Dosen Pengampu
Hj. Ruwayda, S,ST, M.KES
Disusun oleh kelompok 1
1. Anjliana Restuti Situmorang 8. Rani Fitriana
2. Azhariah Cholida 9. Rosa Linda
3. Lorenda Dwi Putri 10. Silvy Dwi Meylingga
4. Nabila Dwi Ayu Karmila 11. Sri Putri Apriani
5. Nopita Sari 12. Suchica Pramensa
6. Nuri Hafidhoh 13. Vivi Oktadianti
7. Nurmala Sari 14. Zelin Puspita Loka
Prodi
D-III Kebidanan (Semester IV)
HERINAWATI, M. KEB
i
KATA PENGATAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporm
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan penyusunan laporan kegiatan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Hj. Suryani, S.Pd, M.Kes selaku kepala jurusan kebidanan poltekkes kemenkes
jambi
2. Enny Susilawati, M.Keb selaku ketua program studi DIII kebidanan poltekkes
kemenkes jambi
3. Hj. Indarmien Netty, S.Pd, M. Kes, Herinawati, S. SiT, M.Keb, Hj. Ruwayda,
S.ST, M.Kes, Ambo Sengeng, SKM. M.Pd selaku pembimbing mata kuliah
asuhan kebidanan komunitas, dalam memberikan arahan dalam penyusunan
laporan ini
4. Keluarga binaan dan masyarakat RT. 09 Buluran Kenali yang dengan senang
hati menerima setiap arahan dan mengikuti setiap intervensi yang diberikan
selama binaan
5. Semua pihak yang telah membantu penyususan laporan ini
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna oleh karena
itu mohon agar laporan ini diberi kritik dan saran yang membangun. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi yang terkait.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Kebidanan Komunitas..............................................................3
B. Perawatan Kesehatan Masyarakat.........................................................3
C. Asuhan Kebidanan................................................................................3
BAB III HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Gambar Umum Wilayah.......................................................................6
B. Hasil Pendataan.....................................................................................6
BAB IV PEMBAHASAN
A. Derajat Kesehatan.................................................................................6
B. Lingkungan Kesehatan..........................................................................6
C. Perilaku Kesehatan................................................................................6
D. Upaya Kesehatan...................................................................................6
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..........................................................................................6
5.2 Saran.....................................................................................................6
BAB VI LAMPIRAN
A. POA.......................................................................................................6
B. Absensi..................................................................................................6
C. Foto-Foto...............................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa kurun waktu terakhir, masalah kesehatan mendapat sorotan yang
serius dari berbagai elemen masyarakat. Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, antusias masyarakat terhadap kesehatan juga meningkat, masyarakat sudah
membuka mata bahwa kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang dapat menentukan mutu hidup
merekana nantinya. Sudah merupakan suatu kewajiban bagi penyelenggara kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan selalu bertindak profesional dalam memberikan
pelayanan sehingga masyarakat puas dengan pelayanan kesehatan.
Dalam rangka menghasilkan tenaga yang profesional, maka diperlukan adanya sumber
daya kesehetan yang siap terjun ke lapangan, megelola masalah kesehatan di suatu daerah dan
memberikan kontribusi dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan semua
itu, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi, khususnya jurusan Kebidanan melakukan Daerah
Binaan (DARBIN) Kebidanan Komunitas dengan pusat kegiatan di RT.09 Buluran Kenali,
dari tanggal 17 Februari s/d 31 Maret 2011.
Kegiatan DARBIN Kebidanan Komunitas ini merupakan suatu penerapan ilmu dan
teknologi oleh mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi Tahun Ajaran
2019/2020, dalam rangka pemecahan masalah kesehatan dan peningkatan status kesehatan
masyarakat.
Dalam prosesnya mahasiswa diharapkan mampu mengenal masalah,menemukan
prioritas masalah dan merumuskan alternatif dalam pemecahan masalah. Setelah itu
menyusun rencana pemecahan masalah sesuai dengan keahlian yang dimiliki dengan
memperhatikan sumber daya yang ada dimasyarakat. Kegiatan DARBIN Kebidanan
Komunitas ini, diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan di Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Jambi secara maksimal sehingga outputnya dapat berperan di berbagai sektor
kesehatan masyarakat dan mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi. Peningkatan
pelaksanaan program kesehatan masyarakat menuntut peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalam pengenalan masalah dan penyebab terjadinya masalah serta alternatif cara
pemecahan masalah, yaitu Perencanaan, Pengolahan Teknis, dan Administrasi serta Penilaian
Program.
1
1.2 Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti DARBIN Kebidanan Komunitas di lapangan mahasiswa
mampu melaksanakan asuhan kebidanan bermutu dan komprehensif kepada keluarga,
kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
B. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti DARBIN kebidanan komunitas mahasiswa dapat:
1. Mampu mengumpulkan data secara lengkap dan sesuai kebutuhan.
2. Mampu melakukan tabulasi data dan memprioritaskan masalah.
3. Mampu menghasilkan rencana intervensi pemecahan masalah.
4. Mampu menggerakkan upaya KIA di wilayah praktek.
5. Mampu membangun jaringan pada pelayanan kebidanan komunitas.
6. Mampu melaksanakan kunjungan rumah pada kasus kebidanan dan neonatal.
7. Mampu melaksanakan ANC di komunitas.
8. Mampu melaksanakan upaya promotif dan prventif pada wanita selama daur kehidupan
(remaja, pra-nikah, PUS dan menopause).
1.3 Manfaat
A. Bagi Mahasiswa
1. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan secara nyata di daerah binaan.
2. Mahasiswa mendapat pengalaman dalam menyelenggarakan DARBIN serta memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dalam menangani masalah kesehatan yang ada di
masyarakat yang berhubungan dengan KIA / KB
B. Bagi Pemerintahan
Dengan adanya DARBIN Kebidanan Komunitas diharapkan hasil temuan yang ada di
lokasi DARBIN Kebidanan Komunitas dijadikan masukan bagi pemerintah untuk
merencanakan program kesehatan dimasa yang akan datang
C. Bagi Masyarakat
2
Dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan dantermotivasi
untuk bertindak sesuai perilaku hidup sehat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Agar pelayanan kebidanan di komunitas terarah dan tepat sasaran, maka bidan
harus menerapkan asuhan kebidanan di komunitas. Prinsip asuhan kebidanan
komunitas sebagai berikut .
b) Prinsip PRA
1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan). Mengutamakan
masyarakat yang terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki
peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan.
Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan
terhadap berbagai golongan yang terdapat di suatu masyarakat, mengutamakan
golongan paling miskin agar kehidupannya meningkat.
2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat. Peningkatan kemampuan
masyarakat, kemampuan itu ditingkatkan dalam proses pengkajian keadaan,
5
pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan, sampai pada pemberian
penilaian dan koreksi kepada kegiatan yang berlangsung.
3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator.
Menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan pembangunan. Orang
luar juga harus menyadari peranannya sebagai fasilitator.
4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan. Salah satu prinsip dasarnya
adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat.
5. Prinsip informal. Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat
luwes, terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi ini akan menimbulkan
hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota
masyarakat, bukan sebagai tamu asing yang oleh masyarakat harus disambut
secara resmi.
6. Prinsip Triangulasi. Prinsip ini lebih berhubungan dengan perolehan informasi.
Adakalanya informasi yang dikemukakan oleh individu ada kemungkinan
tidak dibenarkan menurut kelompok. Ada kemungkinan juga informasi yang
diberikan kelompok tidak cocok dengan realitas. Oleh sebab itu prinsip
triangulasi merupakan tindakan untuk mengontrol sumber informasi. Dalam
masyarakat nelayan misalnya kalau juragan mengemukakan informasi maka
tingkat subyektivitasnya juga tinggi mana kala berkenaan dengan kepentingan
para juragan itu. Demikian juga dengan kelompok yang lain. Karena sumber
informasi itu banyak maka kebenaran informasi itu perlu dicari melalui
berbagai pihak dengan cara cross check.
