Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 1

TEKNIK REKLAMASI

DOSEN :

DR.Ir nennyy.ST.MT.,IPM

MAHASISWA:

LISDAWATI

105811104118

JURUSAN TEKNIK SIPIL PENGAIRAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


BAB 1
A.PENDAHULUAN

Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Secara umum aturan mengenai reklamasi dapat kita lihat dalam Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(“UU 27/2007”) sebagaimana diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (“UU 1/2014”Reklamasi adalah
kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber
daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara
pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.Reklamasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat dan/atau nilai
tambah Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ditinjau dari aspek teknis,
lingkungan, dan sosial ekonomi.Reklamasi di wilayah pesisir hanya boleh
dilakukan apabila manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih besar daripada
biaya sosial dan biaya ekonominya.

Pelaksanaan Reklamasi wajib menjaga dan memperhatikan:

a. keberlanjutan kehidupan dan penghidupan Masyarakat;

b. keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan kepentingan pelestarian


fungsi lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; serta

c. persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan penimbunan


material.Perencanaan dan pelaksanaan reklamasi diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Presiden, yaitu Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (“Perpres 122/2012”). Perlu
diketahui bahwa Perpres 122/2012 ini masih berlaku.Ruang lingkup Perpres
122/2012 ini meliputi perencanaan dan pelaksanaan reklamasi wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil. Reklamasi tidak dapat dilakukan pada kawasan konservasi dan
alur laut.

Perpres 122/2012 ini dikecualikan bagi reklamasi di:

a. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp)


pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul serta di wilayah perairan terminal
khusus;

b. lokasi pertambangan, minyak, gas bumi, dan panas bumi; dan

c. kawasan hutan dalam rangka pemulihan dan/atau perbaikan hutan.

Perizinan Reklamasi

Pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang yang akan melaksanakan


reklamasi wajib memiliki izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi.Untuk
memperoleh izin lokasi dan Pemerintah, pemerintah daerah dan setiap orang wajib
terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota.Menteri memberikan izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi
pada Kawasan Strategis Nasional Tertentu, kegiatan reklamasi lintas provinsi, dan
kegiatan reklamasi di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh Pemerintah.[10]
Pemberian izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi pada Kawasan Strategis
Nasional Tertentu dan kegiatan reklamasi lintas provinsi diberikan setelah
mendapat pertimbangan dari bupati/ walikota dan Gubernur dan bupati/walikota
memberikan izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi dalam wilayah sesuai
dengan kewenangannya dan kegiatan reklamasi di pelabuhan perikanan yang
dikelola oleh pemerintah daerah.Jadi, untuk melakukan reklamasi, maka
penyelenggara harus terlebih dahulu memperoleh izin lokasi dan izin pelaksanaan
reklamasi dari pemerintah.

Reklamasi Danau

Pengaturan mengenai reklamasi danau dapat kita lihat dalam Peraturan


Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan
Reklamasi (“Permenhub 52/2011”) sebagaimana terakhir kali diubah oleh
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 136 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 tentang
Pengerukan dan Reklamasi (“Permenhub 136/2015”) dan Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (“PP 16/2004”).Pekerjaan
reklamasi harus mendapat izin dari bupati/walikota untuk pekerjaan reklamasi di
wilayah perairan pelabuhan pengumpan lokal dan pelabuhan sungai dan danau.
[13] Reklamasi tersebut untuk membangun pelabuhan laut dan terminal khusus
yang berada di perairan dapat dilaksanakan pekerjaan reklamasi.Perlu diketahui
bahwa tanah yang berasal dari tanah timbul atau hasil reklamasi di wilayah
perairan pantai, pasang surut, rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai langsung
oleh Negara.

