Anda di halaman 1dari 60

Nama: Riyanti Irawan

Nim : 1810105029
Kelas: 5A Keperawatan
Tugas:
Laboratorium:
1. Room
2. Ambulasi dini
3. Imobilisasi
4. Pain Management

NO ITEM DEFENISI GAMBAR


1 Defenisi ROM (Range Of
ROM : Motion)merupakan
latihan fisik anggota
badan dan anggota
gerak secara teratur
baik dibantu
maupun secara
mandiri yang
berguna untuk
melatih otot-otot
yang mengalami
kekakuan.
Latihan aktif dan

pasif / ROM

adalah

merupakan suatu

kebutuhan

manusia untuk

melakukan

pergerakan

dimana

pergerakan

tersebut

dilakukan secara

bebas. latihan

aktif dan pasif /

ROM dapat

dila kukan kapan

saja dimana

keadaan

fisik tidak aktif


dan disesuaikan
dengan
keadaan pasien.
2 Tujuan : -menentukan
nilai kemampuan
sendi tulang dan
otot

dalam
melakukan
pergerakan.
-mengkaji tulang,
sendi, dan otot.
-mencegah
terjadinya
kekakuan sendi.
-memperlancar
sirkulasi darah.
-memperbaiki
tonus otot.
-meningkatkan
mobilisasi
sendi.
-memperbaiki
toleransi otot
untuk latihan.
3 Indikasi : -pasien dengan
penurunan
kesadaran,
kelumpuhan
atau bedrest
total. -pasien
memiliki
kelemahan otot
dan tidak dapat
menggerakkan
persendian
sepenuhnya.
4 Kontra -ROM tidak
indikasi boleh diberikan
apabila gerakan
dapat
mengganggu

proses
penyembuhan
cedera.
-terdapatnya
banyak gerakan
yang salah,
termasuk
tandatanda
meningkatnya rasa
nyeri dan
peradangan.
-ROM tidak boleh
dilakukan bila
respon pasien atau
kondisinya
membahayakan.
5 Prinsip -ROM harus
pemasangan diulangi sekitar
8kali dan
dikerjakan
minimal 2x sehari.
-ROM dilakukan
perlahan dan
hatihati sehingga
tidak melelahkan
pasien. -dalam
merencanakan
program latihan
range of
motion(ROM),
memperhatikan
umur pasien,
diagnosis, tanda
vital, dan lamanya
tirah baring.
-ROM sering
diprogramkan oleh
dokter dan
dikerjakan oleh
ahli fisioterapi.
-bagian-bagian
tubuh yang dapat
dilakukan ROM
adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu,
tumit, atau
pergelangan kaki.
-ROM dapat
dilakukan pada
semua persendian
yang dicurigai
mengurangi
proses penyakit.
-melakukan ROM
harus sesuai
waktunya,
misalnya setelah
mandi atau
perawatan rutin
telah dilakukan.

6 Fase -Baca catatan


Prainteraksi medis pasien.
(alat-alat) -persiapan
alat: a.
handscone
b. buku catatan
+pena
-cuci tangan
7 Fase Orientasi -berikan salam,
panggil pasien
dengan
namanya.
-jelaskan
prosedur, tujuan,
waktu pada
pasien dan
keluarga.
-menjaga privasi
klien.
8 Fase Kerja a. leher
(langkahlangkah)
- fleksi:
menggerakan
dagu menempel
ke dada
-ekstensi:
mengembalikan
kepala ke posisi
tegak.
-hiperekstensi:
menekuk kepala
ke belakang
sejauh mungkin.
-fleksi lateral:
memiringkan
kepala sejauh
mungkin kea rah
setiap bahu.
-rotasi: memutar
kepala sejauh
mungkin kearah
bahu.
b. Bahu
-fleksi: menaikkan
lengan dari posisi
disamping tubuh
ke depan ke posisi
diatas kepala.
-ekstensi:
mengembalikan
lengan ke posisi
disamping tubuh.
-abduksi:
menggerakkan
lengan ke posisi
samping dan
menjauhi sisi
tubuh. Adduksi:
menggerakkan
lengan ke samping
menyilang tubuh
sejauh mungkin.
-rotasi dalam:
dengan siku fleksi,
memutar bahu
dengan
menggerakkan
lengan sampai ibu
jari menghadap
ke dalam dan ke
belakang.
-rotasi luar:
dengan siku
fleksi,
menggerakkan
lengan sampai ibu
jari ke atas dan
samping kepala. c.
siku
-fleksi: menekuk
siku sehingga
lengan bawah
bergerak ke
depan sendi bahu.
-ekstensi:
meluruskan siku
dengan
menurunkan
lengan.
d. lengan bawah
-supinasi:
memutar lengan
bawah dan tangan
sehingga telapak
tangan
menghadap ke
atas.
Pronasi:
memutar lengan
bawah sehingga