7. Prinsip mengoptimalkan hasil. Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh hasil
informasi yang tepat guna menurut metode PRA adalah : - Lebih baik kita
"tidak tahu apa yang tidak perlu kita ketahui" (ketahui secukupnya saja), -
Lebih baik kita "tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut benar seratus
persen, tetap diperkirakan bahwa informasi itu cenderung mendekati
kebenaran" (daripada kita tahu sama sekali)
8. Prinsip orientasi praktis. Artinya bahwa program program yang dikembangkan
dengan metode PRA ini lebih berorientasi pada pemecahan masalah secara
praktis. Misalnya saja apa yang menjadi masalah kesehatan ibu dan anak di
desa, potensi (kemampuan manusia atau kelompok untuk mengerakkan
perubahan ) apa yang dimiliki, tersedianya potensi pendukung lain atau tidak,
yang kemungkinan berada pada kelompok lain atau daerah lain, ada tidaknya
sumber yang dimiliki , dan program-program yang dirancang memecahkan
kebutuhan banyak pihak
9. Keberlanjutan : Dalam kehidupan masyarakat masalah akan berkembang terus,
artinya selama manusia itu ada maka masalah tidak pernah akan selesai. Oleh
karenanya program yang dirancang oleh masyarakat untuk memecahkan
persoalan mereka adalah berkesinambungan dan memungkinkan
mengantisipasi munculnya masalah dikemudian hari.
10. Belajar dari kesalahan. Dalam PRA kesalahan itu wajar dan sangat manusiawi,
oleh sebab itu perencanaan program jangan terlalu sulit sehingga masyarakat
6
tidak mampu memenuhinya. Dalam menyusun kegiatan bukan juga hal yang
bersifat coba coba akan tetapi telah mempertimbangkan banyak hal termasuk
tentang kesalahan.
11. Terbuka : Dalam PRA sangat memungkinkan ketidak sempurnaan oleh sebab
itu keterbukaan atas tanggapan orang lain terhadap kegiatan PRA ini sangat
positif sebab disadari bahwa di setiap metode tidak pernah ada yang
berlangsung dengan sempurna
c) Struktur Program
Karena tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan program bersama
masyarakat, penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan
program. Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut :
1) Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali
informasi tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.
2) Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas
dasar masalah dan potensi setempat.
3) Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna
membahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug
masyarakat.
4) Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan
masyarakat dan sumber daya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
5) Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara
konkrit agar implementasinya dapat secara mudah dipantau.
6) Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk
penyempurnaannya di tingkat yang lebih besar.
7) Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat perkembangan masyarakat.
8) Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan
rencana yang telah disusun.
9) Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan,
masalah yang telah terpecahkan, munculnya massalah lanjutan, dll.
d) Permasalahan PRA
Oleh karenanya beberapa masalah yang timbul akibat merebaknya penggunaan
metode PRA adalah :
1) Permintaan melampaui kemampuan akibat metode ini dilatihkan dalam forum
yang formal tanpa cukup kesempatan untuk menghayati dan mendalami prinsip
yang mendasarinya.
2) Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan yang serampangan
di lapangan tanpa tujuan yang jelas.
3) Kembali menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi partisipasi
masyarakat.
4) Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi dan variasi
petugas untuk menggali lebih dalam permasalahan di masyarakat.
7
5) Mengatasnamakan PRA untuk kegiatan yang sepotong-potong di luar konteks
program pengembangan masyarakat.
6) Terpatok waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis,
administratif).
7) Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagi sehingga terjebak
dalam pekerjaan yang rutin dan membosankan.
b) Prinsip PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip prinsip PHC
sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima
prinsip PHC sebagai berikut :
1) Pemerataan upaya kesehatan Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip
ini yaitu perawatan primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah
kesehatan utama dalam masyarakat harus diberikan sama bagi semua individu
tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi perkotaan atau
pedesaan dan kelas sosial.
2) Penekanan pada upaya preventif Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang
meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan dengan peran serta individu agar berprilaku sehat serta
mencegah berjangkitnya penyakit.
3) Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan Teknologi medis
harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan diterima budaya
masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold storage).
4) Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian Peran serta atau
partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari lokal,
nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat adalah
proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab atas kesehatan
mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan
kapasitas untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa
8
dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan. Masyarakat
perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat pemerintah
daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan atau desa karena masalah
heterogenitas yang minim.
5) Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan Pengakuan bahwa
kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya dalam sektor kesehatan
formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam mempromosikan kesehatan
dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-
kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan), pendidikan, komunikasi
(misalnya menyangkut masalah kesehatan yang berlaku dan metode
pencegahan dan pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan umum
(misalnya menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar) ;
pembangunan perdesaan; industri; organisasi masyarakat (termasuk
Panchayats atau pemerintah daerah , organisasi-organisasi sukarela , dll).
c) Ciri-Ciri PHC
Adapun cirri-ciri PHC adalah sebagai berikut :
1) Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2) Pelayanan yang menyeluruh
3) Pelayanan yang terorganisasi
4) Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5) Pelayanan yang berkesinambungan
6) Pelayanan yang progresif
7) Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8) Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja
d) Unsur Utama PHC Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai
berikut:
1) Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
2) Melibatkan peran serta masyarakat
3) Melibatkan kerjasama lintas sektoral
e) Tujuan PHC
a. Tujuan Umum Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan yang diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat epuasan pada
masyarakat yang menerima pelayanan.
b. Tujuan Khusus :
1) Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayanai
2) Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3) Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang
dilayani
4) Pelayanan harus secara maksimum menggunkan tenaga dan sumber –
sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
9
f) Fungsi PHC PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
1) Pemeliharaan Kesehatan
2) Pencegahan Penyakit.
3) Diagnosis dan Pengobatan
4) Pelayanan Tindak lanjut
5) Pemberian Sertifikat
g) Elemen-Elemen PHC
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :
1) Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya
2) Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi
3) Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4) Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
5) Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6) Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
7) Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa h. Penyediaan obat-obat essensial
10
Skinner (1938) mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara
perangsang dan respon. Ia membedakan adanya 2 respon, yakni :
1) Respondent Respon atau Reflexive Respon
Adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.
Perangsangan seperti ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respon-
respon yang relative tetap. Misalnya makanan lezat menimbulkan air liur, cahaya
kuat menimbulkan mata tertutup. Respondent Respon mencakup :
Emotional respon
Timbul karena ada hal yang kurang mengenakan organisme bersangkutan.
Misalnya, menangis karena sedih atau sakit, muka merah (takanan darah
meningkat karena marah).
Emosi respon
Timbul karena hal yang mengenakan .Misalnya, tertawa, bejingkat-jingkat
karena senang.
2) Operant Respons atau Instrumental Respon
Adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce karena perangsang
tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Misalnya,
seorang anak telah melakukan sesuatu perbuatan kemudian memperoleh hadiah
maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan
perbuatan tersebut.
3. PSM/PKMD
1) Pembinaan Peran Serta Masyarakat (PSM)
Kebidanan komunitas terkait erat keberhasilannya dengan peran serta
masyarakat (PSM). Oleh karena itu, peran serta masyarakat mutlak diperlakukan
dalam tiap kegiatan pelayanan kebidanan komunitas. Peran serta masyarakat adalah
keikutsertaan individu, keluarga, dan kelompok masyarakat dalam setiap menggerakan
upaya kesehatan yang juga merupakan tanggung jawab kesehatan diri, keluarga, dan
masyarakat. Peran serta masyarakat adalah proses untuk :
a) Menumbuhkan dan menigkatkan tanggung jawab.
b) Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam pembangunan
kesehatan.
11
Masyarakat dapat berperan serta menyumbangkan tenaga dan pikirannya, serta
sumber daya lainnya yang tersedia untuk mendukung upaya kesehatan ibu, anak, dan
KB. Peran serta masyarakat merupakan hal yang mutlak perlu karena sistem yang
dianut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah gotong royong.
Peran serta masyarakat dibidang kesehatan adalah proses ketika individu dan
keluarga serta lembaga swadaya masyarakat termasuk swasta:
a) Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan ketergantungan dirinya
sendiri,keluarga, dan masyarakat.
b) Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam pengembangan
kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk
memecahkan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi.
c) Menjadi agen / perintis pembangunan kesehatan dan pemimpin dalam
menggerakan peran serta masyarakat di bidang kesehatan yang di landasi
semangat gotong royong.
12
d) Adanya partisipasi masyarakat
e) Mengerahkan potensi masyarakat
f) Upaya memperluas jangkauan pelayanan dimasyarakat
g) Menciptakan rasa memiliki
h) Wadah dan jalur untuk kontrol terhadap upaya pelayanan
i) Pintu masuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan di bidang lain
j) Merupakan mekanisme berkembangnya dialog
k) Upaya untuk membangun jaringan kerja antara tenaga kesehatan dan
masyarakat
13
d) Pembentukan, pelatihan, dan pembinaan kader kesehatan.
e) Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat berdasarkan temuan masalah
dan rencana pemecahan masalah yang telah disusun oleh masyarakat.
f) Pembinaan dan pelestarian kegiatan, serta tindak lanjut.
