Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN KEGIATAN DAERAH BINAAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


DI RT 09 BULURAN KENALI

Dosen Pengampu
Hj. Ruwayda, S,ST, M.KES
Disusun oleh kelompok 1
1. Anjliana Restuti Situmorang 8. Rani Fitriana
2. Azhariah Cholida 9. Rosa Linda
3. Lorenda Dwi Putri 10. Silvy Dwi Meylingga
4. Nabila Dwi Ayu Karmila 11. Sri Putri Apriani
5. Nopita Sari 12. Suchica Pramensa
6. Nuri Hafidhoh 13. Vivi Oktadianti
7. Nurmala Sari 14. Zelin Puspita Loka

Prodi
D-III Kebidanan (Semester IV)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRATIK KEBIDANAN KOMUNITAS


DI RT 09 BULURAN KENALI
KOTA JAMBI

TANGGAL 17 FEBRUARI – 07 MARET 2020

TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

KOORDINATOR MATA KULIAH ASKEB KOMUNITAS

HERINAWATI, M. KEB

MENGETAHUI KETUA JURUSAN KEBIDANAN

HJ. SURYANI S.Pd, MPH

i
KATA PENGATAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporm
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan penyusunan laporan kegiatan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Hj. Suryani, S.Pd, M.Kes selaku kepala jurusan kebidanan poltekkes kemenkes
jambi
2. Enny Susilawati, M.Keb selaku ketua program studi DIII kebidanan poltekkes
kemenkes jambi
3. Hj. Indarmien Netty, S.Pd, M. Kes, Herinawati, S. SiT, M.Keb, Hj. Ruwayda,
S.ST, M.Kes, Ambo Sengeng, SKM. M.Pd selaku pembimbing mata kuliah
asuhan kebidanan komunitas, dalam memberikan arahan dalam penyusunan
laporan ini
4. Keluarga binaan dan masyarakat RT. 09 Buluran Kenali yang dengan senang
hati menerima setiap arahan dan mengikuti setiap intervensi yang diberikan
selama binaan
5. Semua pihak yang telah membantu penyususan laporan ini
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna oleh karena
itu mohon agar laporan ini diberi kritik dan saran yang membangun. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi yang terkait.

Jambi, 01 Marert 2020

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan Kebidanan Komunitas..............................................................3
B. Perawatan Kesehatan Masyarakat.........................................................3
C. Asuhan Kebidanan................................................................................3
BAB III HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Gambar Umum Wilayah.......................................................................6
B. Hasil Pendataan.....................................................................................6
BAB IV PEMBAHASAN
A. Derajat Kesehatan.................................................................................6
B. Lingkungan Kesehatan..........................................................................6
C. Perilaku Kesehatan................................................................................6
D. Upaya Kesehatan...................................................................................6
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..........................................................................................6
5.2 Saran.....................................................................................................6
BAB VI LAMPIRAN
A. POA.......................................................................................................6
B. Absensi..................................................................................................6
C. Foto-Foto...............................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam beberapa kurun waktu terakhir, masalah kesehatan mendapat sorotan yang
serius dari berbagai elemen masyarakat. Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, antusias masyarakat terhadap kesehatan juga meningkat, masyarakat sudah
membuka mata bahwa kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang dapat menentukan mutu hidup
merekana nantinya. Sudah merupakan suatu kewajiban bagi penyelenggara kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan selalu bertindak profesional dalam memberikan
pelayanan sehingga masyarakat puas dengan pelayanan kesehatan.
Dalam rangka menghasilkan tenaga yang profesional, maka diperlukan adanya sumber
daya kesehetan yang siap terjun ke lapangan, megelola masalah kesehatan di suatu daerah dan
memberikan kontribusi dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan semua
itu, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi, khususnya jurusan Kebidanan melakukan Daerah
Binaan (DARBIN) Kebidanan Komunitas dengan pusat kegiatan di RT.09 Buluran Kenali,
dari tanggal 17 Februari s/d 31 Maret 2011.
Kegiatan DARBIN Kebidanan Komunitas ini merupakan suatu penerapan ilmu dan
teknologi oleh mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi Tahun Ajaran
2019/2020, dalam rangka pemecahan masalah kesehatan dan peningkatan status kesehatan
masyarakat.
Dalam prosesnya mahasiswa diharapkan mampu mengenal masalah,menemukan
prioritas masalah dan merumuskan alternatif dalam pemecahan masalah. Setelah itu
menyusun rencana pemecahan masalah sesuai dengan keahlian yang dimiliki dengan
memperhatikan sumber daya yang ada dimasyarakat. Kegiatan DARBIN Kebidanan
Komunitas ini, diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan di Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Jambi secara maksimal sehingga outputnya dapat berperan di berbagai sektor
kesehatan masyarakat dan mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi. Peningkatan
pelaksanaan program kesehatan masyarakat menuntut peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalam pengenalan masalah dan penyebab terjadinya masalah serta alternatif cara
pemecahan masalah, yaitu Perencanaan, Pengolahan Teknis, dan Administrasi serta Penilaian
Program.

1
1.2  Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti DARBIN Kebidanan Komunitas di lapangan mahasiswa
mampu melaksanakan asuhan kebidanan bermutu dan komprehensif kepada keluarga,
kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

B. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti DARBIN kebidanan komunitas mahasiswa dapat:
1. Mampu mengumpulkan data secara lengkap dan sesuai kebutuhan.
2. Mampu melakukan tabulasi data dan memprioritaskan masalah.
3. Mampu menghasilkan rencana intervensi pemecahan masalah.
4. Mampu menggerakkan upaya KIA di wilayah praktek.
5. Mampu membangun jaringan pada pelayanan kebidanan komunitas.
6. Mampu melaksanakan kunjungan rumah pada kasus kebidanan dan neonatal.
7. Mampu melaksanakan ANC di komunitas.
8. Mampu melaksanakan upaya promotif dan prventif pada wanita selama daur kehidupan
(remaja, pra-nikah, PUS dan menopause).

1.3  Manfaat
A. Bagi Mahasiswa
1. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di perkuliahan secara nyata di daerah binaan.
2. Mahasiswa mendapat pengalaman dalam menyelenggarakan DARBIN serta memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dalam menangani masalah kesehatan yang ada di
masyarakat yang berhubungan dengan KIA / KB
 
B. Bagi Pemerintahan
Dengan adanya DARBIN Kebidanan Komunitas diharapkan hasil temuan yang ada di
lokasi DARBIN Kebidanan Komunitas dijadikan masukan bagi pemerintah untuk
merencanakan program kesehatan dimasa yang akan datang
 

C. Bagi Masyarakat
2
Dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan dantermotivasi
untuk bertindak sesuai perilaku hidup sehat

D. Bagi Institusi Pendidikan


1. Tersosialisasinya politeknik kesehatan kemenkes jambi sebagai institusi kesehatan yang
mempunyai kepedulian terhadap kesehatan masyarakat
2. Sebagai sarana partisipasi dosen dan mahasiswa dalam kegiatan pratikum laboratorium
kesehatan masyarakat
3. Terlaksananya program kerja sama lintas sektor antara politeknik kesehatan kemenkes
jambi dengan dinas kesehatan, pemerintah daerah, dan pusat pelayanan kesehatan terpadu
setempat.
4. Terlaksananya Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah satunya adalah kegiatan pengabdian
masyarakat dalam bentuk praktik laboratorium kesehatan masyarakat politeknik kesehatan
kemenkes jambi

1.4 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup DARBIN mahasiswa prodi D-III kebidanan poltekkes
kemenkes jambi adalah di Rt. 09 buluran kenali, Kota jambi

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Kebidanan Komunitas


1. Pengertian Tujuan, Sasaran Kebidanan Komunitas
a) Pengertian kebidanan komunitas
Sebenarnya istilah kebidanan komunitas merupakan gabungan dari beberapa
istilah, yaitu bidan di komunitas, kebidanan, komunitas, dan kebidanan komunitas.
Dari beberapa istilah tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut.
Bidan di komunitas adalah bidan yang bekerja memberikan pelayanan kepada
keluarga dan masyarakat di suatu wilayah tertentu.
Kebidanan istilah kebidanan mencakup segala pengetahuan yang di miliki
bidan dan bentuk-bentuk kegiatan pelayanan yang di lakukan dengan tujuan
menyelamatkan ibu dan bayi.
Komunitas (community) artinya masyarakat terbatas yang mempunyai
persamaan nilai (values) perhatian (interest) yang merupan kelompok khusus dengan
batas-batas geografis yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga,
misalnya kelompok ibu hamil, ibu nifas, ibu nifas, kelompok bayi, dan kelompok
balita, ( effendy, 1998).
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup saling berinteraksi
dan bergantung serta bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Komunitas adalah bentuk-bentuk pelayanan kebidanan yang di lakukan di luar
bagian atau pelayanan berkelanjutan yang di berikan di rumah sakit dengan
menekankan kepada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di masyarakat.

b) Tujuan asuhan kebidanan di komunitas


Pemberian asuhan kebidanan di komunitas harus terarah atau mempunyai
tujuan yang jelas, adapun tujuan pemberian asuhan kebidanan di komunitas adalah
sebagai berikut :
a. Tujuan umum
Asuhan kebidanan komunitas harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
khususnya kesehatan perempuan (women well being) di wilayah kerja bidan
b. Tujuan khusus
1. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan
tanggung jawab bidan.
2. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, peralatan
nifas, dan perinatal secara terpadu.
3. Menurunkan jumlah khasus-khasus yang berkaitan dengan resiko kehamilan,
persalinan, nifas dan perinatal.
4. Mendukung program-program pemerintah lainya untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu dan anak.

c) Sasaran kebidanan komunitas


1) Sasaran umum
4
Lembaya swadaya masyarakt (LSM), organisasi masyarakat tokoh masyarakat
dan kelompok masyarakat
2) Sasaran khusus
Perempuan selama dalam siklus kehidupanya,yaitu mulai sejak konsepsi
sampai lanjut usia.

Agar pelayanan kebidanan di komunitas terarah dan tepat sasaran, maka bidan
harus menerapkan asuhan kebidanan di komunitas. Prinsip asuhan kebidanan
komunitas sebagai berikut .

1) Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan


masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan dan lain-lain yang mendukung
peran bidan di komunitas.
2) Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan
martabat, kemanusiaan klien.
3) Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis.
Populasi tersebut berupa kelompok sasaran yang terdiri atas jumlah
perempuan, jumlah kepala keluarga, jumlah neonatus, jumlah balita.
4) Keberhasilan di ukur melalui adanya kerja sama dengan berbagai mitra, seperti
PKK, kader kesehtan, perawat, dokter dan lain-lain.

