Anda di halaman 1dari 20

TUGAS BESAR

PENGOLAHAN AIR LIMBAH 1


DOMESTIK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. Aldi Rizwanto 1809045008
2. Aulia M Jannah 1809045015
3. Dewi Muthi'ah 1809045024
4. Alifia Rachman 1809045027
5. Farah Fauziyah Arifin 1809045040
6. Putri Intan Permata Sari 1809045045

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
LANDASAN TEORI
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DOMESTIK BLACK WATER

1. Sumber Limbah Cair Domestik

Pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini mengalami peningkatan yang sangat


signifikan, dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan lahan untuk
permukiman akan meningkat juga. Salah satu syarat utama pengembangan daerah
permukiman adalah tersedianya air bersih. Air bersih selain untuk dikonsumsi, air juga
dimanfaatkan oleh manusia untuk kebutuhan-kebutuhan lain dengan menggunakan
teknologi yang dimiliki guna menunjang kelangsungan hidupnya. Hal tersebut
mengakibatkan timbulnya permasalahan dengan lingkungan air, terutama air limbah
yang merupakan sisa akitivitas manusia. Meningkatnya jumlah air limbah domestik
yang tidak diimbangi dengan peningkatan badan air penerima baik dari aspek kapasitas
maupun kualitasnya, menyebabkan jumlah air limbah yang masuk ke dalam badan air
tersebut dapat melebihi daya tampung (Umar, 2011).

Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan,
apartemen dan asrama. Sumber air limbah domestik adalah seluruh buangan cair yang
berasal dari buangan rumah tangga yang meliputi: limbah domestik cair yakni buangan
kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, dan lainya. Menurut Kodoatie dan
Sjarief (2005), air limbah domestik adalah air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi
untuk tujuan semula baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktifitas
dapur, kamar mandi dan cuci dimana kuantitasnya antara 50-70% dari rata-rata
pemakaian air bersih (120-140 liter/orang/hari). Air limbah domestik mengandung lebih
dari 90% cairan. Zat-zat yang terdapat dalam air buangan di antaranya adalah unsur-
unsur organik tersuspensi maupun terlarut dan juga unsur-unsur anorganik serta
mikroorganisme. Air limbah domestik umumnya mengadung senyawa polutan organik
yang cukup tinggi. Air limbah domestik jika tidak diolah sangat berpotensi untuk
mencemari lingkungan. Selain pencemaran secara kimiawi, air limbah domestik juga
berpotensi untuk mencemari lingkungan secara bakteriologis (Belladona, 2014).

Limbah domestik merupakan limbah yang setiap harinya dihasilkan oleh setiap rumah.
Pengelolaan air limbah domestik sangat penting dilakukan dalam upaya menciptakan
kenyamanan dan kesehatan lingkungan. Dalam upaya penentuan unit pengelolaan air
limbah domestik, perlu diketahui beberapa hal mengenai air limbah ini. Hal utama yang
harus diketahui adalah bagaimana karakteristik dari limbah domestik serta sumber-
sumber dari air limbah domestik ini. Berdasarkan karakteristiknya, air limbah terdiri
atas dua jenis, diantaranya yaitu air limbah jenis black water dan grey water. Air limbah
jenis black water yaitu air limbah yang berasal dari WC dan umumnya ditampung
dalam septic tank, sedangkan air limbah jenis grey water yaitu yang berasal dari
kegiatan mencuci dan mandi yang langsung dibuang ke saluran drainase maupun
perairan umum. Pada pembahasan kali ini difokuskan pada pengolahan air limbah black
water pada instalasi pengolahan air limbah di Jalan Jelawat Samarinda (Umar, 2011).

2. Karakteristik Air Limbah

Limbah merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai, dapat berbentuk cair, gas
dan padat. Limbah domestik adalah air buangan yang berasal dari limbah rumah tangga,
seperti air bekas cucian, dapur, kamar mandi, dan toilet. Limbah cair domestik
mengandung 99,9% air dan 0,1% zat padat. Zat padat terdiri dari 85% protein, 25%
karbohidrat, 10% lemak dan sisanya zat anorganik terutama butiran pasir, garam-garam
dan logam (Doraja, 2012).