Rangkaian kegiatan tersebut pada hakekatnya merupakan penekatan edukatif,
agar masyarakat dengan sadar dan aktif terlibat dalam pengenalan masalah,
pelaksanaan kegiatan penanggulangan yang nyata, dan penilaian ,serta pembinaan
hasil kegiatan.
14
b. Penentuan jenis informasi yang akan dikumpulkan
c. Pembuatan instrumen / alat untuk memperoleh informasi kesehatan.
2. Kelompok pelaksan mengumpulkan informasi kesehatan sesuai dengan
yang telah direncanakan
3. Mengolah sumber informasi yang telah di kumpulkan sehingga dapat
dirumuskan permasalahan kesehatan dan prioritas masalah kesehatan di
wilayahnya.
C. Asuhan Kebidanan
1. Pertolongan Persalinan
A. Pertolongan Persalinan
1. Persalinan Normal
Membuat ibu merasa nyaman selama persalinan. Memfasilitasi ibu melahirkan
dengan posisi sesuai dengan keinginannya. Meyakini kepala janin dapat menyesuaikan
diri dengan pelvic. Membuat keputusan klinis yang tepat bila terjadi kelainan yang
umum dan tidak berbahaya. Meyakini kehadiran keluarga dan teman membawa
manfaat pada proses persalinan. Mendampingi perempuan dalam persalinan
membutuhkan kesabaran dan kerja keras
2. Partus Normal
Konsep Partus normal adalah dimulai sesuai dengan waktunya, tanpa ada
pemberian obat tertentu. Selama persalinan usahakan Ibu bebas bergerak dan
15
mendapat dukungan terus menerus. Hindari intervensi rutin. Biarkan untuk meneran
spontan dalam posisi tegak atau posisi normal gravitasi, Tidak memisahkan ibu dan
bayi setelah bayi lahir.
3. Mempersiapkan Persalinan Normal
Pelayanan ANC yang terfokus memperhatikan kebutuhan ibu baik fisik,
emosional dan sosial dan mengatasi masalah. Dalam mempersipakan partus normal
Bidan melakukan pemeriksaan yang bermanfaat bagi perempuan dan memfasilitasi
perempuan untuk melahirkan sesuai dengan keinginannya. Tidak menakut-nakuti
sehingga mempengaruhi keputusan dan keinginan ibu.
a. Asuhan Persalinan Kala I
Memeriksa ibu pada awal persalinan dan meyakinkan ibu dalam keadaan normal.
Memberi dukungan non pharmakologikal dalam persalinan dengan cara
pijatan/masage, hypnotherapy, hydrotherapy. Lakukan Deteksi dini komplikasi.
Lakukan pendampingan terhadap ibu secara terus menerus pada fase aktif. Tidak buru
– buru pada saat ibu meneran.
b.Asuhan Persalinan Kala II
Sebaiknya dibiarkan spontan tanpa struktur, lakukan sesuai dengan instink ibu.
Rutin Valsava atau meneran dengan cara menahan napas dapat membahayakan ibu
dan janin
Ibu seharusnya didukung dan dianjurkan untuk meneran spontan kadang sering
diikuti dengan suara. Pendekatan fleksibel terhadap keinginan meneran lebih awal,
tergantung pada pembukaan serviks dan tanda lain
Pada Persalinan Kala II
Posisi Ibu dapat Berdiri, Jongkok, Duduk, Dalam Air, Supine – Lateral, sesuai
kenyamanan. Ibu meneran sesuai dengan keinginannya. Bidan mendampingi ibu
selama proses kelahiran dan menolong kelahiran bayi
c. Asuhan Persalinan Kala III
Dalam kondisi normal Uterus akan segera berkontraksi segera (dalam 2 menit)
setelah bayi lahir
Plasenta akan lahir spontan
Rutin Manajemen Kala III wajib dilakukan pada ibu yang berisiko Perdarahan
postpartum (Makrosomia, Gemelli, Riwayat Perdarahan, partus di fasilitas yang jauh
dari fasilitas rujukan)
16
Rutin Manajemen Aktif Kala III membuat ketidaknyaman.
d. Asuhan Partus Kala Iv
Observasi perdarahan, kontraksi uterus, TTV setiap 15 menit dalam 1 jam
pertama, tiap 30 menit dalam 1 jam kedua
Dalam 2 jam pertama postpartum masih merupakan masa kritis terjadi perdarahan
postpartum
2. Ante Natal Care
1) Pengertian Asuhan Antenatal
Menurut dinas kesehatan provinsi dati I jawa timur dalam pedoman
pelaksanaan pengembangan desa siaga provinsi jawa timur, (2006) terdapat beberapa
pengertian mengenai asuhan antenatal, sebagi berikut :
a) Asuhan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa
keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan
b) Asuhan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam Rahim.
c) pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu
menghadapi persalinan, masa nifas, persiapan pemberian asi, dan pemulihan
kesehatan reproduksi secara wajar.
17
c) Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan.
d) Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam mengahadapi komplikasi.
e) Mempersiapkan masa nifas dan pemberian asi ekslusif.
18
1. Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu untuk menentukan
pilihan yang tepat untuk konsultasi (dokter puskesmas, dokter obstetric
ginekologi, dan sebagainya)
2. Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil beserta surat rujukan.
3. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa hasil surat
rujukan.
4. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.
5. Memberikan layanan atau asuhan antenatal.
6. Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu di rumah.
7. Menyepakati di antara pengambil keputusan dalam keluarga tentang
rencana kelahiran.
8. Persiapan atau pengaturan trasportasi dan biaya untuk ketempat persalinan.
2. Peralatan steril
a. Bak instrument
b. Spatel lidah
c. Sarung tangan atau handscoon
d. Spuit atau jarum
5. Obat-obatan
a. Golongan rebontia (vitamin B6 dan B konfleks)
b. Tablet zat besi
c. Vaksin TT
d. Kapsul yodium
e. Obat KB
5) Menejemen Asuhan Antenatal
Menejemen asuhan antenatal merupakan langkah-langkah alamiah yang
sistematis yang dilakukan bidan, dengan tujuan untuk mempersiapkan kehamilan dan
persalinan yang sehat berdasarkan standar yang berlaku. Dalam menejemen dalam
asuhan di komunitas bidan harus melakukan kerja sama dengan ibu , keluarga dan
masyarakat mengenai persiapan rencana persalinan, tempat bersalin , dan tubulin dan
mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi.
Upaya yang harus di lakukan bidan untuk mengetasi kendala-kendala tersebut
a) Melakukan kunjungan rumah.
b) Berusaha memperoleh informasi mengenai ibu tidak melakukan pemeriksaan
c) Apabila ada masalah, coba untuk membantu ibu dalam mencari pemecahan
nya.
d) Menjelaskan pentingnya pemeriksaan kehamilan.
6) Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah yang minimal dilakukan selama antenatal care :
a) satu kali kunjunagan selama trimester I, sebelum minggu ke 14.
b) satu kali kunjungan pada trimester II, sebelum minggu ke 14 sampai minggiu
ke 28.
c) dua kali kunjungan pada trimester III, antara minggu ke 28 sampai dan setelah
minggu ke 36.
d) Kunjungan ideal selama kehamilan;
1. periksa pertama dilakukan sedini mungkin ketika iby mengatakan
terlambat haid I bulan.
2. satu kali setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan.
3. dua kali sebulan pada usian kehamilan 8 bulan.
4. satu kali dalam seminggu pada usia kehamilan 9 bulan.
5. periksa khusus apabila ada keluhan.
3. Gizi
a. Pengenalan Ilmu Gizi
Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi,
Dewasa ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yakni masalah gizi kurang dan
masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi),
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan
adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh
kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu yang disertai dengan minimnya
pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan. Dengan demikian,
sebaiknya masyarakat meningkatkan perhatian terhadap kesehatan guna mencegah
terjadinya gizi salah (malnutrisi) dan risiko untuk menjadi kurang gizi.
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu
pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
Suatu penyakit timbul karena tidak seimbangnya berbagai faktor, baik dari
sumber penyakit (agens), pejamu (host) dan lingkungan (environment). Hal itu disebut
juga dengan istilah penyebab majemuk (multiple causation of diseases) sebagai lawan
dari peiiyebab tunggal (single causation).
