Anda di halaman 1dari 9

Ibu vs Sekolah

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh


Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki
Penuh darah penuh nanah
Seperti udara
Kasih yang engkau berikan
Tak mampu 'ku membalas
Ibu
Ibu

Guruku tersayang
Guru tercinta
Tanpamu apa jadinya aku
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guruku terima kasihku

Memberikan penghormatan setinggi tingginya kepada ibu di seluruh dunia sebagai tokoh dan
pahlawan pendidikan bagi keluarga di rumah.

Mengapa saya memilih judul ibu vs sekolah? Karena saya ingin mengangkat permasalahan isu
sosial dan pendidikan di sekolah yang selama ini mengusik dan mencuat di berbagai polemik
sesuai pengalaman dan pandangan pribadi yang saya alami sebagai ibu dan mantan guru.
Kemuliaan ibu sebagai tokoh pondidikan anak.

Ibu jaman dulu, mengalami pergeseran nilai nilai

Ibu madrasah pertama anak

Lingkungan pertama dilihat anak adalah keluarga. Perjuangan seorang ibu tidak hanya
melahirkan sekaligus mendidik anak. Saya ingat melahirkan adalah peristiwa yang membuat
saya trauma karena sakit yang luar biasa tetapi rasa sakit itu tergantikan oleh bayi yang lahir
dengan sehat dan menggemaskan.

Perjuangan seorang ibu kodrat alaminya mengandung, menyusui, melahirkan dan merawat
anak. Perjuangan seorang ibu begitu berat tidak hanya itu tapi sekaligus mendidik anaknya.
Dalam islam seorang ibu…….oleh karena itu dukunglah ibu agar menjadi seorang ibu yang baik
untuk anak anaknya. Tanggung jawab anak adalah orang tua atau ibu.

Saya memilih menjadi ibu rumah tangga setelah menjadi wanita karir.
Singkat cerita, menjadi ibu rumah tangga tidak langsung merta saya terima dengan lapang
dada, banyak pergolakan batin dan ketidaksesuaian. Istilahnya seperti culture shock. Stres dan
cemas melanda. Terus terang menjadi ibu rumah tangga adalah perjalanan spiritual saya
hingga saya sampai saat ini. Kenapa saya memilih ibu rumah tangga? Banyak faktor internal
dari saya dan keluarga dan eksternal lingkungan sehingga saya memutuskan menjadi ibu
rumah tangga. Diluar itu saya juga ingin fokus mendidik anak saya, tapi ternyata tidak semudah
itu pada awalnya dan sampai sekarang masih terus belajar. Pekerjaan ibu rumah tangga
banyadomestik…

Kisah Ibu Ainun istri Bapak teknologi Bj Habibie.

"Mengapa saya tidak bekerja? Bukankah saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin bagi
saya untuk bekerja pada waktu itu. Namun, saya pikir buat apa uang tambahan dan kepuasan
batin yang barangkali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh
anak bergaji tinggi dengan risiko kami sendiri kehilangan kedekatan pada anak sendiri?
Apa artinya tambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya
timang dan saya bentuk sendiri pribadinya? Anak saya akan tidak mempunyai ibu.
Seimbangkah anak kehilangan ibu bapak? Seimbangkah orangtua kehilangan anak dengan
uang dan kepuasan pribadi tambahan karena bekerja? Itulah sebabnya saya memutuskan
menerima hidup pas-pasan. Tiga setengah tahun kami bertiga hidup begitu. (Ainun Habibie,
Tahun-tahun Pertama).

Persoalan dilematis yang dialami wanita jika sudah menikah dan punya anak adalah memilih
menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir. Kalau menjadi
wanita karir sebelumnya yang saya alami pernah menjadi guru selama belasan tahun. Banyak
pengalaman yang saya alami srlama menjadi guru di sekolah.
Artis sukses desy ratnasari yang memiliki ibu wanita karir dan diasuh oleh neneknya, pernah
bilang, " nenek saya mengajarkan kasih sayang, ibu saya mengajarkan kemandirian".
Tidak ada mana yang baik dan buruk, wanita karir dan ibu rumah tangga.
Najws shihab
Wanita karir, jika ibu adalah sekolah oertama bagi anaknya. Bagaimana bisa jika shubuh/ pagi
sudah berangkat, sire sudah capek, blm lg ktambahan kerjaan yg dikerjakan firumah?