Air limbah adalah cairan atau buangan dari rumah tangga, industri maupun tempat-
tempat umum lain yang mengandung bahan–bahan yang dapat membahayakan
kehidupan manusia maupun makhluk hidup lain serta mengganggu kelestarian
lingkungan. Air limbah domestik menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik disebutkan pada Pasal 1 ayat 2, bahwa air limbah domestik adalah air limbah
yang berasal dari aktivitas hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan
pemakaian air (Hidayah, 2010).

Berdasarkan karakteristiknya, air limbah terdiri atas dua jenis, diantaranya yaitu air
limbah jenis black water dan grey water. Air limbah jenis black water yaitu air limbah
yang berasal dari WC dan umumnya ditampung dalam septic tank, sedangkan air
limbah jenis grey water yaitu yang berasal dari kegiatan mencuci dan mandi yang
langsung dibuang ke saluran drainase maupun perairan umum. Meskipun air limbah
jenis grey water sebagian besar merupakan bahan organik yang mudah terdegradasi,
namun secara kuantitas cenderung semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan
jumlah penduduk (Umar, 2011).

Menurut (Mubin, 2016), Komposisi Limbah Cair Air limbah rumah tangga terdiri dari 3
fraksi penting:
1. Tinja (faeces), berpotensi mengandung mikroba patogen.
2. Air seni (urine), umumnya mengandung nitrogen dan posfor, serta kemungkinan
kecil mikro-organisme.
3. Grey Water merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci, dan kamar mandi.
Campuran faeces dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan campuran excreta
dengan air bilasan toilet disebut sebagai black water.