Kesehatan adalah suatu hal dalam kehidupan yang dapat membuat keluarga
bahagia. Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental yang bersifat alami
dimana para calon ibu harus sehat dan mempunyai kecukupan gizi sebelum dan
setelah hamil. Agar kehamilan berjalan sukses, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan selama kehamilan yang diantaranya kebutuhan selama hamil yang
berbeda-beda untuk setiap individu dan juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan
status gizi sebelumnya.
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan
masalah,baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya, antara lain : anemia,
22
perdarahan dan berat badan ibu tidak bertambah secara normal, kurang gizi dapat
mempengaruhi proses persalinan dimana dapat mengakibatkan peralinan sulit dan
lama, premature, perdarahan setelah persalinan, kurang gizi juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin serta dapat menimbulkan keguguran, abortus, cacat bawaan dan
berat janin bayi lahir rendah (Proverawati dan Asfuah,2010;36)
Kekurangan atau kelebihan makanan pada masa hamil dapat berakibat kurang
baik bagi ibu, janin yang dikandung serta jalannya persalinan. Oleh karena itu,
perhatian terhadap gizi dan pengawasan berat badan (BB) selama hamil merupakan
salah satu hal penting dalam pengawasan kesehatan pada masa hamil. Selama hamil,
calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi daripada wanita yang tidak hamil,
karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya.
Ada beberapa pengertian tentang ilmu gizi
1. Ilmu Gizi (science of nutrition) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang makanan tentang hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata “gizi”
berasal dari bahasa arab ghidea, yang berarti “makanan”. Di satu sisi ilmu gizi
berkaitan dengan makanan dan sisi lain dengan tubuh manusia.
2. Zat Gizi (Nutrient) adalah ikatan kimia yang di perlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energy, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan
3. Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi atau unsur-unsur
ikatan kimia yang dapat di ubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila di
masukan kedalam tubuh
4. Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat di jadikan makanan
5. Bahan makanan adalah makanan dalam keadaan mentah. Dalam bahasa inggris
hanya di gunakan satu kata untuk menyatakan kata makanan, pangan, dan
bahanmakanan, yaitu food.
6. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Di bedakan anatara status gizi buruk, kurang baik, dan
lebih.
Secara klasik kata gizi di hubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk
menyediakan membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta proses-proses
kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas,
di samping untuk kesehatan, gizi di kaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karna
gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas
kerja, karena itu di indonesia yang sekarang sedang membangun faktor gizi di
samping faktor-faktor lain di anggap penting untuk memacu pembanguna, khususnya
yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia berkualitas
24
sebanyak 35%, 10% dari protein dan sayuran serta buahan bisa
melengkapi.
b) Asam Folat: Janin sangat membutuhkan asam folat dalam jumlah banyak
guna pembentukan sel dan sistem syaraf. Selama trimester pertama janin
akan membutuhkan tambahan asam folat sebanyak 400 mikrogram per
harinya. Jika janin mengalami kekurangan akan asam folat, maka hal ini
akan membuat perkembangan janin menjadi tidak sempurna dan dapat
membuat janin terlahir dengan kelainan seperti mengalami anenchephaly
(tanpa batok kepala), mengalami bibir sumbing dan menderita spina bifda
(kondisi dimana tulang belakang tidak tersambung). Asam folat yang bisa
di dapat pada buah-buahan, beras merah dan sayuran hijau.
c) Protein: Selain menjadi sumber bagi kalori dan zat pembangun,
pembentukan darah dan sel merupakan salah satu fungsi protein. Protein
dibutuhkan oleh ibu hamil dengan jumlah sekitar 60 gram setiap harinya
atau 10 gram lebih banyak dari biasanya. Protein bisa didapatkan dari
kacang-kacangan, tempe, putih telur, daging dan tahu.
d) Kalsium: Berfungsi dalam pertumbuhan dan pembentukan gigi dan tulang
janin. Dengan ada kalsium yang cukup selama kehamilan, ibu hamil dapat
terhindar dari penyakit osteoporosis. Jika ibu hamil tidak memiliki kalsium
yang cukup, maka kebutuhan janin akan kalsium akan diambil dari tulang
ibunya. Susu dan produk olahan lainnya merupakan sumber kalsium yang
baik, selain kalsium, susu memiliki kandungan vitamin lain yang
dibutuhkan ibu hamil, seperti vitamin A, Vitamin D, Vitamin B2 vitamin
B3 dan vitamin C. Selain dari susu, kacang-kacangan dan sayuran hijau
merupakan sumber kalsium yang baik juga.
e) Vitamin A: Sangat bermanfaat bagi pemeliharaan fungsi mata,
pertumbuhan tulang dan kulit. Selain itu vitamin A juga berfungsi sebagai
imunitas dan pertumbuhan janin. Namun meskiun vitamin A sangat
dibutuhkan oleh ibu hamil, namun jangan samapi berlebih dalam
mengkonsumsinya, karena jika ibu hamil mengalami kelebihan vitamin A
hal ini dapat membuat janin terganggu pertumbuhannya.
f) Zat Besi: Berfungsi di dalam pembentukan darah terutama membentuk sel
darah merah hemoglobin dan mengurangi resiko ibu hamil terkena anemia.
Zat besi akan diperlukan pada saat kehamilan memasuki usia 20 minggu.
Kebutuhan akan zat besi sebanyak 30 mg per harinya. Zat besi dapat
diperoleh pada hati, daging atau ikan.
g) Vitamin C: Tubuh ibu hamil memerlukan vitamin C guna menyerap zat
besi. Selain itu vitamin C sangat baik guna kesehatan gusi dan gigi. Fungsi
lain dari vitamin C adalah melindungi jaringan dari organ tubuh dari
berbagai macam kerusakan serta memberikan otak berupa sinyal kimia, hal
ini terjadi karena vitamin C banyak mengandung antioksidan.
25
h) Vitamin D: Dapat meneyerap kalsium sehingga sangat bermanfaat dalam
pembentukan dan pertumbuhan tulang bayi. Vitamin D dapat di dapat dari
sumber makanan, susu, kuning telur atau hati ikan.
26
1) Karbohidrat: merupakan zat gizi yang dikonsumsi dalam presentase
paling besar dalam menu makanan sehari-hari yaitu mencapai 55%,
bahkan lebih dari keseluruhan kalori, jenis karbohidrat yang dianjurkan
adalah karbohidrat komplek, seperti biji-bijian utuh (wholegrain), roti
dan pasta (macaroni dan spageti), kacang-kacangan, nasi, sayuran, dan
buah-buahan. Kurangi makanan yang banyak mengandung gula serta
batasi karbohidrat sederhana. Perbanyak makanan berserat.
2) Protein: Kurangi konsumsi protein anda hingga tidak lebih dari 15%
dari jumlah kalori anda. Dapatkan lebih banyak protein dari sumber
nabati dan kurangi sumber hewani.
3) Lemak: Jumlah lemak yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah
berkisar 20%-30% dari seluruh jumlah kalori. Hindari/batasi
penggunaan lemak asal hewani yang tinggi kandungan asam lemak
jenuh dan gunakan lemak asal kacang-kacangan serta biji-bijian yang
lebih banyak kandungan asam lemak tak jenuh.
4) Vitamin dan mineral: Terdapat beberapa vitamin dan mineral yang
perlu diperhatikan secara khusus asupannya setiap hari karena berperan
penting pada masa menopause. Vitamin D merupakan vitamin yang
penting pada masa menopause, karena vitamin D meningkatkan
absorpsi (penyerapan) kalsium yang juga merupakan mineral penting
dalam mempertahankaan kekuatan tulang. Dianjurkan agar dapat
mengkonsumsi kalsium disertai dengan vitamin D untuk pencegahan
osteoporosis. Asupan kalsium sebesar 1000-1200 mg dan 500 /g
vitamin D per hari dapat meningkatkan efektivitas kalsim dan
melindungi tulang terhadap osteoporosis. Makanan berbagai sumber
macam sayuran dan buah-buahan setiap hari, susu, produk susu,
brokoli, dan sayuran berdaun hijau adalah sumber kalsium.