Saat saya bekerja waktu saya terkuras oleh pekerjaan saya sebagai wanita karir, berangkat
pagi pulang sore, kurang dekat dengan anak, tenaga dan pikiran hanya banyak dipusatkan
untuk bekerja, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara membagi waktu saya bekerja dan
merawat anak. Anak sa sering tantrum, waktu bermain dihabiskan dengan gadget,
perkembangan pendidikan anak di sekolah tidak tahu. Bagaimana saya bisa menyeimbangkan
dnnmemustkan perhatian saya ke anak, tenaga dan pikiran saya habis untuk bekerja di luar.
Adakah aturan yang care akan hak wanita yang sudah menjadi ibu, jam kerja wanita sebagai
ibu sekarang sama dengan laki2 tetapi gaji laki2 lebih besar. Wanita dituntut cerdas, profesional
di karir tapi hak wanita sebagai ibu banyak diabaikan dan tidak banyak perusahaan yang tidak
memperdulikan akan hak wanita sebagai ibu. Semua disamaratakan. Desakan ekonomi kadang
membuat wanita terpaksa bekerja karena kebutuhan ekonomi kurang mencukupi. Buat apa
saya bekerja dengan gaji ga seberapa sementara saya tidak tahu perkembangana anak saya,
untuk ap bekerja profesional tapi hak pemenuhan sebagai wanita dan ibu tidak ada. Salah
satunjlan yang ditempuh adalah memilih salah satu yaitu memilih jadi ibu rumah tangga atau
karir, jika saya memilih karir maka masa bersama anak saya takkan terulang lagi ketika ia
dewasa, jika saya memilih ibu rumah tangga maka gelar sarjana saya tidak terpakai, saya tidak
mendapatkan gaji, banyak cibiran dari orang sekitar, kemampuan akademis saya jadi hilang
karena mengurus anak, saya pikir semuanya ilmu tidak ada yang sia sia, saya lebihh memilih
mana yang lebih prioritas walau ada efek resiko seperti yang sebutkan diatas. Saya pikir uang
masih bisa dicari tapi momen bersama anak akan terlewatkan dan tak terulang, akan timbul
penyesalan di kemudian hari. Biarlah suami yang fokus bekerja, tak ada ilmu yang sia sia,
sebagai ibu rumah tangga juga harus bisa berdaya walaupun itu tidak mudah. Setelah menjadi
ibu rumah tangga banyak hal yang tidak mengenakkan terjadi di sekolah

Melonjaknya wanita karir di jaman modernisasi

Ibu yang pertama dan utama dalam pendidikan anak

Tidak bisa dipungkiri manusia terlahir dari seorang ibu bukan dari seorang bapak. Kodratny
semua spesies seperti hewan, kucing, ayam, dll yang mendidik adalah indukny sendiri.
Keluarga adalah sekolah pertama dan utama anak. Pendidikan utama bukan terletak pada
sekolah. Keluarga adalah pendidikan utama. Keluarga lah yng harus dikuatkan pondasinya
demi memberikan generasi yang sehat jasmani &rohani, beriman bertaqwa, dan berbangsa
bernegara. Sekolah hanya sekedar support atau dijadikan support sistem keunikan anak,
mengikuti perbedaan anak2 bukan malah sebaliknya anak harus mengikuti apa yang diinginkan
sekolah. Betapa banyak keluarga yang merasa mmpu membiayai sekolah anaknya dan
menyerahkan sepenuhnya pada sekolah. Bahkan sejak bayi, bayi sudah ada sekolahnya. Ibu
naluri pedagogis

Kewajiban orang tua tidak hanya memberi makan sandang pngan saja tetapi kasih sayang dan
pendidikan yang baik bagi anaknya.