Menurut (Mubin, 2016), Secara umum sifat air limbah cair domestik terbagi atas tiga
karakteristik, yaitu karakteristik fisik, kimia, dan biologi.
1. Karakteristik fisik
1) Padatan (Solid)
Limbah cair mengandung berbagai macam zat padat dari material yang
kasar sampai dengan material yang bersifat koloidal. Dalam karakterisasi
limbah cair material kasar selalu dihilangkan sebelum dilakukan analisis
contoh terhadap zat padat. Zat padat yang terdapat di dalam air
dibedakan atas zat padat terlarut, zat padat tersuspensi, dan koloidal. TSS
(Total Suspended Solid) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >
1μm) yang bertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0,45
μm. Dalam limbah rumah tangga, TSS yang tinggi bisa berasal dari
berbagai aktifitas seperti cuci, mandi dan bersih-bersih rumah. Tingginya
konsentrasi TSS yang dibuang ke perairan akan mempengaruhi penetrasi
cahaya sehingga mengganggu proses fotosintesis. Sedangkan TDS (Total
Dissolved Solid) adalah bahan-bahan terlarut (diameter < 10-6 mm ) dan
koloid (diameter 10-6 mm – 10-3 mm) yang berupa senyawa-senyawa
kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring
berdiameter 0,45 μm. TDS bisa berasal dari penggunaan bahan-bahan
yang mengandung kation dan anion yang digunakan dalam kegiatan
rumah tangga.
2) Bau (Odor)
Bau merupakan petunjuk adanya pembusukan air limbah. Penyebab
adanya bau pada air limbah karena adanya bahan volatile, gas terlarut
dan hasil samping dari pembusukan bahan organik. Bau yang dihasilkan
oleh air limbah pada umumnya berupa gas yang dihasilkan dari
penguraian zat organik yang terkandung dalam air limbah, seperti
Hidrogen sulfida (H2S).
3) Warna (Color)
Air murni tidak berwarna tetapi seringkali diwarnai oleh benda asing.
Karakteristik yang sangat mencolok pada limbah cair adalah berwarna
yang umumnya disebabkan oleh zat organik dan algae. Air limbah yang
baru biasanya berwarna abu-abu.
4) Temperatur
Limbah cair umumnya mempunyai temperatur lebih tinggi dari pada
temperatur udara setempat. Temperatur limbah cair dan air merupakan
parameter sangat penting sebab efeknya pada kehidupan dalam air,
meningkatkan reaksi kimia, dan mengurangnya spesies ikan dalam air.
5) Kekeruhan (Turbidity)
Kekeruhan sifat optis air yang akan membatasi pencahayaan kedalam air.
Kekeruhan terjadi karena adanya zat-zat koloid yang melayang dan zat-
zat yang terurai menjadi ukuran yang lebih (tersuspensi) oleh binatang,
zat-zat organik, jasad renik, lumpur, tanah, dan benda-benda lain yang
melayang. Tidak dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan
dengan kadar semua jenis zat suspensi, karena tergantung juga kepada
ukuran dan bentuk butir.
2. Karakteristik kimia
Parameter organik
1) Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis
(KOB) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara
global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air.
Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri
(aerobik) untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat
organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi
dalam air. Parameter BOD adalah parameter yang paling banyak
digunakan dalam pengujian air limbah dan air permukaan. Penentuan ini
melibatkan pengukuran oksigen terlarut yang digunakan oleh mikro-
organisme untuk menguraikan bahan-bahan organik.
2) Chemical Oxygen Demand (COD)
Analisis COD adalah menentukan banyaknya oksigen yang diperlukan
untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi. Chemical Oxygen
Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah
oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis
dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K 2Cr2O7 digunakan
sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan
ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah
dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
3) Protein
Protein merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup, termasuk di
dalamnya tanaman, dan hewan bersel satu. Protein mengandung karbon,
hidrogen, dan oksigen yang mempunyai bobot molekul sangat tinggi.
Struktur kimianya sangat kompleks dan tidak stabil serta mudah terurai,
sebagian ada yang larut dalam air, tetapi ada yang tidak. Susunan protein
sangat majemuk dan terdiri dari beribu-ribu asam amino dan merupakan
bahan pembentuk sel dan inti sel.
4) Karbohidrat
Karbohidrat antara lain: gula, pati, selulosa, dan benang-benang kayu
terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Gula dalam limbah cair
cenderung terdekomposisi oleh enzim dari bakteri-bakteri tertentu dan
ragi menghasilkan alkohol dan gas CO2 melalui proses fermentasi.
5) Minyak dan Lemak
Minyak adalah lemak yang bersifat cair. Keduanya mempunyai
