Anda di halaman 1dari 6

RESUME / RINGKASAN MATERI

UNDANG-UNDANG NO 4 TAHUN 2019 TENTANG KEBIDANAN


UNDANG—UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2019 TENTANG KEBI DANAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang tentang Kebidanan dibentuk dengan pertimbangan sebagai berikut
a. Setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan agar dapat hidup sejahtera lahir
dan batin
b. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya perempuan, bayi, dan anak yang
dilaksanakan oleh bidan secara bertanggungjawab, akuntabel, bermutu, aman, dan
berkesinambungan, masih dihadapkan pada kendala profesionalitas, kompetensi, dan
kewenangan
c. Pengaturan mengenai pelayanan kesehatan oleh bidan maupun pengakuan terhadap
profesi dan praktik kebidanan belum diatur secara komprehensif sebagaimana profesi
kesehatan lain, sehingga belum memberikan pelindungan dan kepastian hukum bagi
bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud di atas, Undang-Undang tentang
Kebidanan menjadi hal yang perlu diwujudkan.

B. DASAR HUKUM
Dasar hukum lahirnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan antara
lain Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C, dan Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

C. PENJELASAN UMUM
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu mewujudkan kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya dilakukan berbagai upaya salah satunya dalam bentuk
pelayanan kesehatan. Pelayanan Kebidanan, yang merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan ditujukan khusus kepada perempuan, bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pelayanan
Kebidanan harus diberikan secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman.
Profesi Bidan masih menemui berbagai macam kendala seperti a) persebaran Bidan yang
belum merata hingga seluruh wilayah terpencil; b) pengembangan profesi Bidan berjalan
sangat lambat akibat lambatnya perkembangan pendidikan Kebidanan; c) masih terdapat
ketidaksesuaian antara kewenangan dan kompetensi yang dimiliki; d) kemampuan bidan yang
harus selalu dituntut untuk mengatasi perkembangan permasalahan kesehatan dalam
masyarakat.
Kebutuhan akan pengaturan Kebidanan bertujuan untuk meningkatkan mutu Bidan, mutu
pendidikan dan Pelayanan Kebidanan, memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada
Bidan dan Klien, serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Melalui pengaturan
Kebidanan yang tertuang dalam Undang-Undang tentang Kebidanan diharapkan adanya
kepastian hukum bagi Bidan dalam menjalankan praktik profesinya, sehingga mampu
memberikan pemerataan pelayanan, pelindungan, dan kepastian hukum bagi Bidan sebagai
pemberi Pelayanan Kebidanan dan masyarakat sebagai penerima Pelayanan Kebidanan.
Undang-Undang tentang Kebidanan mcngatur mengenai pendidikan Kebidanan,
Registrasi dan izin praktik, Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri, Bidan Warga
Negara Asing, Praktik Kebidanan, hak dan kewajiban, Organisasi Profesi Bidan,
pendayagunaan Bidan, serta pembinaan dan pengawasan.