Dasar hukum:

1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir


dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;

3. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan


Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur.;

4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 tentang


Pengerukan dan Reklamasi sebagaimana terakhir kali diubah oleh Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 136 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan
dan Reklamasi.[1] Pasal 1 angka 23 UU 1/2014 jo. Pasal 1 angka 1 Peraturan
Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (“Perpres 122/2012”)
BAB II

.TEKNIS PELAKSANAAN REKLAMASI

A.PENGERTIAN REKLAMASI

Menurut pengertiannya secara bahasam reklamasi berasal dari kosa kata dalam
bahasa inggris, to reclaim yang artinya memperbaiki sesuatuyang rusak. Secara
khusu dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia disebutkan arti reclaim sebagai
menjadikan tanah (from the sea). Arti reclamation diterjemahkan sebagai
pekerjaan memperoleh tanah. Para ahli belum banyak mendefinisikan atau
memberikan pengertian mengenai reklamasi pantai. Kegiatan reklamasi pantai
merupakan upaya teknologi yang dilakukan manusia untuk merubah suatu
lingkungan alam menjadi lingkungan buatan, yaitu daratan baru.Dalam UU No. 27
tahun 2007, Reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam
rangka meningkatkan sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial
ekonomi dengan cara pengurugan , pengeringan atau drainase.

Pengertian dari reklamasi lainnya adalah suatu pekerjaan atau usaha


memanfaatkan kawasan atau lahan yang tidak relatif berguna atau masih kosong
dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Misalkan, dikawasan
pantai, daerah rawa-rawa, dilaut lepas atau lepas pantai, ditengah sungai yang
lebar maupun didanau. Pada dasarnya teknologi reklamasi hanya mengubah
daerah pantai menjadi suatu wilayah daratan dengan teknologi-teknologi yang ada
seperti drainase. Biasanya daerah yang menerapkan teknologi reklamasi ini
termasuk daerah rendah yang sering terjadi genangan air seperti banjir atau
pasang surut air laut yang berlebihan. Hal inilah yang membuat teknologi semakin
berkembang hingga sekarang.

B.PERSIAPAN

Reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil ditujukan untuk


meningkatkan manfaat sumber daya pesisir atau laut dengan modifikasi wujud
bentang alam, maka pelaksanaan reklamasi berkaitan dengan dampak ekosistem
dan dampak ekonomi. Kedua dampak itu berpengaruh kepada kehidupan
masyarakat pesisir agar dapat membaik atau memburuk. Lalu apa yang harus
dilakukan untuk meningkatkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif
reklamasi?.

Perencanaan reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bertujuan untuk


menjawab:

Apakah reklamasi aman untuk dilaksanakan?

Apakah rencana reklamasi dapat dilakukan menurut aturan?

Apakah rencana reklamasi memiliki dampak negatif bagi sumberdaya yang


digunakan pihak lain?

Apakah rencana reklamasi memberikan manfaat yang lebih besar

Perencanaan reklamasi meliputi penentuan lokasi reklamasi yang meliputi lokasi


reklamasi dan lokasi sumber material reklamasi, penyusunan rencana induk,
penyusunan studi kelayakan, dan penyusunan rencana detail.Untuk menentukan
lokasi reklamasi maka pastikan sesuai dengan rencana tata ruang dan
mempertimbangkan aspek teknis, lingkungan hidup dan sosial ekonomi. Aspek
teknis yang dipertimbangkan dalam menentukan lokasi reklamasi mencakup
kondisi hidro oseanografi, hidrologi, batimetri, topografi, geomorfologi dan
geoteknik. Aspek lingkungan hidup yang dipertimbangkan dalam menentukan
lokasi reklamasi adalah komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak
reklamasi. Aspek sosial ekonomi dipertimbangkan dalam menentukan lokasi
reklamasi untuk memastikan komponen sosial ekonomi yang terdampak reklamasi.