komponen utama karbon dan hidrogen yang mempunyai sifat tidak larut
dalam air. Bahan-bahan tersebut banyak terdapat pada makanan, hewan,
manusia, dan bahkan ada dalam tumbuh-tumbuhan sebagai minyak
nabati. Sifat lainnya adalah relatif stabil dan tidak mudah terdekomposisi
oleh bakteri. Kandungan dari limbah cair dapur sebagian adalah lemak
dan minyak. Adanya lemak dan minyak dalam air mengakibatkan
susahnya sinar matahari masuk ke dalam air sehingga kebutuhan oksigen
menurun. Lemak dan minyak juga mengakibatkan efek buruk yang dapat
menimbulkan permasalahan pada dua hal, yaitu pada saluran air limbah
dan pada bangunan pengolahan seperti penyumbatan saluran dan estetika
lingungan.
6) Deterjen
Deterjen termasuk bahan organik yang sangat banyak digunakan untuk
keperluan rumah tangga, hotel, dan rumah sakit. Fungsi utama deterjen
adalah sebagai pembersih dalam pencucian, sehingga tanah, lemak, dan
lainnya dapat dipisahkan.
Parameter anorganik dan gas
1) pH
Air limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral akan
menyulitkan proses biologis, sehingga menggangu proses
penjernihannya. pH yang baik bagi air limbah adalah netral (7). Semakin
kecil nilai pH-nya, maka akan menyebabkan air tersebut berupa asam.
2) Alkalinitas
Alkalinitas atau kebasaan air limbah disebabkan oleh adanya hidroksida,
karbonat, dan bikarbonat seperti kalsium, magnesium, dan natrium atau
kalium. Kebasaan adalah hasil dari adanya hidroksi karbonat dan
bikarbonat yang berupa kalsium, magnesium, sodium, potasium atau
amoniak. Dalam hal ini, yang paling utama adalah kalsium dan
magnesium nikarbonat. Pada umumnya air limbah adalah basa yang
diterima dari penyediaan air, air tanah, dan bahan tambahan selama
dipergunakan dirumah.
3) Logam
Menentukan jumlah kandungan logam pada air limbah seperti nikel (Ni),
magnesium (Mg), timbal (Pb), kromium (Cr), kadmium (Cd), zeng (Zn),
tembaga (Cu), besi (Fe) dan air raksa (Hg) sangat penting dikarenakan
jika berlebihan maka akan bersifat racun. Akan tetapi, beberapa jenis
logam biasanya dipergunakan untuk pertumbuhan kehidupan biologis,
misalnya pada pertumbuhan algae apabila tidak ada logam
pertumbuhannya akan terhambat.
4) Gas
Banyak gas-gas terdapat didalam air, oksigen (O2) adalah gas yang
penting. Oksigen terlarut selalu diperlukan untuk pernafasan mikro-
organisme aerob dan kehidupan lainya. Apabila oksigen berada pada
ambang yang rendah, maka bau-bauan akan dihasilkan sebab unsur
karbon berubah menjadi metan termasuk CO2 dan sulfur. Belerang akan
menjadi amonia (NH3) atau teroksidasi menjadi nitrit.
5) Nitrogen
Unsur nitrogen merupakan bagian yang penting untuk keperluan
pertumbuhan protista dan tanaman. Nitrogen ini dikenal sebagai unsur
hara atau makanan dan perangsang pertumbuhan. Nitrogen dalam limbah
cair terutama merupakan gabungan dari bahan-bahan berprotein dan
urea. Oleh bakteri, nitrogen ini diuraikan secara cepat dan diubah
menjadi amonia, sehingga umur dari air buangan secara relatif dapat
ditunjukkan dari jumlah amonia yang ada. Amonia merupakan ciri khas
dari penguraian limbah domestik yang mengandung nitrogen seperti
pada tinja dan urin. Kandungan amonia yang tinggi pada limbah
domestik menjadi faktor kunci yang menyebabkan eutrofikasi pada
badan air penerima. Amonia dapat bersifat toxic bagi organisme perairan
pada konsentrasi 1 mg/l karena dapat mengurangi kapasitas oksigen di
dalam air.
6) Phospor
Unsur phospor (P) dalam air seperti juga elemen nitrogen, merupakan
unsur penting untuk pertumbuhan protista dan tanaman, yang dikenal
pula sebagai nutrient dan perangsang pertumbuhan. Phospor merupakan
komponen yang menyuburkan algae dan organisme biologi lainnya,
sehingga dapat dijadikan tolak ukur kualitas perairan.
3. Karakteristik Biologi
Limbah cair biasanya mengandung mikro-organisme yang memiliki peranan
penting dalam pengolahan limbah cair secara biologi, tetapi ada juga mikro-
organisme yang membahayakan bagi kehidupan manusia. Mikro-organisme
tersebut antara lain bakteri, jamur, protozoa dan algae, salah satunya organisme
golongan coliform yaitu total coliform dan fecal coli. Tingginya total coliform
dapat disebabkan pengendapan lumpur tinja yang tidak pernah dilakukan
pengurasan. Tingginya total coliform yang dibuang ke lingkungan dapat
menimbulkan masalah bagi kesehatan masyarakat. Salah satu jenis bakteri
coliform seperti Escherichia coli dapat menyebabkan gangguan kesehatan
seperti tifus, kolera, hepatitis, dan diare apabila masuk ke dalam sistem
pencernaan melalui minuman atau makanan.
4. Debit (Kuantitas)
Debit limbah domestik bergantung pada berapa jumlah orang. Semakin banyak
jumlah orang, maka semakin tinggi debit air limbahnya. Debit air limbah
maksimum adalah 100 L/orang/hari.
3. Baku Mutu Limbah Cair Domestik