2. Kebidanan Komunitas Pra


a) Pengertian PRA
Kebidanan Komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan
kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi dengan upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan kebidanan. Pelayanan Kebidanan Komunitas adalah upaya yang dilakukan
bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan balita dalam keluarga
dimasyarakat.
Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah penilaian/pengkajian/penelitian
keadaan desa secara partisipatif. Maka dari itu, metode PRA adalah cara yang
digunakan dalam melakukan pengkajian/penilaian/penelitian untuk memahami keadaa
atau kondisi desa/wilayah/lokalitas tertentu dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

b) Prinsip PRA
1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan). Mengutamakan
masyarakat yang terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki
peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan.
Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan
terhadap berbagai golongan yang terdapat di suatu masyarakat, mengutamakan
golongan paling miskin agar kehidupannya meningkat.
2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat. Peningkatan kemampuan
masyarakat, kemampuan itu ditingkatkan dalam proses pengkajian keadaan,

5
pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan, sampai pada pemberian
penilaian dan koreksi kepada kegiatan yang berlangsung.
3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator.
Menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan pembangunan. Orang
luar juga harus menyadari peranannya sebagai fasilitator.
4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan. Salah satu prinsip dasarnya
adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat.
5. Prinsip informal. Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat
luwes, terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi ini akan menimbulkan
hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota
masyarakat, bukan sebagai tamu asing yang oleh masyarakat harus disambut
secara resmi.
6. Prinsip Triangulasi. Prinsip ini lebih berhubungan dengan perolehan informasi.
Adakalanya informasi yang dikemukakan oleh individu ada kemungkinan
tidak dibenarkan menurut kelompok. Ada kemungkinan juga informasi yang
diberikan kelompok tidak cocok dengan realitas. Oleh sebab itu prinsip
triangulasi merupakan tindakan untuk mengontrol sumber informasi. Dalam
masyarakat nelayan misalnya kalau juragan mengemukakan informasi maka
tingkat subyektivitasnya juga tinggi mana kala berkenaan dengan kepentingan
para juragan itu. Demikian juga dengan kelompok yang lain. Karena sumber
informasi itu banyak maka kebenaran informasi itu perlu dicari melalui
berbagai pihak dengan cara cross check.
7. Prinsip mengoptimalkan hasil. Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh hasil
informasi yang tepat guna menurut metode PRA adalah : - Lebih baik kita
"tidak tahu apa yang tidak perlu kita ketahui" (ketahui secukupnya saja), -
Lebih baik kita "tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut benar seratus
persen, tetap diperkirakan bahwa informasi itu cenderung mendekati
kebenaran" (daripada kita tahu sama sekali)
8. Prinsip orientasi praktis. Artinya bahwa program program yang dikembangkan
dengan metode PRA ini lebih berorientasi pada pemecahan masalah secara
praktis. Misalnya saja apa yang menjadi masalah kesehatan ibu dan anak di
desa, potensi (kemampuan manusia atau kelompok untuk mengerakkan
perubahan ) apa yang dimiliki, tersedianya potensi pendukung lain atau tidak,
yang kemungkinan berada pada kelompok lain atau daerah lain, ada tidaknya
sumber yang dimiliki , dan program-program yang dirancang memecahkan
kebutuhan banyak pihak
9. Keberlanjutan : Dalam kehidupan masyarakat masalah akan berkembang terus,
artinya selama manusia itu ada maka masalah tidak pernah akan selesai. Oleh
karenanya program yang dirancang oleh masyarakat untuk memecahkan
persoalan mereka adalah berkesinambungan dan memungkinkan
mengantisipasi munculnya masalah dikemudian hari.
10. Belajar dari kesalahan. Dalam PRA kesalahan itu wajar dan sangat manusiawi,
oleh sebab itu perencanaan program jangan terlalu sulit sehingga masyarakat

6
tidak mampu memenuhinya. Dalam menyusun kegiatan bukan juga hal yang
bersifat coba coba akan tetapi telah mempertimbangkan banyak hal termasuk
tentang kesalahan.
11. Terbuka : Dalam PRA sangat memungkinkan ketidak sempurnaan oleh sebab
itu keterbukaan atas tanggapan orang lain terhadap kegiatan PRA ini sangat
positif sebab disadari bahwa di setiap metode tidak pernah ada yang
berlangsung dengan sempurna

c) Struktur Program
Karena tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan program bersama
masyarakat, penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan
program. Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut :
1) Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali
informasi tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum. 
2) Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas
dasar masalah dan potensi setempat.
3) Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna
membahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug
masyarakat.
4) Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan
masyarakat dan sumber daya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
5) Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara
konkrit agar implementasinya dapat secara mudah dipantau.
6) Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk
penyempurnaannya di tingkat yang lebih besar.
7) Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat perkembangan masyarakat.
8) Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan
rencana yang telah disusun.
9) Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan,
masalah yang telah terpecahkan, munculnya massalah lanjutan, dll.

d) Permasalahan PRA
Oleh karenanya beberapa masalah yang timbul akibat merebaknya penggunaan
metode PRA adalah :
1) Permintaan melampaui kemampuan akibat metode ini dilatihkan dalam forum
yang formal tanpa cukup kesempatan untuk menghayati dan mendalami prinsip
yang mendasarinya. 
2) Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan yang serampangan
di lapangan tanpa tujuan yang jelas.
3) Kembali menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi partisipasi
masyarakat.
4) Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi dan variasi
petugas untuk menggali lebih dalam permasalahan di masyarakat.

7
5) Mengatasnamakan PRA untuk kegiatan yang sepotong-potong di luar konteks
program pengembangan masyarakat.
6) Terpatok waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis,
administratif).
7) Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagi sehingga terjebak
dalam pekerjaan yang rutin dan membosankan.

3. Kebidanan Komunitas KKP

B. Perawatan Kesehatan Masyarakat


1. Pengertian PHC
a) Pengertian PHC
PHC Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat
diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui
partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh
masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam
semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self
determination).

b) Prinsip PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip prinsip PHC
sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima
prinsip PHC sebagai berikut :
1) Pemerataan upaya kesehatan Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip
ini yaitu perawatan primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah
kesehatan utama dalam masyarakat harus diberikan sama bagi semua individu
tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi perkotaan atau
pedesaan dan kelas sosial.
2) Penekanan pada upaya preventif Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang
meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan dengan peran serta individu agar berprilaku sehat serta
mencegah berjangkitnya penyakit.
3) Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan Teknologi medis
harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan diterima budaya
masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold storage).
4) Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian Peran serta atau
partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari lokal,
nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat adalah
proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab atas kesehatan
mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan
kapasitas untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa
8
dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan. Masyarakat
perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat pemerintah
daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan atau desa karena masalah
heterogenitas yang minim.
5) Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan Pengakuan bahwa
kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya dalam sektor kesehatan
formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam mempromosikan kesehatan
dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-
kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan), pendidikan, komunikasi
(misalnya menyangkut masalah kesehatan yang berlaku dan metode
pencegahan dan pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan umum
(misalnya menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar) ;
pembangunan perdesaan; industri; organisasi masyarakat (termasuk
Panchayats atau pemerintah daerah , organisasi-organisasi sukarela , dll).

c) Ciri-Ciri PHC
Adapun cirri-ciri PHC adalah sebagai berikut :
1) Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2) Pelayanan yang menyeluruh
3) Pelayanan yang terorganisasi
4) Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5) Pelayanan yang berkesinambungan
6) Pelayanan yang progresif
7) Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8) Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

d) Unsur Utama PHC Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai
berikut:
1) Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
2) Melibatkan peran serta masyarakat
3) Melibatkan kerjasama lintas sektoral

e) Tujuan PHC
a. Tujuan Umum Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan yang diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat epuasan pada
masyarakat yang menerima pelayanan.
b. Tujuan Khusus :
1) Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayanai
2) Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3) Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang
dilayani
4) Pelayanan harus secara maksimum menggunkan tenaga dan sumber –
sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

9
f) Fungsi PHC PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
1) Pemeliharaan Kesehatan
2) Pencegahan Penyakit.
3) Diagnosis dan Pengobatan
4) Pelayanan Tindak lanjut
5) Pemberian Sertifikat

g) Elemen-Elemen PHC
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :
1) Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya
2) Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi
3) Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4) Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
5) Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6) Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
7) Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa h. Penyediaan obat-obat essensial

h) Tanggung Jawab Tenaga Kesehatan Dalam PHC Tanggung jawab tenaga


kesehatan dalam PHC lebih dititik beratkan kepada hal-hal sebagai berikut :
1) Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan
2) Kerjasama dengan masyarakat, keluarga, dan individu
3) Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada
masyarakat
4) Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan
dan kepada masyarakat
5) Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.

i) Hal-Hal Yang Mendorong Pengembangan Konsep Primary Health Care :


1) Kegagalan penerangan teknologi pelayanan medis tanpa disertai orientasi
aspek social-ekonomi-politik.
2) Penyebaran konsep pembangunan yang mengaitkan kesehatandengan sektor
pembangunan lainnya serta menekankan pentingnya keterpaduan, kerjasama
lintas sektor dan pemerataan/perluasan daya jangkau upaya kesehatan.
3) Keberhasilan pembangunan kesehatan dengan pendekatan peran serta
masyarakat di beberapa negara.

2. Konsep Teori Perilaku

10
Skinner (1938) mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara
perangsang dan respon. Ia membedakan adanya 2 respon, yakni :
1) Respondent Respon atau Reflexive Respon
Adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.
Perangsangan seperti ini disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respon-
respon yang relative tetap. Misalnya makanan lezat menimbulkan air liur, cahaya
kuat menimbulkan mata tertutup. Respondent Respon mencakup :
 Emotional respon
Timbul karena ada hal yang kurang mengenakan organisme bersangkutan.
Misalnya, menangis karena sedih atau sakit, muka merah (takanan darah
meningkat karena marah).
 Emosi respon
Timbul karena hal yang mengenakan .Misalnya, tertawa, bejingkat-jingkat
karena senang.
2) Operant Respons atau Instrumental Respon
Adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce karena perangsang
tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Misalnya,
seorang anak telah melakukan sesuatu perbuatan kemudian memperoleh hadiah
maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan
perbuatan tersebut.

3. PSM/PKMD
1) Pembinaan Peran Serta Masyarakat (PSM)
Kebidanan komunitas terkait erat keberhasilannya dengan peran serta
masyarakat (PSM). Oleh karena itu, peran serta masyarakat mutlak diperlakukan
dalam tiap kegiatan pelayanan kebidanan komunitas. Peran serta masyarakat adalah
keikutsertaan individu, keluarga, dan kelompok masyarakat dalam setiap menggerakan
upaya kesehatan yang juga merupakan tanggung jawab kesehatan diri, keluarga, dan
masyarakat. Peran serta masyarakat adalah proses untuk :
a) Menumbuhkan dan menigkatkan tanggung jawab.
b) Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam pembangunan
kesehatan.

11
Masyarakat dapat berperan serta menyumbangkan tenaga dan pikirannya, serta
sumber daya lainnya yang tersedia untuk mendukung upaya kesehatan ibu, anak, dan
KB. Peran serta masyarakat merupakan hal yang mutlak perlu karena sistem yang
dianut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah gotong royong.

Peran serta masyarakat dibidang kesehatan adalah proses ketika individu dan
keluarga serta lembaga swadaya masyarakat termasuk swasta:
a) Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan ketergantungan dirinya
sendiri,keluarga, dan masyarakat.
b) Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam pengembangan
kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk
memecahkan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi.
c) Menjadi agen / perintis pembangunan kesehatan dan pemimpin dalam
menggerakan peran serta masyarakat di bidang kesehatan yang di landasi
semangat gotong royong.

Tujuan khusus menggerakan peran serta masyarakat adalah:


a) Terwujud public opinion di masyarakat umum yang positif terhadap norma
hidup sehat.
b) Terciptanya pemimpin.
c) Terwujudnya pemberian pelayanan kesehatan sebagai perintis yang memacu
pembangunan kesehatan masyarakat.
d) Terbinanya berbagai organisasi atau institusi yang beorientasi kesehatan di
masyarakat untuk meningkatkan peran dan kontribusi yang optimasl dalam
kesehatan.

Dalam memberikan pelayanan kebidanan komunitas sangat penting melibatkan


masyarakat. Ada beberapa alasan pentingnya menggunakan pendekatan PSM dalam
pelayanan kebidanan komunitas, antara lain:
a) Upaya kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan masalah di masyarakat.
b) Upaya kesehatan yang dapat diterima oleh masyarakat.
c) Masyarakat merasa puas

12
d) Adanya partisipasi masyarakat
e) Mengerahkan potensi masyarakat
f) Upaya memperluas jangkauan pelayanan dimasyarakat
g) Menciptakan rasa memiliki
h) Wadah dan jalur untuk kontrol terhadap upaya pelayanan
i) Pintu masuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan di bidang lain
j) Merupakan mekanisme berkembangnya dialog
k) Upaya untuk membangun jaringan kerja antara tenaga kesehatan dan
masyarakat

Dalam upaya menggerakan dan membina PSM, bidan harus memperhatikan


beberapa prinsip dalam penggerakan dan pembinaan PSM:
a) Mengutamakan organisasi kemasyarakatan yang telah ada.
b) Pembentukan dan pembinaan pemimpin / perintis
c) Peningkatan kemampuan pemberi pelayanan dalam penyuluhan
d) Pemberian kesempatan kepada seluruh masyarakat untuk berpatisipasi dalam
upaya pelayanan kesehatan
e) Memandirikan masyarakat dalam upaya – upaya kesehatan

Secara umum langkah-langkah dalam mengembangkan PSM umum adalah:


a) Melaksanakan penggalangan, pemimpindan organisasi di masyarakat melalui
dialog untuk mendapatkan dukungan.
b) Meningkatan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan
masalah keluarga maupun masyarakat dengan menggali dan menggerakan
sumber daya yang dimiliki.

Rangkaian kegiatan terdiri atas


a) Pertemuan tingkat desa sebagai langkah awal pendekatan kepada tokoh
masyarakat dan pemimpin desa guna memperoleh dukungan upaya pelayanan
kebidanan komunitas.
b) Survei diri masyarakat melalui pengkajian
c) Musyawarah masyarakat desa guna menganalisis masalah oleh masyarakat dan
menentukan rencana pemecahan masalah.