telapaktangan
menghadap ke
bawah.
e. pergelangan
tangan
-fleksi:
menggerakkan
telapak tangan
ke sisi bagian
dalam lengan
bawah. -ekstensi:
menggerakkan
jari-jari sehingga
jari-jari, tangan
dan lengan bawah
berada dalam
arah yang sama.
-hiperekstensi:
membawa
permukaan tangan
dorsal ke
belakang sejauh
mungkin.
f. jari-jari
tangan -fleksi:
membuat
genggaman.
-ekstensi:
meluruskan jarijari
tangan.
-hiperekstensi:
menggerakkan
jari-jari tangan ke
belakang sejauh
mungkin.
-abduksi:
meregangkan
jarijari tangan yang
satu dengan yang
lain.
-adduksi:
merapatkan
kembali jari-jari
tangan.
g. ibu jari
-oposisi:
menyentuhkan ibu
jari ke setiap
jarijari tangan
pada tangan yang
sama. h. pinggul
-fleksi:
menggerakkan
tungkai ke
depan dan
keatas.
-ekstensi:
menggerakkan
kembali
kesamping tungkai
yang lain.
-abduksi:
menggerakkan
tungkai ke
samping
menjauhi
tubuh. -adduksi:
menggerakkan
kembali tungkai ke
posisi medial dan
melebihi jika
mungkin.
-rotasi dalam:
memutar kaki dan
tungkai kea rah
tungkai lain.
-rotasi luar:
memutar kaki dan
tungkai menjauhi
tungkai lain.
-sirkumduksi:
menggerakkan
tungkai memutar. i.
kaki
-inversi: memutar
telapak kaki
kesamping dalam
(medial).
-eversi: memutar
telapak kaki ke
samping luar
(lateral).
j. jari-jari kaki
-fleksi:
melengkungkan
jari-jari kaki ke
bawah.
-ekstensi:
meluruskan
jarijari kaki.
-abduksi:
mereganggkan
jari-jari kaki satu
dengan yang lain.
-adduksi:
merapatkan jarijari
kaki kembali.

9 Fase -evaluasi perasaan


terminasi
pasien.
-simpulkan hasil
kegiatan.
-akhiri kegiatan.
-cuci tangan.
10 Fase -catat hasil
dokumentasi tindakan
keperawatan
dan evaluasi
yang telah
dilakukan.

11 Daftar pustaka
SRIWIJAYA, A.
K. (2016). Modul
Praktikum.
Keperawatan
Medikal Bedah
II : Range of
Motion (ROM).
NO ITEM DEFENISI GAMBAR
1 Defenis Ambulasi dini
i merupakan
tahapan kegiatan
Ambul yang dilakukan
asi Dini segera pada
pasien pasca
: operasi dimulai
dari bangun dan
duduk sampai
pasien turun dari
tempat tidur dan
mulai berjalan
dengan bantuan
sesuai dengan
kondisi pasien.

2 Tujuan bertujuan untuk


: membantu
proses
penyembuhan
pasien pasca
pembedahan
untuk
menghindari
terjadinya infeksi
serta kekakuan
atau penegangan
otot-otot di
seluruh tubuh.

3 Indikas -Fraktur
i: extremitas bawah
yang telah
diindikasikan
untuk latihan
mobilisasi -Post
pengobatan
kompresi lumbal,
-Pasien pasca
serangan stroke
dengan kerusakan
mobilitas fisik,
serta
-Pasien post
operasi yang
memerlukan
latihan
mobilisasi, seperti
kolostomi atau
laparostomi.