Bagaimana peran ibu dalam pendidikan anak? Sudah kah ibu belajar dari anaknya sendiri?
Kalo ibu tidak pernah belajar menjadi ibu lantas siapa yang mendidik anknya dengan baik
kelak? Aekarang jaman semakin modern, di sisi lain membawa dmpak negatif bagi si anak.
Contoh hp, sudah pantas kah anak menggunakn gadget? Apakah inu bisa menhontrol
sepenuhnya bila ibu sibuk bekerja? Iya klo pekerjaan mengerti hak pekerja wanita terutama ibu
yang hamil, menyusui, melahirkan. Tugas utama ibu sekarang semkin berat karena banyak
tuntutan pekerjaan tetapi semakin sedikit hknyang dipeeoleh.

Modernisasi, industrialisasi, globalisasi yang memnberikan kemudahan sekaligus ancaman bagi


umat manusia dari segi pendidikan.
Karena ibu jaman sekarng punya waktu sedikit bagi anaknya karena pasti mendpatkan
pendidikan yang baik sehingga ibu tidak perlu capek capek mendidik anaknya.

Sekolah telah mengambil alih pendidikan anak. Seolah olah sekolah menjafi expert, padahal
yang sehrusnya yang lebih tahu kemampuan anak adalah ibunya sendiri. Sekolah seolah
berhak menilai dan menjadi penentu kesuksesan anak tanpa campur tangan ibu. Bisa kah
sekolah menggantikan peran ibu? Bisa kah sekolah menangani keberagaman anak anak yang
begitu bnyak di sekolah? Padahal di sekolah kemampuan anak disekolah diseragamkan, dan
orang tua seperti ibu hanya menurut saja di sekolah. Apa yang guru katakan di sekolah ibu
hanya ikut saja. Bila guru sekolah men cap anak nakal, bodoh, malas lantas ibu langsung stres
dan pusing dengan anaknya yang di cap seperti itu dan mengambil tindakan kepada anaknya
dengan menambahkan les oelajaran atau mumgkin dengan cara memarahi, menghukum atau
bahkan memukul karena nilai jelek dan buat masalah di sekolah. Tugas pendidikan anak adalah
tanggung jawab bersama yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tapi pendidikan awal dan
utama adalah di keluarga terletak pada seorang ibu yang melahirkan dan kodrat ibu untuk
mendidik anak.

Sebab yang dimintai pertanggungjawaban kelak adalah orang tuanya bukan sekolah atau
masyarakat. Seharusnya sekolah mau twrbuka dan melibatkan orang tua dalam pendidikan
anak. Janganlah tertutup menciptakan jarak untuk memfasilitasi suara suara orang tua. Orang
tua dan guru sekolah bisa saling kerjasama dalam mendidik anak yang memihak pada anak
bukan pada kepentingan sekolah atau ortu.Orang tua berani bayar sekolah mahal Kebanyakan
yang ditanyakan, anakku bisa apa sekolah disini? Seharusnya para guru di sekolah sebagai
orang tua kedua.

Seolah ibu tidak harus belajar lagi bagaimana menjadi pendidik bagi anaknya sendiri dan
menyerahkan sepenuhnya di sekolah. Ada beberapa ibu yang mengatakan bahwa " yang
penting anakku sekolah dan pinter" "gpp ibunya ga pinter yang penting anaknya pinter" justru
pernyataan seperti ini keliru. Seharusnya ibunya harus pinter dulu baru anakny bisa pinter.
Banyak orang tua mengharapkan anaknya soleh solehah tapi orang tuanya sendiri belum bisa
memberikan contoh.

Seharusnya ada program pengasuhan bagi ibu dan calon ibu dalam hal pendidikan.

maka ibu adalah sosok paling penting dalam proses pembentukan karakter anak secara
menyeluruh.