13
d) Pembentukan, pelatihan, dan pembinaan kader kesehatan.
e) Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat berdasarkan temuan masalah
dan rencana pemecahan masalah yang telah disusun oleh masyarakat.
f) Pembinaan dan pelestarian kegiatan, serta tindak lanjut.
Rangkaian kegiatan tersebut pada hakekatnya merupakan penekatan edukatif,
agar masyarakat dengan sadar dan aktif terlibat dalam pengenalan masalah,
pelaksanaan kegiatan penanggulangan yang nyata, dan penilaian ,serta pembinaan
hasil kegiatan.

2) Pertemuan Tingkat Desa


Pertemuan tingkat desa (PTD) merupakan kegiatan awal dan pembinaan peran
serta masyarakat ditingkat desa yang bertujuan sebagai berikut :
a) dikenalnya masalah kesehatan setempat secara umum.
b) Dikenalnya program – program kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
c) Diperoleh dukungan pamong dan pemuka masyarakat guna melaksanakan upaya
kesehatan terpadu.
d) Disadari pentingnya survei diri untuk menelaah masalah kesehatan setempat.
e) Tersusunnya kelompok kerja untuk survei diri dan ditemukannya jadwal survei.

3) Survei Mawas Diri (SMD)


Survei mawas diri (SMD) adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan, dan
pengkajian masalah kesehatan oleh sekelompok masyarakat setempat. Tujuan survei
diri adalah masyarakat mengenal, mengumpulkan , dan mengkaji masalah
kesehatannya sendiri sehingga timbul niat dan kesadaran masyarakat untuk
mengetahui masalah kesehatan sendiri. Survei diri dilaksanakan di desa terpilih
dengan memilih lokasi tertentu yang dapat mewakili gambaran keadaan desa secara
umum. Pemilihan lokasi dengan persyaratan tersebutditentukan bersama dengan
masyarakat . survei diri dilaksanakan oleh sekelompok masyarakat yang telah ditunjuk
pada pertemuan tingkat desa.
Pelaksanaan survei:
1. Kelompok membuat persiapan pelaksanaan survei diri yang meliputi:
a. Penentuan sumber informasi

14
b. Penentuan jenis informasi yang akan dikumpulkan
c. Pembuatan instrumen / alat untuk memperoleh informasi kesehatan.
2. Kelompok pelaksan mengumpulkan informasi kesehatan sesuai dengan
yang telah direncanakan
3. Mengolah sumber informasi yang telah di kumpulkan sehingga dapat
dirumuskan permasalahan kesehatan dan prioritas masalah kesehatan di
wilayahnya.

4) Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)


Musyawarah masyarakat desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga desa
untuk membahas hasil survei diri yang merencanakan penanggulangan masalah
kesehatan yang diperoleh dari hasil survei diri dengan bermusyawarah sehingga
menjadi keputusan bersama.
Tujuan MMD adalah:
1. Mengenal masalah kesehatan yang di hadapi di suatu wilayah.
2. Memperoleh kesepakatan bersama menanggulangi masalah kesehatan desa.
3. Menyusun rencana kerja penanggulangan masalah kesehatan desa.

4. Lingkungan dan Rumah Sakit

C. Asuhan Kebidanan
1. Pertolongan Persalinan
A. Pertolongan Persalinan
1. Persalinan Normal
Membuat ibu merasa nyaman selama persalinan. Memfasilitasi ibu melahirkan
dengan posisi sesuai dengan keinginannya. Meyakini kepala janin dapat menyesuaikan
diri dengan pelvic. Membuat keputusan klinis yang tepat bila terjadi kelainan yang
umum dan tidak berbahaya. Meyakini kehadiran keluarga dan teman membawa
manfaat pada proses persalinan. Mendampingi perempuan dalam persalinan
membutuhkan kesabaran dan kerja keras
2. Partus Normal
Konsep Partus normal adalah dimulai sesuai dengan waktunya, tanpa ada
pemberian obat tertentu. Selama persalinan usahakan Ibu bebas bergerak dan

15
mendapat dukungan terus menerus. Hindari intervensi rutin. Biarkan untuk meneran
spontan dalam posisi tegak atau posisi normal gravitasi, Tidak memisahkan ibu dan
bayi setelah bayi lahir.
3. Mempersiapkan Persalinan Normal
Pelayanan ANC yang terfokus memperhatikan kebutuhan ibu baik fisik,
emosional dan sosial dan mengatasi masalah. Dalam mempersipakan partus normal
Bidan melakukan pemeriksaan yang bermanfaat bagi perempuan dan memfasilitasi
perempuan untuk melahirkan sesuai dengan keinginannya. Tidak menakut-nakuti
sehingga mempengaruhi keputusan dan keinginan ibu.
a. Asuhan Persalinan Kala I
Memeriksa ibu pada awal persalinan dan meyakinkan ibu dalam keadaan normal.
Memberi dukungan non pharmakologikal dalam persalinan dengan cara
pijatan/masage, hypnotherapy, hydrotherapy. Lakukan Deteksi dini komplikasi.
Lakukan pendampingan terhadap ibu secara terus menerus pada fase aktif. Tidak buru
– buru pada saat ibu meneran.
b.Asuhan Persalinan Kala II
Sebaiknya dibiarkan spontan tanpa struktur, lakukan sesuai dengan instink ibu.
Rutin Valsava atau meneran dengan cara menahan napas dapat membahayakan ibu
dan janin
Ibu seharusnya didukung dan dianjurkan untuk meneran spontan kadang sering
diikuti dengan suara. Pendekatan fleksibel terhadap keinginan meneran lebih awal,
tergantung pada pembukaan serviks dan tanda lain
Pada Persalinan Kala II
Posisi Ibu dapat Berdiri, Jongkok, Duduk, Dalam Air, Supine – Lateral, sesuai
kenyamanan. Ibu meneran sesuai dengan keinginannya. Bidan mendampingi ibu
selama proses kelahiran dan menolong kelahiran bayi
c. Asuhan Persalinan Kala III
Dalam kondisi normal Uterus akan segera berkontraksi segera (dalam 2 menit)
setelah bayi lahir
Plasenta akan lahir spontan
Rutin Manajemen Kala III wajib dilakukan pada ibu yang berisiko Perdarahan
postpartum (Makrosomia, Gemelli, Riwayat Perdarahan, partus di fasilitas yang jauh
dari fasilitas rujukan)

16
Rutin Manajemen Aktif Kala III membuat ketidaknyaman.
d. Asuhan Partus Kala Iv
Observasi perdarahan, kontraksi uterus, TTV setiap 15 menit dalam 1 jam
pertama, tiap 30 menit dalam 1 jam kedua
Dalam 2 jam pertama postpartum masih merupakan masa kritis terjadi perdarahan
postpartum
2. Ante Natal Care
1) Pengertian Asuhan Antenatal
Menurut dinas kesehatan provinsi dati I jawa timur dalam pedoman
pelaksanaan pengembangan desa siaga provinsi jawa timur, (2006) terdapat beberapa
pengertian mengenai asuhan antenatal, sebagi berikut :
a) Asuhan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa
keadaan ibu dan janin yang dilakukan secara berkala diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan
b) Asuhan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam Rahim.
c) pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu
menghadapi persalinan, masa nifas, persiapan pemberian asi, dan pemulihan
kesehatan reproduksi secara wajar.

Pengerian asuhan antenatal secara luas dapat diuraikan melalui penjelasan


berikut ini,
a) merupakan upaya mempersiapkan pasangan remaja yang beru menikah untuk
menjadi orang tua yang efektif.
b) meningkatkan pengerian bahwa keluarga adalah bagian dari masyarakat.
c) mencari faktor sosial budaya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan kesehatan ibu.
d) meningkatkan pengertian dan merencanakan program keluarga berencana .
e) menambah pengertian tentang hubungan soksual yang sehat guna
meningkatkan keharmonian keluarga.
f) pemberian konseling tentang kehamilan.

2) Tujuan Asuhan Antenatal Care


Secara garis besar ada 2 tujuan dalam pemberian asuhan antenatal carae ,
tujuan tersebut dikelompokan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum nya adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu dan
janin (maternal and fetal well being) sesuai dengan , sehingga kehamilan dapat
berjalan secara normal dan bayi dapat lahir dengan sehat. Sedangkan tujuan khusus
nya di bagi menjadi lima:
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan serta
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
b) Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

17
c) Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan.
d) Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam mengahadapi komplikasi.
e) Mempersiapkan masa nifas dan pemberian asi ekslusif.

3) Standar Minimal Antenatal Care


Standar minimal antenatal care merupakan salah satu kebijakan program
pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu, pelayanan atau ashuan standar
minimal mencangkup 7T , yaitu sebagai berikut :
a) Timbang berat badan.
b) Ukur tekanan darah.
c) Ukur tinggi fundus uteri.
d) Pemberian imunisasi tetanus toksoid ( TT) lengkap.
Pemberian imunisasi tetanus toksoid merupakan salah satu kebijakan
perintah yang bertujauan untuk menurunkan angka kematian bayi dan neonates
yang disebab kan oleh tetanus, imunisasi TT yang pertama dapat diberikan
pada saat melakukan kunjunagan antenatal yang pertama, kemudian 4 minggu
setalah TTI dapat diberikan TT2 dengan pemberian imunisasi TT diharapkan
bayi yang dilahirkan akan terlindungi dari tetanus neonatorum ( 3 tahun)
e) Pemberian tablet tambah darah ( zat besi ), minum 90 tablet selama kehamilan.
Tablet zat besi diberikan kepada ibu dengan tujuan uintuk mencegah
anemia dalam kehamilan, setiap tablet zat besi mengandung FeSO 320 mg (zat
besi 60 mg) dan asam folat 500 hg pemberian tablet zat besi dimulai dengan
dosis satu tablet sehari pada sat ibu tidak merasa mual , selama kehamilan ibu
di berikan minimal 90 tablet dan sebaikan nyatidak diminum bersama the atau
kopi , karena akan menggangu penyerapan obat. Untuk menghindari efek
samping ( misalnya konstifasi) setelah mengkonsumsi tablet zat besi , ibu
dianjurkan minum air putih minimal 1 gelas ukuran sedang ( 200 cc)
f) Tes terhadap penyakit menular seksual.
Penyakit menular seksual (PMS) merupakan suatu penyakit yang di
sebabkan oleh mikoorganisme yang dapat menimbulakan gangguan pada
saluran kemih dan reproduksi, ibu hamil merupakan kelompokresiko tinggi
pada kasus PMS, melakukan pemeriksaan konfirmatip dengan tujuan untuk
mengetahui etikologi yang pasti tentang ada atau tidaknya penyekit menular
seksual yang diderita ibu hamil, sangat penting dilakukan karena PMS dapat
menimbulkan mordibitas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi yang
dikandung atau dilahirkan.
Upaya diagnosis kehamilan dengan PMS dikomunitas atau masyarakat
adalah dengan melakukan diagnosis pendekatan masalah memberikan terapi
sesuai dengan gejala yang muncul dan memberikan konseling untuk rujukan.
g) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan .
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukanditunjukan kepada ibu hamil
kesehatan atau komplikasi yang membutuhkan rujukan . hal ini dimaksudkan
untuk memberikan konsultasi atau melakukan kerja sama penanganan. Tindakn
yang harus di lakukan oleh bian di komunitas dalam temu wicara sebagai
berikut.

18
1. Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu untuk menentukan
pilihan yang tepat untuk konsultasi (dokter puskesmas, dokter obstetric
ginekologi, dan sebagainya)
2. Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil beserta surat rujukan.
3. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa hasil surat
rujukan.
4. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.
5. Memberikan layanan atau asuhan antenatal.
6. Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu di rumah.
7. Menyepakati di antara pengambil keputusan dalam keluarga tentang
rencana kelahiran.
8. Persiapan atau pengaturan trasportasi dan biaya untuk ketempat persalinan.

4) Standar Alat Antenatal


Standar peralatan dalam asuhan antenatal meliputi peralatan stril dan tidak
stril, bahan-bahan abis pakai, formulir yangdi sediakan dan obat-obat yang di
sediakan.
1. Peralatan tidak stril
a. Timbangan dewasa
b. Pengukur tinggi badan
c. Tensi meter
d. Stetoskop
e. Funandoskop
f. Thermometer aksila
g. Pengukur waktu
h. Refleks hamer
i. Pita pengukur lingkar lengan atas
j. Pengukur hb
k. Metlin
l. Bengkok
m. Handuk kering
n. Tabung urine
o. Lampu spritus
p. Reagen untuk periksaan urine
q. Tempat sampah

2. Peralatan steril
a. Bak instrument
b. Spatel lidah
c. Sarung tangan atau handscoon
d. Spuit atau jarum

3. Bahan-bahan habis pakai


a. Kasa bersih
b. Kapas
c. Alcohol 30%
19
d. Larutan klorin

4. Formulir yang di sediakan


a. Buku KIA
b. Kartu status
c. Formulir rujukan
d. Buku register
e. Alat tulis kantor
f. Kartu penapisan dini
g. Kohort ibu atau bayi.