4 Kontra -Miokard akut


indikasi -Disritmia jantung
-Syok sepsis
-Kelemahan
unum dengan
tingkat energi
yang kurang
5 Prinsip Ketika
pemasa
merencanakan
ngan
untuk
memeindahkan
pasien, atur
unruk bantuan
yang kuat.
Gunakan
alat bantu
mekanik jika
bantuan tidak
mencukupi
-Dorong klien
untuk membantu
sebanyak
mungkin sesuai
kemampuan.
-Jaga punggung ,
leher , pelvis dan
kaki lurus. Cegah
tergelincir.
-Fleksikan lutut
buat kaki tetap
lebar.
-Dekatkan tubuh
perawat dengan
klien (objek yang
diangkat).
-Gunakan lengan
atau tangan
(bukan
punggung). -Tarik
klien kearah
penariknya
menggunakan
sprei. Rapatkan
otot abdomen dan
gluteal untuk
persiapan
bergerak.
-Seseorang
dengan beban
yang sangat berat
diangkat bersama

6 Fase Persiapan alat:


Prainter -handscoon -ikat
aksi
(alatalat) pinggang
pengaman
-alat bantu jalan
seperti kruk,
walker atau
tongkat
-meteran
-alas kaki sesuai
indikasi.
7 Fase -mengucapkan
Orienta salam
si -memperkenalkan
diri dan
identifikasi pasien
-mengidentifikasi
pasien
menggunakan dua
identitas(nama dan
tanggal lahir,
nama dan nomor
rekam medis)
-menjelaskan
tujuan
pemeriksaan,

prosedur yang
akan dilakukan
serta kontrak
waktu
-mendekatkan
alat-alat di dekat
pasien
-menanyakan
keluhan pada
pasien
-menjaga
privasi klien,
menutup
sampiran/ pintu.
8 Fase -mencuci tangan
Kerja -memakai
(langka
handscoon
h2)
-kaji motivasid an
kondisi psikologis
klien berjalan
untuk menentukan
kemampuan klien
terlibat dalam
aktivitas (depresi,
takut, kelelahan,
dll)
-mengkaji
kekuatan otot,
ROM, ketajaman
penglihatan,
keseimbangan
dan hambatan
atau

