Anda di halaman 1dari 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL


BELAJAR SISWA KELAS IX PADA MATA PELAJARAN TIK

PROPOSAL

Oleh:

Fizriana Rauf

(532416036)

PROGRAM STUDI S1 – PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam segala aspek

kehidupan manusia. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh kualitas

pendidikan di negara tersebut. Oleh karenanya pemerintah sangat serius dalam

menjamin kualitas mutu pendidikan di Indonesia. Undang-undang No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab IV pasal 5 (ayat 1)

menjelaskan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk

memperoleh pendidikan yang bermutu.

Keberhasilan penyelenggara pendidikan dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor salah satunya adalah kesiapan guru dalam mempersiapkan siswa melalui

proses pembelajaran. Guru memiliki tanggung jawab sebagai pengajar dan

siswa belajar. Dalam pembelajaran terdapat beberapa komponen yang dapat

menunjang proses pembelajaran seperti materi, perangkat, metode, dan model

(strategi) pembelajaran yang digunakan. Penggunaan model pembelajaran yang

tepat akan memberikan hasil yang baik dan sebaliknya penggunaan model

pembelajaran yang tidak tepat akan membuat hasil belajar menjadi kurang

optimal. Dari hasil penelitian Pramukantoro dan Ruliani (2014) didapatkan

hasil analisis nilai model pembelajaran dan hasil belajar siswa dengan

menggunakan uji korelasi pearson product moment menunjukkan ada pengaruh

korelasi yang positif (+) antara model pembelajaran dengan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi awal pada Program Pengalaman Lapangan

(PPL) proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK, kelas IX, di SMP Negeri

1 Tapa. Guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional

(ceramah), pemberian tugas, sedikit demonstrasi, simulasi, dan diskusi dengan

sistem pembelajaran berpusat pada guru. Guru mengajar dengan materi

pembelajaran yang mengacu pada silabus dengan kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Dari penerapan pembelajaran tersebut diharapkan siswa

dapat menyerap ilmu pengetahuan yang disampaikan dengan baik.

Namun penerapan proses pembelajaran pada mata pelajaran TIK di SMP

Negeri 1 Tapa masih belum optimal, hal ini dikarenakan masih terdapat

beberapa kendala yang dihadapi yaitu 78% siswa belum aktif dalam proses

belajar di kelas, terutama dalam kemampuan berbicara siswa masih rendah,

kurangnya siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru,

kurangnya siswa mengajukkan pertanyaan, karena penyebab utamanya adalah

kurangnya rasa percaya diri ataupun adanya perasaan takut pada diri siswa, dan

belum digunakan model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk

lebih aktif dalam berbicara. Kemampuan berbicara siswa selama proses belajar

mengajar merupakan salah satu indikator keberhasilan mata pelajaran karena

para siswa masih kurang dalam hal bertanya dan menjawab pertanyaan, Hal

tersebut dibuktikan dengan hasil siswa yang mendapat nilai dibawah KKM ≤

75.
Manurut Suriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik

secara jasmani atau rohani. Sedangkan aktivitas siswa selama proses belajar

mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar

(Rosalia, 2005:2).

Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama

proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan

yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat

mengerjakan tugas-tugas dan menjawab pertanyaan dari guru dan bisa bekerja

sama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Kegiatan-kegiatan tersebut dapat menjadi acuan tolak ukur tingkat keberhasilan

proses belajar yang dialami oleh individu siswa.

Berdasarkan pengalaman tersebut, perlu mengubah model selama ini

duganakan dalam proses belajar mengajar yaitu dengan menggunakan model

Talking Stick, sebab dalam model Talking Stick ini merupakan model

pembelajaran bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab

pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Melalui

penggunaan model ini diharapkan siswa mengambangkan kemampuan dalam

berbicara baik dalam bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan oleh guru tentang materi.

Berawal dari pemikiran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran TIK di SMP Negeri 1 Tapa maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “penerapan model pembelajaran


kooperatif tipe talking stick untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

pada mata pelajaran TIK, studi kasus kelas IX SMP Negeri 1 Tapa”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana aktivitas dan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model

pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada mata pelajaran TIK kelas IX

SMP Negeri 1 Tapa ?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian peneliti memfokuskan permasalahan

pada upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar aspek kognitif siswa

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick pada

mata pelajaran TIK materi pembelajaran perangkat keras beserta fungsinya

untuk keperluan akses internet, pada kelas IX di SMP Negeri 1 Tapa.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas dan hasil

belajar siswa kelas IX pada mata pelajaran TIK dengan model pembelajaran

kooperatif tipe talking stick.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis
Penelitian ini dapat memberikan penjelasan mengenai penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe talking stick sebagai pilihan variasi model

pembelajaran pada mata pelajaran TIK, kelas IX SMP Negeri 1 Tapa.

2. Secara praktis

a. Bagi siswa

1. Memberikan penyegaran model pembelajaran pada mata pelajaran

TIK sehingga diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami

materi dan meningkatkan keaktifan serta untuk meningkatkan hasil

belajar.

2. Diharapkan setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe

talking stick dapat meningkatkan keaktitvan dan hasil belajar siswa

khususnya materi perangkat keras beserta fungsinya untuk keperluan

akases internet pada mata pelajaran TIK, kelas IX Tahun ajaran

2019/2020.

b. Bagi Guru

Diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada guru tentang

model pembelajaran kooperatif agar dalam pelaksanaan proses

pembelajaran menjadi lebih menarik dan lebih aktif.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu proses yang disengaja yang

melibatkan peserta didik untuk belajar pada suatu lingkungan untuk

melakukuan kegiatan dalam situasi tetentu (Daryanto. 2014:179). Model

pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu dan fungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan

aktivitas belajar mengajar (Mashudi. 2013:1).

Menurut (Isjoni. 2010:49) Model pembelajaran perlu dipahami peserta

didik agar dapat melaksanakan secara efektif dalam meningkatkan hasil

pembelajaran. Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilaksanakan

sesuai dengan kebutuhan peserta didik karena masing-masing model

pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, tekanan utama yang berbeda-beda.

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.

Dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah keterlibatan seluruh atau

sebagian besar potensi diri peserta didik dan kebermaknaannya bagi diri dan

kekehidupannya saat ini dan masa yang akan datang.

Secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan dalam

tingkah laku sebagai hasil interaksi antar dirinya dengan lingkungannya dalam

memmenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut (Isjoni 2011:14) Pembelajaran adalah suatu yang dilakukan oleh

peserta didik, bukan dibuat untuk peserta didik. Pembelajaran pada dasarnya

merupakan upaya pendidik untuk melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran

pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru denga peserta

didik, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun

interaksi secara tidak lansung (Rusman 2011:134).


Soekamto, dkk (dalam Trianto 2007:5) mengemukakan bahwa model

pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar tertentu, dan

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Dari pengerian diatas, model pembelajaran dapat diartikan sebagai bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara

khas oleh seorang guru dikelas. Dalam model pembelajaran ini guru memandu

peserta didik menguraikan terencana dalam memecahkan menjadi tahap-tahap

kegiatan.

2.1.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki

oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah:

1. Rasional teoritik logis yang disususn oleh para pencipta atau

pengembangnya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran koopertif, sebagaimana yang kita ketahui, dapat diterapkan

untuk semua materi pembelajaran dan tingkatan kelas. Model pembelajarannya

pun juga bervariasi. Beberapa guru fokus pada satu metode, teknik, dan

struktur saja untuk tugas pembelajaran tertentu. Beberapa yang lain justru
menggabungkan beberapa metode, teknik, dan struktur ini untuk meningkatkan

efektivitas pengajarannya (Huda Miftahul 2014:198).

Menurut (Solihatin Etin 2007:4) Model belajar cooperative learning

merupakan suatau model pembelajaran yang membatu mahasiswa dalam

mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan. Model

belajar cooperative learning mendorong peningkatan kemampuan mahasiswa

dalam memcahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran.

Hal ini menumbuhkan rasa ketergantungan yang positif diantara sesama

anggota kelompok menimbulkan rasa kebersamaan dan kesatuan tekad untuk

sukses dalam belajar.

Menurut (Isjoni 2011:59) Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif sama

dengan kerja kelompok, oleh sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada

sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif, karena mereka menganggap

telah terbiasa menggunakanya. Walaupun pembelajaran kooperatif terjadi

dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kelompok dikatakan pembelajaran

kooperatif.

Menurut Slavin (dalam Hamdani 2011:32) ada tiga konsep pembelajaran

kooperatif guna mencapai hasil yang maksimal, yaitu:

1. Penghargaan kelompok

Penghargaan ini diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria

yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasaran pada penampilan


individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar

individu yang saling mendukung, membantu, dan peduli.

2. Pertanggungjawaban individu

Pertanggungjawaban ini tergantung dengan aktivitas anggota yang saling

membantu dalam belajar. Adanya pertanggung jawaban individu juga

menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes atau pertanyaan dan

tugas lainnya secara individu tanpa bantuan atau kerjasama teman

kelompoknya.

3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pada konsep kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan berarti

semua anggota kelompok akan memperoleh nilai yang sama. Dengan

begitu siswa yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi akan sama-sama

memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi

kelompok maupun individu.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Talking Sting

Menurut (Huda Miftahul 2013:224) Talking stick merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang

tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka

mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini di ulang terus-menerus sampai

semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Pada

mulanya, talking stick (tongkat berbicara) adalah cara yang di gunakan oleh

penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau


menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Seiring

perkembangan zaman, talking stick di gunakan dalam pembelajaran di ruang

kelas.

Menurut (Kurniasih Imas 2015:82) Sebagaimana namanya, Talking Stick

merupakan metode pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat. Tongkat

dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk berpendapat atau menjawab

pertanyaan dari guru setelah peserta didik mempelajari materi pelajaran.

Sedangkan menurut (Shoimin Aris : 2014:198) Kelompok yang memegang

tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka

mempelajari materi pokoknya.

Dalam penerapannya, pembelajaran talking stick guru membagi kelas

menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 peserta didik yang

heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban,

kecerdasan, persahabatan, atau minat yang berbeda. Model pembelajaran ini

cocok digunakan untuk semua kelas dan semua tingkat umur.

Menurut (Suprijono Agus 2009:109) Adapun langkah-langkah yang

dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe talking stick yaitu:

1. Guru membentuk kelompok yang terdidri dari 5-6 orang.

2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang penjangnya kira – kira 20 cm.


3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari

materi pelajaran tersebut dalam waktu yang telah ditentukan.

4. Setelah peserta didik selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari

isinya, guru mempersilahkan peserta didik untuk menutup isi bacaan.

5. Guru mengambil tongkat dan memberikannya kepada salah satu anggota

kelompok, dan tongkat disalurkan dari peserta didik yang satu ke peserta

didik yang lain, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik

yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian

seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk

menjawab setiap pertanyaan dari guru. Ketika stick bergilir dari peserta

didik ke peserta didik lainnya, seyogyanya diiringi dengan musik.

6. Peserta didik yang lainnya boleh membantu menjawab pertanyaan jika

anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.

7. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi

terhadap materi yang telah dipelajarinya.

8. Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta

didik, selanjutnya bersama – sama peserta didik merumuskan kesimpulan.

2.3.2 Kelebihan Model Pembelajaran Talking Stick

Menurut (Shoimin Aris 2014:83) kelebihan dan kelemahan dalam model

pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick.Kelebihan dari model pembelajaran

kooperati tipe Talking Stick adalah:

1. Menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran


2. Melatih peserta didik memahami materi dengan cepat

3. Memacu agar peserta didik untuk lebih giat belajar, karena peserta didik

tidak pernah tahu tongkat akan sampai pada gilirannya.

4. Peserta didik berani mengemukakan pendapat.

2.3.3 Kelemahan Model Pembelajaran Talking Stick

Menurut (Shoimin Aris 2014:84) Kelemahan dari model pembelajaran

kooperati tipe Talking Stick. adalah:

1. Membuat peserta didik senam jantung

2. Peserta didik yang tidak siap tidak bisa menjawab

3. Membuat peserta didik tegang

4. Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru

2.4 Aktivitas Belajar

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi

yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini

akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing

- masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.

Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya

pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan

keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja.


Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang

dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai

tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada

siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman

Natawijaya (dalam Depdiknas 2005 : 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem

belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental

intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan

antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu

indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan

memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya

kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru,

mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya

(Rosalia, 2005:4)

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi

yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini

akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana

masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.

Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya

pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

2.4.1 Jenis Aktivitas Belajar Siswa


Berdasarkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip diatas, diharapkan

kepada guru untuk dapat mengembangkan aktivitas siswa. Menurut Zulfikri

(2008: 6) jenisjenis aktivitas yang dimaksud dapat digolongkan menjadi:

1. Visual Activities, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas

siswa dalam melihat, mengamat, dan memperhatikan.

2. Oral Activities, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan

siswa dalam mengucapkan, melafazkan, dan berfikir.

3. Listening Aktivities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa

dalam berkonsentrasi menyimak pelajaran.

4. Motor Activities, yakni segala keterampilan jasmani siswa untuk

mengekspresikan bakat yang dimilikinya.

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Menurut J essica (2009:1-2) faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas

belajar, yaitu:

1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada

faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang

mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu

: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar
siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan

pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan

sikap.

2.5 Hasil Belajar

2.5.1 Pengertian Hasil Belajar

Untuk memberikan pengertian tentang hasil belajar maka akan diuraikan

terlebih dahulu dari segi bahasa. Pengertian ini terdiri dari dua kata ‘hasil’ dan

‘belajar’. Dalam KBBI hasil memiliki beberapa arti: 1) Sesuatu yang diadakan

oleh usaha, 2) pendapatan; perolehan; buah. Sedangkan belajar adalah

perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Secara umum (Abdurrahman 1999:38) menjelaskan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatanbelajar.menurutnya juga anak-anak yang berhasil dalam belajar ialah

berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Adapun yang dimaksud dengan belajar Menurut (Usman 2000:5) adalah

“Perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara satu

individu dengan individu lainnya dan antara individu dengan lingkungan”.

Lebih luas lagi (Subrata 1995:249) mendefenisikan belajar adalah “(1)

membawa kepada perubahan, (2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah

didapatkanya kecakapan baru, (3) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha

dengan sengaja”.

2.5.2 gtr
2.6 df
DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi Pakem. Jogjakarta:


Pustaka Pelajar.

Aris Shoimin. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: AR -RUZZ MEDIA.

Etin Solihatin. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Pramukantoro dan ruliani. 2014. Hubungan antara model pembelajaran dengan


hasil belajar teknik elektronika siswa kelas X EI SMKN 1 Jetis Mojokerto. Jurnal.
FATEK, Pend. Teknik Elektro, Universitas Negeri Surabaya, Vol. 3, No. 1,
(https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id) diakses 05 april 2020.

Daryanto. 2014. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah


(Beserta Contoh- contonya). Yogyakarta:Gava Media.

Imas Kurniasih & Berlin Sani, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.


Yogyakarta : Kata Pena.

Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok.


Bandung: Alfabeta.

Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif, Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi


Antara Peserta Didik. Yogjakarta : Pustaka Pelajar.

Mashudi, dkk. 2013. Desain Model Pembelajaran Inovatif Berbasis


Konstruktivisme Kajian Teori dan Praktis. Tulungagung: STAIN Tulungagung
Press.

Miftahul Huda. 2013. Model – model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Miftahul Huda. 2014. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Muhammad Uzer Usman. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya

Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta: Rineka Cipta

Rusman. 2011. Model – model Pembelajara, Mengembangkan Profesionalisme


Guru Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sumadi Surya Subrata. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada

Trianto. 2007. Model – model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik


Kosep Landasan Teoritis – Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Pretasi Pustaka.

http://digilib.unila.ac.id/765/7/BAB%20II.pdf diakses 1 juli 2020

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/5890/5/BAB%20II.pdf diakses 2 juli 2020

Anda mungkin juga menyukai