5. Obat-obatan
a. Golongan rebontia (vitamin B6 dan B konfleks)
b. Tablet zat besi
c. Vaksin TT
d. Kapsul yodium
e. Obat KB
5) Menejemen Asuhan Antenatal
Menejemen asuhan antenatal merupakan langkah-langkah alamiah yang
sistematis yang dilakukan bidan, dengan tujuan untuk mempersiapkan kehamilan dan
persalinan yang sehat berdasarkan standar yang berlaku. Dalam menejemen dalam
asuhan di komunitas bidan harus melakukan kerja sama dengan ibu , keluarga dan
masyarakat mengenai persiapan rencana persalinan, tempat bersalin , dan tubulin dan
mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi.
Upaya yang harus di lakukan bidan untuk mengetasi kendala-kendala tersebut
a) Melakukan kunjungan rumah.
b) Berusaha memperoleh informasi mengenai ibu tidak melakukan pemeriksaan
c) Apabila ada masalah, coba untuk membantu ibu dalam mencari pemecahan
nya.
d) Menjelaskan pentingnya pemeriksaan kehamilan.

6) Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah yang minimal dilakukan selama antenatal care :
a) satu kali kunjunagan selama trimester I, sebelum minggu ke 14.
b) satu kali kunjungan pada trimester II, sebelum minggu ke 14 sampai minggiu
ke 28.
c) dua kali kunjungan pada trimester III, antara minggu ke 28 sampai dan setelah
minggu ke 36.
d) Kunjungan ideal selama kehamilan;
1. periksa pertama dilakukan sedini mungkin ketika iby mengatakan
terlambat haid I bulan.
2. satu kali setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan.
3. dua kali sebulan pada usian kehamilan 8 bulan.
4. satu kali dalam seminggu pada usia kehamilan 9 bulan.
5. periksa khusus apabila ada keluhan.

7) Standar Pelayanan Antenatal Di Komunitas


20
Standar pelayanan asuhan antenatal dikomunitas tidak berbeda dengan
pelayanan di klinik, standar tersebut meliputi :
a. Identifiksai ibu hamil.
b. Pemeriksaan dan pemantaun antenatal.
c. Palpasi abdomen.
d. Pengelolaan anemia pada lehamilan.
e. Persiapan persalinan.

8) Pelaksanaan Antenatal Care Dirumah


Bidan dapat melakukan beberapa hal berikut dalam memberikan asuhan
antenatal dirumah:
a. bidan harus mempunyai data ibu hamil diwilayah kerjanya.
b. bidan melakukan identifikasi apakah ibu hamil melakukan pemeriksaan
kehamilan dengan teratur.
c. bidan harus melakukan ANC dirumah, apabila ibu hamil tidak memeriksakan
kehamilannya.
d. sebelum melakukan asuhan dirumah, lakukan kontrak tentang waktu, tanggal,
hari, dan jam yang disepakati bersama ibu hamil agar tidak menggangu
aktifitas ibu serta kelaarga.
e. pada saat melakukan kunjuangan dirumah, lakukan pemariksaan sesuai dengan
standar, kemudian identifikasi lingkunagan rumah apabila ibu mempunyai
rencana melahirkan dirumah.

9) Pemilihan Tempat Persalinan


Pemilihan tempet bersalin dimasyarakat dipengaruhi oleh riwayat kesehatan
dan kebidanan yang lalu, keadaan kehamilan pada saat ini, pengalaman melahirkan
sebelumnya, serta ketersediaa tempat tidur, kondisi rumah, sehingga dalam memilih
tempat persalinan hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagi berikut :
a. pengambilan keputusan untuk menentukan tempat persalinan dilakukan oleh
ibu sendiri atas dasar konsultasi dengan bidan atau dokter.
b. selama proses persalinan ibu memerlukan rasa aman, nyaman, dan percaya
terhadap orang yang menolongnya.
Tempat persalinan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari adanya
rujukan secara estafet, bidan harus melakukan skriningantenatal pada semua ibu hamil
pada penapisan dini pada ibu hamil yang berpotensi mempunyai masalah atau faktor
resiko, skrining antenatal dilakukan dengan menggunakan prinsip 4T, yaitu temu
muka, temu wicara, temu faktor resiko, dan temu keluarga.
Langkah-langkah dalam penatlaksana menajemen asuhan antenatal care
dikomunitas adalah sebagai berikut:
1. ciptakan adanya rasa percaya dengan menyapa ibu dan keluarga seramah
mungkin dan membuatnya merasa nyaman.
2. menayakan riwayat kehamilan iibu dengan cara menerapkan prinsip
mendengarkan efektif.
3. melakukan anamnesisi secara lengkap, terutama riwayat kesehatan ibu dan
kebidanan.
4. melakukan pemeriksaan seperlunya.
21
5. melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana ( misalnya:albumin,Hb).
6. membantu ibu dan keluarga mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan
tindakan darurat.
7. memberi konseling sesuai kebutuhan.
8. merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman dirumah.
9. memberikan nasihat kepada ibuu untuk mencari pertolongan apabila ada tanda-
tanda:
a. pendarahan per vagina.
b. sakit kepala lebih dari biasanya.
c. gangguan penglihatan.
d. pembengkakan pada wajah dan tangan.
e. nyeri abdomen.
f. janin tidak bergerak seperti biasanya.
10. memberikan tablet Fe 90 butir dimulai saat usia kehaamilan 20 minggu.
11. memberikan imunisasi TT dengan dosis 0,5 cc.
12. 12menjadwalkan kunjungan berikutnya.
13. mendokumentasikan hasil kunjuang.

3. Gizi
a. Pengenalan Ilmu Gizi
Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi,
Dewasa ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yakni masalah gizi kurang dan
masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi),
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan
adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh
kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu yang disertai dengan minimnya
pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan. Dengan demikian,
sebaiknya masyarakat meningkatkan perhatian terhadap kesehatan guna mencegah
terjadinya gizi salah (malnutrisi) dan risiko untuk menjadi kurang gizi.
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu
pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
Suatu penyakit timbul karena tidak seimbangnya berbagai faktor, baik dari
sumber penyakit (agens), pejamu (host) dan lingkungan (environment). Hal itu disebut
juga dengan istilah penyebab majemuk (multiple causation of diseases) sebagai lawan
dari peiiyebab tunggal (single causation).
Kesehatan adalah suatu hal dalam kehidupan yang dapat membuat keluarga
bahagia. Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental yang bersifat alami
dimana para calon ibu harus sehat dan mempunyai kecukupan gizi sebelum dan
setelah hamil. Agar kehamilan berjalan sukses, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan selama kehamilan yang diantaranya kebutuhan selama hamil yang
berbeda-beda untuk setiap individu dan juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan
status gizi sebelumnya.
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan
masalah,baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya, antara lain : anemia,
22
perdarahan dan berat badan ibu tidak bertambah secara normal, kurang gizi dapat
mempengaruhi proses persalinan dimana dapat mengakibatkan peralinan sulit dan
lama, premature, perdarahan setelah persalinan, kurang gizi juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin serta dapat menimbulkan keguguran, abortus, cacat bawaan dan
berat janin bayi lahir rendah (Proverawati dan Asfuah,2010;36)
Kekurangan atau kelebihan makanan pada masa hamil dapat berakibat kurang
baik bagi ibu, janin yang dikandung serta jalannya persalinan. Oleh karena itu,
perhatian terhadap gizi dan pengawasan berat badan (BB) selama hamil merupakan
salah satu hal penting dalam pengawasan kesehatan pada masa hamil. Selama hamil,
calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi daripada wanita yang tidak hamil,
karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya.
Ada beberapa pengertian tentang ilmu gizi
1. Ilmu Gizi (science of nutrition) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang makanan tentang hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata “gizi”
berasal dari bahasa arab ghidea, yang berarti “makanan”. Di satu sisi ilmu gizi
berkaitan dengan makanan dan sisi lain dengan tubuh manusia.
2. Zat Gizi (Nutrient) adalah ikatan kimia yang di perlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energy, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan
3. Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi atau unsur-unsur
ikatan kimia yang dapat di ubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila di
masukan kedalam tubuh
4. Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat di jadikan makanan
5. Bahan makanan adalah makanan dalam keadaan mentah. Dalam bahasa inggris
hanya di gunakan satu kata untuk menyatakan kata makanan, pangan, dan
bahanmakanan, yaitu food.
6. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Di bedakan anatara status gizi buruk, kurang baik, dan
lebih.
Secara klasik kata gizi di hubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk
menyediakan membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta proses-proses
kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas,
di samping untuk kesehatan, gizi di kaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karna
gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas
kerja, karena itu di indonesia yang sekarang sedang membangun faktor gizi di
samping faktor-faktor lain di anggap penting untuk memacu pembanguna, khususnya
yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia berkualitas

b. Ruang Lingkup Gizi


Bila di kaji pengertian ilmu gizi lebih mendalam, dapat disimpulkan bahwa
ruang lingkupnya cukup luas. Perhatian ilmu gizi di mulai dari cara produksi pangan
(agronomi dan perternakan), perubahan-perubahan yang terjadi pada tahap pascapanen
dari mulai penyediaan pangan, distribusi dan pengopahan pangan. Konsumsi
makanan, dan cara-cara pemanfaatan makanan oleh tubuh dalam keadaan sehat dan
sakit. Oleh karena itu, ilmu gizi sangat erat kaitannya dengan ilmu-ilmu agronomi,
perternakan, ilmu pangan, mikrobiologi, biokimia, biologi molekular dan kedokteran.
Karena konsumsi makanan di pengaruhi oleh kebiasaan makanan, perilaku makan, dan
23
keadaaan ekonomi maka ilmu gizi juga berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial seperti
antropologi, sosiologi, psikologi, dan ekonomi

c. Perkembangan Ilmu Gizi


Ilmu gizi merupak ilmu yang relatih baru. Pengakuan pertama ipmu gizi
sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri terjadi pada tahun 1926, ketika Mary Swartz
Rose dilakukan sebagai profesor ilmu Gizi pertama di Universitas Columbia, New
York, Amerika Serikat. Namun, perhatian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
makanan sesungguhnya sudah terjadi sejak lama.

d. Hubungan Status Gizi Dengan Menarche


Menarche adalah haid yang pertama terjadi, yang merupakan ciri khas
kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Status gizi remaja wanita
sangat mempengaruhi terjadinya menarhe baik dari faktor usia terjadinya menarhe,
adanya keluhan-keluhan selama menarhe maupun lamanya hari menarhe. Secara
psikologis wanita remaja yang pertama sekali mengalami haid akan mengeluh rasa
nyeri, kurang nyaman, dan mengeluh perutnya terasa begah atau tegang. Tetapi pada
beberapa remaja keluhan-keluhan tersebut tidak dirasakan, hal ini dipengaruhi oleh
nutrisi yang ade kuat yang biasa dikonsumsi, selain olahraga yang teratur.
Nutrisi mempengaruhi kematangan seksual pada gadis yang mendapat
menstruasi pertama lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat
menstruasi pertama dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada usia
yang sama. Sebaliknya pada gadis yang menstruasinya terlambat, beratnya lebih
ringan daripada yang sudah menstruasi pada usia yang sama, walaupun tinggi badan
(TB) mereka sama. Pada umumnya, mereka menjadi matang lebih dini akan memiliki
body mass index (indeks masa tubuh, IMT) yang lebih tinggi dan mereka yang matang
terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama.

e. Hubungan Gizi Dengan Menstruasi


Komposisi diet baik secara kuantitatif maupun kualittatif, dianggap
memengaruhi siklus menstruasi dan penempilan reproduksi. Tetapi timbul pertanyaan
seberapa sering faktor diet dipandang sebagai penyebab timbulnya amenore, masih
jarang penelitian yang menggunakan diet sebagai metoda perlakuan, dan uraiannya
sering tidak lengkap atau tumpang tindih. Siklus menstruasi dipengaruhi bukan saja
oleh diet vegetarian tetapi diet yang bervariasi dalm hal lemak, serat dan nutrien
lainnya (Krummel, 1996).

f. Gizi Ibu Hamil


1. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Kenaikan berat badan yang ideal berkisar antar 12-15 kilogram. Agar
perkembangan janin berjalan dengan baik, dan ibu hamil dapat menjalani hari-hari
kehamilannya dengan sehat, makan konsumsi ibu hamil harus mengandung gizi
sebagai berikut
a) Kalori: Selama kehamilan konsumsi kalori haruslah bertambah dikisaran
300-400 kkal perharinya. Kalori yang di dapat haruslah berasal dari sumber
makanan yang bervariasi, dimana pola makan 4 sehat 5 sempurna harus
sebagai acuannya. Baiknya, 55% kalori di peroleh dari umbi-umbian serta
nasi sebagi sumber karbohidrat, lemak baik nabati maupun hewani

24
sebanyak 35%, 10% dari protein dan sayuran serta buahan bisa
melengkapi.
b) Asam Folat: Janin sangat membutuhkan asam folat dalam jumlah banyak
guna pembentukan sel dan sistem syaraf. Selama trimester pertama janin
akan membutuhkan tambahan asam folat sebanyak 400 mikrogram per
harinya. Jika janin mengalami kekurangan akan asam folat, maka hal ini
akan membuat perkembangan janin menjadi tidak sempurna dan dapat
membuat janin terlahir dengan kelainan seperti mengalami anenchephaly
(tanpa batok kepala), mengalami bibir sumbing dan menderita spina bifda
(kondisi dimana tulang belakang tidak tersambung). Asam folat yang bisa
di dapat pada buah-buahan, beras merah dan sayuran hijau.
c) Protein: Selain menjadi sumber bagi kalori dan zat pembangun,
pembentukan darah dan sel merupakan salah satu fungsi protein. Protein
dibutuhkan oleh ibu hamil dengan jumlah sekitar 60 gram setiap harinya
atau 10 gram lebih banyak dari biasanya. Protein bisa didapatkan dari
kacang-kacangan, tempe, putih telur, daging dan tahu.
d) Kalsium: Berfungsi dalam pertumbuhan dan pembentukan gigi dan tulang
janin. Dengan ada kalsium yang cukup selama kehamilan, ibu hamil dapat
terhindar dari penyakit osteoporosis. Jika ibu hamil tidak memiliki kalsium
yang cukup, maka kebutuhan janin akan kalsium akan diambil dari tulang
ibunya. Susu dan produk olahan lainnya merupakan sumber kalsium yang
baik, selain kalsium, susu memiliki kandungan vitamin lain yang
dibutuhkan ibu hamil, seperti vitamin A, Vitamin D, Vitamin B2 vitamin
B3 dan vitamin C. Selain dari susu, kacang-kacangan dan sayuran hijau
merupakan sumber kalsium yang baik juga.
e) Vitamin A: Sangat bermanfaat bagi pemeliharaan fungsi mata,
pertumbuhan tulang dan kulit. Selain itu vitamin A juga berfungsi sebagai
imunitas dan pertumbuhan janin. Namun meskiun vitamin A sangat
dibutuhkan oleh ibu hamil, namun jangan samapi berlebih dalam
mengkonsumsinya, karena jika ibu hamil mengalami kelebihan vitamin A
hal ini dapat membuat janin terganggu pertumbuhannya.
f) Zat Besi: Berfungsi di dalam pembentukan darah terutama membentuk sel
darah merah hemoglobin dan mengurangi resiko ibu hamil terkena anemia.
Zat besi akan diperlukan pada saat kehamilan memasuki usia 20 minggu.
Kebutuhan akan zat besi sebanyak 30 mg per harinya. Zat besi dapat
diperoleh pada hati, daging atau ikan.
g) Vitamin C: Tubuh ibu hamil memerlukan vitamin C guna menyerap zat
besi. Selain itu vitamin C sangat baik guna kesehatan gusi dan gigi. Fungsi
lain dari vitamin C adalah melindungi jaringan dari organ tubuh dari
berbagai macam kerusakan serta memberikan otak berupa sinyal kimia, hal
ini terjadi karena vitamin C banyak mengandung antioksidan.

25
h) Vitamin D: Dapat meneyerap kalsium sehingga sangat bermanfaat dalam
pembentukan dan pertumbuhan tulang bayi. Vitamin D dapat di dapat dari
sumber makanan, susu, kuning telur atau hati ikan.

2. Status Gizi Ibu Hamil


Status gizi bu hamil akan berpengaruh terhadap ibu maupun janin. LILA
menunjukkan status nutrisi ibu hamil. LILA < 23,5 cm menunjukkan status nutrisi
ibu hamil kurang dan harus mendapatkan penanganan agar tidak terjadi komplikasi
pada janin. Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada masa
sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat,
cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang
dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil.
Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat
bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila
tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Namun sampai saat
ini masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang
seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia gizi (Depkes RI, 1996). Hasil
SKRT 1995 menunjukkan bahwa 41 % ibu hamil menderita KEK dan 51% yang
menderita anemia mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR).
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam
kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Ada beberapa cara
yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain
memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan
Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu
akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia

g. Prinsip Gizi Pada Usia Menopause


Makanan yang dibutuhkan dalam masa menopause ini sebenarnya tidak terlalu
banyak. Pola makanannya juga tidak boleh sama seperti saat usia 30-40 tahun. Karena
kebutuhan nustrisinya jelas berbeda dan dapat dipastikan kelebihan sehingga nantinya
akan disimpan dalam bentuk lemak, pada bokong, payudara dan perut.
Makan makanan yang sehat dan sesuai kebutuhan merupakan pendukung
untuk hidup berkualitas pada wanita menopause. Kebutuhan kalori dan zat-zat gizi
pada wanita menopause yang dianjurkan adalah sesuai kebutuhan yang
memperhatikan faktor-faktor seperti berat badan, tinggi badan, usia dan aktifitas. Yang
jumlah umumnya lebih rendah dibandingkan kebutuhan pada usia dewasa.
Jenis zat gizi yang harus diperhatikan adalah :

26
1) Karbohidrat: merupakan zat gizi yang dikonsumsi dalam presentase
paling besar dalam menu makanan sehari-hari yaitu mencapai 55%,
bahkan lebih dari keseluruhan kalori, jenis karbohidrat yang dianjurkan
adalah karbohidrat komplek, seperti biji-bijian utuh (wholegrain), roti
dan pasta (macaroni dan spageti), kacang-kacangan, nasi, sayuran, dan
buah-buahan. Kurangi makanan yang banyak mengandung gula serta
batasi karbohidrat sederhana. Perbanyak makanan berserat.
2) Protein: Kurangi konsumsi protein anda hingga tidak lebih dari 15%
dari jumlah kalori anda. Dapatkan lebih banyak protein dari sumber
nabati dan kurangi sumber hewani.
3) Lemak: Jumlah lemak yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah
berkisar 20%-30% dari seluruh jumlah kalori. Hindari/batasi
penggunaan lemak asal hewani yang tinggi kandungan asam lemak
jenuh dan gunakan lemak asal kacang-kacangan serta biji-bijian yang
lebih banyak kandungan asam lemak tak jenuh.
4) Vitamin dan mineral: Terdapat beberapa vitamin dan mineral yang
perlu diperhatikan secara khusus asupannya setiap hari karena berperan
penting pada masa menopause. Vitamin D merupakan vitamin yang
penting pada masa menopause, karena vitamin D meningkatkan
absorpsi (penyerapan) kalsium yang juga merupakan mineral penting
dalam mempertahankaan kekuatan tulang. Dianjurkan agar dapat
mengkonsumsi kalsium disertai dengan vitamin D untuk pencegahan
osteoporosis. Asupan kalsium sebesar 1000-1200 mg dan 500 /g
vitamin D per hari dapat meningkatkan efektivitas kalsim dan
melindungi tulang terhadap osteoporosis. Makanan berbagai sumber
macam sayuran dan buah-buahan setiap hari, susu, produk susu,
brokoli, dan sayuran berdaun hijau adalah sumber kalsium.

4. Imunisasi
Imunisasi (vaksinasi) merupakan aplikasi prinsip-prinsip imunologi yang
paling terkenal dan paling berhasil terhadap kesehatan manusia. Nama vaksin diambil
dari kata vaksinia, virus cacar sapi yang digunakan oleh jenner 200 tahun yang lalu.
Vaksinia merupakan upaya ilmiah pertama untk mencegah penyakit infeksi cacar
(variola) yang dilakukan tanpa pengetahuan sama sekali mengenai virus(atau segala
macam mikroba) dan imunologi.
Seratus tahun kemudian pasteur memunculkan prinsip-prinsip dasar vaksinasi.
Yaitu preparat mikroba yang dimodifikasi dapat digunakan untuk memperkuat
imunitas terhadap organisme yang sangat virulen. Pelopor vaksin pasteur adalah
medula spinalis kelinci terinfeksi rabies yang dikeringkan dan hasil antraks yang
dipanaskan.
Teori seleksi klon oleh brunner pada tahun 1957 dan penemuan limfosit T dan
B pada tahun 1957 memperjelas teori mekanisme memori imunologis dan fungsi
limfosit. Antigen vaksin harus mampu merangsang terjadinya ekspansi klon sel T dan
atau B tertentu untuk menghasilkan populasi sel memori. Sel memori ini
memungkinkan penemuan berikutnya dengan antigen yang sama dan dapat
27
merangsang timbulnya respins sekunder yang lebih cepat dan efektif dari pada respons
primer. Respons primer sering terlalu lambat untuk mencegah timbulnya penyakit
berat.
Karena vaksinasi bergantung pada respon imun spesifik, keberhasilan
vaksinasi sangat tergantung pada dihasilkannya preparat antigenik patogen yang
1. Aman untuk diberikan
2. Merangsang jenis imunitas yang tepat
3. Dengan harga yang dapat dijangkau oleh populasi yang menjadi tujuan
vaksinasi.

Untuk beberapa penyakit penyakit. Ada vaksin yang sedikit banyak memenyhi
kriteria tersebut. Tetapi untuk banyak prnyakit yang lain belom ada vaksin yang dapat
digunakan.
Prinsip vaksinasi digambarkan oleh imunisasi dengan toksoid difteri.
Modifikasi kimia toksin difteri menghasilkan toksoid yang kehilangan toksisitasnya
tanpa kehilangan epitotnya. Respon antibodi primer terhadap epitot ini dapat di
hasilkan pascavaksinasi dengan toksoidnya. Pada infeksi alamiah toksin akan
merangsang kembali sel B memori sehingga dihasilkan respons antibodi sekunder
yang lebih cepat dan lebih kuat terhadap epitot tersebut. Respons ini akan
menetralisasi toksin (diadaptasi dari Roltt et al 1998).
Antigen yang digunakan sebagai vaksin. Tipe antigen yang digunakan pada
vaksin tergantung pada berbagai faktor. Pada umumnya, makin banyak antigen
mikroba yang dipertahankan dalam vaksin makin baik. Organisme hidup cenderung
lebih efektif dari pada organisme mati, kecuali pada penyakit yang disebabkan oleh
toksin, yang mana antigen cukup dibuat dari toksin saja. Antigen mikroba juga dapat
diekspresikan pada sel lain yang berfungsi sebagai vektor.

5. Program Keluarga Berencana


a. Pengertian Program KB
Pengertian Keluarga Berencana menurut UU No.10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah uaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui proses pendewasaan usia
perkawinan ( PUP ), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

b. Tujuan Program KB
Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka
mewujudkan visi dan misi program KB di muka adalah “membangun kembalu dan
meleestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB Nasional yang kuat di
masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2016 dapat
tercapai.”
Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah
masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
menurnkan tingkat / angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas sedangkan
tujuan utama program Kesehatan Reproduksi Remaja ( KRR ) adalah untuk
meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan perilaku positif remaja tentang
28
kesehatan an hak-hak reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan
reproduksinya, untuk mempersiapkan kehidupan dalam mendukung upaya
meningkatkan kualitas generasi mendatang.
Tujuan program penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas adalah
untuk membina kemandirian dan sekaligus meningkatkan cakupan dan mutu
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, serta pemberdayaan dan kertahanan keluarga
terutama yang diselenggarakan oleh institusi masyarakat di daerah perkotaan dan
pedesaan, sehingga membudidaya dan melembaganya keluarga kecil berkualitas. Perlu
diketahui bahwa tujuan-tujuan tersebut berkaitan erat dan merupakan kelanjutan dari
tujuan program KB tahun 1970, yaitu :
1. Tujuan demografis berupa penurunan TFR tahun 2000 sebesar 50% dari
kondisi TFR 1970
2. Tujuan filosofi berupa kelembagaan dan pembudidayaan Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera ( NKKBS )
Perencanaan kehamilan dan mencegah kehamilan yang belum diinginkan
1) Pengaturan jarak dan usia melahirkan
2) Penggunaan kontrasepsi rasional, efektif, efisien.
3) Pelayanan KB bagi keluarga miskin
4) Keterlibatan pria dalam perencanaan kehamilan dan keterlibatan
pria dalam KB
5) Penurunan kehamilan di kalangan PUS muda.
6) Meningkatkan status kesehatan perempuan dan anak
a) Pengaturan usia melahirkan yang tidak terlalu muda dan tidak
terlalu tua
b) Pengaturan jarak antara kehamilan
c) Peningkatan keterlibatan pria dalam kehamilan dan perawatan
anak
d) Peningkatan menyusui ekslusif
e) Pencegahan dan perlindungan HIV dan AIDS
7) Meningkatkan kesehatan dan kepuasan
a) Kondom fungsi gand ( dual protection )
b) Program Universal Precaution untuk pencegahan HIV dan
AIDS dalam program KB
c) Penggunaan kontrasepsi pada PUS yang ingin menunda anak
pertama
d) Pelayanan terintegrasi dan deteksi dini kanker alat reproduksi

c. Sasaran Program KB
Adapun sasaran program KB nasional lima tahun kedepan seperti tercantum
dalam RPJM 2004-2009 adalah sebagai berikut :
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk ( LPP ) secara nasional
menjadi satu, 14% per tahun
2. Menurunkan angka kelahiran Total Fertility Rate ( TFR) menjadi 2,2 per
perempuan

29
3. Meningkatnya peserta KB pria menjadi 4,5%
4. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efisien
5. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang
anak
6. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang
aktif dalam usaha ekonomi produktif
7. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.

Sehingga didapatkan hasil :


1. Tercapainya peserta KB baru sebanya 1.072.473 akseptor
2. Terbinanya peserta KB aktif sebanyak 5.098.188 akseptor atau 71.8% dari
pasangan Usia Subur sebanyak 7.093.654
3. Meningkatnya rata-rata usia kawin pertama wanita menjadi 18,2 tahun
4. Pengendalian perkembangan kependudukan, terutama tingkat pertumbuhan
migrasi dan persebaran penduduk.

d. Ruang Lingkup Program KB


1. Pemanfaatan PIK-KRR yang sudah ada
2. Pembentukan PIK-KRR yang baru terutama di Kabupaten / Kota yang belum
memiliki PIK-KRR dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan PIK-KRR
3. Pembinaan PIK-KRR dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan PIK-KRR
4. Pelatihan bagi pendidik sebaya dan konselor sebaya.

e. Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB


Strategi tiga dimensi Program KB sebagai pendekatan Program KB Nasional.
Strategi ini diterapkan atas dasar survei terhadap kecendrungan respon Pasangan Usia
Subur ( PUS ) di Indonesia terhadap ajakan ( KIE) untuk ber KB. Berdasarkan hasil
survei tersebut Respon PUS terhadap KIE KB terbagi dalam ke dalam 3 kelompok :
1. 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber KB
2. 15%-55% PUS merespon ragu-ragu untuk ber KB
3. 30% PUS merespon “tidak” untuk ber KB.

Strategi tiga dimensi ini juga diterapkan untuk merespon kemendesakannya untuk
secepatnyamenurunkan TFR dan membudidayakan NKKBS sebagai norma program
KBN.
Strategi dimaksud dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KBN sbb :
1. Tahap Perluasan Jangkauan
Pada tahap ini penggarapan program lebih difokuskan kepada sasaran :
a. Coverage wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan
pada penggarapan wilayah potensial seperti wilayah Jawa Bali yaitu
provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali dengan kondisi
jumlah penduduk dan laju pertumbuhan yang besar.
b. Coverage khalayak

30
Diarahkan pada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya pada
tahan ini pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan pelayanan
KB didasarkan pada pendekatan klinik.

2. Tahap Pelembagaan
Tahap ini diterapkan untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap
potensi yaitu tahap perluasan jangkauan. Pada tahap ini converage wilayah
diperluas menjangkau provinsi-provinsi di luar Jawa-Bali dengan sebutan
Provinsi Luar Jawa Bali yaitu : Provinsi-provinsi diluar Sumatera, sebahagian
pulai Kalimantan, pulai Sulawesi. Sedangkan pada tahap ini Coverage
khalayak diarahkan pada jangkauan PUS yang ragu-ragu dengan merangsang
timbulnya partisipasi masyarakat sebagai pengelola program yang seperti
PPKBD ( Pos LB Desa, Sub Pos KB dan LSM lainnya ).
Pada tahap ini indicator kuantitatif kesertaan ber-KB berada pada
kisaran 45%-65% dengan prioritas pada pelayanan kontrasepsi Methode
Jangka Panjang ( MPJ ) dengan memanfaatkan momentum-momentum besar.

3. Tahap Pembudayaan Program KB


Pada tahap ini Coverage wilayah diperluas menjangkau provinsi-
provinsi diseluruh Indonesia. Sedangkan Coverage khalayak diperluas
menjangkau sisa PUS yang menolak, oleh peserta itu pendekatan program KB
dilengkapi dengan pendekatan Takesra dan Kukesra.

f. Dampak Program KB
1. Implikasi Program KB Terhadap Bidang Pendidikan
a. Aspek mikro
Merubah komposisi penduduk dari komposisi expensipe menjadi
kemampuan konstructive dan stationare. Perubahan ini berpengaruh pada
pengembangan antara kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan
kemampuan negara untuk melaksanakan investasi dibidang pendidikan.
b. Aspek makro
Dengan ber KB menuju keluarga kecil akan memberi peluang lebih untuk
menyekolahkan anak. Ukuran yang lazim dipakai dalam bidang pendidikan
adalah:
1) Angka Partisipasi Kasar (APK)
Indikator ini mengukur proporsi anak sekolah pada jenjang
pendidikan tertentu dalam kelompok umur jenjang pendidikan tersebut.
APK biasanya diterapkan untuk jenjang pendidikan sampai dengan usia
7-12 tahun, (usia 13-15 tahun), dan SLTA (usia 16-18 tahun).
2) Angka Partisipasi Murni (APM)
Indicator ini mengukur proporsi anak yang bersekolah pada
kelompok umur tertentu pada tingkat yang sesuai dengan kelompok
umur tersebut. APM selalu lebih rendah di bandingkan dengan APK
karena pembilangannya lebih kecil sementara penyebutnya sama. Nilai
APM yang mendekati 100% menunjukkan hamper semua penduduk
bersekolah tepat waktu sesuai dengan usia sekolah pada pendidikannya.
3) Angka melek huruf

31
Angka melek huruf adalah presentase penduduk yang memiliki
kemampuan membaca dan menulis huruf latin / dan atau lainnya.
Indicator ini menggabarkan mutu SDM yang diukur dalam aspek
pendidikan. Semakin tinggi nilai indicator ini, semakin tinggi mutu
SDM suatu masyarakat. Untuk mempertajam analisis batasan usia
dapat diubah sesuai kebutuhan.
4) Pendidikan yang ditawarkan
Indicator ini menunjukkan keterkaitan system pendidikan dalam
mendidik keompok penduduk dewasa.
5) Rata-rata lama sekolah
Rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua
variable secara simultan yaitu tingkat / kelas yang sedang / pernah
dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

2. Implikasi Program KB Terhadap Angkatan Kerja


Angkatan kerja (AK) adalah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas dan
selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara
tidak bekerja karena suatu sebab seperti sedang menunggu panen, pegawai sedang
cuti dan pekerja kelas professional (dukun/dalang) yang sedang menunggu
pekerjaan berikutnya. Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan
tetapi sedang mencari pekerjaan dan mendapat imbalan berupa balas jasa.
Pengaruh program KB terhadap angkatan kerja adalah mereduksi penduduk
usia kerja dengan merubah komposisi penduduk usia kerja dengan merubah
komposisi penduduk dari ekspansi menjadi produktif.

3. Pengaruh Implikasi Pelaksanaan Program KB Terhadap Kehidupan Sosial


Ekonomi
Kehidupan sosial ekonomi dalam hal ini tidak lepas dari pembangunan
ekonomi. Pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan sebagai suatu proses dimana
Riil Nasional Income naik secara terus menerus dalam jangka waktu lama.
Kenaikan Riil Nasional Income dipengaruhi oleh beberapa faktor dominan,
antara lain: Pendapatan (Y), Konsumsi ©, Tabungan / Saving (S), dan Investor (I).
Secara makro pengaruh pelaksanaan Program KB terhadap pembangunan
ekonomi banyak berkaitan dengan kebutuhan dan kemampuan negara untuk
melakukan investasi (penanaman modal). Semakin tinggi laju pertumbuhan
pendudukan akan berpengaruh terhadap semakin tingginya akan investasi.
Prof.Dr.Soemitro Djoyohadikusumo menge-mukakan apabila tingkat investasi
suatu negara tidak dapat mengimbangi tingkat laju pertumbuhan penduduknya,
maka akan berakibat pada penurunan kualitas kehidupan masyarakatnya.
Setiap 1% pertambahan penduduk di Inonesia memerlukan 4% Investasi dari
GNP nya.
Secara makro pengaruh Program KB terhadap kehidupan ekonomi keluarga
adalah pada rasionalisasi tingkat pengeluaran (konsumsi) keluarga / rumah tangga.
Semakin besar jumlah anggota keluarga akan semakin besar pula pemenuhan
kehidupannya.
4. Pengaruh Program KB Terhadap Kehidupan Budaya
Aspek budaya yang banyaj dipengaruhi dan mempengaruhi pelaksanaan
Program KB adalah pada perilaku / tingkah laku / pola piker yang rasional dan
bertanggung jawab, kebersihan lingkungan.
32
6.

33
BAB III
HASIL PRATIKUM KERJA LAPANGAN

A. Gambaran Umum Wilayah


1. Letak dan Batas Wilayah

2. Fasilitas Kesehatan
a) Pustu Buluran
b) Bidan Desa

B. Hasil Pendataan
1. Tabulasi Data dan Analisis data
A. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan
KELOMPOK UMUR F % F %
0-12 Bulan 4 4,54 - -
1-4 Tahun 5 5,68 4 4,30
5-9 Tahun 6 6,81 13 13,9
10-14 Tahun 8 9,09 6 6,45
15-19 Tahun 10 11,3 9 9,67

34
20-24 Tahun 7 7,95 6 6,45
25-30 Tahun 3 3,40 5 5,37
30-40 Tahun 20 22,7 16 17,2
40-60 Tahun 17 19,3 24 25,8
>60 Tahun 8 9,09 10 10,7
JUMLAH 88 100 93 100
% %

KELOMPOK UMUR

100%
8 0.09

90%
17 0.19
80%
93

70%

20 0.23
60%

88 100 100
50% 3 0.03 10
7 0.08
40% 24

10 0.11
30% 16
8 0.09 5
20% 6
6 0.07 9
6
10% 5 0.06
13
0 0
4 0.05 4 0.11
0.26
0.17
0.05
0.06
0.1
0.14
0.04
0%

0-12 Bulan 1-4 Tahun 5-9 Tahun 10-14 Tahun 15-19 Tahun 20-24 Tahun
25-30 Tahun 30-40 Tahun 40-60 Tahun >60 Tahun JUMLAH

35
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut kelompok
umut di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi menurut kelompok umur (Laki-laki) mayoritas 30-40 tahun, minoritas 25-30
tahun.
b. Distribusi menurut kelompok umur (Perempuan) mayoritas 40-60 tahun dan minoritas 1-4
tahun.
B. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan
Laki-laki Perempuan
PENDIDIKAN F % F %
SD 11 17,8 % 15 20 %
SMP 10 15,6 % 9 12 %
SMA/SMK 20 31,2 % 30 40 %
DIPLOMA 7 10,9 % 6 8%
SARJANATINGKAT PENDIDIKAN
17 26,5 % 15 20 %

30
JUMLAH 30 64 100% 75 100%
25 28
20 15
15 20
9
10 11
10 17
5 6
0 7
SD PEREMPUAN
SMP 36
SMA/SMK LAKI - LAKI
DIPLOMA
SARJANA

LAKI - LAKI PEREMPUAN


PERSENTANSE
TINGKAT PENDIDIKAN

40.0% 40%
35.0%
30.0%
31.2%
25.0% 20%
20.0%
17.8% 12% 20%
15.0% 15.6%
10.0%
8%
5.0%
0.0%
SD
0.0% 0% PEREMPUAN
SMP
SMA/SMK 0.0% LAKI - LAKI
DIPLOMA 0.0%
SARJANA
JUMLAH

LAKI - LAKI PEREMPUAN

Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut pendidikan di Rt.
09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi menurut pendidikan (Laki-laki) mayoritas SMA/SMK, minoritas Diploma.
b. Distribusi menurut pendidikan (Perempuan) mayoritas SMA/SMK, minoritas Diploma.
C. Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan
JENIS PEKERJAAN KK F %
PNS 9 16,98 %
SWASTA 20 37,7 %
DAGANG 5 9,43 %
BURUH HARIAN 3 5,66 %
KARYAWAN 14 26,4 %
PENSIUNAN 2 3,77 %
JUMLAH 53 100%

37
JENIS PEKERJAAN

100.00%
JUMLAH
53

3.77%
PENSIUNAN
2

26.40%
KARYAWAN
14

5.66%
BURUH HARIAN
3

9.43%
DAGANG
5

37.70%
SWASTA
20

16.98%
PNS
9

0 10 20 30 40 50 60

F %

Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut pekerjaan di
Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi menurut pekerjaan mayoritas swasta
b. Distribusi menurut pekerjaan minoritas pensiunan.