D. KONTEN UNDANG-UNDANG KEBIDANAN


Undang – Undang tentang Kebidanan terdiri atas 12 BAB yang diuraikan dalam 80 Pasal
dengan rincian sebagai berikut
BAB I. KETENTUAN UMUM
Terdiri atas 3 pasal yaitu
- Pasal 1, membahas batasan pengertian atau definisi, singkatan atau akronim yang
digunakan dalam peraturan, atau hal-hal lain yang bersifat umum yang terdapat pada
pasal- asal berikutnya
- Pasal 2, berisi asas yang berlaku dalam penyelenggaraan Kebidanan
- Pasal 3, berisi tujuan pengaturan penyelengaraan Kebidanan
BAB II. PENDIDIKAN KEBIDANAN
Terdiri atas 17 pasal yaitu Pasal 4 hingga Pasal 20
- Pasal 4, jenis-jenis Pendidikan Kebidanan
- Pasal 5, uraian jenis pendidikan akademik pada Pasal 4 huruf a dan program lanjutan
yang dapat diambil
- Pasal 6, penjelasan pendidikan vokasi pada Pasal 4 huruf b dan program pendidikan
yang harus diambil
- Pasal 7, penjelasan pendidikan profesi pada Pasal 4 huruf c
- Pasal 8, gelar yang akan diperoleh sesuai jenis pendidikan yang ditempuh dalam
Pasal 4
- Pasal 9, peraturan penyelenggaraan Pendidikan Kebidanan, penyediaan dan
penyelengaraan fasilitas Pelayanan Kesehatan
- Pasal 10, ketentuan perguruan tinggi penyelenggara Pendidikan Kebidanan
- Pasal 11, Standar Nasional Pendidikan Kebidanan
- Pasal 12, kuota nasional dalam penerimaan mahasiswa Kebidanan
- Pasal 13, dosen dan tenaga kependidikan
- Pasal 14, penjelasan mengenai dosen yang berasal dari Wahana Pendidikan
Kebidanan pada Pasal 13 ayat (2) huruf b
- Pasal 15, penjelasan mengenai tenaga kependidikan pada Pasal 13 ayat (1)
- Pasal 16, Uji Kompetensi Kebidanan
- Pasal 17, penyelengara dan tujuan Uji Kompetensi Kebidanan pada Pasal 16
- Pasal 18, Standar Kompetensi Bidan
- Pasal 19, Sertifikat bagi mahasiswa yang lulus Uji Kompetensi Kebidanan
- Pasal 20, Tatacara Uji Kompetensi
BAB III. REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK
Terdiri atas 2 bagian yaitu Registrasi dalam Pasal 21 hingga Pasal 24 dan Izin Praktik
dalam Pasal 25 hingga Pasal 30.
Bagian Kesatu: Registrasi
- Pasal 21, Kewajiban memiliki STR dan persyaratannya
- Pasal 22, masa berlaku STR dan Persyaratan registrasi ulang
- Pasal 23, masa penerbitan STR
- Pasal 24, Peraturan Konsil terkait pembahasan Pasal 21 hingga Pasal 23
Bagian Kedua: Izin Praktik
- Pasal 25, Izin praktik dan SIPB
- Pasal 26, SIPB yang diperoleh
- Pasal 27, SIPB yang tidak berlaku
- Pasal 28, Ketentuan dan sanksi SIPB yang berlaku
- Pasal 29, Ketentuan lebih lanjut mengenai izin praktik Bidan
- Pasal 30, pendayagunaan bidan dengan STR dan SIPB

BAB IV. BIDAN WARGA NEGARA INDONESIA LULUSAN LUAR NEGERI


Terdiri atas 3 pasal yaitu Pasal 31 hingga Pasal 33
- Pasal 31, kewajiban Bidan Warga Negara Indonesia lulusan luar negeri apabila
menjalankan Praktik Kebidanan
- Pasal 32, syarat dan ketentuan untuk memperoleh STR bagi Bidan Warga Negara
Indonesia lulusan luar negeri
- Pasal 33, ketentuan mengenai STR dan izin Praktik Kebidanan yang berlaku

BAB V. BIDAN WARGA NEGARA ASING


Terdiri atas 7 pasal yaitu Pasal 34 hingga Pasal 40
- Pasal 34, ketentuan Bidan Warga Negara Asing untuk melakukan Praktik Kebidanan
di Indonesia
- Pasal 35, STR dan SIPB Bidan Warga Negara Asing yang akan menjalankan Praktik
Kebidanan di Indonesia
- Pasal 36, syarat dan ketentuan untuk memperoleh STR bagi Bidan Warga Negara
Asing
- Pasal 37, STR sementara bagi Bidan Warga Negara Asing
- Pasal 38, masa berlaku STR sementara dan SIPB bagi Bidan Warga Negara Asing
- Pasal 39, ketentuan lebih lanjut mengenai STR sementara dan SIPB bagi Bidan
Warga Negara Asing
- Pasal 40, pendayagunaan Bidan Warga Negara Asing

BAB VI. PRAKTIK KEBIDANAN


Terdiri atas 2 bagian dan 5 paragraf dengan rincian sebanyak 19 pasal yaitu Pasal 41
hingga Pasal 59
Bagian Kesatu: Umum
- Pasal 41, tempat dan lokasi Praktik Kebidanan dilakukan
- Pasal 42, pengaturan, penetapan dan pembinaan Praktik Kebidanan
- Pasal 43, perbedaan tempat dan lokasi Praktik Kebidanan berdasarkan jenjang
pendidikan yang di tempuh
- Pasal 44, ketentuan papan nama praktik di tempat Praktik Mandiri Bidan
- Pasal 45, ketentuan sarana prasarana di tempat Praktik Mandiri Bidan
Bagian Kedua: Tugas dan Wewenang
- Pasal 46, pelayanan yang dapat diberikan oleh Bidan
- Pasal 47, peran Bidan dalam Praktik Kebidanan
- Pasal 48, ketentuan lebih lanjut Praktik Kebidanan pada Pasal 46 dan Pasal 47
Paragraf 1: Pelayanan Kesehatan Ibu
- Pasal 49, tugas dan kewenangan Bidan dalam pelayanan kesehatan ibu
Paragraf 2: Pelayanan Kesehatan Anak
- Pasal 50, tugas dan kewenangan Bidan dalam pelayanan kesehatan anak
Paragraf 3: Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana
- Pasal 51, tugas dan kewenangan Bidan dalam pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana
- Pasal 52, ketentuan lebih lanjut tugas dan kewenangan Bidan pada Pasal 49 hingga
Pasal 51
Paragraf 4: Pelimpahan Wewenang
- Pasal 53, penjelasan pelimpahan wewenang pada Pasal 46 ayat (1) huruf d
- Pasal 54, penjelasan pelimpahan wewenang secara mendat
- Pasal 55, penjelasan pelimpahan wewenang secara delegatif
- Pasal 56, penjelasan pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu pada
Pasal 46 ayat (1) huruf e
- Pasal 57, penjelasan lebih lanjut Pasal 55
- Pasal 58, ketentuan lebih lanjut pelimpahan wewenang yang dimaksud pada Pasal 53
hingga Pasal 57
Paragraf 5: Keadaan Gawat Darurat
- Pasal 59, syarat dan ketentuan pelayanan kesehatan diluar kewenangan

BAB VII. HAK DAN KEWAJIBAN


Terdiri atas 2 bagian dengan rincian 5 pasal
Bagian Kesatu: Hak dan Kewajiban Bidan
- Pasal 60, hak Bidan dalam Praktik Kebidanan
- Pasal 61, kewajiban Bidan dalam Praktik Kebidanan
Bagian Kedua: Hak dan Kewajiban Klien
- Pasal 62, Hak klien dalam Praktik Kebidanan
- Pasal 63, Pengungkapan rahasia kesehatan Klien
- Pasal 64, Kewajiban klien dalam Praktik Kebidanan

BAB VIII. ORGANISASI PROFESI BIDAN


- Pasal 65, penjelasan dan fungsi Organisasi Profesi Bidan
- Pasal 66, tujuan Organisasi Profesi Bidan
- Pasal 67, Kolegium Kebidanan dalam Organisasi Profesi Bidan
BAB IX. PENDAYAGUNAAN BIDAN
- Pasal 68, penjelasan lebih lanjut mengenai pendayagunaan Bidan

BAB X. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


- Pasal 69, penjelasan dan fungsi pembinaan dan pengawasan Bidan
- Pasal 70, penjelasan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan Bidan

BAB XI. KETENTUAN PERALIHAN


- Pasal 71, ketentuan Praktik Kebidanan bagi Bidan lulusan diploma empat
- Pasal 72, penjelasan lebih lanjut terkait Pasal 71
- Pasal 73, penjelasan terkait STR dan SIPB yang telah dimiliki sebelum perberlakuan
Undang-undang Kebidanan
- Pasal 74, penjelasan lebih lanjut terkait Pasal 73
- Pasal 75, ketentuan Praktik Kebidanan bagi Bidan lulusan dibawah diploma tiga
Kebidanan
- Pasal 76, penjelasan lebih lanjut terkait Pasal 75
- Pasal 77, penjelasan terkait registrasi ulang bagi Bidan lulus pendidikan sebelum
tahun 2013

BAB XII. KETENTUAN PENUTUP


- Pasal 78, penetapan peraturan pelaksanaan Undang-Undang
- Pasal 79, pemberlakuan peraturan perundang-undangan Kebidanan diluar Undang-
Undang ini
- Pasal 80, pemberlakuan Undang-Undang ini

Anda mungkin juga menyukai