kesulitan yang
mungkin dialami
klien saat
berjalan
menggunakan
kruk/tongkat
/walker.
-Latihan miring
kanan dan kiri
-Latihan
dilakukan dengan
miring kesalah
satu bagian
terlebih dahulu,
bagian lutut fleksi
keduanya selama
setengah menit,
turunkan salah
satu kaki,
anjurkan ibu
berpegangan pada
pelindung tempat
tidur dengan
menarik badan
kearah
berlawanan kaki
yang ditekuk.
Tahan selama 1
menit dan lakukan
hal yang sama ke
sisi yang lain.
-Lakukan latihan
duduk secara
mandiri jika tidak
pusing, perlahan
kaki diturunkan.
Pasien duduk dan
menurunkan kaki
kearah lantai.
-Jika pasien
merasa kuat
dibolehkan berdiri
secara mandiri,
atau dengan
posisi dipapah
dengan kedua
tangan pegangan
pada perawat atau
keluarga, jika
pasien tidak
pusing dianjurkan
untuk latihan
berjalan disekitar
tempat tidur.
Mobilisasi
dengan alat
bantu kruk
-Mencocokkan
jenis kruk yang
sesuai.
Apabila pasien
dari posisi
supine, mengukur
dari
tumit hingga ke
aksila. Dan
apabila posisi
pasien berdiri,
ukur posisi kruk
menggunakan
meteran dengan
jarak 4 - 5 inches
(10 - 13 cm)
lateral dan 4 - 5
inches di depan
kaki klien.
Bantalan kruk
harus berada pada
jarak 1.5 - 2
inches di bawah
aksila (3 - 4 jari).
-Genggaman
tangan harus
disesuaikan
untuk
memungkinkan
jarak siku
klien tidak
lebih dari 30°
fleksi
-Menyesuaikan
tinggi tempat
tidur dengan
posisi kaki klien
-Membantu klien
duduk di sisi
tempat tidur
kemudian istirahat
selama beberapa
menit. Mengkaji
klien apakah klien
pusing atau mual
muntah
-Instruksikan pada
klien metode
untuk memegang
kruk dan jelaskan
bahwa posisi kruk
lateral dan di
depan bergantian
kiri kanan untuk
mempermudah be
rjalan. Perawat
dapat
memonstrasikan
posisi yang benar
-Memasang belt
pengaman di
pinggang klien
bila perlu untuk
keseimbangan dan
stabilitas
-Membantu klien
dalam posisi
berdiri dengan
kruk. Perawat tetap
berada di sisi klien
sebagai
support saat
dibutuhkan.
-Mendorong klien
untuk berjalan
sesuai
kemampuan
-Saat berjalan,
pastikan posisi
kruk dalam jarak
4.5 - 6 inches (12
– 15 cm) di
masing - masing
bagian sisi kaki
depan dan
belakang.
Gerakkan kruk
yang ada di sisi
kanan bersamaan
dengan kaki kiri
melangkah, dan
seterusnya.
-Setelah selesai,
bantu klien
kembali ke
posisi nyaman
Mobilisasi
dengan alat
bantu walker
-Membantu klien
berdiri di pusat
alat bantu walker
sambil memegang
pegangan tangan
pada walker
-Sesuaikan tinggi
walker sehingga
penyangga tangan
berada dibawah
pinggang klien
dan siku klien
agak fleksi.
-Menggunakan
kaki terkuat
sebagai tumpuan
-Ayunkan walker
kedepan sejauh 15
– 20 cm,
kemudian
meletakkannya
dengan
memastikan
bahw a keempat
kaki walker
menapak di lantai.
-Mendorong klien
untuk melangkah
ke depan dengan
salah satu kaki
dan diikuti dengan
kaki yang lain.
Lakukan berulang
secara bertahap
-Jika ada
kelemahan
unilateral,
instruksikan
klien untuk
melangkah ke
depan dengan
kaki yang lemah
sementara berat
badan bertumpu
pada kedua
lengan, kemudian
diikuti oleh kaki
yang kuat. -Jika
klien tidak dapat
menahan berat
badan dengan
satu kaki maka
setelah
menggerakkan
walker ke depan
klien
mengayunkan
kakinya dengan
berat badan
bertumpu pada
tangan.
Mobilisasi
dengan alat
bantu tongkat
-Tongkat
ditempatkan
pada
sisi
kaki/tubuh
pasien yang
terkuat
-Tempatkan
tongkat di depan
sekitar 15-25 cm,
menjaga berat
badan pada
kedua kaki klien
-Minta klien
untuk berdiri
tegak,
memandang lurus
ke depan, dan
bergerak ke depan
menggunakan
tongkat -Kaki
yang terlemah
bergerak maju
dengan tongkat
sehingga berat
badan dibagi
antara tongkat dan
kaki yang terkuat
-Kaki yang
terkuat maju
setelah tongkat,
sehingga kaki
terlemah dan berat
badan disokong
oleh tongkat dan
kaki terlemah.
9 Fase a. Evaluasi
termina respon pasien:
si -Menanyakan pada
pasien apa yang
dirasakan setelah
dilakukan tindakan
-Melakukan
kontak dengan
klien untuk
tindakan
selanjutnya
-Membereskan
alat-alat
b. cuci tangan

10 Fase Dokumentasi
dokum Identitas pasien,
entasi jenis tindakan,
waktu (jam, hari,
tanggal) hasil
pemeriksaan,
respon pasien,
nama jelas dan
tanda tangan
perawat yang
melakukan
tindakan
keperawatan.

11 Daftar Perry, Potter &


pustaka Ostendof (2014)
NO ITEM DEFENISI GAMBAR
1 Defenisi Immobilisasi adalah suatu
Imobilisasi : keadaan di mana individu
mengalami atau berisiko
mengalami keterbatasan
gerak fisik.

2 Tujuan : bertujuan mengurangi


aktivitas fisik dan
kebutuhan oksigen tubuh,
mengurangi nyeri, dan
untuk mengembalikan
kekuatan.