4. Imunisasi
Imunisasi (vaksinasi) merupakan aplikasi prinsip-prinsip imunologi yang
paling terkenal dan paling berhasil terhadap kesehatan manusia. Nama vaksin diambil
dari kata vaksinia, virus cacar sapi yang digunakan oleh jenner 200 tahun yang lalu.
Vaksinia merupakan upaya ilmiah pertama untk mencegah penyakit infeksi cacar
(variola) yang dilakukan tanpa pengetahuan sama sekali mengenai virus(atau segala
macam mikroba) dan imunologi.
Seratus tahun kemudian pasteur memunculkan prinsip-prinsip dasar vaksinasi.
Yaitu preparat mikroba yang dimodifikasi dapat digunakan untuk memperkuat
imunitas terhadap organisme yang sangat virulen. Pelopor vaksin pasteur adalah
medula spinalis kelinci terinfeksi rabies yang dikeringkan dan hasil antraks yang
dipanaskan.
Teori seleksi klon oleh brunner pada tahun 1957 dan penemuan limfosit T dan
B pada tahun 1957 memperjelas teori mekanisme memori imunologis dan fungsi
limfosit. Antigen vaksin harus mampu merangsang terjadinya ekspansi klon sel T dan
atau B tertentu untuk menghasilkan populasi sel memori. Sel memori ini
memungkinkan penemuan berikutnya dengan antigen yang sama dan dapat
27
merangsang timbulnya respins sekunder yang lebih cepat dan efektif dari pada respons
primer. Respons primer sering terlalu lambat untuk mencegah timbulnya penyakit
berat.
Karena vaksinasi bergantung pada respon imun spesifik, keberhasilan
vaksinasi sangat tergantung pada dihasilkannya preparat antigenik patogen yang
1. Aman untuk diberikan
2. Merangsang jenis imunitas yang tepat
3. Dengan harga yang dapat dijangkau oleh populasi yang menjadi tujuan
vaksinasi.
Untuk beberapa penyakit penyakit. Ada vaksin yang sedikit banyak memenyhi
kriteria tersebut. Tetapi untuk banyak prnyakit yang lain belom ada vaksin yang dapat
digunakan.
Prinsip vaksinasi digambarkan oleh imunisasi dengan toksoid difteri.
Modifikasi kimia toksin difteri menghasilkan toksoid yang kehilangan toksisitasnya
tanpa kehilangan epitotnya. Respon antibodi primer terhadap epitot ini dapat di
hasilkan pascavaksinasi dengan toksoidnya. Pada infeksi alamiah toksin akan
merangsang kembali sel B memori sehingga dihasilkan respons antibodi sekunder
yang lebih cepat dan lebih kuat terhadap epitot tersebut. Respons ini akan
menetralisasi toksin (diadaptasi dari Roltt et al 1998).
Antigen yang digunakan sebagai vaksin. Tipe antigen yang digunakan pada
vaksin tergantung pada berbagai faktor. Pada umumnya, makin banyak antigen
mikroba yang dipertahankan dalam vaksin makin baik. Organisme hidup cenderung
lebih efektif dari pada organisme mati, kecuali pada penyakit yang disebabkan oleh
toksin, yang mana antigen cukup dibuat dari toksin saja. Antigen mikroba juga dapat
diekspresikan pada sel lain yang berfungsi sebagai vektor.
b. Tujuan Program KB
Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka
mewujudkan visi dan misi program KB di muka adalah “membangun kembalu dan
meleestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB Nasional yang kuat di
masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2016 dapat
tercapai.”
Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
menurnkan tingkat / angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas sedangkan
tujuan utama program Kesehatan Reproduksi Remaja ( KRR ) adalah untuk
meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan perilaku positif remaja tentang
28
kesehatan an hak-hak reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan
reproduksinya, untuk mempersiapkan kehidupan dalam mendukung upaya
meningkatkan kualitas generasi mendatang.
Tujuan program penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas adalah
untuk membina kemandirian dan sekaligus meningkatkan cakupan dan mutu
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, serta pemberdayaan dan kertahanan keluarga
terutama yang diselenggarakan oleh institusi masyarakat di daerah perkotaan dan
pedesaan, sehingga membudidaya dan melembaganya keluarga kecil berkualitas. Perlu
diketahui bahwa tujuan-tujuan tersebut berkaitan erat dan merupakan kelanjutan dari
tujuan program KB tahun 1970, yaitu :
1. Tujuan demografis berupa penurunan TFR tahun 2000 sebesar 50% dari
kondisi TFR 1970
2. Tujuan filosofi berupa kelembagaan dan pembudidayaan Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera ( NKKBS )
Perencanaan kehamilan dan mencegah kehamilan yang belum diinginkan
1) Pengaturan jarak dan usia melahirkan
2) Penggunaan kontrasepsi rasional, efektif, efisien.
3) Pelayanan KB bagi keluarga miskin
4) Keterlibatan pria dalam perencanaan kehamilan dan keterlibatan
pria dalam KB
5) Penurunan kehamilan di kalangan PUS muda.
6) Meningkatkan status kesehatan perempuan dan anak
a) Pengaturan usia melahirkan yang tidak terlalu muda dan tidak
terlalu tua
b) Pengaturan jarak antara kehamilan
c) Peningkatan keterlibatan pria dalam kehamilan dan perawatan
anak
d) Peningkatan menyusui ekslusif
e) Pencegahan dan perlindungan HIV dan AIDS
7) Meningkatkan kesehatan dan kepuasan
a) Kondom fungsi gand ( dual protection )
b) Program Universal Precaution untuk pencegahan HIV dan
AIDS dalam program KB
c) Penggunaan kontrasepsi pada PUS yang ingin menunda anak
pertama
d) Pelayanan terintegrasi dan deteksi dini kanker alat reproduksi
c. Sasaran Program KB
Adapun sasaran program KB nasional lima tahun kedepan seperti tercantum
dalam RPJM 2004-2009 adalah sebagai berikut :
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk ( LPP ) secara nasional
menjadi satu, 14% per tahun
2. Menurunkan angka kelahiran Total Fertility Rate ( TFR) menjadi 2,2 per
perempuan
29
3. Meningkatnya peserta KB pria menjadi 4,5%
4. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efisien
5. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang
anak
6. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang
aktif dalam usaha ekonomi produktif
7. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.
Strategi tiga dimensi ini juga diterapkan untuk merespon kemendesakannya untuk
secepatnyamenurunkan TFR dan membudidayakan NKKBS sebagai norma program
KBN.
Strategi dimaksud dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KBN sbb :
1. Tahap Perluasan Jangkauan
Pada tahap ini penggarapan program lebih difokuskan kepada sasaran :
a. Coverage wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan
pada penggarapan wilayah potensial seperti wilayah Jawa Bali yaitu
provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali dengan kondisi
jumlah penduduk dan laju pertumbuhan yang besar.
b. Coverage khalayak
30
Diarahkan pada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya pada
tahan ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan pelayanan
KB didasarkan pada pendekatan klinik.
2. Tahap Pelembagaan
Tahap ini diterapkan untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap
potensi yaitu tahap perluasan jangkauan. Pada tahap ini converage wilayah
diperluas menjangkau provinsi-provinsi di luar Jawa-Bali dengan sebutan
Provinsi Luar Jawa Bali yaitu : Provinsi-provinsi diluar Sumatera, sebahagian
pulai Kalimantan, pulai Sulawesi. Sedangkan pada tahap ini Coverage
khalayak diarahkan pada jangkauan PUS yang ragu-ragu dengan merangsang
timbulnya partisipasi masyarakat sebagai pengelola program yang seperti
PPKBD ( Pos LB Desa, Sub Pos KB dan LSM lainnya ).
Pada tahap ini indicator kuantitatif kesertaan ber-KB berada pada
kisaran 45%-65% dengan prioritas pada pelayanan kontrasepsi Methode
Jangka Panjang ( MPJ ) dengan memanfaatkan momentum-momentum besar.
f. Dampak Program KB
1. Implikasi Program KB Terhadap Bidang Pendidikan
a. Aspek mikro
Merubah komposisi penduduk dari komposisi expensipe menjadi
kemampuan konstructive dan stationare. Perubahan ini berpengaruh pada
pengembangan antara kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan
kemampuan negara untuk melaksanakan investasi dibidang pendidikan.
b. Aspek makro
Dengan ber KB menuju keluarga kecil akan memberi peluang lebih untuk
menyekolahkan anak. Ukuran yang lazim dipakai dalam bidang pendidikan
adalah:
1) Angka Partisipasi Kasar (APK)
Indikator ini mengukur proporsi anak sekolah pada jenjang
pendidikan tertentu dalam kelompok umur jenjang pendidikan tersebut.