D. Distribusi Penduduk Menurut Alat Kontrasepsi


JENIS ALAT KONTRASEPSI F %
PIL 7 13,2
IMPLAN 1 1,88
IUD 3 5,66
SUNTIK 1 BULAN 6 11,3
38
SUNTIK 3 BULAN 10 18,8
MOW 1 1,88
TIDAK KB 25 47,1
JUMLAH 53 100%

JENIS ALAT KONTRASEPSI


PIL IMPLAN IUD SUNTIK 1 BULAN
SUNTIK 3 BULAN MOW TIDAK KB JUMLAH

47.1
1.88
18.8
%
11.3
5.66
1.88
13.2

53
25
1
10
F
6
3
1
7

0 10 20 30 40 50 60

Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut alat kontrasepsi
di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi menurut penggunaan alat kontrasepsi mayoritas tidak KB
b. Distribusi menurut penggunaan alat kontrasepsi minoristas implan dan MOW.
E. Distribusi Penduduk Menurut Jaminan Kesehatan
JENIS JAMINAN F %
BPJS / KIS 41 77.3
ASKES 12 22,6
JUMLAH 53 100%
39
JAMINAN KESAHATAN
90

80 77.3

70

60
53
50
41
40

30
22.6
20
12
10
1
0
BPJS / KIS ASKES JUMLAH

F %

Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut jaminan
kesehatan di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi menurut jaminan kesehatan mayoritas menggunakan BPJS/KIS
b. Distribusi menurut jaminan kesehatan minoritas menggunakan ASKES.
F. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa
SUKU BANGSA F %
MELAYU 40 75,4
JAWA 10 18,8
SUNDA 1 1,88
BANJAR - -
BUGIS 2 3,77
JUMLAH 53 100%

40
SUKU BANGSA
MELAYU JAWA SUNDA BANJAR BUGIS JUMLAH

3.77

0
%
1.88

18.8

75.4

53

0
F
1

10

40

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut suku
bangsa di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Penduduk RT.09 mayoritas suku bangsa Melayu
b. Penduduk Rt.09 minoritas suku bangsa Sunda.
G. Distribusi Penduduk Menurut Penghasilan
PENGHASILAN F %
RP.500,000;PENGHASILAN
2 3,77
RP.500,000; - RP.1,000,000; 390.5 5,66
RP.1,000,000; - RP.1,500,000; 48 90,5
100
JUMLAH 53 100%
80
48 53
60
3.77 5.66
40 %
20 2 3
41 F
0
RP.500.000; RP.500.000; - RP.1.000.000; - JUMLAH
RP.1.000.000; RP.1.500.000;

F %
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut
Penghasilan di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk menurut penghasilan mayoritas RP.1,000,000; - RP.1,500,000;
b. Distribusi penduduk menurut penghasilan minoritas RP.500,000;.
H. Distribusi Penduduk Menurut Agama
AGAMA F %
ISLAM 52 98.1
PROTESTAN 1 1,88
JUMLAH 53 100%

AGAMA
120
98.1
100

80

6052 53

40

20
1.88
1 0
0
ISLAM PROTESTAN JUMLAH

% F

Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut Agama di Rt. 09
Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk menurut agama mayoritas agama Islam
b. Distribusi penduduk menurut agama minoritas Agama Protestan.
I. Distribusi Penduduk Menurut Cara Pengelolaan Makanan
42
CARA MENGEGELOLA MAKANAN F %
SAYUR DIPOTONG DULU BARU DICUCI 36 67,9
SAYUR DICUCI DULU BARU DIPOTONG 17 32
JUMLAH 53 100%

CARA MENGELOLA MAKANAN

JUMLAH 53 100

SAYUR DICUCI DULU BARU DIPOTONG 17 32

SAYUR DIPOTONG DULU BARU DICUCI 36 67.9

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

F %

Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut pengelolaan
makanan di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk cara mengelola makanan mayoritas sayur dipotong dulu baru dicuci
b. Distribusi penduduk cara mengelola makanan minoritas sayur dicuci dulu baru dipotong
.
J. Distribusi Penduduk Ibu Menyusui
MENYUSUI F %
IBU TIDAK MENYUSUI 23 82,1
IBU MENYUSUI 5 17,8
JUMLAH 28 100%

43
MENYUSUI

100
JUMLAH
28

17.8
IBU MENYUSUI
5

82.1
IBU TIDAK MENYUSUI
23

0 20 40 60 80 100 120

F %

Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk ibu menyusui di Rt. 09
Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk ibu menyusui mayoritas ibu tidak menyusui
b. Distribusi penduduk ibu menyusui minoritas ibu menyusui.
K. Distribusi Penduduk Remaja Minum Tablet Tambah Darah
TABLET TAMBAH DARAH F %
REMAJA MINUM TABLET TAMBAH DARAH 6 75
REMAJA TIDAK MINUM TABLET TAMBAH DARAH 2 25
JUMLAH 8 100%

44
TABLET DARAH
120

100
100

80
75

60

40

25
20

8
6
2
0
REMAJA MINUM TABLET REMAJA TIDAK MINUM TABLET JUMLAH
TAMBAH DARAH TAMBAH DARAH

F %

Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk remaja minum tablet
tambah darah di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk Remaja minum tablet tambah darah mayoritas Remaja minum tablet
tambah darah.
b. Dustribusi penduduk remaja minum tablet tambah darah minoritas remaja tidak minum
tablet tambah darah.
L. Distribusi Penduduk Remaja Hemoglobin
CEK HEMOGLOBIN (HB) F %
REMAJA CEK HB 5 71.4
REMAJA YANG TIDAK CEK HB 2 28,5
JUMLAH 7 100%

45
CHECK HEMOGLOBIN

JUMLAH 7

28.5
REMAJA YANG TIDAK CEK HB 2

71.4
REMAJA CEK HB 5

0 10 20 30 40 50 60 70 80

F %

Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk remaja cek HB di Rt. 09
Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk Remaja cek hemoglobin mayoritas remaja mengecek HB
b. Distribusi penduduk remaja cek hemoglobin minoritas tidak cek HB
M. Distribusi Penduduk Jenis Kelamin
JENIS KELAMIN F %
LAKI – LAKI 47 46,5
PEREMPUAN 54 53,4
JUMLAH 101 100%

JENIS KELAMIN
120
101
100

80

60 54
53.4
47
46.5
40

20

0
LAKI – LAKI PEREMPUAN JUMLAH

F %

Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut jenis
kelamin di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
46
a. Distribusi penduduk jenis kelamin mayoritas Perempuan
b. Distribusi penduduk jenis kelamin minoritas Laki-laki.
N. Distribusi Penduduk Lansia Berdasrkan Jenis Kelamin
LANSIA > 60 TAHUN F %
LAKI – LAKI 8 44,4
PEREMPUAN 10 55,5
JUMLAH 18 100%

LANSIA >60 TAHUN


70

60

50

40
55.5
30 44.4

20

10 18
8 10
0
LAKI – LAKI PEREMPUAN JUMLAH

F %

Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk lansia berdasarkan
jenis kelamin di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk lansia berdasarkan jenis kelamin mayoritas lansia Perempuan
b. Distribusi penduduk lansia berdasarkan jenis kelamin minoritas lansia Laki-laki
O. Distribusi Penduduk Wanita Usia Subur (WUS)
WUS F %
20 – 24 TAHUN 6 13,3
25 – 30 TAHUN 5 11,1
30 – 40 TAHUN 10 22,2
40 – 45 TAHUN 24 53,3
JUMLAH 45 100%
47
WUS
60
53.3
50
45

40

30
24
22.2
20
13.3
11.1 10
10 6
5

0
20 – 24 TAHUN 25 – 30 TAHUN 30 – 40 TAHUN 40 – 45 TAHUN JUMLAH

F % Berdasarkan
hasil analisis
data diatas di dapatkan bahwa penduduk wanita subur (WUS) di Rt. 09 Buluran Kenali
adalah:
a. Distribusi penduduk wanita usia subur (WUS) mayoritas 40 - 45 tahun.
b. Distribusi penduduk wanita usia subur (WUS) minoritas 25 – 30 tahun.
P. Distribusi Penduduk Bayi Imunisasi
BAYI IMUNISASI F %
BAYI IMUNISASI LENGKAP 6 54,5
BAYI IMUNISASI TIDAK LENGKAP 5 45,4
JUMLAH 11 100%

BAYI IMUNISASI

JUMLAH 11 100

BAYI IMUNISASI TIDAK LENGKAP 5 45.4

BAYI IMUNISASI LENGKAP 6 54.5

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

F % 48
Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut bayi
imunisasi di Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk menurut bayi imunisasi mayoritas bayi imunisasi lengkap
b. Distribusi penduduk menurut bayi imunisasi mayoritas bayi imunisasi tidak lengkap
Q. Distribusi Penduduk Balita 1 -4 Taun
LAKI-LAKI PEREMPUAN
F % F %
BALITA
1- 4 TAHUN 5 1% 4 1%
JUMLAH 5 100% 4 100%

BALITA 1 - 4 TAHUN
6

500% 500%
5

400% 400%
4

100% 100%
1

1% 1%
0

1-    4 TAHUN JUMLAH

Berdasarkan hasil analisis data diatas di dapatkan bahwa penduduk menurut balita di
Rt. 09 Buluran Kenali adalah:
a. Distribusi penduduk menurut balita mayoritas balita laki-laki
b. Distribusi penduduk menurut balita minoritas balita perempuan
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengkajian data yang diperoleh, maka penulis dapat merumuskan
masalah yang ada pada daerah binaan sesuai dengan prioritas masalah yang terdapat di POA
3. POA
NO Masalah Kebidanan Rencana Kegiatan Rencana Penanggung jawab Dana
Pelaksanaan
1 Ibu hamil yang tidak Pemeriksaan Cek HB Tanggal : Rabu, 11 Suchica Pramensa Swadaya
49
periksa HB dan Maret 2020 Mahasiswa
Protein Jam : 15.00 WIB
Tempat : Rumah
Warga
2 Remaja putri tidak Pemeriksaan Cek HB Tanggal : Sabtu, 14 1. Suchica Swadaya
diberikan tablet dan Pemberian Obat Maret 2020 Pramensa Mahasiswa
tambah darah Tambah Darah Jam : 14.00 WIB
Tempat : RT.07 2. Lorenda Dwi
Penyengat Rendah Putri
3. Silvy dwi
meylingga
3 Balita tidak ASI Penyuluhan Tentang Tanggal : 10 Maret 1. Nuri Hafidhoh Swadaya
Ekslusif ASI Eklusif 2020 Mahasiswa
Jam : 08.00 WIB 2. Rosa Linda
Tempat : RT..15
4 Bayi tidak ASI Penyuluhan Tentang Tanggal : 10 Maret 1. 1. Nabilla Dwi Ayu Swadaya
Ekslusif ASI Ekslusif 2020 2. Mahasiswa
Jam : 08.00 WIB 3. 2. Zelin Puspita
Tempat : RT..15 Loka
5 Balita imunisasi tidak Penyuluhan Tentang Tanggal : 10 Maret1. 1. Vivi Oktadianti Swadaya
lengkap Pentingnya Imunisasi 2020 2. Mahasiswa
Jam : 08.00 WIB 3. 2. Nopitasari
Tempat : RT..15 4.
5. 3. Sri Putri Apriani
6 Ibu tidak ber KB Penyuluhan tentang Tanggal : 10 Maret1. 1. Rani Fitriana Swadaya
KB 2020 2. Mahasiswa
Jam : 08.00 WIB 3. 2. Azhariah
Tempat : RT..15 Cholida
7 Pra Menopouse Penyuluhan Tentang Tanggal : Senin, 161. 1. Anjliana Restuti Swadaya
Menopouse dan Maret 2020 S Mahasiswa
Cancer Serviks Jam : 08.00 WIB 2.
Tempat : RT.09 3. 2. Nurmala Sari

4. Pelaksanaan
Melakukan asuhan kebidanan dan penyuluhan daerah binaan di Rt.09 Buluran Kenali
tentang:

a. kurangnya pengetahuan tentang cek kesehatan pada ibu hamil

b. ibu yang tidak memberikan asi ekslusif

c. remaja yang tidak diberikan tablet tambah darah

d. kurangnya pengetahuan tentang KB

50
e. kurangnya pengetahuan tentang imunisasi

5. Evaluasi
Setelah dilakukan identifikasi masalah, kemudian dilakukan beberapa tindakan untuk
mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan melakukan sosialisasi atau penyuluhan. Dan setelah
melakukan penyuluhan masyarakat daerah binaan mengetahui dan mengerti dengan masalah
yang ada, sehingga diharapkan setelah dilakukan penyuluhan masyarakat segera
menyadarinya.

51
52
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah. Dalam hal ini, derajat
kesehatan masyarakat dapat ditentukan dengan beberapa indikator, diantaranya adalah Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI), dimana jika AKB dan AKI naik maka
derajat kesehatan masyarakat masih rendah dan sebaliknya. Berbagai faktor dapat
mempengaruhi naik dan turunnya AKB dan AKI, diantaranya belum dimanfaatkannya sarana
pelayanan kesehatan seperti posyandu secara optimal oleh masyarakat. Posyandu merupakan
salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis dalam pembangunan kesehatan
dengan tujuan mewujudkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahan
kesehatan.
Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, yaitu :
1. Faktor Perilaku
Perilaku masyarakat yang sehat akan menunjang dan berdampak semakin
meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya penyakit
yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan yang bersih sangat berperan dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Perbandingan angka orang sakit yang signifikan terjadi antara
lingkungan yang bersih dengan lingkungan kumuh / kotor. Beberapa penyakit yang
sering diderita oleh masyarakat yang hidup di lingkungan kumuh antara lain: Demam
berdarah, gatal-gatal, infeksi saluran pencernaan dan pernafasan.
3. Faktor Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan fasilitas kesehatan dengan mutu pelayanan yang baik akan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dengan adanya fasilitas yang mudah
terjangkau dan dengan mutu pelayanan yang baik akan meningkatkan akses pelayanan
kesehatan masyarakat. Ketersediaan fasilitas harus di ikuti dengan tenaga kesehatan
yang merata dan memiliki kompetensi di bidangnya itu mulai tingkat desa-desa
sampai daerah yang terpelosok.
4. Faktor Keturunan
Banyak penyakit yang dapat kita cegah dengan membersihkan lingkungan dan
lain sebagainya, tapi juga terdapat sebagian penyakit yang tidak dapat kita hindari,
seperti penyakit keturunan. Semakin besar risiko penyakit keturunan maka akan
semakin sulit untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk mencegah penyakit
turunan perlu adanya konseling perkawinan yang baik.
Keempat faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan di atas saling
mempengaruhi, oleh karena itu upaya pembangunan sarana kesehatan harus
dilaksanakan secara berkesinambungan. Upaya yang dilaksanakan harus komprehensif
dan mencakup upaya preventif/promotif, kuratif dan rehabilitatif. Pemerintah sebagai
pembuat regulasi harus berperan aktif dalam pembangunan sarana kesehatan serta
pelaksanaan kesehatan secara menyeluruh.

53
Peningkatan derajat kesehatan ini sangat penting karena tujuan dari derajat kesehatan
itu sendiri antara lain :
a. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan.
b. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
c. Peningkatan status gizi masyarakat.
d. Untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
e. Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanya norma keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera.
f. Upaya yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan antara ain :
g. Membiasakan diri untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
h. Meningkatkan kualitas sumber daya baik sumber daya manusia, lingkungan dan
sarana prasarana kesehatan
i. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan
j. Lebih memperhatikan lagi makanan yang masuk ke dalam tubuh, karena jika
seseorang sembarangan memilih makanan seperti banyak mengonsumsi kolesterol
dapat mengakibatkan timbulnya penyakit yang tidak diharapkan
k. Menyeimbangkan antara aktivitas dengan istirahat. Karena tubuh ini bukanlah mesin
yang haris bekerja terus-menerus. Tubuh juga membutuhkan istirahat minimal 8 jam
perhari untuk meningkatkan kesehatan tubuh
l. Melakukan olahraga yang teratur sehingga dapat memberi dampak positif bagi seluruh
tubuh mulai dari otak sampai ke ujung kaki. Dengan olahraga yang teratur, pikiran
akan menjadi lebih jernih dan tenang serta akan terhindar dari stress. Olahraga akan
memberikan kebugaran bagi tubuh sehingga tidak mudah terjangkit oleh suatu
penyakit.
m. Banyak mengonsumsi makanan yang mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh,
karena jika kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan tubuh.

B. Lingkungan Kesehatan
C. Perilaku Kesehatan
1. Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup
mulai dari tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berprilaku, karena mereka
mempunyai aktivitas masing-masing.
Jadi kesimpulannya perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skinner (1938) seorang akhli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua,yaitu :
a. Perilaku tertutup (covert behavior)

54
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup,
misalnya ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata, misalnya
seorang ibu memeriksakan kehamilannya.

2. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha
untuk penyembuhan bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3
aspek :
1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit
2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
3) Perilaku gizi (makanan dan minuman).
b. Perilaku pencarian dan penggunaan sisitem atau fasilitas pelayanan kesehatan
Upaya seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan.Dimulai dari pengobatan
sendiri sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Becker, 1979 membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan, diantaranya :
1) Perilaku hidup sehat
Kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup :
a) Menu seimbang
b) Olahraga teratur
c) Tidak merokok
d) Tidak meminum-minuman keras dan narkoba
e) Istirahat yang cukup
f) Mengendalikan stress
g) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.
2) Perilaku sakit

55
Respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit
pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dsb.
3) Perilaku peran sakit
Perilaku ini mencakup :
a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
b) Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak.
c) Mengetahui hak, misalnya memperoleh perawatan.

3. Domain Perilaku
Factor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan prilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
a. Faktor internal
Karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan, yaitu :
1) Kecerdasan
2) Tingkat emosional
3) Jenis kelamin
b. Faktor eksternal
Lingkungan baik fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
4. Perubahan (Adopsi) Perilaku Atau Indikatornya
Proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relative lama. Teori perubahan
ada 3 tahap :
a) Pengetahuan
Dikelompokan menjadi :
1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
2) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan
3) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
b) Sikap
Dikelompokan menjadi :
1) Sikap terhadap sakit dan penyakit
2) Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
3) Sikap terhadap kesehatan lingkungan
c) Praktek Dan Tindakan

56
Indikatornya yakni :
1) Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit
2) Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
3) Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan

5. Aspek Sosio-Psikologi Perilaku


Faktor sosio psikologi berasal dari individu itu sendiri (internal). Yaitu :
a. Susunan saraf pusat
b. Persepsi : pengalaman yang dihasilkan melalui indra penglihatan, penciuman.
c. Motivasi : dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
d. Emosi

6. Teori Perubahan Perilaku


Health Belief Model
Model ini didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini
tuberculosis. Health Belief Model didasarkan atas 3 faktor :
a. Kesiapan Individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit
atau memperkecil resiko kesehatan.
b. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
c. Perilaku itu sendiri. Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor seperti persepsi tentang
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman , dan adanya kepercayaan bahwa
perubahan perilaku akan memberikan keuntungan.

D. Upaya Kesehatan
Komponen upaya kesehatan dalam desa siaga, merupakan suatu upaya untuk
mewujudkan tingkat kesehatan yang optimal sebagai kebutuhan dasar manusia, yang
menitikberatkan pada upaya promotf dan prevensif yang didukung oleh upaya kuratif dan
rehabilitatif yang bersinambung. Upaya kesehatan tersebut dilakukan oleh kader dan
masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat secara mandiri.
Sasaran upaya kesehatan adalah ibu maternal,bayi,balita,remaja,WUS, dan
masyarakat. Pelaksanaan upaya kesehatan adalah kader atau tokoh yang ditunjuk. Upaya
kesehatan yang dilaksanakan meliputi:
1. Upaya – upaya promotif

57
a. Penyuluhan kesehatan oleh masyarakat untuk masyarakat.
b. Pola asuh dan pola makan yang baik.
c. Kebersihan perorangan dan lingkungan.
2. Upaya preventif
a. Pemantauan kesehatan secara berkala (balita ,ibu hamil, remaja, pekerja, usila).
b. Imunisasi
c. Deteksi dini faktor risiko dan pencegahannya
3. Upaya kuratif dan rehabilitatif
a. Deteksi dini kasus (maternal, balita, penyakit)
b. Pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) dan rujukan kasus
c. Dukungan penyembuhan, pengobatan,perawatan, dan pemantauan

Untuk meningkatkan teknis atau substansi upaya kesehatan oleh masyarakat ,


diperlukan pembinaan atau fasilitas oleh PKD atau tenaga kesehatan yang sesuai jenis upaya
kesehatan yang dilaksanakan. Rujukan pertama dari upaya kesehatan oleh masyarakat dikirim
oleh PKD, puskesmas, dan rumah sakit sebagai tempat rujukan, perlu kesiapan pelayanan
kesehatan yang berkualitas , pelayanan kedaruratan berencana dan kegawatdaruratan
kesehatan lainnya, serta kesiapan memfasilitasi berbagai kegiatan upaya kesehatan di desa.
Bentuk – bentuk kegiatan upaya kesehatan dalam desa siaga yang diharapkan dapat
terorganisasi dalam sistem kesehatan desa, antara lain:
1. Penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakat desan dengan memanfaatkan
berbagai jejaring potensi didesa.
2. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita.
3. Pemantauan kesehatan secara berkala untuk balita, ibu hamil, remaja, usila, dan lain
lain.
4. Upaya kesehatan masjid (UKM) atau tempat ibadah.
5. Abatisasi, pemeriksaan kualitas air, dan kaporisasi sumur secara berkala atau situasi
tertentu.
E.

58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah pelaksanaan daerah binaan kebidanan komunitas mahasiswa D-III kebidanan
poltekkes kemenkes jambi di Rt.09 Buluran Kenali, Kota jambi dapat diambil kesimpulan
masalah kesehatan adalah sebagai berikut:

Dari hasil analisa data selama melakukan pengkajian, terdapat prioritas masalah sebagai
berikut:

a. kurangnya pengetahuan tentang cek kesehatan pada ibu hamil

b. ibu yang tidak memberikan asi ekslusif

c. remaja yang tidak diberikan tablet tambah darah

d. kurangnya pengetahuan tentang KB

e. kurangnya pengetahuan tentang imunisasi

Dari masalah yang ditemukan diatas maka didapatkan alternatif pemecahan masalah dengan
mengadakan beberapa kegiatan yang ada yang ditemukan dalam bentuk POA.

B. Saran
1. Masyarakat
Dari seluruh kegiatan yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaan bagi masyarakat,
dapat bermanfaat bagi masyarakat, dipertahankan dan di kembangkan. Agar dapat
meningkatkan partisipasi dalam kegiatan peningkatan kesehatan melalui upaya promotif dan
preventif.
2. Puskesmas dan Bidan Desa
Agar dapat secara proaktif menjalin kerja sama dan menindak lanjuti kegiatan yang
telah dilaksanakan
3. Mahasiswa
Agar secara proaktif meningkatkan keterampilan dan wawasan dalam memberikan
asuhan kebidanan komunitas

59
60
BAB VI
LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

61

Anda mungkin juga menyukai