3 Indikasi : -pasien dengan cedera


muskuloskeletal, baik
fraktur, dislokasi, dan
terkilir
(sprain).
4 Kontra indikasi -tidak ada kontraindikasi
absolut dalam menggunakan
pembidaian/splinting pada
ekstremitas yang mengalami
cedera, beberapa hal unik
harus diperhatikan.
Pembengkakan alami akan
terjadi sesudah terjadi cedera
dapat menjadi hambatan dari
keamanan metode dari
imobilisasi.
5 Prinsip -Harus melakukan
pemasangan proteksi diri sebelum
pembidaian -Jangan
melepaskan stabilisasi
manual pada tulang yang
cedera sampai
kita benar- benar melakukan
pembidaian
-Jangan mereposisi atau
menekan fragmen tulang
yang keluar kembali
ketempat semula -Buka
pakaian yang menutupi
tulang yang patah sebelum
memasang bidai -Lakukan
balut tekan untuk
menghentikan perdarahan
pada fraktur terbuka
sebelum memasang bidai
-Bidai harus melewati sendi
proksimal dan sendi distal
dari tulang yang patah
-Bila persendian yang
mengalami cedera, lakukan
juga imobilisasi pada
tulang proksimal dan distal
dari sendi tersebut
-Berikan bantalan atau
padding untuk mencegah
penekanan pada bagian
tulang yang menonjol
dibawah kulit
-Sebelum dan sesudah
memasang bidai lakukan
penilaian terhadap nadi,
gerakan dan rasa
/sensasi pada bagian
distal dari
tempat yang fraktur atau
cedera
-Berikan dukungan
dan tenangkan
penderita menghadapi
cedera ini.
6 Fase Prainteraksi Persiapan Alat :
(alat-alat) -Bidai/spalk
sesuai kebutuhan
-Jika perlu (untuk perawatan
luka):
a. Kassa gulung
b. Kassa steril
c. Elastic verband
d. Alkohol swab
e. Larutan antiseptik
( NaCl 0,9%) f. Plester g.
Gunting
7 Fase Orientasi -Mengucapkan salam.
Memperkenalkan diri dan
identifikasi pasien.
-Mengidentifikasi pasien
menggunakan dua
identitas (nama dan
tanggal lahir, nama dan
nomor rekam medis)
-Menjelaskan tujuan
pemeriksaan, prosedur yang
akan dilakukan serta kontrak
waktu
-Mendekatkan alat-alat di
dekat pasien

-Menanyakan keluhan pada


pasien
-Menjaga privacy klien,
menutup
sampiran/menutup pintu.
8 Fase Kerja -Mencuci Tangan
(langkah2) -Memakai handscoon
-Baringkan pasien atau
mengatur posisi pada daerah
yang rata dan aman
senyaman mungkin
-Observasi, palpasi dan
evaluasi gerakan bagian
tubuh yang cidera yang
akan di bidai:
-Adanya perubahan asimetris
kanan-kiri
-Adanya deformitas
seperti angulasi, rotasi,
atau pemendekan serta
krepitasi
-Adanya jejas atau memar;
-Adanya pembengkakan
-Terlihat adanya tulang
yang keluar dari jaringan
lunak; -Melonggarkan
/sisihkan pakaian di sekitar
area yang cidera
-Merawat luka
terlebih dahulu bila
ditemukan ada
perdarahan.
-Mengukur dan pilih jenis
bidai yang tepat, sesuai
jenis cidera yang dialami
pasien -Meletakkan bidai
pada posisi yang tepat
dengan posisi ekstremitas
sestabil mungkin (melalui
minimal 2 sendi yang cidera)
-Membalut bidai dengan
kasa gulung/elastis verband
dengan cukup kencang
-Meraba nadi pada ujung
ekstremitas yang di bidai,
yakinkan masih ada pulsasi
untuk mencegah terjadinya
nekrosis.
-Observasi keadaan umum
pasien: periksa berkala
pernapasan, denyut nadi
dan kesadaran pasien
-Mencatat temuan yang
didapati selama melakukan
pembidaian dan laporkan

9 Fase terminasi Evaluasi respon pasien ;


-Menanyakan pada pasien
apa yang dirasakan setelah
dilakukan tindakan
-Melakukan kontrak dengan
klien untuk tindakan
selanjutnya -Membereskan
alat-alat
-Cuci Tangan
10 Fase dokumentasi Dokumentasi
Identitas pasien, jenis
tindakan, waktu (jam, hari,
tanggal) hasil pemeriksaan,
respon pasien, nama jelas
dan tanda tangan perawat
yang melakukan tindakan
keperawatan.