APK biasanya diterapkan untuk jenjang pendidikan sampai dengan usia
7-12 tahun, (usia 13-15 tahun), dan SLTA (usia 16-18 tahun).
2) Angka Partisipasi Murni (APM)
Indicator ini mengukur proporsi anak yang bersekolah pada
kelompok umur tertentu pada tingkat yang sesuai dengan kelompok
umur tersebut. APM selalu lebih rendah di bandingkan dengan APK
karena pembilangannya lebih kecil sementara penyebutnya sama. Nilai
APM yang mendekati 100% menunjukkan hamper semua penduduk
bersekolah tepat waktu sesuai dengan usia sekolah pada pendidikannya.
3) Angka melek huruf
31
Angka melek huruf adalah presentase penduduk yang memiliki
kemampuan membaca dan menulis huruf latin / dan atau lainnya.
Indicator ini menggabarkan mutu SDM yang diukur dalam aspek
pendidikan. Semakin tinggi nilai indicator ini, semakin tinggi mutu
SDM suatu masyarakat. Untuk mempertajam analisis batasan usia
dapat diubah sesuai kebutuhan.
4) Pendidikan yang ditawarkan
Indicator ini menunjukkan keterkaitan system pendidikan dalam
mendidik keompok penduduk dewasa.
5) Rata-rata lama sekolah
Rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua
variable secara simultan yaitu tingkat / kelas yang sedang / pernah
dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
33
BAB III
HASIL PRATIKUM KERJA LAPANGAN
2. Fasilitas Kesehatan
a) Pustu Buluran
b) Bidan Desa
B. Hasil Pendataan
1. Tabulasi Data dan Analisis data
A. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan
KELOMPOK UMUR F % F %
0-12 Bulan 4 4,54 - -
1-4 Tahun 5 5,68 4 4,30
5-9 Tahun 6 6,81 13 13,9
10-14 Tahun 8 9,09 6 6,45
15-19 Tahun 10 11,3 9 9,67
34
20-24 Tahun 7 7,95 6 6,45
25-30 Tahun 3 3,40 5 5,37
30-40 Tahun 20 22,7 16 17,2
40-60 Tahun 17 19,3 24 25,8
>60 Tahun 8 9,09 10 10,7
JUMLAH 88 100 93 100
% %
KELOMPOK UMUR
100%
8 0.09
90%
17 0.19
80%
93
70%
20 0.23
60%
88 100 100
50% 3 0.03 10
7 0.08
40% 24
10 0.11
30% 16
8 0.09 5
20% 6
6 0.07 9
6
10% 5 0.06
13
0 0
4 0.05 4 0.11
0.26
0.17
0.05
0.06
0.1
0.14
0.04
0%
0-12 Bulan 1-4 Tahun 5-9 Tahun 10-14 Tahun 15-19 Tahun 20-24 Tahun
25-30 Tahun 30-40 Tahun 40-60 Tahun >60 Tahun JUMLAH
35
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut kelompok
umut di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi menurut kelompok umur (Laki-laki) mayoritas 30-40 tahun, minoritas 25-30
tahun.
b. Distribusi menurut kelompok umur (Perempuan) mayoritas 40-60 tahun dan minoritas 1-4
tahun.
B. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan
Laki-laki Perempuan
PENDIDIKAN F % F %
SD 11 17,8 % 15 20 %
SMP 10 15,6 % 9 12 %
SMA/SMK 20 31,2 % 30 40 %
DIPLOMA 7 10,9 % 6 8%
SARJANATINGKAT PENDIDIKAN
17 26,5 % 15 20 %
30
JUMLAH 30 64 100% 75 100%
25 28
20 15
15 20
9
10 11
10 17
5 6
0 7
SD PEREMPUAN
SMP 36
SMA/SMK LAKI - LAKI
DIPLOMA
SARJANA
40.0% 40%
35.0%
30.0%
31.2%
25.0% 20%
20.0%
17.8% 12% 20%
15.0% 15.6%
10.0%
8%
5.0%
0.0%
SD
0.0% 0% PEREMPUAN
SMP
SMA/SMK 0.0% LAKI - LAKI
DIPLOMA 0.0%
SARJANA
JUMLAH
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut pendidikan di Rt.
09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi menurut pendidikan (Laki-laki) mayoritas SMA/SMK, minoritas Diploma.
b. Distribusi menurut pendidikan (Perempuan) mayoritas SMA/SMK, minoritas Diploma.
C. Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan
JENIS PEKERJAAN KK F %
PNS 9 16,98 %
SWASTA 20 37,7 %
DAGANG 5 9,43 %
BURUH HARIAN 3 5,66 %
KARYAWAN 14 26,4 %
PENSIUNAN 2 3,77 %
JUMLAH 53 100%
37
JENIS PEKERJAAN
100.00%
JUMLAH
53
3.77%
PENSIUNAN
2
26.40%
KARYAWAN
14
5.66%
BURUH HARIAN
3
9.43%
DAGANG
5
37.70%
SWASTA
20
16.98%
PNS
9
0 10 20 30 40 50 60
F %
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut pekerjaan di
Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi menurut pekerjaan mayoritas swasta
b. Distribusi menurut pekerjaan minoritas pensiunan.
47.1
1.88
18.8
%
11.3
5.66
1.88
13.2
53
25
1
10
F
6
3
1
7
0 10 20 30 40 50 60
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut alat kontrasepsi
di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi menurut penggunaan alat kontrasepsi mayoritas tidak KB
b. Distribusi menurut penggunaan alat kontrasepsi minoristas implan dan MOW.
E. Distribusi Penduduk Menurut Jaminan Kesehatan
JENIS JAMINAN F %
BPJS / KIS 41 77.3
ASKES 12 22,6
JUMLAH 53 100%
39
JAMINAN KESAHATAN
90
80 77.3
70
60
53
50
41
40
30
22.6
20
12
10
1
0
BPJS / KIS ASKES JUMLAH
F %
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut jaminan
kesehatan di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi menurut jaminan kesehatan mayoritas menggunakan BPJS/KIS
b. Distribusi menurut jaminan kesehatan minoritas menggunakan ASKES.
F. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa
SUKU BANGSA F %
MELAYU 40 75,4
JAWA 10 18,8
SUNDA 1 1,88
BANJAR - -
BUGIS 2 3,77
JUMLAH 53 100%
40
SUKU BANGSA
MELAYU JAWA SUNDA BANJAR BUGIS JUMLAH
3.77
0
%
1.88
18.8
75.4
53
0
F
1
10
40
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut suku
bangsa di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Penduduk RT.09 mayoritas suku bangsa Melayu
b. Penduduk Rt.09 minoritas suku bangsa Sunda.
G. Distribusi Penduduk Menurut Penghasilan
PENGHASILAN F %
RP.500,000;PENGHASILAN
2 3,77
RP.500,000; - RP.1,000,000; 390.5 5,66
RP.1,000,000; - RP.1,500,000; 48 90,5
100
JUMLAH 53 100%
80
48 53
60
3.77 5.66
40 %
20 2 3
41 F
0
RP.500.000; RP.500.000; - RP.1.000.000; - JUMLAH
RP.1.000.000; RP.1.500.000;
F %
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut
Penghasilan di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk menurut penghasilan mayoritas RP.1,000,000; - RP.1,500,000;
b. Distribusi penduduk menurut penghasilan minoritas RP.500,000;.
H. Distribusi Penduduk Menurut Agama
AGAMA F %
ISLAM 52 98.1
PROTESTAN 1 1,88
JUMLAH 53 100%
AGAMA
120
98.1
100
80
6052 53
40
20
1.88
1 0
0
ISLAM PROTESTAN JUMLAH
% F
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut Agama di Rt. 09
Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk menurut agama mayoritas agama Islam
b. Distribusi penduduk menurut agama minoritas Agama Protestan.
I. Distribusi Penduduk Menurut Cara Pengelolaan Makanan
42
CARA MENGEGELOLA MAKANAN F %
SAYUR DIPOTONG DULU BARU DICUCI 36 67,9
SAYUR DICUCI DULU BARU DIPOTONG 17 32
JUMLAH 53 100%
JUMLAH 53 100
F %
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut pengelolaan
makanan di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk cara mengelola makanan mayoritas sayur dipotong dulu baru dicuci
b. Distribusi penduduk cara mengelola makanan minoritas sayur dicuci dulu baru dipotong
.