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No.
68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, air limbah adalah air sisa dari
suatu hasil usaha dan/atau kegiatan dan air limbah domestik adalah yang berasal dari
aktivitas hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air. Berikut
adalah nilai baku mutu limbah cair domestik menurut Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. 68 Tahun 2016 (Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. 68 Tahun 2016).

Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah yang Diisyaratkan Oleh Pemerintah:
Parameter Satuan Kadar Maksimum*
pH - 6-9
BOD Mg/L 30
COD Mg/L 100
TSS Mg/L 30
Minyak & Lemak Mg/L 5
Amoniak Mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100 Ml 3000
Debit L/Orang/Hari 100
(Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. 68 Tahun 2016).

4. Teori Pengolahan Limbah Cair

Proses pengolahan limbah terdiri dari dua jenis, yaitu pengolahan limbah setempat (on
site) dan pengolahan limbah secara terpusat (off site). Menurut Fajarwati dalam
penyaluran Air buangan domestik (2000), sistem sanitasi setempat (on site sanitation)
adalah sistem pembuangan air limbah dimana air limbah tidak dikumpulkan serta
disalurkan kedalam suatu jaringan saluran yang akan membawa ke suatu tempat
pengolahan air buangan atau badan air penerima, melainkan dibuang ditempat.
Sedangkan sistem sanitasi terpusat (off site sanitation) merupakan sistem pembuangan
air buangan rumah tangga (mandi, cuci, dapur, dan limbah kotoran) yang disalurkan
keluar dari lokasi pekarangan masing-masing rumah ke saluran pengumpul air buangan
dan selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan pembangunan air buangan.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau wastewater treatment plant (WWTP)
adalah sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan kimiawi
dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk dapat digunakan kembali pada
aktivitas yang lain. Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai
kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan
tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme yang terdapat di alam (Sugiharto, 2005).

Gambar 4.1 Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat


Sumber: Iskandar dkk., 2016

Mengolah air yang mengandung senyawa organik, umumnya menggunakan teknologi

pengolahan air limbah secara biologis atau gabungan antara proses kimia-fisika. Proses
secara biologis tersebut dapat dilakukan pada kondisi aerobik (dengan udara), kondisi
anaerobik (tanpa udara) atau dengan kombinasi keduanya. Proses aerobik biasanya
digunakan untuk pengolahan limbah dengan beban BOD tidak terlalu besar, sedangkan
proses anaerobik digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD yang
sangat tinggi. Pada penelitian ini, uraian dititik beratkan pada pengolahan limbah secara
aerobik (Sugiharto, 2005).

Menurut (Hidayat, 2005), dalam jurnal Rancang Bangun IPAL, Pengolahan air limbah
secara aerobik secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga, yakni:
1. Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan
menggukan aktifitas mikroorganisme untuk menguraikan senyawa polutan yang
ada di dalam air.
Contoh proses ini antara lain proses lumpur aktif standar/konvensional, step
aeration, contact stabilization, dan lainnya.

2. Proses biologis dengan biakan melekat yakni proses pengolahan air limbah
dimana mikroorganisme yang digunakan dibiakkan pada suatu media, sehingga
mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Beberapa contoh
teknologi pengolahan air dengan sistem ini antara lain trickling filter atau biofilter,
rotating biological contractor (RBC), dan lain-lain.

3. Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam adalah
dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal
yang cukup lama, sehingga aktifitas mikroorganisme yang tumbuh secara alami
dan senyawa polutan yang ada didalam air limbah akan terurai.

Menurut (Hidayat, 2005), Pemilihan proses pengolahan air limbah domestik yang
digunakan didasarkan atas beberapa kriteria yang diinginkan antara lain:

