listrik dari baterai/accu 12 atau 24 volt. Saat start, motor DC mendapat suplai listrik dari baterai
atau accu dan menghasilkan torsi yang dipakai untuk menggerakkan diesel sampai mencapai
putaran tertentu. Baterai atau accu yang dipakai harus dapat dipakai untuk menstart sebanyak 6
kali tanpa diisi kembali. Karena arus start yang dibutuhkan motor DC cukup besar, maka dipakai
dinamo yang berfungsi sebagai generator DC.
Terlihat pula, bahwa AMF mengontrol keadaan diesel, dimana dapat dilihat keadaan
genset ini pada panel kontrol yang tersedia, yaitu keadaan gangguan seperti: low oil pressure, high
water temperature dan overspeed .
43
BAB IV
PERANCANGAN DAN ANALISA
Perancangan dan analisa rangkain instalasi genset ini, yang di analisa dan di rancang
adalah kemampuan pengaman, penghantar, pentanahan, panel dan ruang enset.
44
b. Persamaan (3.2)
I ACB = 120% x 1732 A =2078A = ACB yang di pakai ACB 2000 A .
Jadi ACB yang di pakai untuk pengaman keluaran beban adalah sama, masing-masing
menggunakan ACB 2000A.
b. Persamaan (3.12)
∆ V = 12,7 Volt
12,7
∆V= × 100% = 3.1%
400
Jadi jatuh tegangan penghantar yang digunakan sudah sesuai dengan PUIL 2000 yaitu
di bawah 5%. Jatuh tegangan penghantar masing-masing genset sama.
45
b. Persamaan (3.5)
2000kVA
Idasar = = 2887 A
3 x 400V
c) Persamaan (3.4)
I’’ = 7.69 x 2887 A = 22.20 kA
Jadi Pengaman keluaran genset yang digunakan dengan kapasitas pemutusan minimum
22,20 kA, yaitu pengaman yang di pakai masing-masing 3200A dengan kemapuan
pemutusan minimum 22,20 kA. Untuk kilovolt amper (kA) pengaman keluaran beban
adalah total arus gangguan sub-transien genset = 4 x 22,2 kA = 88 kA, yaitu pengaman
yang di pakai masing-masing 2000A dengan kemampuan pemutusan minimum 88kA,
kemampuan pemutusan pengaman atau breaker dipakai 100kA.
47
LVMDB-1 LVMDB-CH2 LVMDB-2 LVMDB-2 LVMDB-CH1 LVMDB-1
(ON) (ON) (ON) (ON) (ON) (ON)
1732A 1732A 1732A 1732A 1732A 1732A
Ik1 Ik2 Ik3 Ik4 Ik5 Ik6 Ik7 Ik8 Ik9 Ik10
REL
BREAKER
Keterangan :
G-1 : Genset 1
Im : Arus Masuk
Ik : Arus keluar
LVMDB – 1 : Low Voltage ditribution Board 1
LVMDB – CH : Low voltage Distribution board Chiller
Ik1+Ik2 + ik3
Im1 Im2
Gambar 4.1 Arus yang mengalir pada rel penghantar panel kontrol genset yaitu pada
kondisi 1 dan kondisi 2
48
4.8 MENGHITUNG PENTANAHAN
Pentanahan dapat di hitung dengan menggunakan persamaan 3.15 sebagai berikut :
50V
R= =0,005 ohm
3.5 x 2598 A
Jadi resistansi pentanahan untuk masing-masing genset adalah 0,005 ohm
49
4.11.2 Kemampuan Pengaman
Pengaman yang digunakan adalah air circuit breaker (ACB), karena ACB mengamankan
peralatan terhadap gangguan arus beban lebih dan arus hubung singkat. Rating kerja arus ACB
lebih tinggi daripada MCB/MCCB dan dapat disetting menurut kebutuhan.
Arus nominal masing – masing genset diseting dengan efisiensi 90% =2598A dan
kemampuan pengaman yang dihitung sebesar 3118 A (dari 120% x In genset). Arus nominal
yang adalah 2598A, sedangkan kemungkinan arus maksimumnya adalah 3118. Untuk mengatasi
hal tersebut pengaman yang digunakan yaitu ACB yang memiliki rating arus 3200 A.
Kemampuan ACB ini arus maksimum yang melewatinya adalah sebesar 3200 A. Sedangkan arus
maksimum yang akan terjadi adalah 3118A. Jika ACB disetting pada 3200 A, maka telah
memenuhi kemampuan mengamankan arus maksimum sebesar 3200 A telah terpenuhi.
51
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam instalasi genset yang didasarkan pada kemampuan masing-
masing bagian genset terhadap beban yang disuplai, pentanahan, panel dan ruang genset adalah
sebagai berikut:
a. Daya genset yang digunakan telah mencukupi dengan total daya beban yang disuplai
genset tersebut yaitu daya genset 8000 kVA dan beban yang dilayani hanya
7200kVA
b. Rating pengaman yang dihitung untuk total daya beban telah mencukupi untuk daya
beban yang akan disuplai genset yaitu rating pengaman genset total 12800A dan
rating pengaman beban total 12000A.
c. Kemampuan hantar arus (KHA) terhadap total daya yang digunakan telah sesuai dan
mencukupi yaitu arus nominal 2598A pada 1 genset, penghantar yang digunakan
yaitu busduct 3200A. dan arus nominal 1732A pada beban, penghantar yang
digunakan yaitu busduct 2500A.
d. Luas Penampang penghantar rel lebih efektif, tidak terlalu besar di sesuaikan dengan
kebutuhan beban, dan ini sesui dengan hukum kirchoff arus. Dengan demikian harga
rel jauh akan lebih murah dibandingkan kalau dihitung seluruh arus yang masuk ke
rel tersebut yaitu arus total yang disupplai oleh genset 12800A, tetapi bisa
mengunakan dengan penghantar dengan KHA 6495A. sehingga luas penampang rel
yang di gunakan jauh lebih kecil.
e. Jatuh tegangan sudah sesuai dengan peraturan PUIL 2000 masih di bawah 5% yaitu
jatuh tegangan 3.1%.
f. Pentanahan sudah sesuai dengan peraturan PUIL 2000 yaitu 0,005ohm
g. Penempatan panel dan ruang genset yang dibutuhkan sudah sesuai dengan peraturan
dan persyaratkan oleh PUIL 2000 hal ini dilakukan untuk menjaga peralatan lebih
tahan lama umur pakainya, untuk melindungi keselamatan jiwa manusia dan untuk
memudahkan operasional dari gedung tersebut.
52
5.2 SARAN
Saran yang dapat di tulis adalah sebagai berikut:
a. Dalam merencanakan instalasi genset, khususnya kemampuan daya genset,
penghantar, pengaman, pentanahan, panel dan kenbutuhan ruang genset, sebaiknya
perlu direncanakan, diperhitungkan dan dianalisa dengan cermat, agar hasil yang
diinginkan lebih maksimal.
b. Pemasangan genset sebagai back-up cadangan utama sebaiknya didadasarkan pada
keseluruhan total beban yang digunakan .
c. Dimensi ruangan genset sebaiknya menggunakan spesifikasi dan peraturan yang
dipersyaratkan. Ruangan yang dibuat menggunakan sirkulasi ventilasi dan peredam
suara, agar ada pergantian udara dan tidak terlalu bising sesuai dengan ketentuan.
53
DAFTAR PUSTAKA
[1] Harten, V, Setiawan, “Instalasi Listrik Arus Kuat 1”. Bina Cipta: Bandung,1981
[2] Hilal, H, “Analisa Sistem Tenaga listrik ”.Universitas Mercu Buana, 2008.
[3] Panitia PUIL. 2000. “Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)”,
Yayasan PUIL, Jakarta, 2000
[4] Soepartono dan Ismu, R, A, “Teknik Tenaga Listrik 2”, Jakarta, 1980.
[5] Sumanto. “Mesin Sinkron (Generator Sinkron dan Motor Sinkron)”, Andi
Yogyakarta, Yogyakarta,1996.
[6] ..................,”Technical Catalog Air Circuit Breaker”, ABB, Italy 2006
[7] ………….., “Technical Catalog Low Voltage Moulded Case Circuit Breaker”,
ABB, Italy 2000
[8] ………….,”Henikwon Tecnical Brochure SCM Busduct System”, BDS, 2008-10
[9] www. panel-listrik.com
[10] www. dunia-listrik.blogspot.com
54