J. Distribusi Penduduk Ibu Menyusui
MENYUSUI F %
IBU TIDAK MENYUSUI 23 82,1
IBU MENYUSUI 5 17,8
JUMLAH 28 100%
43
MENYUSUI
100
JUMLAH
28
17.8
IBU MENYUSUI
5
82.1
IBU TIDAK MENYUSUI
23
0 20 40 60 80 100 120
F %
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk ibu menyusui di Rt. 09
Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk ibu menyusui mayoritas ibu tidak menyusui
b. Distribusi penduduk ibu menyusui minoritas ibu menyusui.
K. Distribusi Penduduk Remaja Minum Tablet Tambah Darah
TABLET TAMBAH DARAH F %
REMAJA MINUM TABLET TAMBAH DARAH 6 75
REMAJA TIDAK MINUM TABLET TAMBAH DARAH 2 25
JUMLAH 8 100%
44
TABLET DARAH
120
100
100
80
75
60
40
25
20
8
6
2
0
REMAJA MINUM TABLET REMAJA TIDAK MINUM TABLET JUMLAH
TAMBAH DARAH TAMBAH DARAH
F %
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk remaja minum tablet
tambah darah di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk Remaja minum tablet tambah darah mayoritas Remaja minum tablet
tambah darah.
b. Dustribusi penduduk remaja minum tablet tambah darah minoritas remaja tidak minum
tablet tambah darah.
L. Distribusi Penduduk Remaja Hemoglobin
CEK HEMOGLOBIN (HB) F %
REMAJA CEK HB 5 71.4
REMAJA YANG TIDAK CEK HB 2 28,5
JUMLAH 7 100%
45
CHECK HEMOGLOBIN
JUMLAH 7
28.5
REMAJA YANG TIDAK CEK HB 2
71.4
REMAJA CEK HB 5
0 10 20 30 40 50 60 70 80
F %
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk remaja cek HB di Rt. 09
Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk Remaja cek hemoglobin mayoritas remaja mengecek HB
b. Distribusi penduduk remaja cek hemoglobin minoritas tidak cek HB
M. Distribusi Penduduk Jenis Kelamin
JENIS KELAMIN F %
LAKI – LAKI 47 46,5
PEREMPUAN 54 53,4
JUMLAH 101 100%
JENIS KELAMIN
120
101
100
80
60 54
53.4
47
46.5
40
20
0
LAKI – LAKI PEREMPUAN JUMLAH
F %
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut jenis
kelamin di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
46
a. Distribusi penduduk jenis kelamin mayoritas Perempuan
b. Distribusi penduduk jenis kelamin minoritas Laki-laki.
N. Distribusi Penduduk Lansia Berdasrkan Jenis Kelamin
LANSIA > 60 TAHUN F %
LAKI – LAKI 8 44,4
PEREMPUAN 10 55,5
JUMLAH 18 100%
60
50
40
55.5
30 44.4
20
10 18
8 10
0
LAKI – LAKI PEREMPUAN JUMLAH
F %
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk lansia berdasarkan
jenis kelamin di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk lansia berdasarkan jenis kelamin mayoritas lansia Perempuan
b. Distribusi penduduk lansia berdasarkan jenis kelamin minoritas lansia Laki-laki
O. Distribusi Penduduk Wanita Usia Subur (WUS)
WUS F %
20 – 24 TAHUN 6 13,3
25 – 30 TAHUN 5 11,1
30 – 40 TAHUN 10 22,2
40 – 45 TAHUN 24 53,3
JUMLAH 45 100%
47
WUS
60
53.3
50
45
40
30
24
22.2
20
13.3
11.1 10
10 6
5
0
20 – 24 TAHUN 25 – 30 TAHUN 30 – 40 TAHUN 40 – 45 TAHUN JUMLAH
F % Berdasarkan
hasil analisis
data diatas di dapatkan bahwa penduduk wanita subur (WUS) di Rt. 09 Buluran Kenali
adalah:
a. Distribusi penduduk wanita usia subur (WUS) mayoritas 40 - 45 tahun.
b. Distribusi penduduk wanita usia subur (WUS) minoritas 25 – 30 tahun.
P. Distribusi Penduduk Bayi Imunisasi
BAYI IMUNISASI F %
BAYI IMUNISASI LENGKAP 6 54,5
BAYI IMUNISASI TIDAK LENGKAP 5 45,4
JUMLAH 11 100%
BAYI IMUNISASI
JUMLAH 11 100
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
F % 48
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut bayi
imunisasi di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk menurut bayi imunisasi mayoritas bayi imunisasi lengkap
b. Distribusi penduduk menurut bayi imunisasi mayoritas bayi imunisasi tidak lengkap
Q. Distribusi Penduduk Balita 1 -4 Taun
LAKI-LAKI PEREMPUAN
F % F %
BALITA
1- 4 TAHUN 5 1% 4 1%
JUMLAH 5 100% 4 100%
BALITA 1 - 4 TAHUN
6
500% 500%
5
400% 400%
4
100% 100%
1
1% 1%
0
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut balita di
Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk menurut balita mayoritas balita laki-laki
b. Distribusi penduduk menurut balita minoritas balita perempuan
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian data yang diperoleh, maka penulis dapat merumuskan
masalah yang ada pada daerah binaan sesuai dengan prioritas masalah yang terdapat di POA
3. POA
NO Masalah Kebidanan Rencana Kegiatan Rencana Penanggung jawab Dana
Pelaksanaan
1 Ibu hamil yang tidak Pemeriksaan Cek HB Tanggal : Rabu, 11 Suchica Pramensa Swadaya
49
periksa HB dan Maret 2020 Mahasiswa
Protein Jam : 15.00 WIB
Tempat : Rumah
Warga
2 Remaja putri tidak Pemeriksaan Cek HB Tanggal : Sabtu, 14 1. Suchica Swadaya
diberikan tablet dan Pemberian Obat Maret 2020 Pramensa Mahasiswa
tambah darah Tambah Darah Jam : 14.00 WIB
Tempat : RT.07 2. Lorenda Dwi
Penyengat Rendah Putri
3. Silvy dwi
meylingga
3 Balita tidak ASI Penyuluhan Tentang Tanggal : 10 Maret 1. Nuri Hafidhoh Swadaya
Ekslusif ASI Eklusif 2020 Mahasiswa
Jam : 08.00 WIB 2. Rosa Linda
Tempat : RT..15
4 Bayi tidak ASI Penyuluhan Tentang Tanggal : 10 Maret 1. 1. Nabilla Dwi Ayu Swadaya
Ekslusif ASI Ekslusif 2020 2. Mahasiswa
Jam : 08.00 WIB 3. 2. Zelin Puspita
Tempat : RT..15 Loka
5 Balita imunisasi tidak Penyuluhan Tentang Tanggal : 10 Maret1. 1. Vivi Oktadianti Swadaya
lengkap Pentingnya Imunisasi 2020 2. Mahasiswa
Jam : 08.00 WIB 3. 2. Nopitasari
Tempat : RT..15 4.
5. 3. Sri Putri Apriani
6 Ibu tidak ber KB Penyuluhan tentang Tanggal : 10 Maret1. 1. Rani Fitriana Swadaya
KB 2020 2. Mahasiswa
Jam : 08.00 WIB 3. 2. Azhariah
Tempat : RT..15 Cholida
7 Pra Menopouse Penyuluhan Tentang Tanggal : Senin, 161. 1. Anjliana Restuti Swadaya
Menopouse dan Maret 2020 S Mahasiswa
Cancer Serviks Jam : 08.00 WIB 2.
Tempat : RT.09 3. 2. Nurmala Sari
4. Pelaksanaan
Melakukan asuhan kebidanan dan penyuluhan daerah binaan di Rt.09 Buluran Kenali
tentang:
50
e. kurangnya pengetahuan tentang imunisasi
5. Evaluasi
Setelah dilakukan identifikasi masalah, kemudian dilakukan beberapa tindakan untuk
mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan melakukan sosialisasi atau penyuluhan. Dan setelah
melakukan penyuluhan masyarakat daerah binaan mengetahui dan mengerti dengan masalah
yang ada, sehingga diharapkan setelah dilakukan penyuluhan masyarakat segera
menyadarinya.
