Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH OBSERVASI TANDA DAN GEJALA HIPOVOLEMIA DENGAN

PRASAT PENGAMBILAN ANALISA GAS DARAH

Dosen Pembimbing :
Aida Novitasari, S.Kep.Ns.M.Kep

Disusun Oleh :
Mega Putri Saidah
P27820118016

PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah keterampilan keperawatan ini disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik
Keperawatan Anak di Ruang Anak Bona 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang dilaksanakan
pada tanggal 18 April 2020 s.d 01 Mei 2020 yang telah disahkan sebagai laporan Praktik
Klinik Keperawatan Anak semester IV atas nama Mega Putri Saidah dengan NIM
P27820118016.

Surabaya, 10 Mei 2020

Pembimbing Pendidikan

Aida Novitasari, S.Kep.Ns.M.Kep


19721101 199703 2 002
A. HIPOVOLEMIA
1. Pengertian
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler
(CES), dan dapat terjadi karena kehilangan cairan melalui kulit, ginjal,
gastrointestinal, perdarahan sehingga dapat menimbulkan syok hipovolemia (Tarwoto
& Wartonah, 2015).
Hipovolemia merupakan penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/ atau
intraselular (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin dan hematokrit
Pada fase awal renjatan syok karena perdarahan kadar Hb dan hematokrit masih tidak
berubah, kadar Hb dan hematokrit akan menurun sesudah perdarahan berlangsung
lama, karena proses autotransfusi. Hal ini tergantung dari kecepatan hilangnya darah
yang terjadi. Pada syok karena kehilangan plasma atau cairan tubuh seperti pada DF
atau diare dengan dehidrasi akatn terjadi haemokonsentrasi.
b. Urin
Produksi urin akan menuru, lebih gelap dan pekat. Berat jenis urin menigkat >1,020.
Sering didapat adanya proteinuria
c. Pemeriksaan BGA
pH, PaO2, PaCO2 dan HCO3 darah menurun. Bila proses berlangsung terus maka
proses kompensasi tidak mampu lagi dan akan mulai tampak tanda-tanda kegagalan
dengan makin menurunnya pH dan PaO2 dan meningkatnya PaCO2 dan HCO3.
Terdapat perbedaan yang jelas antara PO2 dan PCO2 arterial dan vena.
d. Pemeriksaan elektrolit serum
Pada renjatan sering kali didapat adanya gangguan keseimbangan elektrolit seperti
hiponatremi, hiperkalemia, dan hipokalsemia terutama pada penderita dengan asidosis
e. Pemeriksaan fungsi ginjal pemeriksaan BUN dan serum kreatinin penting pada
renjatan terutama bila ada tanda-tanda gagal ginjal
f. Pemeriksaan faal hemostasis
B. ANALISA GAS DARAH (BGA)
1. Pengertian
Analisa gas darah (AGD) merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat penting
untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat asam basa (pH) di
dalam darah.
2. Tujuan
Bertujuan untuk mengetahui status oksigenasi pasien, status keseimbangan asam
basa, fungsi paru dan status metabolisme pasien.
3. Lokasi pengambilan arteri
Sampel untuk pemeriksaan analisa gas darah adalah darah arteri yang diambil dari
arteri brachialis atau arteri radialis atau arteri femoralis (pergelangan tangan, lengan
atau pangkal paha).
4. Fungsi
a. Memeriksa fungsi organ paru yang menjadi tempat sel darah merah mengalirkan
oksigen dan karbon dioksida dari dan ke seluruh tubuh.
b. Memeriksa kondisi organ jantung dan ginjal, serta gejala yang disebabkan oleh
gangguan distribusi oksigen, karbon dioksida atau keseimbangan pH dalam
darah,
c. Pada pasien penurunan kesadaran, gagal nafas, gangguan metabolik berat.
d. Tes ini juga dilakukan pada pasien yang sedang menggunakan alat bantu napas
untuk memonitor efektivitasnya.
5. Indikasi
a. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara
pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible parsial.
Terdiri dari 2 jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan
antar keduanya.
b. Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang
merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara.
Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan
karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang
buruk. Adakalanya ini dapat dirujuk sebagai “air dalam paru-paru” ketika
menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat
dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau
dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non cardigenik pulmonary
edema.
c. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang
mengakibatkan kebocoran cairan ke dalam ruang interstisial alveolar dan perubahan
dalam jaring-jaring kapiler, terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang
jelas akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam
paru-paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan, yang
mengarah pada kolaps alveolar. Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru-
paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual
fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia.
d. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan pleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Klinis
sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumnya pada pria
35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan.
e. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana alveoli
(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk
menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.
Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-
paru,atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan
alkohol.
f. Pasien syok
Syok merupakan satu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang
tidak adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan
pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain
tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi
hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolisme sel
sehingga seringkali menyebabkan kematian pada pasien.
6. Kontraindikasi
a. Penyakit-penyakit pembuluh darah perifer
b. Tidak adanya pembuluh darah kolateral
c. Gangguan fungsi koagulasi
7. Peralatan
a. Syringe yang mengandung heparin
b. Needle no 22G/23G
c. Syringe 3cc atau 5cc (untuk pemasangan kateter arteri)
d. Kasa yang direndam dalam povidone iodine solution
e. Kasa steril
f. Kontainer yang ditempatkan dalam es yang dihancurkan
g. Label bertuliskan data identitas pasien
h. Formulir laboratorium
8. Prosedur pengambilan
a. Pungsi arteri radialis (tempat yang paling umum dan aman)
1) Lakukan uji allen
2) Jika uji allen tidak bisa dilakukan karena pasien tidak kooperatif, palpasi/Doppler
a.Ulnaris/ a.Palmaris
3) Ganjal pergelangan tangan dengan kasa rol sehingga mencapai posisi dorsofleksi
4) Palpasi arteri radialis, cari tempat dengan denyut terkuat
5) Lakukan pembersihan dengan povidone iodine solution, lalu tunggu hingga
kering (gunakan tangan nondominan)
6) Dengan tangan dominan, tusukan needle dengan bevel menghadap atas pada
posisi 45o terhadap kulit.
7) Letakkan jari tengah dan telunjuk tangan nondominan (tanpa ditekan) pada
tempat yang denyutnya teraba paling kuat. Arahkan needle sesuai dengan alur
arteri.
8) Pada saat needle masuk kedalam arteri, darah akan masuk kedalam syringe. Bila
darah tidak mengalir kedalam syringe, masukkan needle lebih dalam atau tarik
needle sedikit secara perlahan-lahan. Kadang-kadang aspirasi juga dibutuhkan.
Penting untuk menjaga posisi tetap diam selama prosedur ini dikerjakan untuk
menghindari trauma pada arteri.
9) Aspirasi sekurang-kurangnya 1 cc.
10) Cabut needle secara perlahan-lahan sambil menekan tempat tusukan dengan kasa
steril selama 3-5 menit. Pada pasien yang diterapi dengan antikoagulan atau pada
pasien dengan terapi yang mempengaruhi fungsi trombosit tekan tempat tusukan
selama 10 menit.
11) Keluarkan udara yang bercampur dengan darah dari syringe kemudian tutup
12) Balikkan syringe secara perlahan agar bercampur dengan heparin
13) Letakkan syringe didalam kontainer yang berisi es yang dihancurkan
14) Beri label, catat juga temperatur pasien, kemudian kirim ke laboratorium.
15) Periksa tempat tusukan terhadap ada/tidaknya perdarahan, hematom, atau edema
16) Periksa juga denyut, warna, serta hangatnya ekstrimitas didistal tempat tusukan.

PERAWATAN :

 Jika dibutuhkan tusukan yang pasti tepat, gunakan arteri radialis kanan atau
kiri. Pertimbangkan perlunya penggunaan kateter arteri.
 Periksa hasil dari analisa gas darah dan berikan terapi yang sesuai

TARGET : Tindakan pengambilan sampel darah arteri dilakukan sebanyak 3 kali,


apabila tindakan pengambilan darah arteri gagal dilakukan maka harus segera
ditangani oleh staff yang lebih senior dan dimasukan dalam katagori tidakan sulit.

9. Dokumentasi
 Sirkulasi kolateral
 Waktu pengambilan darah
 Jumlah oksigen tambahan yang diberikan atau setting dari ventilator
 Keadaan tempat pungsi
 Waktu penekanan setelah pungsi
 Hasil laboratorium
10. Nilai normal
 pH darah arteri: 7,38-7,42.
 Tingkat penyerapan oksigen (SaO2) : 94-100%.
 Tekanan parsial oksigen (PaO2) : 75-100 mmHg.
 Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2) : 38-42 mmHg.
 Bikarbonat (HCO3) : 22-28 mEq/L.
11. Nilai abnormal

pH Darah Bikarbonat PaCO2 Kondisi Penyebab Umum


<7,4 Rendah Rendah Asidosis metabolik Gagal ginjal, syok,
ketoasidosis diabetik
>7,4 Tinggi Tinggi Alkalosis metabolik Muntah yang bersifat
kronis, hipokalemia
<7,4 Tinggi Tinggi Asidosis respiratorik Penyakit paru,termasuk
pneumonia atau penyakit
paru obstruktif kronis
(COPD)
>7,4 Rendah Rendah Alkalosis respiratorik Saat nyeri atau cemas

12. Cara membaca hasil analisa gas darah


 Jika pH darah rendah (asidosis), maka perhatikan nilai pCO2, jika tinggi berarti
respiratorik dan jika rendah berarti metabolik.
 Jika pH darah tinggi (alkalosis), maka perhatikan nilai bikarbonat, jika tinggi
berarti metabolik dan jika rendah berarti respiratorik.
13. Efek samping pengambilan
a. perdarahan atau pembengkakan di area suntikan
b. penggumpalan darah di bawah kulit (hematoma)
c. pusing
d. pingsan
e. infeksi pada area kulit yang disuntik
f. emboli udara
g. tromboemboli
h. kerusakan saraf perifer
DAFTAR PUSTAKA

Mairina, S. M. d. R. F. S., 2018. PEMERIKSAAN ANALISA GAS DARAH. [Online]


Available at: http://www.yankes.kemkes.go.id/read-pemeriksaan-analisa-gas-darah-
5708.html
[Accessed 6 Mei 2020].

PPNI, T. P. S. D., 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Sri Dewi, C. J. & Yaswir, R., 2019. Korelasi Tekanan Parsial Oksigen Dengan Jumlah
Eritrosit. Jurnal Kesehatan Andalas, Volume I, p. 8.

Tarwoto & Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi: 4.
Jakarta

Velli marvitra, h. h., 2018. SIKAP PERAWAT TENTANG PENATALAKSANAAN SYOK


HIPOVOLEMIK. JIM FKep, Volume 4, p. 1.

Wongkar, M. F. (2015). Ketrampilan Perawatan Gawat Darurat Dan Medikal Bedah.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Anda mungkin juga menyukai