Sekolah menggantikan peran ibu, sehingga ibu lupa peranya sebagai ibu
Lingkaran setan, ibu berkarir demi membiayai anak ke sekolah yang fasilitasny mumpuni dan
anak, agama, dan gurunya yn bagus dengan membayar biya mahal sekolah, padahal ibu
sebagai tonggak pertama pendidikan anak
Orang tua ibu tidak kritis, menyerahkan sepenuhny pada guru
Anak lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah seperti fullday school daripada ke
ibunya karena sudah capek
Seharusnya ibu sebagai orang tua dilibatkan dalam pendidikan anak disekolah, sekolah malah
terkesan tertutup tidak mau membuka suara forum diskusi mengenai anak, hanya akademis
sekolah saja.

Menganggap pekerjaan guru mulia sehingga apa yang dikatakan guru adalah benar.
Menganggap pekerjaan ibu rumah tangga yang terkesan remeh padahal seorang ibu adalah
tokoh utama dibalik kesuksesan anak. Jadi ibunya harus pintar dulu. Baik guru ataupun ibu
harus sama sama belajar mengenai pendidikan anak tidak hanya pengajaran akadenis saja.
Untuk memasuki ranah pendidikan anak, ibu tidak perlu hrus jadi guru profesional, atau
psikolog, tapi ibu harus banyak membaca dan belajar istilahnya parenting karena menjadi ibu
adalah panggilan jiwa sehingga kodrat ibu secara naluri insting alami akan terus belajar
bagimana pendidikan yang baik bagi anaknya sendiri. Apabila seorang ibu yang tidak pernah
dan tidak pernah belajar mengenai anak bagimana mengharap anaknya baik sesuai harapan
jikalau ibunya sendiri bodoh. Seorng guru bgaimana mengjrapakan anak didiknya baik bila
gurunya hanya sekedar mengajar tapi tidak memahami penddiikan anak. Seharusnya ibu dan
guru di sekolah bisa kolaborasi saling bekerjasama mendidk anak di sekolah. Menyelesaikaan
permasalah yang terjadi pada anak dan menemukan solusi. Tapi yang terjadi malah ibu hanya
menurut apa yang di katakan guru di sekolah dan ibu tidak pernah terlibat aktif dalam
perkembangan anak. Anak hanya dijejali banyak pelajaran. Katena sekolah adalah otang tua
merasa sudah bayar atau si ibi audah capek kerja jadi biar sekolah yang urus.

Siapakah yang akan memeberikan nilai nilai kebaikan jika bukan seorang ibu? Jman sekarang
sekolah sudah dianggap temat keeramat. Disekolah sekarang beban pelajaran tambah banyak
dan tmbah sulit bagi anak. Waktu keberaamaan di keluarga karena disibukkan tugas sekolah
dan paparan gadget. Apalagi melonjaknya ibu sebgai wanita karir. Sehingga pendidikan di
keluarga tidak dianggap, sekolah menjdi nomr satu dalam pendidikan anak.

Antara ibu, guru, dan anak

Selalu yng dijunjung tinggi mulia adalah seorang Ibu. Guru juga dijunjung tinggi mulia sebagai
pahlawan pendidikan dan tanpa tanda jasa.Ibu sebagai simbol mulia bahwa kasih ibu
sepanjang masa. Tampakmya janganlah kiata hanya terbuai kepada simbol simbol itu tanpa
memakanai dan mempertanyakan kebenaran dari simbol itu. Sehingga kita mendewakan
simbol itu. Sebab yang terjadi malah ironi.
Karena bisa bisa yang salah jadi benar. Yang benar jadi salah. Semua wanita bisa menjadi ibu
tapi tidak semua bisa menjadi ibu yang baik. Semua orang bisa menjadi guru dengan sekolah
dan ijazah tapi tidak semua bisa menjadi guru yang baik. Kita harus berkaca pada realita yang
ada tidak terbuai dengan status sosial atau simbol. Karena apabila orang tersebut melakukan
kesalahan tetapi dianggap biasa dan benar hanya karena dia adalah seorang guru atau ibu.
Pada dasarnya manusia adalah sama untuk saling menghargai dan mengingatkan dengan baik.
Tidak selalu ibu atau guru benar. Tidak selalu anak atau siswa salah. Sama sama saling
belajar. Bagaimanapun guru adalah orang yang tahu lebih dulu bukan yang tahu segalanya. Ibu
adalah orang yang lahir lebih dulu yang punya kodrat ibu untuk membimbing dan belajar dari
perkembangan anaknya. Dimana mereka adalah generasi penerus…

Pendidikan sekolah dalam status gawat, Ibu harus bertindak.

Di saat pandemi spt ini, banyak ibu yang bingung dengan belajar daring. Pembelajaran anak
sekarang malah mendekatkan anak dengan gadget. Gadget memberi kemudahan akses
informasi yang begitu luas tetapi memberi dampak yang serius juga bagi perkembangan jiwa
anak bila tidak ada pengawasan dan penanganan orng tua. Hp sebenarnya adalah milik orang
dewasa, anak memiliki hp pribadi sendiri dinilai masih belum pantas.

Kenakalan anak beban bagi sekolah dan orang tua? Siapa yang seharusnya bertanggung
jawab? Mengapa anak bisa nakal? Mungkin jika ada sinergi positif dan terbuka antara orangtua
dan guru mengenai anak di semua tahapan sekolah akan menciptakan dampak yang solusional
secara berkelanjutan. Selama ini hanya kebutuhan akademis/kognitif saja, kebutuhan
emosional anak dianggap tidak terlalu penting. Anak perlu diperbaiki jika nilainya jelek, anak
perlu diperbaiki jika dia tidak mengerjakan pr, mencontek, dll. Kalau nilai jelek kenapa
dipaksakan harus bagus jika materi pelajaran sulit atau guru kurang cakap dalam
menyampaikan materi pelajaran atau kalau memang anak tidak mampu? Guru merasa bahwa
anak harus memenuhi nilai mata pelajarannya. Yang difokuskan hanya belajar, belajar, dan
belajar dan tugas, tugas, dan tugas di sekolah. Esensinya apa kalau nilai 10?
Nilai anak lebih penting daripada kejujuran, toleransi teman, membuang sampah pada
tempatnya, menghargai teman, menolong teman, punya bakat khusus, hal seperti itu tidak akan
dianggap di sekolah. Yang dianggap adalah berapa nilai kamu, prestasi apa kamu di sekolah?
Seolah nilai kamu adalah diri kamu. Kalau seperti ini siapa lagi yang menghargai anak kalau
bukan ibunya sendiri? Yang lebih tahu dan kuasa demi kebaikan anak adalah ibunya sendiri.
Ibu perlu tahu hal seperti ini supaya tidak terjebak gejala schoolism yaitu bahwa sekolah adalah
segalanya. Jika esensi pendidikan karakter tidak ada di sekolah terus buat apa ibu menitipkan
anak di sekolah? Apakah dengan hanya memberikan pengetahuan seluas jagat raya anak akan
jadi baik? Yang diharapkan adalah kualitas pendidikan bukan kuantitas. Dahulukan adab
sebelum ilmu. Jika sudah begini anak yang tidak kritis sudah kehilangan jati dirinya.

Harus ada sosok ibu bagi anak. Kalaupun terpaksa ibu bekerja, untuk menyempatkan waktu
lebih dalam seperti tampaknyansulinbagi ibu yang hampir banyak waktunya dibuat bekwrja
tanpa mengetahui perkembangan disekolah. Kecuali ibunyang bekwrja dari rumah punya
fleksibitas mengatur waktu. Paling tidak ada sosok ibu hadir dalam diri anak, bisa digantikan
bapak, bibi, guru, nenek, dll.
Contoh kegagalan