11 Daftar pustaka Perry, Potter & Ostendof


(2014)

N ITEM DEFENISI GAMBAR


O
1 Defenisi Pain management atau
Pain manajemen nyeri
adalah suatu
Managemen t kumpulan prosedur
: medis.

2 Tujuan : bertujuan untuk


meredakan atau
menghilangkan nyeri
pada pasien. Nyeri
pada dasarnya
merupakan suatu
sensasi yang tidak
menyenangkan atau
menyakitkan yang
muncul akibat rusaknya
jaringan tubuh, dan
dapat menimbulkan
dampak secara fisik.

3 Indikasi : Seorang pasien dapat


menjalani pain
management jika
menderita nyeri pada
tubuhnya.
Berdasarkan
penyebabnya, nyeri
dapat dibagi menjadi 2
macam, yaitu nyeri
nosiseptif dan nyeri
neuropatik
4 Kontra Sembelit
indikasi Pusing
Mual
Gatal-gatal pada
kulit
Telinga berdenging
Mulut kering
5 Prinsip Pengobatan nyeri
pemasangan
harus dimulai dengan
analgesik yang paling
ringan sampai ke yang
paling kuat
Tahapannya: -Tahap I
analgesik non-opiat :
AINS
-Tahap II analgesik
AINS + ajuvan
(antidepresan)
-Tahap III analgesik
opiat lemah + AINS +
ajuvan
-Tahap IV analgesik

opiat kuat + AINS +


ajuvan
Contoh ajuvan :
antidepresan,
antikonvulsan,
agonis α2,

6 Fase Persiapan Alat :


Prainteraksi a.Kursi
(alat-alat) b.Buku catatan
7 Fase -Mengucapkan salam.
Orientasi -Memperkenalkan diri
dan identifikasi pasien.
-Mengidentifikasi
pasien menggunakan
dua identitas (nama dan
tanggal lahir, nama dan
nomor rekam medis)
-Menjelaskan tujuan
pemeriksaan, prosedur
yang akan dilakukan
serta kontrak waktu
-Mendekatkan alat-alat
di dekat pasien
-
Menjaga privacy klien
, menutup
sampiran/menutup
pintu

8 Fase Kerja -Mencuci Tangan


(langkah2) -Posisikan tubuh
klien secara nyaman
yaitu berbaring dengan
mata tertutup
menggunakan bantal di
bawah kepala dan lutut
atau duduk di kursi
dengan kepala ditopang
dengan bantal 3
-Mengajurkan klien
untuk memusatkan
pikiran dan
menciptakan
lingkungan yang
tenang.
Relaksasi nafas
dalam - Instruksikan
klien untuk menarik
nafas dalam dari
hidung dan mengisi
paru- paru dengan
udara melalui hitungan
1, 2, 3 sehingga rongga
paru berisi udara -
Intruksikan klien
secara perlahan dan
menghembuskan udara
melalui mulut sambil
merasakan ektrimitas
atas dan bawah rileks,
pada waktu bersamaan
minta klien untuk
memusatkan
perhatian betapa nikmat
dan rileksnya tubuh
Anjurkan klien bernafas
dengan irama normal
selama 1-2 menit
Instruksikan klien
untuk bernapas dalam,
menghembuskan secara
perlahan dan saat ini
udara mengalir dari
tangan, kaki, menuju ke
paru-paru kemudian
merasakan udara
mengalir ke seluruh
tubuh
-Instruksikan klien
untuk bernapas dalam,
menghembuskan secara
perlahan dan
memusatkan
pernapasan klien pada
kaki dan tangan, udara
yang mengalir dan
merasakan keluar dari
ujung-ujung jari tangan
dan kaki dan
merasakan
kehangatannya
-Menganjurkan klien
untuk mengulangi
prosedur hingga nyeri
terasa berkurang
Relaksasi autogenic -
Instruksikan klien
untuk menarik nafas
dalam dari hidung dan
mengisi paru- paru
dengan udara melalui
hitungan 1, 2, 3
sehingga rongga paru
berisi udara
-Intruksikan klien
secara perlahan dan
menghembuskan udara
melalui mulut sambil
merasakan ektrimitas
atas dan bawah rileks,
pada waktu bersamaan
minta klien untuk
memusatkan perhatian
betapa nikmat dan
rileksnya tubuh
-Mengulangi prosedur
nafas dalam 3-5 kali
dan Setelah nafas
dalam, maka
dilanjutkan untuk
masuk pada enam fase
relaksasi autogenik
-Langkah 1. Sensasi
berat melalui tangan
dan kaki, dimulai dari
tangan dan kaki yang
dominan Memberikan
instruksi kepada klien
untuk fokuskan
perhatian pada lengan
dan bayangkan kedua
lengan terasa berat.
Selanjutnya, secara
perlahan-lahan
bayangkan kedua
lengan terasa kendur,
ringan hingga terasa
sangat ringan
Memberikan instruksi
kepada klien untuk
mensugesti dari
dalam diri dan
mengatakan kalimat
sugesti ;
a.Lengan dan tangan
kananku terasa berat 1x
b.Lengan dan tangan
kiriku terasa berat 1x
c.Kaki dan tungkai
kananku terasa berat 1x
i. Kaki dan tungkai
kiriku terasa berat 1x
d.Lengan dan
tungkaiku terasa berat
1x -Langkah 2. Sensasi
hangat melalui tangan
dan kaki dimuali dari
tangan dan kaki yang
dominan Memberikan
instruksi kepada klien
untuk mensugesti dari
dalam diri dan
mengatakan kalimat
sugesti : a. Lengan dan
tangan kananku terasa
hangat 1x
b. Lengan dan tangan
kiriku terasa hangat
1x c. Kaki dan
tungkai kananku
terasa hangat
1x
d. Kaki dan tungkai
kiriku terasa hangat 1x
e. Lengan dan
tungkaiku terasa
hangat
1x
-Langkah 3.
Sensasi rileks pada
area jantung, darah.
Menempelkan tangan
kanan pada dada kiri
dan tangan kiri pada
perut Memberikan
instruksi kepada klien
untuk mensugesti dari
dalam diri dan
mengatakan kalimat
sugesti : a. Jantungku
terasa hangat 5x b.
Jantungku terasa hangat
dan rileks 5x
c.Denyut jantungku
rileks dan teratur 5x
-Langkah 4. Sensasi
pada pernafasan
Menempelkan tangan
kanan pada dada
kanan dan tangan kiri
pada dada kiri
Memberikan instruksi
kepada klien untuk
mensugesti dari dalam
diri dan mengatakan
kalimat sugesti :
a.Nafasku pelan dan
rileks 5x b.Nafasku
tenang dan nyaman
5x
10
-Sensasi hangat pada
abdomen Menempelkan
tangan kanan pada dada
kiri dan tangan kiri
pada perut Memberikan
instruksi kepada klien
untuk mensugesti dari
dalam diri dan
mengatakan kalimat
a. Perutku terasa tenang
dan rileks 5x
-Sensasi dingin pada

kepala Menempelkan
tangan pada kepala
Memberikan instruksi
kepada klien untuk
mensugesti dari dalam
diri dan mengatakan
kalimat
a. Kepalaku terasa
dingin 5x
b.Keseluruhan tubuhku
terasa tenang dan rileks
5x
c.Saya ikhlas, saya
pasrah, saya membaik
5x
-Instruksikan klien
untuk meregangkan
tangan, kemudian
menekuk tangan, dan
menarik nafas dalam
selama 3 kali.

9 Fase Evaluasi respon


terminasi
pasien ; a.
Menanyakan pada
pasien apa yang
dirasakan setelah
dilakukan tindakan
b.Melakukan kontak
dengan klien untuk
tindakan selanjutnya
c.
Membereskan alat-alat
Cuci Tangan
10 Fase Dokumentasi. Identitas
dokumentasi pasien, jenis tindakan,
waktu (jam, hari,
tanggal) hasil
pemeriksaan, respon
pasien, nama jelas dan
tanda tangan perawat
yang melakukan
tindakan keperawatan.

11 Daftar Perry, Potter &


pustaka Ostendof (2014)

Anda mungkin juga menyukai