Anda di halaman 1dari 11

Revenue, Expenses, Gains dan Losses (Teori Akuntansi)

Konsep-konsep akuntansi dapat dievaluasi pada tingkat dasar- tingkat struktur, tingkat
interprektif dan tingkat perilaku. Laba akuntansi (accounting income) telah dikembangkan
dengan baik pada tingkat struktual dan prosedural, tetapi gagal mencapai tujuan dasar pada
tingkat interprektif dan perilaku. Setidak-tidaknya kegagalan ini merupakan akibat kenyataan
bahwa pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian telah didefenisikan dan di ukur berdasarkan
pendekatan deduktif normatif.

PENDAPATAN (REVENUE)                                                            
6.1    Pengertian pendapatan
Pendapatan merupakan hasil imbalan terhadap adanya penyerahan barang atau jasa yang
telah di produksi dalam operasi perusahaan. Pendapatan merupakan unsure yang paling utama
dalam menentukan tingkat laba yang dapat dilihat sebagai prestasi perusahaan dalam
mengoperasikan perusahaannya dalam suatu periode tertentu. Di bawah ini penulis mengutip
beberapa pendapat mengenai pengertian pendapatan. Menurut Ahmed Riahi-Belkaoui dalam
bukunya “Teori Akuntansi” menyatakan sebagai berikut :
“Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan nilai assets dari sebuah
entitas atau pelunasan utangnya (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode tertentu
yang berasal dari pengiriman atau pembuatan barang. Pemberian jasa, atau pelaksanaan
aktivitas lainnya yang merupakan kegiatan utama yang masih berlangsung dari entitas
tersebut”.                         
Sedangkan menurut Abdullah Shahab dalam bukunya “Teori dan Problem Accounting
Principles I” menyatakan bahwa :
“Pendapatan (revenue) adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan
kewajiban  suatu badan usaha yang timbul dari penyerahan barang dagang/jasa atau aktivitas
usaha lainnya didalam suatu periode. Tidak termasuk dalam pengertian revenue adalah
peningkatan aktiva perusahaan yang timbul dari pembelian harta, investasi untuk pemilik
pinjaman atau koreksi rugi laba periode lalu”.
Dan dalam statement yang dibuat tahun 1957, The Committee On Accounting Concept And
Standart Of The American Accounting Association merumuskan pendapatan dalam
pernyataannya sebagai berikut :
“Pendapatan (revenue) adalah pernyataan moneter dari keseluruhan produk dan
jasa-jasa yang ditransfer oleh perusahaan kepada para pelanggannya selama suatu
periode”.
Dari beberapa pengertian pendapatan diatas dapat disimpulkan bahwa revenue atau
pendapatan adalah arus masuk bruto atau peningkatan nilai aset dan penurunan kewajiban dari
aktivitas normal perusahaan selama periode tertentu yang dinyatakan dalam satuan moneter.

6.2    Sumber-sumber Pendapatan
Menurut Munandar (1996 : 17) pendapatan yang diperoleh perusahaan berdasarkan
sumbernya dapat dibedakan atas dua kelompok, yaitu :
1.    Pendapatan Operasional (Operating Revenue)
Operating revenue adalah pendapatan yang diterima perusahaan, yang berkaitan/berhubungan
secara langsung dengan usaha pokok perusahaan tersebut. Jenis-jenis dari pendapatan
operasional antara lain:
 Penjualan (Sales) ialah hasil penjualan barang atau jasa yang menjadi objek usaha pokok/utama
dalam perusahaan. Contoh: pendapatan operasi PT Telkom yang diperoleh dari jasa
telekomunikasi yang diberikan kepada pelanggan berupa penjualan Kartu Telepon dan lain-
lain.Penjualan Sales dapat dibedakan menjadi :
  Penjualan bruto (Gross profit) yaitu semua hasil penjualan sebelum dikurangi dengan berbagai
potongan atau pengurangan-pengurangan lainnya.
  Penjualan bersih (net profit) yaitu penjualan bersih yang sudah diperhitungkan (dikurangi) dengan
berbagai potongan dan pengurangan-pengurangan lainnya.
 Potongan pembelian tunai (purchase discount) ialah pendapatan yang diterima oleh perusahaan
karena pembelian barang secara tunai.
 Penerimaan tambahan dari pembelian (Penerimaan allowance) ialah tambahan barang (ekstra)
yang diterima oleh pihak penjual karena perusahaan membeli barang-barang dalam jumlah besar.
2.    Pendapatan bukan operasional (non operating revenue)
Non operating revenue ialah pendapatan yang diterima oleh perusahaan yang tidak ada
hubungannya secara langsung dengan usaha pokok perusahaan. Jenis-jenis pendapatan bukan
operasional antara lain :
 Normal revenue activities
  Pendapatan Bunga, yaitu bunga yang merupakan penghasilan dan sudah menjadi hak perusahaan
atas jasa yang telah diberikan kepada pihak lain.
  Pendapatan sewa (rent earned), yaitu sewa yang merupakan penghasilan dari jasa menyewakan
harta-harta kepada pihak lain.
  Pendapatan deviden kas (Cash devident earned), yaitu uang yang merupakan penghasilan dan
sudah menjadi hak perusahaan sebagai laba, karena perusahaan memiliki saham-sahamnya yang
dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan lain.
 Non revenue activities, yaitu pendapatan penjualan atau pertukaran yang bukan barang dagangan
yang dikenal dengan istilah Gain. Yang mana gain ini in flow dari asset.
6.3    Sifat komponen Pendapatan (Revenue)
Sifat komponen revenue, Revenue diinterpretasikan sebagai:
  Aliran masuk aset bersih yang berasal dari penjualan barang atau Aliran keluar barang atau jasa
dari perusahaan kepada pelanggan
  Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan selama
periode waktu tertentu
Secara mendasar terdapat dua pandangan tentang komponen revenue, yaitu:
 Pandangan komprehensif, revenue adalah semua hasil dari aktivitas bisnis dan investasi.
 Pandangan sempit, revenue hanya memasukkan hasil yang berasal dari aktivitas penghasil
revenue dan mengeluarkan penghasilan investasi dan keuntungan/kerugian dari pelepasan aset
tetap.

6.4    Apa yang harus dimasukkan dalam revenue


Dalam beberapa usaha untuk menggambarkan pendapatan (revenue) atau sifat dari komponen
income tidak sesuai dengan konsep produk tentang apa yang harus dimasukkan kedalam
pendapatan. Disatu pihak dikatakan bahwa perubahan-perubahan dalam aktiva perusahaan selain
transaksi modal harus dianggap sebagai pendapatan. Pihak lain menyatakan harus ada pemisahan
antara aktivitas yang menghasilkan pendapatan (revenue) dengan gains dan losses.
A.P.B dalam statement no.4 nya yang menyatakan bahwa sebagai tambahan atas penjualan
barang-barang dan jasa, maka kedalam pendapatan (revenue) juga dimasukkan penjualan
sumber-sumber lain selain produk perusahaan, misalnya penjualan mesin, peralatan, dan
investasi-investasi.
6.5    Pengukuran Pendapatan (Revenue)
Nilai tukar produk atau jasa perusahaan merupakan ukuran terbaik bagi pendapatan. Nillai
tukar ini menunjukan ekuivalen kas atau nilai sekarang dari pendiskontoan tagihan uang yang
akhirnya akan diterima dari transaksi pendapatan.. Di  dalam banyak kasus, nilai ini bisa di
ekivalen dengan harga yang di sepakati dalam transaksi dengan pelanggan. Tetapi penyisihan
semestinya harus dibuat untuk waktu menunggu hingga tagihan dibayar. Penjualan kas sebesar
Rp. 100, menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 100, tetapi penjualan serupa dengan pembayaran
yang sama setahun kemudian menghasilkan pendapatan kurang dari Rp. 100, karena kita harus
mendiskontokan jumlah tersebut. Apabila waktu menunggu singkat, maka diskonto dapat
diabaikan karena tiga alasan pragmatik sebagai berikut:
  Dengan tingkat diskonto yang rendah maka jumlah diskonto akan kecil dan tidak mempengaruhi
total penilaian pendapatan secara material. Misalnya, tagihan yang akan dibayar dalam waktu 60
hari, maka jumlah diskonto dengan tingkat 10% per tahun akan kurang dari 2% dari pendapatan.
  Karena bunga diklasifikasikan sebagai bagian dari total pendapatan, maka pengaruh utama berasal
dari pengaruh waktu. Bunga harus dicatat setelah pencatatan pendapatan yang berasal dari
transaksi awal. Akan tetapi, jika jumlah bunga tidak material, maka pemasukannya dalam
pendapatan penjualan akan berpengaruh kecil terhadap total pendapatan untuk periode itu.
  Klasifikasi pendapatan yang timbul dari saat penantian (bunga) akan hilang dan dimasukkan
dalam klasifikasi pendapatan yang berasal dari penjualan produk atau jasa.
Kriteria diatas untuk pengukuran pendapatan mengacu pada nilai sekarang dari uang atau
ekivalen uang yang akhirnya akan diterima sebagai hasil proses produksi atau transaksi
pendapatan. Maka jelaslah bahwa seluruh retur, potongan dagang, dan pengurangan-
pengurangan lainnya dari harga yang ditagih harus dikurangkan dari pendapatan yang berasal
dari transaksi tertentu. Perlakuan potongan tunai dan kerugian akibat dari piutang tak tertagih
mungkin tidak begitu jelas. Akan tetapi, hal ini juga merupakan pengurangan dari harga yang
ditagih, walaupun tidak sengaja, seperti dalam hal kerugian dari piutang ragu-ragu.

6.6    Timing dari pada Pendapatan (Revenue)


Pendapatan membutuhkan pengetahuan mengenai kepastian bahwa dia dapat diukur, dan
bukan sekedar pengetahuan bahwa nilai tambah sudah terjadi.
Sprouse dan Moonitz mengatakan bahwa “ pendapatan (revenue) harus diindentifikasikan
dengan periode di mana kegiatan ekonomi yang utama untuk menciptakan dan melemparkan
barang dan jasa yang telah diselesaikan, dengan catatan bahwa pengukuran yang objektif dapat
dilakukan.
Istilah “pendapatan (revenue) realization” digunakan dalam pengertian teknis oleh akuntan
untuk membuat aturan-aturan khusus guna menentukan kapan suatu pendapatan harus
dilaporkan. Secara umum konsep realisasi merupakan laporan pendapatan (revenue) pertukaran
yang terjadi, dengan kata lain barang dan jasa telah ditransfer kepada langganan atau klien
sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah kas tuntutan/penagihan atas kas serta aktiva
lainnya.

6.7     Laporan Pendapatan
1.    Laporan pendapatan (revenue) selama produksi
Dasar akuntan akrual yang tradisional mengkui pendapatan pada saat dihasilkan jika pada saat
yang sama tagihan terhadap pelanggan atau klien meningkat. Prinsip ini umumnya berlaku dalam
industri jasa. Produk perusahaan terjadi ketika jasa diberikan. Jumlah tagihan biasanya
ditentukan berdasarkan persetujuan atau kontrak sebelumnya, atau seringkali berdasarkan harga
perdagangan yang telah ditetapkan, walaupun klien atau penyewa tidak dituntut membayar
sampai suatu tanggal kemudian atau setidak-tidaknya samppai sejumlah jasa tertentu telah
diberikan. Beberapa contoh  dasar akrual pada saat pelaporan selama produksi:

 Kontrak jangka panjang


Aplikasi kedua yang diterima untuk melaporkan pendapatan selama masa produksi adalah
pengakuan terhadap pendapatan dalam kontrak-kontrak jangka panjang.
Pertimbangan yang paling penting adalah bahwa harga total kontrak telah ditentukan
terlebih dahulu dan demikian jumlahnya sudah pasti. Kepastian tentang harga jual sudah ditekan
seminim mungkin (hampir tidak ada masalah) dan ketidakpastian yang berkenaan dengan
pengumpulan harga yang sudah ditentukan tersebut tidaklah besar terutama apabila pihak
pembeli adalah unit-unit pemerintah atau perusahaan-perusahaan besar yang sudah mapan.
Prosedur ini mempunyai dua kesulitan utama, yaitu:
  hal ini mengasumsikan bahwa keuntungan yang diterima perusahaan timbul karena
dikeluarkannya biaya padahal bagian penting dari kontribusi perusahaan mungkin datangnya dari
mana masa perencanaan dimana biaya belum begitu dikeluarkan.
  Kesulitan yang kedua timbul karena presentasi dihitung dengan menggunakan biaya total sebagai
angka penyebut.
 Pertambahan (accretion)
Pendapatan (revenue) yang berasal dari accretion hanya dapat diakui dengan perbandingan
penilain-penilaian persediaan. Nilai sekarang yang dihitung kembali sulit untuk ditentukan
karena hal tersebut tergantung kepada harapan-harapan sehubungan dengan harga pasar pada
masa yang akan datang. Perkiraan biaya yang perlu dikeluarkan untuk peningkatan nilai tersebut,
biaya-biaya dalam masa panen, serta biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk memasarkan
produk akhir.
Kriteria yang penting adalah adanya kepastian tentang harga jual akhir dari produk dan
biaya-biaya tambahan yang dibutuhkan untuk memungkinkan pertumbuhan optimal dan
persiapan-persiapan untuk melakukan penjualan.
2.    laporan pendapatan (revenue) setelah produksi selesai
Pada saat produk diselesaikan, satu dari beberapa ketidakpastian terdahulu yaitu biaya
produksi sekarang dapat dihitung dengan tingkat ketepatan yang wajar. Harga jual dan biaya
tambahan penjualan serta penyerahan masih tetap belum pasti. Akan tetapi, bila biaya-biaya ini
dapat ditaksir cukup tepat, maka pada saat penyelesaian produksi ini dapat dibenarkan untuk
melaporkan pendapatan.
Dari segi pandang ekonomi, nilai bertambah pada semua kegiatan ekonomi perusahaan,
termasuk produksi akan tetapi pelaporan pendapatan pada waktu penyelesaian produksi
tergantung pada tingkat kepastian dimana harga jual dan biaya tambahan dapat diestimasikan
dengan baik.
Dalam beberapa hal laporan pendapatan pada saat penyelesaian proses produksi
diperbolehkan sekalipun produk-produk yang diproduksikan tidak berdasarkan pada kontrak
tertentu. Kriteria utama untuk hal tersebut adalah
  Adanya harga jual yang dapat ditentukan atau harga pasar yang stabil.
  Biaya pemasaran tidak besar.
  Saling pertukaran unit-unit produksi.
Ketidakmampuan dalam menentukan biaya bukanlah merupakan satu alasan yang logis untuk 
mengukur pendapatan pada saat penyelesaian produksi. Pertimbangan pokok adalah pada
kemampuan untuk memperoleh pengukuran- pengukuran pendapatan dan biaya-biaya yang dapat
diverifikasikan secara baik dan dapat dipercaya.
3.    Laporan pendapatan pada saat penjualan
Laporan pendapatan pada saat penjualan didasarkan kepada :
  Harga pokok dapat ditetapkan secara pasti.
  Produk yang dijual telah meninggalkan perusahaan dan aktiva-aktiva baru sudah menggantikan
produk tersebut.
  Banyak pihak-pihak yang berkepentingan menganggap bahwa penjualan merupakan kejadian
keuangan yang paling penting dalam kegiatan ekonominya.
  Kebanyakan biaya produksi atau pengadaan barang produksi tersebut telah dikeluarkan dengan
mudah.

4.    Laporan pendapatan sesudah penjualan


Penerimaan kas atau antisipasi penerimaan kas adalah signifikan dalam pengukuran
pendapatan tetapi kedua hal tersebut tidaklah penting sekali dalam proses yang meningkatkan
aktiva perusahaan. Namun demikian, apabila salah satu dari kedua kriteria yang berikut
dipenuhi, penundaan pengakuan pendapatan sampai saat penerimaan tunai memang dapat
dibenarkan :
  Apabila tidak mungkin mengukur nilai aktiva yang diterima secara cukup tepat.
  Apabila masih ada biaya-biaya yang material jumlahnya yang masih harus dikeluarkan dan biaya-
biaya ini tidak dapat ditaksirkan jumlahnya secara tepat.
Contoh yang sering dipergunakan untuk membenarkan penundaan pengukuran pendapatan
adalah penjualan dengan cicilan. Tagihan sering diragukan karena pembeli mempunyai
kecendrungan “besar pasak dari tiang”, atau pembeli diluar kesanggupan untuk membayar.
GAINS
Gains and Losses merupakan kejadian yang menguntungkan dan tidak menguntungkan,
yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan normal perusahaan yang menghasilkan
pendapatan.
7.3    Pengertian Gains
Hadiah (gains) yang diberikan kepada perusahaan dapat diklasifikasikan baik sebagai
kapital/modal maupun income, tergantung kepada maksud sipemberi serta suasana yang
menyertai pemberian tersebut. Sebagian besar gains yang lain dihasilkan dari adanya pertukaran
sehingga dengan demikian dibutuhkan matching antara aspek-aspek positif dari pertukaran
tersebut.
Pemberian harus diukur seperti pendapatan yaitu menurut nilai berjalan (nilai saat ini) dari
aktiva yang diterima. Pengukuran aspek yang menguntungkan serupa dengan pengukuran
pendapatan yaitu menurut nilai saat ini dari aktiva yang diterima atau diakui berdasarkan nilai
saat ini dari pengurangan hutang. Aspek yang tidak menguntungkan harus diukur sama dengan
beban yaitu menurut nilai barang dan jasa yang digunakan atau dipertukarkan dalam transaksi.
Pada dasarnya, keengganan para akuntan mencatat kenaikan nilai berpangkal pada dua
sumber:
  Pertambahan nilai bersifat tidak pasti dan sementara
  Peningkatan nilai tidaklah menambah sumber-sumber likuid yang dapat digunakan untuk
membayar deviden.

BEBAN (EXPENSE)
1. Pengertian Beban
Beban adalah Penggunaan / pemakaian barang dan jasa di dalam proses mendapatkan
pendapatan. Menurut IAI, Beban atau Expense adalah suatu penurunan manfaat ekonomi
selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau dapat berkurangnya aktiva
atau terjadinya suatu kewajiban yang dapat mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada si penannam modal.
2. Karakteristik Beban
Ada tiga karakteristik beban dalam akuntansi :
1) Penurunan Aktiva
Beban timbul karena terjadi transaksi yang mengakibatkan pengurangan atau
penurunan aktiva atau menimbulkan aliran keluar manfaat ekonomi. Dalam hal ini,
pemakaian aktiva mengakibatkan timbulnya beban karena telah habis untuk pengiriman
barang atau diberikan perusahaan sehingga tidak merasakan lagi manfaat ekonomi aktiva
tersebut. Pemakaian bahan baku yang barangnya belum terjual belum lagi bisa dikatakan
beban tetapi biaya, apabila sudah terjual baru dapat dikatakan beban karena pemakaian
aktiva yang digunakan untuk segala keperluan barang tersebut.
2) Operasi utama yang berkesinambungan
Tidak semua penurunan aktiva dapat menjadi beban, agar terjadi maka harus
berkaitan dengan kegiatan utama perusahaan yang continue. Kegiatan utama perusahaan
adalah yang berkaitan dengan proses produksi dan pengiriman barang. Sebagaimana
berlaku untuk pendapatan, pengertian operasi menunjuk kegiatan operasi yang
merupakan elemen statemen aliran kas yaitu : operasi (operating), investasi (investing),
dan pendanaan (financing). Sedangkan beban adalah penurunan aset yang berkaitan
dengan operasi dan bukan dengan investasi dan pendanaan.
3) Kenaikan kewajiban
Definisi FASB yang menyatakan beban sebagai kewajiban cukup tepat karena secara
konseptual semua hal yang dikeluarkan untuk kepentingan proses produksi dan
pengiriman perusahaan secara terus-menerus dinyatakan sebagai beban. Kewajiban
terdapat suatu keadaan dimana perusahaan telah memanfaatkan barang dan jasa namun
sebelumnya tidak mengakuinya sebagai aset atau belum mengakui kewajiban atas
penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain. Hal tersebut menimbulkan
keharusan perusahaan untuk membayar ataumelakukan pengorbanan ekonomik di masa
datang sehingga timbulkewajiban.Misalnya jasa pengiriman barang yang belum dibayar
oleh perusahaan namun jasa pengirimannya telah dinikmati perusahaan danmenimbulkan
pendapatan. Dengan demikian beban (untuk pengiriman) harustimbul dengan kenaikan
kewajiban.
3. Jenis-jenis Beban Menurut Soemarso (2013:226) beban dapat dikelompokkan menjadi :
1. Beban penjualan (Selling expenses)
Beban penjualan adalah semua beban yang terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan menjual
dan memasarkan barang seperti kegiatan promosi, penjualan dan pengangkutan barang-barang
yang dijual. Contoh : beban iklan dan promosi.
2. Beban administrasi dan umum (General and administrative expenses)
Beban yang bersifat umum dalam perusahaan. Contoh: beban gaji dan upah, beban LAT, beban
pemeliharaan, dll
3. Beban lain-lain (Other Expense)
Beban-beban yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dan pasti dengan kegiatan utama
perusahaan (perdagangan) dikelompokkan kedalam beban lain-lain (other expenses) atau beban
non-usaha (non operating expenses). Beban bunga merupakan salah satu contoh dari beban ini,
kadang-kadang karena beban bunga timbul sebagai akibat dari kegiatan perusahaan untuk
memperoleh dana (pembelanjaan), maka disebut beban pembelanjaan (financing expenses).
Ada jenis-jenis beban lain yang mendukung kegiatan operasional perusahaan, seperti Beban
Akrual, Beban kredit macet, beban operasional, beban penyusutan, beban yang ditangguhkan,
dan beban yang masih harus dibayar.

4. Pengakuan Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
 Adanya penurunan aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan misalnya aktiva tetap.
 Adanya proses produksi untuk menghasilkan barang-barang atau jasa.
 Adanya kewajiban perusahaan terhadap karyawan misalnya pembayaran gaji dan upah.
 Adanya kewajiban perusahaan tanpa diiringi dengan perolehan aktiva, misalnya garansi
produk dan pembayaran bunga pinjaman.

5. Pengukuran Beban
Sejalan dengan penilaian aktiva, beban dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang
digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu, pengukuran beban dapat
didasarkan pada:
1. Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk
memperoleh aktiva. Pengukuran beban atas dasar kos historis dapat digunakan untuk jenis aktiva
seperti gedung, peralatan, dan sebagainya.
2. Kos Pengganti / Kos Masukan Terkini (Replacement Cost / Curent Input Cost )
Kos masukkan terkini menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang harus
dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi
yang sama. Contohnya, penilaian untuk persediaan.
3. Setara Kas (Cash Equivalent )
Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara menjual setiap
jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan normal. Meskipun pada prakteknya metode
pengukuran yang masih banyak digunakan adalah historical cost, namun dengan mulai
diadopsinya IFRS di indonesia, maka pengukuran yang sesuai standar adalah dengan
menggunakan metode fair value. Dengan demikian, untuk pencatatan beban sebagai akibat dari
depresiasi (penyusutan), nilai yang dicantumkan dalam beban adalah nilai selisih antara nilai
wajar dengan nilai buku (apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai bukunya).

6. Konsep Penanding (Matching)


Konsep Penanding adalah proses pelaporan beban berdasarkan hubungan sebab akibat
yang layak dengan pendapatan yang dilaporkan.
Dalam praktek, ada tiga dasar penandingan yang umum digunakan untuk mencari
hubungan antara biaya dengan pendaptan dalam suatu periode tertentu. Dasar penandingan
tersebut adalah :
1. Hubungan sebab akibat
Dasar penandingan ini sering disebut dengan penandingan langsung. Dalam hal ini
pemakaian barang dan jasa dikaitkan dengan produk tertentu dan produk tersebut
kemudian dihubungkan dengan pendapatan pada saat hal tersebut dilaporkan.
2. Alokasi Sistematik dan Rasional
Alokasi sistematik dan rasional sering disebut dengan penandingan tidak langsung. Atas
dasar konsep penandingan ini, ukuran penandingan yang digunakan bukan produk (unit
fisik) tetapi periode. Dengan demikian, beban diakui dan dihubungkan dengan
pendapatan pada periode terjadinya.
3. Pembebanan segera
Apabila tidak alasan yang kuat untuk membebankan beban atas dasar hubungan sebab
akibat ataupun alokasi sistematis dan rasional, maka beban langsung dapat dibebankan
pada periode terjadinya. Alasan yang melandasi pembebanan dengan cara ini adalah
kepraktisan. Misalnya, pencatatan terhadap beban advertensi.

7. Konsep Alokasi
Dalam bidang akuntansi, alokasi adalah suatu proses pembagian atau pemisahan sekumpulan
atau sejumlah penilaian serta membebankan hasil-hasil yang diperoleh kedalam klasifikasi atau
periode yang terpisah. Alokasi meliputi baik pembebanan aktiva ke beban dan pembebanan
kewajiban atau aktiva kontra ke pendapatan beberapa periode. Contohnya adalah penyusutan dan
metode persentasi penyelesaian untuk kontrak jangka panjang.

LOSSES
Istilah “loss” digunakan oleh akuntan untuk menggambarkan kelebihan expense atau
pendapatan dalam satu periode, jadi hal ini merupakan kebalikan dari income, tetapi disisni
pengertian tersebut dipergunakan sebagai lawan dari pengertian gains.
Bagian terpenting dari pengertian losses adalah bahwa hal tersebut menggambarkan
habisnya nilai yang tidak berhubungan dengan operasi-operasi normal perusahaan disetiap
periode manapun. Jadi, kerugian terjadi karena kejadian-kejadian diluar perusahaan, yang tidak
berulang dan tidak diharapkan akan terjadi dalam proses menghasilkan pendapatan.

Anda mungkin juga menyukai