Contoh, ibu tega bunuh anak kandung sendiri karena anak sulit diajari sewaktu belajar daring
sehingga memukuli sang anak sampai tewas. Ada apa dengan sekolah yang notabene sebagai
otonomi pendidikan justru membahayakan nyawa sang anak? Bagaimana reaksi guru sekolah
melihat fenomena seperti ini karena terlalu membebani anak terlalu banyak tugas? Apa tindak
lanjut pemerintah dalam menangani kasus ini? Sepertinya kok diam saja, tidak ada ketegasan
dalam penanganan ini. Saya mengalami sendiri sewaktu mengajari anak saya pelajaran
matematika, anak saya kurang cakap dalam bidang matematika, saya membentak dia sampai
menangis bahkan terus terang saya ceples karena tidak mengerti. Saya merasa kenapa seperti
ini, tak seharusnya seperti ini, tidak mudah mengajari anak semua mata pelajaran, tidak bisa
anak sehari memahami satu mata pelajaran, anak butuh pengalaman, eksplorasi, seharusnya
tugas akademik adalah guru di sekolah bukan ibu di rumah, ibu di rumah hanya sekedar
mendampingi bukan mengajari mata pelajaran sepenuhnya. Banyak ibu di rumah mengajari
semua mata pelajaran anak di sekolah saya rasa itu salah besar, ibu di rumah bukan guru di
sekolah, banyak guru sekolah memindahkan pelajaran akademis di rumah.

Anak bunuh diri karena tak lulus unas

Apakah masih berlaku bahwa kasih ibu sepanjang masa? Ibu bisa saja melakukan kesalahan
fatal seperti itu karena banyak faktor. Sepertinya ibu nya yang harus dididik. Mana peran ibu
dalam mendidik anak?
Anak bunuh ibu karena terlalu banyak tuntutan akademis orang tua ke anak. Sehingga anak
depresi, dan menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh kedua orang tuanya. Anak
memang salah, tapi orang tua atau sang ibu juga salah karena secara tidak langsung
membunuh mental anak sehingga gagal dalam mendidik anaknya.

Tokoh hebat yang lahir bukan dari sekolah melainkan didikan dari sang Ibu.

Contoh kesuksesan

Tokoh Thomas Alva Edison hanya bertahan sekolah selama 3 bulan, di sekolah dia dianggap
bodoh oleh gurunya, lantas sang ibu tidak percaya begitu saja pada sekolah, sang ibu yakin
bahwa Tommy adalah anak yang cwmwrdaa bukan apa yang seperti gurunya katakan. iasuh
oleh Ibu. Coba bayangkan apa yang terjadi jika Tommy tetap sekolah dan menganggap dirinya
memang bodoh. Dan si ibu mempercayai gurunya bahwa anaknya bodoh. Kita tak akan
mengenal Tommy sebagai penemu lampu pijar. Tommy sendiri mengaku bahwa yang
mengjantarkan kesuksesannya adalah ibunya. Sang Ibu yang mantan guru memahammi
kelebihan anak dan mendukung keunikan sang anak. Bagaimanapun juga yang lebih tahu
kondisi anak adalah ibunya sendiri.

The real Guru

Tokoh Hellen Keller buta tuli bisu yang berhaasil jadi tokoh dunia berkat kerja keras tulus ikhlas
dari guru pribadinya di rumah. Hellen merasa sbahwa gurunya sangat berjasa bisa
menghantarkan dia menjadi tokoh duni dalam bidang politik dan kemanusiaan.
Walaupun yang membawa kesuksesan Hwllwn adalah sebagian besar dari gurunya. Juga tak
lepaa dari peran sang ibu yang mengwrti kondisi anaknya dan mempeecayakan dan memilih
guru khusus yang tepat bagi anaknya. Krrjasa antara ibu dan gurunya secata lribadi bukan demi
sekolah tapi berpihak ke individu anak.

Semua ibu pada pastinmenginginkn yang terbaik bagi anaknya. Tapi sang ibu lupa
mempeetanyakan apakah anaknya bahagia? Atau kah hanya mwmuaskan kebjagiaan orang
tuanya? Sehingga demi membanggakan orang tua dengan mengorbankan kebajagiaan anak.

Swharuanya ada pihak atau program yang mendukung ibu, sejingga ibu merasa bahagia
menjadi ibu. Ketika ibu bahagia maka anaknya pun bahagia. Bila terlalu banyak bwban ibu.

Selalu yang dibahas adalah sisi kemuliaannya saja. Yang dibahas hanya pahlawan saja tidak
membahas siapa pengkhianatnya. Padahal diluar sana masih banyak sisi keburukan, yang
seharusnya digali lebih dalam agar ada kesadaran dan keterbukaan dalam sisi lain dan orang
orng harus kritis menggunakan kaca mata kuda agar bisa melihat sisi lain. karena tak semua
hitam putih. Pasti ada warna warna lain yang tidak terlalu di up karena dianggp tabu atau
melanggar norma.

Ketika ada anak yang berkelahi dengan ibunya, orang menganggap bahwa dia anak durhaka
dan melawan ortu. Tetapi orang tidak tahu bahwa anaknya menolak karena ibunya sendiri yang
menjual anaknya ke pria hidung belang. Masih relevan kah ibu sebgai sekolah pertama?

Dikhawatirkan jika orang hanya pada simbol saja, bila ibu melakukan hal yang salah akan
dianggap benar. Jadilah ibu yang baik dulu baru anaknya bisa baik. Jadi guru yng baik baru
murid bisa baik. Tetapi sekali lagi tokoh utama pendidikan anak terletak pada seorang Ibu
bukan pada guru di sekolah.

Banyak program yang tidak berpihak pada ibu seperti cuti melahirkan, tempt menyusui bagi ibu
yang bekerja,jam kerja yang berlebihan. yang Ada juga seorang ibu yang terpaksa harus
bekerja sehingga memiliki waktu sedikit pada anak. Swharusnya dibedakan bahwa ibu harus
punya banyak waktu ke anaknya. Seperti di Finlandia, memberikan cuti selama 3 tahun.
Pemerintah menyediakan buku kepada keluarga baru.

Pendidkan akan kebutuhan emosi anak yang tidak diindahkan oleh guru dan ibu.
Bonding antara ibu dan anak

Ibu bisa menjadi sekolah pertama jika ibu punya bekal dan memahami individu anaknya. Ibu
tidak bisa menjadi sekolah pertama anak jika masalah pendidikan adalah tanggung jawab
sekolah. Itus alah besar, apalagi dengan melihat keadaan sekolah yang semakin caritnmarut,
malah sekolah menjadi tempat yang berbahaya bagi anak. Anak perlu diselamatkan dan
dikemblikan ke rumah, pendidikan dikembalikan ke keluarga. Bagaimana ibu bisa menjadi se
Jika memang ibu adalahvsekolah pertama, kenapa dana tidak dialosikan kepada ibu sebagai
tokoh dan guru pendidikan utama dalam keluarga. Berapa generasi yang terselamatkan anak
yang mendapat kash sayang dan pendidikan yang layak, dari bahaya sekolah. Kenapa harus
sekolah yang selalu digembar gembirkan dalam pendidikan. Seorang ibu punya naluri
prdagogis

Memang tugas Ibu tidak mudah, sejatinya pendidikan adalah proses belajar, ibu dan anak
sama sama belajar. Ini adalah perenungan bagi seorang ibu mengenai apa yang terjadi dilema
ibu rumah tangga atau karir. Tidak ada mana yang paling baik, keputusan berdasarkan
pertimbangan dan pengamatan yang masing masing individu ibu yang menjalani mana yang
terbaik.

Menciptakan generasi anak yang baik juga diperlukan generasi ibu yang baik. Ibu juga manusia
biasa, bukan makhluk yang sempurna. Oleh karena itu, dukungan moril, pendidikan bagi ibu
juga diperlukan selain kebutuhan pendidikan anak. Pendidikan yang mendukung ibu seputar
ilmu parenting dan ekonomi keluarga dari pemerintah. Pendidikan khusus ibu memang tidak
ada, secara kodrati wanita bisa terlahir sebagai ibu. Ibu tidak bisa menjadi ibu yang sempurna
tanpa dukungan dari bapak, keluarga, masyarakat, dan negara.

Anda mungkin juga menyukai