51
52
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah. Dalam hal ini, derajat
kesehatan masyarakat dapat ditentukan dengan beberapa indikator, diantaranya adalah Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI), dimana jika AKB dan AKI naik maka
derajat kesehatan masyarakat masih rendah dan sebaliknya. Berbagai faktor dapat
mempengaruhi naik dan turunnya AKB dan AKI, diantaranya belum dimanfaatkannya sarana
pelayanan kesehatan seperti posyandu secara optimal oleh masyarakat. Posyandu merupakan
salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis dalam pembangunan kesehatan
dengan tujuan mewujudkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahan
kesehatan.
Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, yaitu :
1. Faktor Perilaku
Perilaku masyarakat yang sehat akan menunjang dan berdampak semakin
meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya penyakit
yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan yang bersih sangat berperan dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Perbandingan angka orang sakit yang signifikan terjadi antara
lingkungan yang bersih dengan lingkungan kumuh / kotor. Beberapa penyakit yang
sering diderita oleh masyarakat yang hidup di lingkungan kumuh antara lain: Demam
berdarah, gatal-gatal, infeksi saluran pencernaan dan pernafasan.
3. Faktor Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan fasilitas kesehatan dengan mutu pelayanan yang baik akan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dengan adanya fasilitas yang mudah
terjangkau dan dengan mutu pelayanan yang baik akan meningkatkan akses pelayanan
kesehatan masyarakat. Ketersediaan fasilitas harus di ikuti dengan tenaga kesehatan
yang merata dan memiliki kompetensi di bidangnya itu mulai tingkat desa-desa
sampai daerah yang terpelosok.
4. Faktor Keturunan
Banyak penyakit yang dapat kita cegah dengan membersihkan lingkungan dan
lain sebagainya, tapi juga terdapat sebagian penyakit yang tidak dapat kita hindari,
seperti penyakit keturunan. Semakin besar risiko penyakit keturunan maka akan
semakin sulit untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk mencegah penyakit
turunan perlu adanya konseling perkawinan yang baik.
Keempat faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan di atas saling
mempengaruhi, oleh karena itu upaya pembangunan sarana kesehatan harus
dilaksanakan secara berkesinambungan. Upaya yang dilaksanakan harus komprehensif
dan mencakup upaya preventif/promotif, kuratif dan rehabilitatif. Pemerintah sebagai
pembuat regulasi harus berperan aktif dalam pembangunan sarana kesehatan serta
pelaksanaan kesehatan secara menyeluruh.
53
Peningkatan derajat kesehatan ini sangat penting karena tujuan dari derajat kesehatan
itu sendiri antara lain :
a. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan.
b. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
c. Peningkatan status gizi masyarakat.
d. Untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
e. Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanya norma keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera.
f. Upaya yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan antara ain :
g. Membiasakan diri untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
h. Meningkatkan kualitas sumber daya baik sumber daya manusia, lingkungan dan
sarana prasarana kesehatan
i. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan
j. Lebih memperhatikan lagi makanan yang masuk ke dalam tubuh, karena jika
seseorang sembarangan memilih makanan seperti banyak mengonsumsi kolesterol
dapat mengakibatkan timbulnya penyakit yang tidak diharapkan
k. Menyeimbangkan antara aktivitas dengan istirahat. Karena tubuh ini bukanlah mesin
yang haris bekerja terus-menerus. Tubuh juga membutuhkan istirahat minimal 8 jam
perhari untuk meningkatkan kesehatan tubuh
l. Melakukan olahraga yang teratur sehingga dapat memberi dampak positif bagi seluruh
tubuh mulai dari otak sampai ke ujung kaki. Dengan olahraga yang teratur, pikiran
akan menjadi lebih jernih dan tenang serta akan terhindar dari stress. Olahraga akan
memberikan kebugaran bagi tubuh sehingga tidak mudah terjangkit oleh suatu
penyakit.
m. Banyak mengonsumsi makanan yang mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh,
karena jika kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan tubuh.
B. Lingkungan Kesehatan
C. Perilaku Kesehatan
1. Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup
mulai dari tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berprilaku, karena mereka
mempunyai aktivitas masing-masing.
Jadi kesimpulannya perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skinner (1938) seorang akhli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua,yaitu :
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
54
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup,
misalnya ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata, misalnya
seorang ibu memeriksakan kehamilannya.
2. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha
untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3
aspek :
1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
3) Perilaku gizi (makanan dan minuman).
b. Perilaku pencarian dan penggunaan sisitem atau fasilitas pelayanan kesehatan
Upaya seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan.Dimulai dari pengobatan
sendiri sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Becker, 1979 membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan, diantaranya :
1) Perilaku hidup sehat
Kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup :
a) Menu seimbang
b) Olahraga teratur
c) Tidak merokok
d) Tidak meminum-minuman keras dan narkoba
e) Istirahat yang cukup
f) Mengendalikan stress
g) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.
2) Perilaku sakit
55
Respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit
pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dsb.
3) Perilaku peran sakit
Perilaku ini mencakup :
a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
b) Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak.
c) Mengetahui hak, misalnya memperoleh perawatan.
3. Domain Perilaku
Factor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan prilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
a. Faktor internal
Karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan, yaitu :
1) Kecerdasan
2) Tingkat emosional
3) Jenis kelamin
b. Faktor eksternal
Lingkungan baik fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
4. Perubahan (Adopsi) Perilaku Atau Indikatornya
Proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relative lama. Teori perubahan
ada 3 tahap :
a) Pengetahuan
Dikelompokan menjadi :
1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan
3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
b) Sikap
Dikelompokan menjadi :
1) Sikap terhadap sakit dan penyakit
2) Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
3) Sikap terhadap kesehatan lingkungan
c) Praktek Dan Tindakan
56
Indikatornya yakni :
1) Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit
2) Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
3) Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan
D. Upaya Kesehatan
Komponen upaya kesehatan dalam desa siaga, merupakan suatu upaya untuk
mewujudkan tingkat kesehatan yang optimal sebagai kebutuhan dasar manusia, yang
menitikberatkan pada upaya promotf dan prevensif yang didukung oleh upaya kuratif dan
rehabilitatif yang bersinambung. Upaya kesehatan tersebut dilakukan oleh kader dan
masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat secara mandiri.
Sasaran upaya kesehatan adalah ibu maternal,bayi,balita,remaja,WUS, dan
masyarakat. Pelaksanaan upaya kesehatan adalah kader atau tokoh yang ditunjuk. Upaya
kesehatan yang dilaksanakan meliputi:
1. Upaya – upaya promotif
57
a. Penyuluhan kesehatan oleh masyarakat untuk masyarakat.
b. Pola asuh dan pola makan yang baik.
c. Kebersihan perorangan dan lingkungan.
2. Upaya preventif
a. Pemantauan kesehatan secara berkala (balita ,ibu hamil, remaja, pekerja, usila).
b. Imunisasi
c. Deteksi dini faktor risiko dan pencegahannya
3. Upaya kuratif dan rehabilitatif
a. Deteksi dini kasus (maternal, balita, penyakit)
b. Pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) dan rujukan kasus
c. Dukungan penyembuhan, pengobatan,perawatan, dan pemantauan
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah pelaksanaan daerah binaan kebidanan komunitas mahasiswa D-III kebidanan
poltekkes kemenkes jambi di Rt.09 Buluran Kenali, Kota jambi dapat diambil kesimpulan
masalah kesehatan adalah sebagai berikut:
Dari hasil analisa data selama melakukan pengkajian, terdapat prioritas masalah sebagai
berikut:
Dari masalah yang ditemukan diatas maka didapatkan alternatif pemecahan masalah dengan
mengadakan beberapa kegiatan yang ada yang ditemukan dalam bentuk POA.
B. Saran
1. Masyarakat
Dari seluruh kegiatan yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaan bagi masyarakat,
dapat bermanfaat bagi masyarakat, dipertahankan dan di kembangkan. Agar dapat
meningkatkan partisipasi dalam kegiatan peningkatan kesehatan melalui upaya promotif dan
preventif.
2. Puskesmas dan Bidan Desa
Agar dapat secara proaktif menjalin kerja sama dan menindak lanjuti kegiatan yang
telah dilaksanakan
3. Mahasiswa
Agar secara proaktif meningkatkan keterampilan dan wawasan dalam memberikan
asuhan kebidanan komunitas
59
60
BAB VI
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
61