Setelah dilakukan penentuan lokasi, maka disusunlah rencana induk reklamasi


yang memuat paling sedikit rencana peruntukan lahan reklamasi, kebutuhan
fasilitas, tahapan pembangunan, dan rencana pengembangan jangka waktu
pelaksanaan. Rencana induk tersebut menjadi dasar penyusunan dokumen studi
kelayakan teknis, ekonomi financial, dan lingkungan hidup serta dokumen rencana
detil reklamasi yang menggambarkan teknik reklamasi.

Secara umum reklamasi dapat dilakukan dengan metode pengurugan atau


pengeringan. Reklamasi dengan metode pengurugan dimulai dengan
pembangunan tanggul, pemasangan silt screen, penebaran material, perataan
lahan dan pematangan lahan dan penimbunan tanah lapisan akhir. Pembangunan
tanggul berfungsi sebagai batas luar lahan reklamasi dan mengendalikan
kekeruhan. Bahan tanggul dapat berasal dari material tanah, batu dan lapisan luar.
Silt screen berfungsi untuk mengendalikan kekeruhan perairan di sekitar lokasi
reklamasi yang terjadi akibat suspensi sediman dan padatan selama pengerukan
atau pengisian material. Penebaran material dapat dilakukan dengan metode
hidraulik fill atau menggunakan pipa untuk mengurangi pencemaran akibat
tumpahan material. Perataan, pematangan lahan dan penimbunan tanah lapisan
terakhir dilakukan untuk memastikan tidak terjadi penurunan tanah, liquifaksi dan
lahan longsor.Reklamasi dengan metode pengeringan dilakukan dengan
membangun tanggul kedap air terlebih dulu, kemudian membangun jaringan
drainase, memompa air keluar dari lahan reklamasi, dan memperbaiki kestabilan
tanah dasar.Pemberi izin wajib melakukan monitoring dan evaluasi selama
pelaksanaan reklamasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memastikan
kesesuaian perencanaan reklamasi dengan realisasi pelaksanaan reklamasi,
sehingga dampak negatif dapat dihindari.Aspek penting yang perlu dilakukan
monitoring diantaranya adalah kesesuaian titik koordinat pelaksanaan reklamasi
dengan yang tercantum dalam izin, keberadaan alat pemantau tanah, dan kualitas
lingkungan hidup sesuai dengan dokumen pemantauan lingkungan hidup.
Ketentuan penyusunan proposal, rencana induk dan studi kelayakan dan
rancangan detil reklamasi dapat dilihat pada ketentuan peraturan perundang-
undangan. Sebagai antisipasi terhadap permasalahan sosial, relokasi dan
kompensasi kegiatan reklamasi harus memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
PENUTUP

reklamasi adalah suatu pekerjaan atau usaha memanfaatkan kawasan atau


lahan yang tidak relatif berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan
berguna dengan cara dikeringkan. Misalkan, dikawasan pantai, daerah rawa-rawa,
dilaut lepas atau lepas pantai, ditengah sungai yang lebar maupun didanau.

Kegiatan pengembangan kawasan pesisir pantai pada dasarnya dapat


dilihat sebagai bentuk kegiatan pembangunan kawasan yang memiliki karakteristik
khusus. Dalam pengembangan kawasan pesisir pantai perlu diperhatikan adanya
atau terjadi proses perubahan dari lingkungan hidup alami menjadi lingkungan
buatan bagi berbagai kebutuhan dan kegiatan hidup manusia. Proses perubahan
lingkungan alam sekitar kawasan pengembangan pada pokoknya dapat berjalan
mulus dan lancer, dapat berjalan dengan adanya kendala atau masalah atau dapat
berjalan penuh dengan konflik dan persoalan-persoalan pelik. Sudut pandang bagi
arsitek atau perencana kawasan hendaknya kegiatan pengembangan kawasan
baru di pesisir pantai mestinya dari sudut pandang perencanaan komprehensif
Daftar pustaka

https://kkp.go.id/djprl/artikel/21043-tata-cara-reklamasi-di-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil

Anda mungkin juga menyukai