Anda di halaman 1dari 45

Hari/Tanggal : Senin / 28-01-2019

Kelompok :6
Tugas :1

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA

“PENGERTIAN TAKTIK, GAYA, TEKNIK, STRATEGI, PENDEKATAN


DAN MODEL PEMBELAJARAN”

NAMA : YOSA AULYA PUTRI

NIM : 18175041

DOSEN : 1. Prof. Dr. Festiyed, M.S

2. Dr. Fatni Mufit, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyusun tugas ini dengan judul “Pengertian
Taktik, Gaya, Teknik, Strategi, Pendekatan Dan Model Pembelajaran”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Pengembangan
Model Pembelajaran Fisika, Ibu Prof. Dr. Hj. Festiyed, M.S dan Ibu Dr. Fatni
Mufit, S.Pd, M.Si.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu,penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam rangka
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 28 Januari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Agama...................................................................................3
B. Landasan Yuridis...................................................................................6
C. Taktik Pembelajaran..............................................................................7
D. Gaya Pembelajaran................................................................................8
E. Teknik Pembelajaran...........................................................................13
F. Strategi Pembelajaran..........................................................................16
G. Pendekatan Pembelajaran....................................................................20
H. Model Pembelajaran............................................................................27
BAB III PEMBAHASAN
A. Matrik Perbedaan Taktik, Gaya, Teknik, Strategi, Pendekatan,
dan Model Pembelajaran......................................................................36
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................40
B. Saran....................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................42

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa
melakukan keiatan belajar, untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang
diharapkan. Dalam merancang kegiatan pembeajaran ini, seorang guru semestinya
memahami karakteristik siswa, tujuan pembelajran, yang ingin dicapai atau
kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi ajar yang akan disajikan, dan cara
yang digunakan terus mengemas penyajian materi serta penggunaan bentuk dan
jenis penilaian yang akan dipiih untuk melakukan mengukuran terhadap
ketercapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dimiliki siswa.
Berkaitan dengan cara atau metode apa yang akan dipilih dan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, seorang guru harus terlebih dahulu memahami berbagai
pendakatan, strategi, dan model pembelajaran. Pemahaman tentang hal ini akan
memberikan tuntutan kepada guru untuk dapat memilah, memilih, dan
menetapkan dengan tepat metode pmbelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran. Perlu dipahami bahwa setiap pendekatan pembelajran memiliki
pandangan yang berbeda tentang konsepsi dan makna pembelajaran, pandangan
tentang guru, dan pandangan tentang siswa, perbedaan inilah kemudian
mengakibatkan strategi dan model pembelajaran yang dikembangkan menjadi
berbeda juga, sehingga proses pembelajaran akan berbeda walaupun strategi
pembelajaran sama.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membawa siswa belajar
sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya,
pengajar harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk
segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran
yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar,
fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Jenis – jenis model belajar cukup banyak, menurut Erman Suherman ada 65,
2

juga model pembelajaran berkaitan dengan mata kuliah atau mata pelajaran,
contoh ada model pembelajaran fisika, model pembelajaran mataematika, model
pembelajaran geografi, model pembelajaran bahasa Indonesia dan lain-lain.
Penggunaan model pembelajaran juga dipengaruhi oleh filsafat pendidikan,
misalnya model pembelajaran yang sesuai dengan filsafat konstruktivisme, model
pembelajaran yang sesuai dengan filsafat progesivisme, dan lain-lain. Selain itu
model pembelajaran juga bergantung dari pemakaian teknologi dalam pendidikan,
misalnya penggunaan computer.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan taktik pembelajaran?
2. Apa yang dimaksud dengan gaya pembelajaran?
3. Apa yang dimaksud dengan teknik pembelajaran?
4. Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran?
5. Apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran?
6. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian taktik pembelajaran
2. Mengetahui pengertian gaya pembelajaran
3. Mengetahui pengertian teknik pembelajaran
4. Mengetahui pengertian strategi pembelajaran
5. Mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran
6. Mengetahui pengertian model pembelajaran
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru sebagai tambahan wawasan mengenai pengembangan dan
pemanfaatan model pembelajaran dan dapat diaplikasikan.
2. Bagi penulis sebagai modal untuk menulis tesis dan melakukan penelitian
ilmiah dalam pengembangan model pembelajaran.
3

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Agama
Pada dasarnya konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman
tertentu. Hal-hal ini dapat terlaksana dengan baik atas ketersediaan bahan ajar
yang baik sehingga materi-materi yang diajarkan dapat tersampaikan dengan
benar. Hal ini sejalan dengan Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah
ayat 46 :

Artinya : Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa
putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan
Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada)
petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang
sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran
untuk orang-orang yang bertakwa (Q.S.Al-Maidah:46)
Berdasarkan Q.S Al-maidah ayat 46 diketahui bahwa al-qur’an diturunkan
untuk menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Al-qur’an berisi petunjuk dan
pedoman bagi umat manusia. Di dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa segala sesuatu
yang diperbuat di hari esok, haruslah direncanakan terlebih dahulu. Hal ini
terbukti dalam Al-Qur`an surat al Hasyr ayat 18.
ٌ ‫يَا أَيـُّها َ الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتَّقُوا هللاَ َوا ْنظُ ْر نَ ْف‬
َ‫س ما َ قَ َّد َمتْ لِ َغ ٍد َواتَّقُوا هللاَ إِنَّ هللا‬
. َ‫َخبِ ْي ٌر بِما َ تَ ْع َملُ ْون‬
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap individu memperhatikan merencanakan apa yang akan
4

diperbuatnya di hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya


Allah mengetahui apa yang akan kamu kerjakan"(Q.S.Al-Hasyr: 18).
. Islam menggambarkan belajar dan kegiatan pembelajaran dengan
bertolak dari firman Allah Q.S An-Nahl ayat 78, seperti berikut:

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Adapun makna dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa pada mulanya
manusia itu tidak memiliki pengetahuan atau tidak mengetahui sesuatu
apapun. Maka belajar adalah “perubahan tingkah laku lebih merupakan proses
internal siswa dalam rangka menuju tingkat kematangan”. Selain itu sebagai
seorang pendidik, kita harus betul-betul memahami kewajiban untuk
menyebarluaskan ilmu dan larangan menyembunyikannya, seperti yang
diterangkan dalam Q.S Ali-Imran ayat 187 berikut:

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang


yang telah diberi Kitab (yaitu), ‘Hendaklah kamu benar-benar
menerangkannya (isi Kitab itu) kepada manusia, dan janganlah kamu
menyembunyikannya,’ lalu mereka melemparkan (janji itu) ke belakang
punggung mereka dan menjualnya dengan harga murah. Maka itu seburuk-
buruk jual-beli yang mereka lakukan.”
5

Kemudian di dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa segala sesuatu yang


diperbuat di hari esok, haruslah direncanakan terlebih dahulu. Hal ini terbukti
dalam Al-Qur`an surat al Hasyr ayat 18.
ٌ ‫يَا أَيـُّها َ الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتَّقُوا هللاَ َوا ْنظُ ْر نَ ْف‬
َ‫س ما َ قَ َّد َمتْ لِ َغ ٍد َواتَّقُوا هللاَ إِنَّ هللا‬
. َ‫َخبِ ْي ٌر بِما َ تَ ْع َملُ ْون‬
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap individu memperhatikan merencanakan apa yang akan
diperbuatnya di hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang akan kamu kerjakan"(Q.S.Al-Hasyr: 18).
Serta dalam QS. Al-Mu’minun ayat 12-14 :

Artinya: “ Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati


(berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami
jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami
menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta
yang paling baik.”(Q.S. al-Mukminun ayat 12–14).
Berdasarkan ayat diatas menjelaskan bahwa segala sesuatu itu tercipta
melalui proses bukan semata-mata langsung tercipta, begitupun juga di dalam
model pembelajaran terdapat tahap-tahap atau urutan-urutan kegiatan belajar yang
diistilahkan dengan fase yang menggambarkan bagaimana model tersebut dalam
praktiknya, misalnya bagaimana memulai pembelajaran supaya tujuan
pembelajaran tercapai hendaknya.
6

Dengan demikian perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan


dilakukan. Mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan ke
mana harus pergi dan mengindetifikasikan persyaratan yang diperlukan dengan
cara yang paling efektif dan efisien. Sehingga perencanaan dapat membantu
proses pembelajaran yang hendaknya melakukan yang terbaik agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Itulah sebabnya pentingnya mengembangkan model
pembelajaran yang baik dan menarik agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik.
B. Landasan Yudiris
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor
20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berperan mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, disebutkan dalam
undang-undang tersebut bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional guru sebagai fasilitator harus inovatif dalam proses
pembelajaran, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan
model pembelajaran. Model pembelajaran adalahkerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para pendidik dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan
7

demikian, aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang


tertata secara sistematis.

C. Taktik Pembelajaran
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan
metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan,
terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin
akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang
satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki
sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense
of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu.
Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari
masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe
kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan
menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni. Taktik pembelajaran meliputi aspek-
aspek pembelajaran yang lebih rinci dan lebih teknis dari pada strategi. Baik-
buruknya pembelajaran lebih banyak ditentukan oleh taktik dari pada strategi.
Taktik pembelajaran terwujud dalam bentuk langkah-langkah tindakan taktis yang
tersusun dalam suatu prosedur pembelajaran. Dengan langkah-langkah tindakan
yang taktis, proses belajar anak menjadi efektif dan efisien. Efektif dalam arti,
kualitas dan kuantitas pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan kualitas dan
kuantitas tujuan yang direncanakan. Sedangkan efisien artinya pencapaian tujuan
tersebut sesuai dengan daya yang tersedia. Baik daya yang berkait dengan tenaga
dan kemampuan guru, fasilitas belajar yang ada, maupun biaya yang digunakan
guru untuk pelaksanaan pembelajaran tersebut.
Taktik untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran di kelas, di samping
bersifat terencana juga bersifat kondisional dan transaksional. Artinya sejumlah
aktivitas kelas baik aktivitas guru maupun aktivitas siswa di kelas ada yang secara
sistematis telah direncanakan sebelumnya. Perencanaan tersebut secara tertulis
didokumentasikan di persiapan pembelajaran. Meskipun demikian, belum bisa
dijamin bahwa seluruh rencana pembelajaran tersebut dapat direalisasikan dalam
8

aktivitas aktual di kelas. Kondisi dan keadaan kelas dapat saja berubah dari
asumsi-asumsi keadaan kelas yang diperkirakan saat perencanaan tersebut dibuat.
Akibat dari itu, aktivitas-aktivitas kelas perlu diubah dari rencana semula dan
disesuaikan seketika itu, berdasarkan penyesuaian-penyesuaiannya dengan realitas
yang ada di kelas. Taktik untuk menjalankan aktivitas kelas yang sifatnya
kondisional dan transaksional tersebut dinamakan siasat. Dengan kata lain, untuk
menjalankan taktik pembelajaran diperlukan siasat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk menjalankan strategi,
diperlukan kiat-kiat tertentu agar nilai strategis atau rasionalitas dari setiap bentuk
aktivitas pembelajaran di kelas dapat diwujudkan. Kiat-kiat tertentu dari setiap
bentuk aktivitas guru-murid di kelas tersebut dinamakan taktik pembelajaran.
Dengan perkataan lain, taktik pembelajaran adalah kiat guru dalam merealisasi
aktivitas pembelajaran di kelas.

D. Gaya Pembelajaran
1. Pengertian Gaya Belajar
Berdasarkan Sukadi, bahwa “gaya belajar yaitu kombinasi antara cara
seseorang dalam menyerap pengetahuan dan cara mengatur serta mengolah
informasi atau pengetahuan yang didapat.” Sedangkan menurut S. Nasution, “gaya
belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam
menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan
soal.”
Menurut DePorter & Hernacki, “gaya belajar merupakan suatu kombinasi
dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.”
Menurut Fleming dan Mills, “gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk
mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung
jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan
belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.” Willing
mendefinisikan, “gaya belajar sebagai kebiasaan belajar yang disenangi oleh
pembelajar. Keefe memandang gaya belajar sebagai cara seseorang dalam
menerima, berinteraksi, dan memandang lingkungannya.” Adapun gaya belajar
9

yang dimaksud dalam sekripsi ini adalah cara siswa mempelajari materi SKI yang
didasarkan pada gaya belajar yang mereka miliki yaitu: gaya belajar visual,
auditorial dan kinestetik. Menurut Bobby DePorter & Mike Hernacki, gaya belajar
seseorang adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan,
disekolah, dan dalam situasi antar pribadi.
Rina Dunn, seorang pelopor di bidang gaya belajar, telah menemukan
banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang. Ini mencakup faktor-
faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Sebagian orang, misalnya,
dapat belajar paling baik dengan cahaya yang terang, sedang sebagian yang lain
dengan pencahayaan yang suram. Ada orang yang belajar paling baik secara
berkelompok, sedang yang lain lagi memilih adanya figur otoriter seperti orang tua
atau guru, yang lain merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi
mereka. Sebagian orang memerlukan musik sebagai latar belakang, sedang yang
lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi. Ada orang-orang yang
memerlukan lingkungan kerja yang teratur dan rapi, tetapi yang lain lebih suka
menggelar segala sesuatunya supaya semua dapat terlihat.
Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda dan
menemukan berbagai cara untuk mengatasi gaya belajar seseorang, telah
disepakati secara umum adanya dua kategori utama tentang bagaimana kita
belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas)
dak kedua, cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak).
Selanjutnya, jika seseorang telah akrab dengan gaya belajarnya sendiri, maka dia
dapat membantu dirinya sendiri dalam belajar lebih cepat dan lebih mudah.
Levie & Levie yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar
melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan
bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-
tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan menghubungkan fakta
dan konsep. Baugh dan Achsin memiliki pandangan yang searah mengenai hal itu.
Perbandingan memperoleh hasil belajar melalui indra pandang dan indra dengar
sangat menonjol perbedaannya kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh
melalui indra pandang (visual), dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera
10

dengar (auditorial), dan 5% lagi dengan indera lainnya (kinestetik). Sementara itu,
Dale memperkirakan bahwa perolehan hasil belajar melalui indera pandang
(visual) berkisar 75%, melalui indera dengar (auditorial) sekitar 13% dan melalui
indera lainnya (termasuk dalam kinestetik) sekitar 12%.
Seluruh definisi gaya belajar di atas tampak tidak ada yang bertentangan,
melainkan memiliki kemiripan antara yang satu dengan yang lainnya. Definisi-
definisi gaya belajar tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi.
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa gaya belajar yaitu suatu cara pandangan pribadi terhadap peristiwa yang
dilihat dan di alami. Oleh karena itulah pemahaman, pemikiran, dan pandangan
seorang anak dengan anak yang lain dapat berbeda, walaupun kedua anak tersebut
tumbuh pada kondisi dan lingkungan yang sama, serta mendapat perlakuan yang
sama.
2. Jenis-Jenis Gaya Belajar
Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki secara umum gaya belajar
manusia dibedakan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya
belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik.
a. Gaya Belajar Visual
Menurut Bobbi De Poter & Mike Hernacki yang dikutip oleh Sukadi,
berdasarkan arti katanya, Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara
melihat, mengamati, memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini
terletak pada indera penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata adalah
alat yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus (rangsangan)
belajar.
b. Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar. Orang
dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan indera pendengaran
untuk melakukan aktivitas belajar. Dengan kata lain, ia mudah belajar, mudah
menangkap stimulus atau rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran
(telinga). Orang dengan gaya belajar auditorial memiliki kekuatan pada
kemampuannya untuk mendengar.
11

c. Gaya belajar Kinestetik


Gaya belajar kinestik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan
menyenetuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan indera perasa dan
gerakan-gerakan fisik. Orang dengan gaya belajar ini lebih mudah menangkap
pelajaran apabila ia bergerak, meraba, atau mengambil tindakan. Misalnya, ia baru
memahami makna halus apabila indera perasanya telah merasakan benda yang
halus.
3. Karakteristik Gaya Pembelajaran
Pada dasarnya, dalam diri setiap manusia terdapat tiga gaya belajar. Akan
tetapi ada di antara gaya belajar yang paling menonjol pada diri seseorang. Disini
peneliti membahas tiga ciri gaya belajar, yaitu ciri gaya belajar visual, auditorial
dan kinestik.
a. Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar Visual:
1) Senang kerapian dan ketrampilan.
2) Jika berbicara cenderung lebih cepat.
3) Ia suka membuat perencanaan yang matang untuk jangka panjang.
4) Sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail sifatnya.
5) Mementingkan penampilan, baik dalam berpakaian maupun presentasi.
6) Lebih mudah mengingat apa yang di lihat, dari pada yang di dengar.
7) Mengingat sesuatu dengan penggambaran (asosiasi) visual.
8) Ia tidak mudah terganggu dengan keributan saat belajar (bisa membaca
dalam keadaan ribut sekali pun).
9) Ia adalah pembaca yang cepat dan tekun.
10) Lebih suka membaca sendiri dari pada dibacakan orang lain.
11) Tidak mudah yakin atau percaya terhadap setiap masalah atau proyek
sebelum secara mental merasa pasti.
12) Suka mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat.
13) Lebih suka melakukan pertunjukan (demonstrasi) dari pada berpidato.
14) Lebih menyukai seni dari pada musik.
15) Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, akan tetapi tidak pandai
memilih kata-kata.
12

16) Kadang-kadang suka kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin


memperhatikan.
Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar Visual
yaitu biasanya duduk tegak dan mengikuti penyaji dengan matanya. Ciri-ciri yang
menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar Auditorial:
1) Saat bekerja sering berbicara pada diri sendiri.
2) Mudah terganggu oleh keributan atau hiruk pikuk disekitarnya.
3) Sering menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan dibuku ketika
membaca.
4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan sesuatu.
5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara
dengan mudah.
6) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi mudah dalam bercerita.
7) Biasanya ia adalah pembicara yang fasih.
8) Lebih suka musik dari pada seni yang lainnya.
9) Lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan dari pada yang dilihat.
10) Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar.
11) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya.
b. Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar Auditorial
yaitu sering mengulang dengan lembut kata-kata yang di ucapkan penyaji,
atau sering menggunakan kepalanya saat fasilitator menyajikan informasi
lisan. Pelajar tipe ini sering “memainkan sebuah kaset dalam kepalanya” saat
ia mencoba mengingat informasi. Jadi, mungkin ia akan memandang ke atas
saat ia melakukannya.
c. Ciri-ciri yang menonjol dari mereka yang memiliki tipe gaya belajar
kinestetik:
1) Berbicara dengan perlahan
2) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka
3) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
4) Selalu berorientasi dengan sifik dan banyak bergerak
13

5) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat


6) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
7) Banyak menggunakan isyarat tubuh
8) Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama
9) Memungkinkan tulisannya jelek
10) Ingin melakukan segala sesuatu
11) Menyukai permainan yang menyibukkan.
Ciri-ciri bahasa tubuh yang menunjukkan seseorang gaya belajar Kinestetik yaitu
sering memnunduk saat ia mendengarkan.

E. Teknik Pembelajaran
1. Pengertian Teknik Pembelajaran
Teknik menurut T Raka Joni (1991) menunjukkan keragaman khas dalam
mengaplikasikan suatu metode sesuai dengan latar tertentu, seperti kemampuan
dan kebiasaan guru, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, kemampuan dan
kesiapan peserta didik dsb. Contoh dengan menggunakan metode ceramah, maka
dapat disebutkan rentangan teknik berceramah mulai dari yang diibaratkan tape-
recorder dalam menyampaikan bahan ajar pelajaran sampai dengan menampilkan
berbagai alat bantu/media unutk menyampaikan isi pelajaran yang dirancang
berdasarkan teori pembelajaran mutakhir. Demikian halnya dengan teknik
bertanya-jawab, teknik berdiskusi dsb.
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan
metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian
pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda
pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong
pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama.
14

Teknik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan


metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalnya,
terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin
akan sangat berbeda dalam teknik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang
satu cenderung banyak diselingi dengan dengan humor karena memang dia
memiliki sense of humor yang tinggi, sementara ang satunya lagi kurang memiliki
sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena
dian sangat menguasai bidang tersebut.
2. Macam-Macam Teknik Dalam Proses Pembelajaran
a. Teknik Ceramah
Teknik ceramah adalah memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah
murid pada waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain teknik ini adalah sebuah
teknik mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan
kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
b. Teknik Diskusi
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan
oleh seorang guru di sekolah, yang dimana di dalam teknik ini terjadi proses
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar
pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat juga semuanya aktif tidak
ada yang pasif sebagai pendengar. Teknik diskusi merupakan suatu cara mengajar
dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang
masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.
c. Teknik Tanya Jawab
Teknik tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan
mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami
materi tersebut. Teknik tanya jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi
topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan
yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang
jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan
banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik.
d. Teknik Pemberian Tugas (Individu/Kelompok)
15

Teknik pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui
penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara
individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok
dapat sama dan dapat pula berbeda.
e. Teknik Penemuan (Discovery) dan Simulasi
Teknik penemuan merupakan proses dimana seorang siswa melakukan
proses mental yang harus mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip.
Yang dimaksud proses mental ialah mengamati, mencerna, mengerti menggolong-
golongkan, membuat dugaan membuat kesimpulan dan lain sebagainya.
Sedangkan prinsip ialah siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami
mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberiakan instruksi.
Teknik simulasi merupakan cara mengajar dimana menggunakan tingkah
laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan dengan tujuan agar
orang dapat menghindari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan
berbuat sesuatu dengan kata lain siswa memegang peranaan sebagai orang lain.
f. Teknik Inquiry
Inquiry adalah teknik pengajaran guru didepan kelas dimana guru membagi
tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan.
Kemudian mereka mempelajari, meneliti, dan membahas tugasnya didalam
kelompok kemudian dibuat laporan yang tersusun baik dan kemudian
didiskusikan secara luas atau melalui pleno sehingga diperoleh kesimpulan
terakhir.
Teknik inquiry merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu
(benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
g. Teknik Eksperimen dan Demonstrasi
Teknik eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dimana seorang
siswa diajak untuk beruji coba atau mengadakan pengamatan kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan dikelas dan di evaluasi oleh guru.
16

Teknik demonstrasi merupakan teknik mengajar dimana seorang instruktur atau


tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses.
h. Teknik Karya Wisata
Teknik karya wisata merupakan teknik mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak siswa kesuatu tempat atau obyek tertentu diluar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu.
i. Teknik Bimbingan / Tutorial
Teknik bimbingan/tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru
kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa.Peran guru sebagi
fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat dibutuhkan oleh siswa
untuk mendampingi mereka membahas dan menyelesaikan tugas-tugasnya.
j. Teknik Problem Solving
Teknik problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar teknik
mengajar, tetapi juga merupakan satu teknik berpikir, sebab dapat menggunakan
teknik-teknik lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan.

F. Strategi Pembelajaran
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Istilah strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya suatu
usaha untuk mencapai kemenangan dalam suatu peperangan. Awalnya digunakan
dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang
yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks
pembelajaran yang dikenal dengan istilah strategi pembelajaran. Strategi adalah
proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana
agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola
17

umum kegitan guru dan anak didik dalam perwujudan kegitan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Atau bisa dikatakan strategi belajar
mengajar merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk dalamnya
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
suatu pembelajaran.
Adapun pengertian strategi pembelajaran menurut para ahli yaitu sebagai
berikut:
a. Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
b. J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
c. Dick dan Carey (2005:7), Strategi pembelajaran adalah komponen-komponen
dari suatu set materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran, dan partisipasi
peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan
kegiatan selanjutnya.
d. Suparman (1997:157), Strategi pembelajaran adalah merupakan perpaduan
dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran peserta didik,
peralatan dan bahan,dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
e. J.R David (1996), Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Dari beberapa pengertian ahli diatas dapat disimpukan bahwa strategi dalam
proses belajar mengajar merupakan suatu rencana yang dipersiapkan secara
saksama untuk mencapai tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan telah ditargetkan
dalam proses belajar.
2. Macam - Macam Strategi Pembelajaran
Macam - macam strategi pembelajaran meliputi:
18

a. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)


Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran secara optimal.
b. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan.
c. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)
Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM bersandarkan kepada psikologi
kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses
menghafal sejumlah fakta,tetapi suatu proses interkasi secara sadar antara
individu dengan lingkungannya
d. Stategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia
nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
e. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam
pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa,
akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang
harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan
memanfaatkan pengalaman siswa.
f. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
19

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam
SPK, yaitu:
1) Adanya peserta dalam kelompok
2) Adanya aturan kelompok
3) Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan
4) Adanya tujuan yang harus dicapai.
g. Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran
kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang
sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh
dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul
dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk sampai pada
kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan ketelitian dan
observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan.
Apabila menilaiperubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang
dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu
baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang
bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru.
Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan
keluarga.Strategi Pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa
pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui
situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan
3. Karakteristik Strategi Pembelajaran
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan
empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put)
dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi
dan selera masyarakat yang memerlukannya.
b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang
paling efektif untuk mencapai sasaran.
20

c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan


dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement)
usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut
adalah:
a. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
dipandang paling efektif.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode
dan teknik pembelajaran.
d. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

G. Pendekatan Pembelajaran
1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan (approach), menurut T. Raka Joni (1991), menunjukan cara
umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga berdampak,
ibarat seorang yang memakai kacamata dengan warna tertentu di dalam
memandang alam sekitar .Kacamata berwarna hijau akan menyebabkan
lingkungan kelihatan kehijau-hijauan dan seterusnya. Contoh pendekatan
ekonomis dalam memandang permasalahan pendidikan akan menyebabkan
hampir semua pengkajiannya dibawa ke dalam terminologi investasi dan hasil
usaha pendekatan CBSA dalam memandang pembelajaran selalu peserta didik
yang menjadi orientasi setiap kegiatan.
Istilah pendekatan ini juga digunakan oleh Fred Percival dan Henry
Ellington (1984) untuk menyebut pendekatan yang berorientasi pada
lembaga/guru dan pendekatan yang berorientasi pada peserta didik. Ketepatan
dalam pemilihan suatu pendekatan akan menjadi pedoman atau orientasi dalam
21

pemilihan komponen kegiatan pembelajaran lainnya terutama strategi dan metode


pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran menurut Sanjaya (2009: 127) adalah suatu titik
tolak atau sudut pandang mengenai terjadinya proses pembelajaran secara umum
berdasarkan cakupan teoritik tertentu. Pendekatan pembelajaran dibagi menjadi
dua yaitu student centered approach atau pendekatan yang berpusat pada siswa‟
dan teacher centered approach atau pendekatan yang berpusat pada guru‟.
2. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada
kegiatan belajar mengajar, antara lain :
a. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih
bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah,
tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak
hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali
siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses
pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut
untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip
membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa.
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual,
guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara
mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak
hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya.
Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada
dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan
kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks
secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya
berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk
mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka
sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
22

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam


mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas
yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan
bukan dari “apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk
mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk
mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah
yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan
sesame teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga
mengembangkan ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6).
Lebih lanjut Schaible, Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172)
menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang
sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang
penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau
metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara
dalam mengatasi masalah.
b. Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu
bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba
(Suwarna,2005). Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan
Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz
(1999) kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina
pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran
terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan
pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur
kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan
atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang
23

akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan


pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini
dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang
boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali
sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep
dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan
pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993)
konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia
ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing. Pendekatan konstruktivisme
sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar digalakkan membina
konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan
pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat
meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999)
membuktikan kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan
konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan
berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan tradisional.
Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis
(1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme
dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang
lebih tinggi dan signifikan.
c. Pendekatan Deduktif – Induktif
1) Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan
istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh
suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila
siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya
(Suwarna,2005).
2) Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah
menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian.
24

Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa
kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah
pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan
meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba
pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan
teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama
mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka.
Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer
informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan Felder, 2006)
melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: ”All
new learning involves transfer of information based on previous learning”, artinya
semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran
sebelumnya.
Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif
dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui
kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan;
dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa
dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang
disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran
pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif . Beberapa contoh
pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri,
pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran
berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan
induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan
menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual,
siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur
berdasar pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif
efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan
25

memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi.


Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu
konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa
abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan
menganalisis apa yang diamati.
Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan
soal atau masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat
dipakai dalam membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif.
Pada prinsipnya matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya
diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan
pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau
diarahkan kepada hal yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16). Dalam kegiatan
memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan menggunakan
pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan secara
bergantian.
d. Pendekatan Konsep dan Proses
1) Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa
dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung
di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan
subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk
memahami konsep.
2) Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti
mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan.
Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum
1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam
kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang
pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses
26

mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi


peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang
disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri. Dengan
demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam setiap proses
pendidikan yang dialaminya .
e. Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang STM
sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human experience.
STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan
konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk
meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains
dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN
STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach
whichreflects the widespread realization that in order to meet the
increasingdemands of a technical society, education must integrate
acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan
STMharuslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin
(ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yangterjadi di antara sains,
teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap
hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains
dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting
dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1),
bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a
understand the many ways that scinence and technology shape culture, values,
and institution, and how such factors shape science and technology. STM
dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di
masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan
teknologi.
27

Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA )


( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan
menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika
dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan
aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan.
Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang
diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah,
tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari,
yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah .
3. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran
Karakteristi (ciri-ciri khusus) pendekatan yang berpeluang bagi peserta
didik untuk mengembangkan potensinya secara seimbang dan seoptimal mungkin,
apabila selama kegiatan pembelajaran berlangsung menunjukkan, antara lain :
a. Peserta didik melakukan kegiatan belajar yang beragam
b. Peserta didik berpartisipasi aktif, baik secara individu maupun kelompok
c. Memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik dalam menumbuh
kembangkan poensinya
d. Interaksi yang terbangun selama proses pembelajaran menunjukkan terjadinya
komunikasi multi arah dengan menggukan berbagai macam sumber belajar,
metode, media, dan strategi pembelajaran
e. Selama proses pembelajaran guru berperan sebagi fasilitator, pembinmbing
dan pemimpin. Sebagi fasilitator, guru memberikan kemudahan bagi peserta
didik dalam belajar dengan menyediakna berbagai sarana yang deiperlukan.
Sebagai pembimbing, guru selalu mengajak dan mendorong peserta didik
untuk belajar serta menwarkan bantuan pada peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar. Sedangkan sebagi pemimpin, guru menunjukkan arah
kepada peserta didiknya yang melakukan hal-hal kurang baik.

H. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
28

Dalam proses pembelajaran dikenal istilah model pembelajaran. Menurut


Sudrajat (2008). Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model
pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penyelenggaraan proses belajar mengajar dari awal sampai akhir. Dalam model
pembelajaran sudah mencerminkan penerapan suatu pendekatan, metode, teknik
atau taktik pembelajaran sekaligus. Menurut Udin (1996) model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Model
berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, satu model pembelajaran dapat
menggunakan beberapa metode, teknik dan taktik pembelajaran sekaligus.
Gunter et al (1990) mendefinisikan an instructional model is a step-by- step
procedure that leads to specific learning outcomes. Joyce & Weil (1980)
mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit
dibedakan dengan strategi pembelajaran. An instructional strategy is a method for
delivering instruction that is intended to help students achieve a learning
objective (Burden & Byrd, 1999).
PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Model pembelajaran ini menggambarkan
keseluruhan proses belajar mengajar yang berlangsung menyenangkan dengan
melibatkan peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif selama proses
pembelajaran. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan tersebut, tentu saja diperlukan ide -ide kreatif dan inovatif guru
dalam memilih metode dan merancang strategi pembelajaran. Proses
pembelajaran yang dilakukan dengan aktif dan menyenangkan diharapkan lebih
efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
29

Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tidak efektif apabila tujuan belajar
tidak tercapai dengan baik.
Konsep PAIKEM telah mengilhami penciptaan model-model
pembelajaran yang lain. Banyak peneliti yang mengembangkan model - model
pembelajaran baru dengan menggunakan singkatan yang mudah diingat orang
seperti S-T-M, RANI, MATOA, dan lain-lain. Singkatan S- T-M merupakan
kepanjangan dari Sains-Teknologi-Masyarakat; RANI kepanjangan dari Ramah,
Terbuka dan Komunikatif; MATOA diambil dari buah Matoa yang merupakan
kepanjangan dari Menyenangkan Atraktif Terukur Objektif dan Aktif.
Model pembelajaran PAIKEM bukan model pembelajaran baru. Sebelum
PAIKEM muncul, model pembelajaran CBSA (cara belajar siswa aktif) telah
lama populer di kalangan guru-guru. Inovasi pembelajaran terus menerus
dilakukan dengan menambah sederetan model pembelajaran bernuansa baru
seperti CTL (Contextual Teaching Learning), PBL (Problem based Learning),
Cooperatif Learning dan sebagainya. Semua model pembelajaran tersebut
mengarah pada pembelajaran yang tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat
belajar (teacher centered learning) karena ada asumsi bahwa pembelajaran yang
terlalu didominasi oleh guru dapat menyebabkan peserta didik kurang aktif dan
kreatif selama proses pembelajaran.
Inti dari PAIKEM terletak pada kemampuan guru untuk memilih strategi
dan metode pembelajaran yang inovatif. Strategi pembelajaran yang dapat
membuat peserta didik aktif adalah strategi pembelajaran yang berorientasi pada
peserta didik (student centered learning). Dalam penerapan strategi pembelajaran
ini, guru berperan sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi peserta didik untuk
belajar. Pengetahuan diperoleh peserta didik berdasarkan pengalamannya sendiri,
bukan ditransfer pengetahuan dari guru.
Pembelajaran yang menyenangkan dapat terjadi apabila hubungan
interpersonal antara guru dan peserta didik berlangsung baik. Banyak cara yang
dapat dilakukan untuk membuat suasana pembelajaran berlangsung
menyenangkan. Dalam konsep PAIKEM, pembelajaran yang menyenangkan
dapat dicapai karena peserta didik aktif selama proses pembelajaran. Selain itu,
30

motivasi belajar juga memiliki andil yang tinggi terhadap suasana senang belajar.
Supaya motivasi belajar tetap tinggi, guru perlu memberikan umpan balik
terhadap hasil belajar yang telah dicapai atau tugas yang telah diselesaikan oleh
peserta didik.
Model PAIKEM menuntut guru untuk kreatif menggunakan berbagai
metode, alat, media pembelajaran dan sumber belajar. Supaya guru memiliki
wawasan luas tentang metode pembelajaran yang mendukung peserta didik untuk
aktif dalam proses pembelajaran, berikut ini diberikan contoh-contoh metode
pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik.
2. Jenis-Jenis Model Pembelajaran
Beberapa jenis model-model pembelajaran :
a. Model Pembelajaran Discovery/Inquiry
Model pembelajaran Discovery/Inquiry merupakan suatu rangkaian
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, dan logis sehingga dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku (Hanafiah dan
Suhana, 2009: 77). Ada 3 macam model pembelajaran ini, yaitu
discovery/inquiry terpimpin, discovery/ inquiry bebas, dan discovery/
inquiry yang dimodifikasi. Model ini berfungsi sebagai (a) membangun
komitmen di kalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan
dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan
menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran, (b) membangun sikap,
kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai
tujuan pengajaran, dan (c) membangun sikap percaya diri dan terbuka
terhadap hasil temuannya (Hanafiah dan Suhana, 2009: 78).
Langkah-langkah dalam model discovery/inquiry, yaitu:
1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa;
2) Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari;
3) Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari;
4) Menentukan peran yang akan dilakukan setiap peserta didik;
31

5) Mencek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan


diselidiki dan ditemukan;
6) Mempersiapkan setting kelas;
7) Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan;
8) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
penyelidikan dan penemuan;
9) Menganalisis sendiri atas data penemuan;
10) Merangsang terjadinya dialog interaktif antarpeserta didik;
11) Memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam
melakukan penemuan;
12) Memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip-prinsip
dan generalisasi atas hasil temuannya.
b. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model
pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang
membutuhkan penyelidikan autentik, yakni penyelidikan yang
membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan nyata (Trianto, 2007:
67). Menurut Dewey, model pembelajaran berdasarkan masalah ini adalah
interaksi antara simulus respon, hubungan antardua arah belajar dan
lingkungan. Dalam model ini, siswa mengerjakan permasalahan yang
autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inquiry dan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Trianto, 2007: 67-68).
Rusman (2009: 232) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran
berbasis masalah, yaitu (a) permasalahan merupakan langkah awal dalam
belajar, (b) permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang nyata
yang membutuhkan perspektif ganda, (c) permasalahan menantang
pengetahuan yang dimiliki dan membutuhkan identifikasi kebutuhan
belajar baru, (d) belajar pengarahan diri menjadi utama, (e) pemanfaaatan
sumber pengetahuan yang beragam, (f) belajar adalah kolaboratif,
komunikasi, dan kooperatif, (g) pengembangan keterampilan inquiry
32

dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi


pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan, (h)
keterbukaan proses dalam Proses Belajar-Mengajar meliputi sintesis dan
integrasi dari sebuah proses belajar, dan (i) Proses Belajar-Mengajar
melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
c. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Sani (2013: 226-227) menjelaskan bahwa model pembelajaran
berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang dilakukan untuk
memperdalam pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan cara
membuat karya atau proyek terkait dengan materi ajar dan kompetensi.
Proyek yang dibuat berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, seperti
pompa air sederhana, pupuk organik, barang kerajinan dari limbah plastik
atau limbah kertas/karton, dan lain-lain. Proyek yang dibuat bisa
sederhana atau prototipenya saja. Model pembelajaran berbasis proyek ini
mencakup kegiatan menyelesaikan masalah, pengambilan keputusan,
investigasi, dan keterampilan membuat karya. Peserta didik belajar
berkelompok dan setiap kelompok bisa membuat proyek yang
berlainan. Guru hanya sebagai fasilitator dalam membantu
merencanakan, menganalisis proyek, namun tidak sampai memberikan
arahan dalam menyelesaikan proyek.
Sintaks dalam model pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut.
Tahap pertama, guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar,
motivasi, dan kompetensi yang akan dicapai. Tahap kedua, peserta didik
mengidentifikasi permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topik
yang dikaji. Pertanyaan juga dapat diajukan oleh guru. Tahap ketiga,
kelompok membuat rencana proyek terkait dengan penyelesaian
permasalahan yang diidentifikasi. Tahap keempat, kelompok membuat
proyek atau karya dengan memahami konsep atau prinsip yang terkait
dengan materi pelajaran. Tahap kelima, guru atau sekolah memfasilitasi
pameran atas pekerjaan/karya yang dihasilkan oleh peserta didik.
33

d. Model Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dengan cara
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan
mendorong siswa membuat hubungan antarpengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat
(Nurhadi dalam Rusman, 2010: 190 dan Trianto, 2007: 101). Rumusan
lain, model pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran
holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam
memahami bahan ajar secara bermakna berkaitan dengan konteks
kehidupan nyata, sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang dapat diaplikasikan dari konteks permasalahan ke
satu permasalahan lain (Hanafiah dan Suhana, 2009: 67).Pembelajaran
kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang mengakui dan
menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Model pembelajaran
ini menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam
membangun pengetahuan karena model ini mengaitkan materi
pelajaran yang dipelajari dengan konteks kehidupan nyata dan
dihubungkan dengan gaya belajar siswa (Trianto, 2007: 104)
Karakteristik model pembelajaran kontekstual adalah (Hanafiah dan
Suhana, 2009: 69):
1) Kerjasama antarpeserta didik dan guru (cooperative)
2) Saling membantu antarpeserta didik dan guru (assist)
3) Belajar bergairah (enjoyfull learning)
4) Pembelajaran terintegrasi secara kontekstual
5) Menggunakan multimedia dan sumber belajar
6) Cara belajar siswa aktif
7) Sharing bersama teman
8) Siswa kritis dan guru kreatif
9) Dinding kelas dan lorong kelas penuh dengan karya siswa
10) Laporan siswa bukan hanya buku rapor, tetapi juga hasil karya
siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan sebagainya.
34

e. Model Pembelajaran kooperatif


Model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri atas empat sampai enam orang
yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif adalah strategi
pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam kelompok untuk
saling berinteraksi, sehingga dalam model ini siswa memiliki dua
tanggung jawab, belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama
anggota kelompok untuk belajar. Dari hasil penelitian Slavin dinyatakan
bahwa (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap tolerans dan menghargai pendapat orang lain, (2)
pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir
kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan
pengalaman. Terdapat empat hal penting dalam adanya aturan main dalam
kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, dan (4) adanya
kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok. Langkah-langkah dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa, (2) menyajikan informasi, (3) mengelompokkan siswa, (4)
membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, dan (6)
memberikan penghargaan (Rusman, 2010: 202-211). Terdapat beberapa
tipe dalam pembelajaran kooperatif, seperti Student Teams Achieve- ment
Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation, Make a Match, Teams Games
Tournaments (TGT), Think Pair Share (TPS), dan lain-lain
3. Karakteristik Model Pembelajaran
Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai,
model pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu:
a. syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran
b. social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran
c. principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru
memandang, memperlakukan, dan merespon siswa
35

d. support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang
mendukung pembelajaran
e. instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung
berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar
yang disasar (nurturant effects).
Rusman (2010: 144-145) dalam bukunya yang berjudul Model-
Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru
mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (sebagai rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Beliau menjelaskan
bahwa model pembelajaran memiliki ciri sebagai berikut, yaitu (1)
berdasar teori pendidikan dan teori belajar, (2) mempunyai misi dan tujuan
tertentu, (3) sebagai pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar-mengajar
di kelas, mempunyai bagian yang disebut (a) urutan langkah-langkah
pembelajaran, (b) ada prinsip- prinsip reaksi, (c) sistem sosial, dan (d)
sistem pendukung. (5) memiliki dampak sebagai akibat terapan model
pembelajaran, (6) membuat persiapan mengajar (desain instruksional)
dengan pedoman model pembelajaran yang dipilih.
Model-model pembelajaran memiliki ciri-ciri umum, yaitu (1)
memiliki prosedur yang sistematis, (2) hasil belajar diterapkan secara
khusus, (3) ada ukuran keberhasilan, dan (4) mempunyai cara interaksi
dengan lingkungan (Iru dan Arihi, 2012: 8).
36

BAB III
PEMBAHASAN

A. Matriks Perbedaan Taktik, Gaya, Teknik, Strategi, Pendekatan dan Model Pembelajaran

Tabel 1. Perbedaan Taktik, Gaya, Teknik, Strategi, Pendekatan dan Model Pembelajaran
Tahapan Model Pendekatan Strategi Teknik Gaya Taktik
Pengertian Bentuk Titik tolak atau Suatu kegiatan Cara yang gaya belajar Gaya seseorang
pembelajaran yang sudut pandang kita pembelajaran dilakukan yaitu dalam
tergambar dari awal terhadap proses yang harus seseorang dalam kombinasi melaksanakan
sampai akhir yang pembelajaran, dikerjakan guru mengimplementasi antara cara metode atau
disajikan secara yang merujuk pada dan siswa agar kan suatu metode seseorang teknik
khas oleh guru. pandangan tentang tujuan secara spesifik. dalam pembelajaran
Dengan kata lain, terjadinya suatu pembelajaran Misalkan, menyerap tertentu yang
model pembelajaran proses yang dapat dicapai penggunaan pengetahuan sifatnya
merupakan bungkus sifatnya masih secara efektif dan metode ceramah dan cara individual.
atau bingkai dari sangat umum, di efisien pada kelas dengan mengatur serta Misalkan,
penerapan suatu dalamnya jumlah siswa yang mengolah terdapat dua
pendekatan, metode, mewadahi, relatif banyak informasi atau orang sama-sama
dan teknik menginsiprasi, membutuhkan pengetahuan menggunakan
pembelajaran. menguatkan, dan teknik tersendiri, yang didapat metode ceramah,
melatari metode yang tentunya tetapi mungkin
pembelajaran secara teknis akan akan sangat
dengan cakupan berbeda dengan berbeda dalam
teoretis penggunaan taktik yang
37

Tahapan Model Pendekatan Strategi Teknik Gaya Taktik


tertentu. metode ceramah digunakannya.
pada kelas yang
jumlah siswanya
terbatas.
Karakteristik 1.memiliki 1. Peserta didik 1. Menetapkan langkah-langkah
prosedur yang melakukan spesifikasi dan tindakan taktis
sistematis kegiatan belajar kualifikasi yang tersusun
2.hasil belajar yang beragam tujuan dalam suatu
diterapkan secara 2. Peserta didik pembelajaran prosedur
khusus berpartisipasi 2. Mempertimba pembelajaran
3.ada ukuran aktif, ngkan dan
keberhasilan 3. Memberikan memilih bersifat terencana
4.mempunyai cara pengalaman sistem juga bersifat
interaksi dengan belajar bagi pendekatan kondisional dan
lingkungan peserta didik pembelajaran transaksional
dalam yang
menumbuhkemba dipandang
ngkan poensinya paling efektif
4. Interaksi yang 3. Mempertimba
terbangun selama ngkan dan
proses menetapkan
pembelajaran langkah-
menunjukkan langkah atau
terjadinya prosedur,
38

Tahapan Model Pendekatan Strategi Teknik Gaya Taktik


komunikasi multi metode dan
arah teknik
5. Selama proses pembelajaran
pembelajaran 4. Menetapkan
guru berperan norma-norma
sebagi fasilitator, dan batas
pembinmbing minimum
dan pemimpin ukuran
keberhasilan
atau kriteria
dan ukuran
baku
keberhasilan
Jenis a. Model a. Pendekatan a. Strategi a. Teknik Ceramah a. Gaya belajar
Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran b. Teknik Diskusi Kinestetik
Discovery/Inq b. Pendekatan Ekspositori c. Teknik Tanya b. Gaya Belajar
uiry Konstruktivisme (SPE) Jawab Auditorial
b. Model c. Pendekatan b. Strategi d. Teknik c. Gaya Belajar
Pembelajaran Deduktif – Pembelajaran Pemberian Visual
Berbasis Induktif Inkuiri (SPI) Tugas
Masalah d. Pendekatan c. Strategi (Individu/Kelom
c. Model Konsep dan Pembelajaran pok)
Pembelajaran Proses Berbasis e. Teknik
Berbasis e. Pendekatan Masalah Penemuan
39

Tahapan Model Pendekatan Strategi Teknik Gaya Taktik


Proyek Sains, (SPBM) (Discovery) dan
d. Model Tekhnologi dan d. Stategi Simulasi
Pembelajaran Masyarakat Pembelajaran f. Teknik Inquiry
Kontekstual Kontekstual g. Teknik
e. Model (CTL) Eksperimen dan
Pembelajaran e. Strategi Demonstrasi
kooperatif Pembelajaran h. Teknik Karya
Peningkatan Wisata
Kemampuan i. Teknik
Berpikir Bimbingan /
f. Strategi Tutorial
Pembelajaran j. Teknik Problem
Kooperatif Solving
(SPK)
g. Strategi
Pembelajaran
Afektif
40

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahsan tersebut, maka dapat kesimpulannya adalah :
1. Taktik Pembelajaran adalah Gaya seseorang dalam melaksanakan metode
atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan,
terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
2. Gaya pembelajaran adalah gaya belajar yaitu kombinasi antara cara
seseorang dalam menyerap pengetahuan dan cara mengatur serta mengolah
informasi atau pengetahuan yang didapat
3. Teknik Pembelajaran adalah Cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan
metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda
dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya
terbatas.
4. Strategi Pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien
5. Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu.
6. Model Pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
41

B. Saran
Dari langkah pengertian dan karakteristik media pembelajaran yang telah
dijabarkan, diharapkan pendidik hendaknya mampu mengembangkan dan
membuat model pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah tersebut, sehingga
mampu memaksimalkan hasil belajar peserta didik.
42

DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya
Remaja.
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki. 2013. Quantum Learning: Unleashing the
Genius in You, terj. Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Kaifa.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar
(Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: PT Refika Aditama.

Iru, La dan Arihi, La Ode Safiun. 2012. Pendekatan, Metode, Strategi, dan
Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.
Mulyatiningsih, Endang. 2011. Penelitian Terapan. Yogyakarta: UNY Press

Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi


Aksara.
Nini Subini. 2001. Rahasia Gaya Belajar Orang Besar. Jogjakarta: Javalitera.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana
. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai