Anda di halaman 1dari 4

Migren merupakan nyeri kepala yang dapat mempengaruhi keadaan sosio-

ekonomi dan kehidupan penderitanya. Satu dari ketiga kejadian migren disertai aura.
Aura dapat berupa visual, sensorik, bahasa, motorik, brainstem dan retinal, namun
aura yang paling sering adalah visual.1
Mekanisme munculnya migren belum sepenuhnya dimengerti, namun ada
beberapa teori yaitu:1,2
1. Cortical Spreading Depression (CSD)
Merupakan teori yang menjelaskan migren dengan aura. CSD merupakan
gelombang eksitasi neuronal di substansia grisea yang menyebar dari satu sisi ke
sisi lain dengan kecepatan 2 – 6 mm/menit. Depolarisasi seluler ini akan
sebabkan fenomena korteks primer atau biasa disebut aura.
Selama proses depolarisasi, akan dilepaskan neurotransmitter kalium dan
asam amino glutamat dari saraf yang akan menyebabkan depolarisasi jaringan
sekitarnya. Hal ini berakibat pada semakin meluasnya area depolarisasi.
Selama perjalaran nyeri dari trigeminovaskular ke korteks, akan terjadi sinaps
di nukleus salivatorius superior (SSN) yang akan memicu gejala mual-muntah
pada migren. Bila terjadi serangan berulang, juga akan menyebabkakn kerusakan
pada Peruaquaductal graymatter (PAG) yang mengakibatkan migren terjadi
lebih mudah pada strimulus yang lebih ringan.
Selain menimbulkan aura, CSD juga akan mengaktivasi trigeminovakuler
dengan pelepasan berbagai protein plasma dan substansi stimulus inflamasi
seperti CGRP, substansi P ke neuron nosiseptif pembuluh darah meninges yang
akan merangsang vasodilatasi dan diteruskan ke korteks sensorik sebagai rasa
nyeri yang berdenyut pada migren.
Gambar: nukleus SSN dan PAG serta pengaktifan jalur trigeminovaskular pada CSD
Sumber: Aninditha T, Wiratman. Buku Ajar Neurologi. Ed 1. Jakarta: Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2017.

2. Trigeminovaskular
Pengaktifan jalur trigeminovaskular diperkirakan karena adanya stimulasi dari
CSD pada nosiseptor meningeal. Serat nosiseptif dari ganglion trigeminal
menginervasi menginges dan arteri serebral besar yang terjadi terutama melalui
cabang optalmikus dari N. trigeminal. Proyeksi aferen dari ganglion trigeminal,
termasuk dari daerah periorbital akan bertemu di ganglion trigeminal. Jalur ini
dinamakan sensitisasi perifer. Dari ganglion trigeminal kemudian akan bersinaps
pada Trigeminal cervical complex (TCC). TCC meliputi Trigeminal nucleus
caudalis di pons dan leher bagian belakang.
Gambar: Perangasangan nyeri melalui jalur trigeminovaskular.
Sumber: Aninditha T, Wiratman. Buku Ajar Neurologi. Ed 1. Jakarta: Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2017.

Jalur ascending dari TCC akan mentransmisikan sinyal ke beberapa daerah


seperti talamus, hipotalamus, dan nukleus ganglia basal. Nukleus-nukleus ini
kemudian akan memproyeksikan ke berbagai daerah korteks seperti korteks
somatosensorik, motorik, pendengaran, visual. Hal ini menjelaskan timbulnya
gejala seperti fotofoba, fonofobia, osmofobia, disfungsi kognitif, dan allodyna.
Jalur ini disebut sebagai sensitisasi sentral.

Faktor makanan dan kurang tidur juga diperkirakan berperan terhadap kejadian
migren. Seperti pada skenario dikatakan bahwa saat kurang tidur dan konsumsi coklat
dapat memicu sakit kepalanya. Pada coklat, terdapat kandungan tiramin yang
memiliki aktivitas simpatomimetik tidak langsung yang akan sebabkan vasokonstriksi
serebral yang selektif dan berujung pada nyeri kepala. Pada coklat juga terkandung
fenitelamin, yaitu amina yang berasal dari fenilalanin yang menebabkan serangan
nyeri kepala pada orang-orang yang peka. Selain pada coklat, juga terdapat pada
beberapa jenis keju.3
Hubungan nyeri kepala dengan gangguan tidur diduga karena disfungsi
melatonin dan gangguan ritme sirkadian oleh disfungsi nukleus suprachiasmatik
hipotalamus. Melatonin diproduksi saat tidur di malam hari, sehingga orang-orang
dengan kualiltas tidur yang baik memiliki kadar melatonin yang tinggi sehingga
intensitas untuk terkena nyeri kepala lebih rendah. Selain itu, melatonin memiliki
peran dalam regulasi serebrovaskular.4

Sumber:
1. Aninditha T, Wiratman. Buku Ajar Neurologi. Ed 1. Jakarta: Departemen
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2017.
2. Dodick DW. A Phase-by-Phase Review of Migraine Pathophysiology.
Supplement article. 2018; 58:4-10.
3. Akbar A. Faktor Pencetus Timbulnya Nyeri Kepala Primer Pada Mahasiswa
Tingkat Akhir [skripsi]. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin;2017.
4. Habel PRG, Silalahi PY, Taihuttu Y. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Nyeri
Kepala Primer. Smart medical journal. 2018;1(2): 53.

Anda mungkin juga menyukai