1. Efesiensi pengolahan dapat mencapai standar baku mutu air limbah domestik
yang disyaratkan.
2. Pengelolaannya harus mudah.
3. Lahan yang diperlukan tidak terlalu besar.
4. Konsumsi energi sedapat mungkin rendah.
5. Biaya operasinya rendah.
6. Lumpur yang dihasilkan sedapat mungkin kecil.
7. Dapat digunakan untuk air limbah dengan BOD yang cukup besar.
8. Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.
9. Dapat menghilangkan amoniak sampai mencapai standar baku mutu yang berlaku.
10. Perawatannya mudah dan sederhana. Sesuai dengan kriteria di atas, maka untuk
perencanaan kali ini akan digunakan IPAL dengan jenis biofilter aerob-anerob.
Menurut (Hidayat, 2005), Prinsip kerja dari instalasi pengolahan air limbah biofilter
aerob-anaerob adalah sebagai berikut:
1. Seluruh air limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik, seluruhnya dialirkan
ke bak pemisah lemak atau minyak. Bak pemisah lemak tersebut berfungsi untuk
memisahkan lemak atau minyak yang berasal dari kegiatan dapur, serta untuk
mendapatkan kotoran pasir, tanah atau senyawa padatan yang tak dapat terurai
secara biologis.

2. Selanjutnya limpasan dari bak pemisah lemak dialirkan masuk ke bak


pengendap awal untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik
tersuspensi. Selain sebagai bak pengendapan, bak ini juga berfungsi sebagai bak
pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai
lumpur) dan penampung lumpur.

3. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor
anaerob (biofilter anaerob) dengan arah aliran dari atas ke bawah. Jumlah bak
kontraktor anaerob terdiri dari dua buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang
ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerob atau fakultatif aerob. Setelah
beberap hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-
organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang
belum terurai pada bak pengendap.

4. Air limbah dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke bak kontaktor
aerob yang berfungsi menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah. Dari bak
aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang
mengandung mikro-organisme diendapkan dan sebagian air dipompa kembali ke
bagian bak pengendap awal dengan pompa sirkulasi lumpur.

5. Sedangkan air limpasan (outlet/over flow) sebagian dialirkan ke bak yang diisi
ikan dan sebagian lagi dialirkan ke bak khlorinasi/kontaktor khlor. Didalam bak
kontaktor khlor ini, air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk
membunuh mikro-organisme patogen. Pembahan khlor yang bisa dilakukan dengan
menggunakan khlor tablet atau dengan larutan kaporit yang disuplai melalui
pompa. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung
dibuang ke sungai atau saluran umum.
Gambar 4.2 IPAL Biofilter Aerob-Anaerob
Sumber: Said, 2000

5. Pemilihan Unit Pengolahan


Menurut Rahayu (2008), Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada IPAL Jelawat
terdiri atas tahap-tahap berikut:
1. Tahap Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment)
Bar screen dipasang pada bak pertama pengolahan yang berfungsi sebagai
penyaring benda-benda padat atau terapung dan benda mengendap dengan
diameter besar yang mampu mengendap sendiri. Proses pembersihan dan
pengambilan kotorannnya dilakukan secara manual.

2. Tahap Pengolahan Pertama (Primary Treatment)


Terdapat bak flotasi yang berfungsi sebagai bak penangkap lemak atau minyak.
Bak ini diperlukan karena limbah yang akan diolah merupakan buangan
domestik yang salah satunya bersumber dari dapur. Setelah melewati unit flotasi
selanjutnya akan masuk dalam unit primary clarifier sebagai bak pengendap
padatan limbah.

3. Tahap Pengolahan Kedua (Secondary Treatment)


Proses inti dari pengolahan di IPAL Jelawat adalah pada tahap kedua ini yang
mengalami proses pengolahan secara biologi yaitu pada unit Rotating Biological
Contractor (RBC). Pada RBC terjadi proses penguraian senyawa polutan oleh
mikroorganisme yang tumbuh pada disk-disk yang berputar (rotordisk).
Mikroorganisme akan tumbuh dan melekat pada rotordisk membentuk
biomassa/biofilm. Air limbah akan masuk ke dalam rotorzone dengan sistem
seri yang terbagi atas empat zona.

Posisi inlet ke dalam rotorzone terletak secara diagonal dari masuknya limbah
ke dalam unit pengolah, limbah mengalir dari setiap zona secara zig-zag.
Pengaliran limbah terjadi secara gravitasi dengan tinggi muka air pada zona 4
lebih rendah dibandingkan tinggi muka air pada zona 3, 2, dan 1.

Air limbah akan terolah oleh biomassa yang tumbuh pada disk band pada setiap
zona yang berurutan dari zona 1 sampai 4. Biomassa yang tumbuh pada
rotordisk akan mengalami kontak dengan oksigen di udara bebas pada saat
berada di atas air sehingga terjadi transfer oksigen. Pertumbuhan tertinggi
biomassa terjadi pada disk band zona 1 dan secara berangsur-angsur akan
berkurang pada zona berikutnya. Secara fisik pada zona 1 biomassa akan lebih
tebal dengan warna coklat tua bahkan membentuk filament. Sedangkan pada
zona berikutnya akan lebih tipis dengan warna coklat muda atau kekuningan.

Air limbah pada zona 4 sudah cukup jernih dengan kandungan BOD dan bahan
suspense rendah. Pada zona ini sebagian air akan diresirkulasi kembali ke bak
pengendap awal dan sebagian diteruskan ke bak pengendap akhir. Tujuan
resirkulasi adalah memberikan kontak langsung dengan kandungan BOD rendah
tetapi memiliki kandungan oksigen cukup tinggi sehingga akan dapat membantu
beban limbah yang baru masuk ke unit IPAL.

Gambar 5.1 Arah Aliran Dalam Zona RBC

4. Tahap Pengolahan Akhir


Unit terakhir adalah final clarifier yang berfungsi sebagai bak pengendap untuk
menurunkan padatan tersuspensi dan mengendapkan biomassa yang
mengelupas. Air yang keluar setelah melewati tahapan diatas bila teramati
secara fisik akan nampak secara jernih dan bebas dari padatan tersuspensi
sehingga layak untuk dibuang ke badan air.

DAFTAR PUSTAKA
1. Belladona, Meilani., 2014. Perancangan Instalasi Pengolah Air Limbah Domestik
Terpadu Pada Kawasan Kampung Nelayan Di Kota Bengkulu. Jurnal Inersia.
Volume 6. Nomor 1. Universitas Prof. DR. Hazairin, SH. BENGKULU.
2. Doraja, dkk., 2012. Biodegradasi Limbah Domestik Dengan Menggunakan Inokulum
Alami Dari Tangki Septik. Jurnal Sains dan Seni ITS. Volume 1.Nomor 1. Surabaya.
3. Fajarwati, Ayi. 2000. Perencanaan Sistem PenyaluranAir Buangan Domestik Kota
Palembang (StudiKasus : Kecamatan Ilir Timur 1 dan Kecamatan Ilir Timur II).
Program StudiTeknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
4. Hidayah, Euis Nurul dan Wahyu Aditya., 2010. Potensi Dan Pengaruh Tanaman
Pada Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Sistem Constructed Wetland. Jurnal
Ilmiah Teknik Lingkungan. Volume 2. Nomor 2. Universitas Pembangunan Nasional
Veteran. Jawa Timur.
5. Hidayat, Wahyu dan Nusa Idaman Said. 2005. RancangBangun IPAL. JAI : Volume
1 No. 1. Direktorat Teknologi Lingkungan, BPPT, Jakarta.
6. Iskandar, S., dkk. 2016. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik – Terpusat Skala
Permukiman., Dirjen Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Jakarta.
7. Kodoatie, Robert. J. dan Roestam Sjarief., 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu. Penerbit Andi. Yogyakarta.
8. Mubin, dkk., 2016. Perencanaan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Di
Kelurahan Istiqlal Kota Manado. Jurnal Sipil Statik. Volume 4. Nomor 3.
Universitas Sam Ratulangi. Manado.
9. Rahayu, Dwi Ermawati., 2008, Sistem Pengolahan Air Limbah dan Tinja di IPAL Jl
Jelawat, Jurnal APLIKA, Volume 8, Nomor 1, Universitas Mulawarman, Samarinda.
10. Said Nusa I., 2000, Teknologi Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilm
Tercelup, Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.1, No. 2, Direktorat Teknologi
Lingkungan, BPPT, Jakarta.
11. Sugiharto. 2005. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI, Jakarta.
12. Umar, dkk., 2011. Peran Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan Air
Limbah Domestik Di Wilayah Ternate Tengah. Volume 25. Nomor 1. Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai