Anda di halaman 1dari 11

REFLEKSI KASUS

“ OD ULKUS KORNEA”
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat
dalam Mengikuti Ujian Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Mata
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Disusun Oleh:
Dzaki Adhi Wicaksana
16711016

Penguji:
dr. Arifah Puji Astuti, Sp.M

SMF ILMU PENYAKIT MATA


RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KAB. WONOGIRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020
FORM REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
____________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : Dzaki Adhi Wicaksana NIM: 16711016
Stase : Ilmu Kesehatan Mata

Identitas Pasien
Nama / Inisial : Ny. S No RM : 656XXX
Umur : 67 tahun Jenis kelamin : P
Diagnosis/ kasus : OD. Ulkus Kornea
Pengambilan kasus pada minggu ke: 4
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman
sifatnya wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/
kasus yang diambil ).
a. Anamnesis
Keluhan utama : Mata kanan pandangan kabur dan nyeri.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 10 November 2020, seorang perempuan berusia 67 tahun datang ke Poli
Mata RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, dengan diantar oleh anak laki-
lakinya dengan keluhan mata kanan pandangan kabur dan nyeri. Keluhan tersebut
sudah dialami sejak 6 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan mata kanan berair,
gatal, mengganjal, perih, dan silau. Pasien juga mengatakan jika kelopak mata
ditutup akan mengurangi keluhannya tetapi tetap mengganjal. Keluhan tersebut
dirasakan terus menerus selama 6 hari ini. Penglihatan ganda, blobokan, lapang
pandang menurun, mual, muntah dan demam disangkal oleh pasien. Pasien memiliki
riwayat menggunakan obat tetes mata insto yang dibeli di apotik.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien memiliki riwayat hiperteni tetapi tidak rutin meminum obat anti hipertensi.
Riwayat keluhan serupa disangkal, riwayat penggunaan obat tetes mata secara rutin,
riwayat alergi, riwayat operasi mata, riwayat trauma mata, riwayat DM, sesak nafas
juga disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal. Riwayat hipertensi, DM, asma,
alergi dan penyakit kronis lain disangkal.
Lingkungan :
Pasien merupakan petani. Sehari hari pasien pergi ke sawah dan seleban beras.
Pasien datang ke sawah saat pagi hari dan datang ke seleban pada siang hari.
Kebiasaan pasien tidak pernah menggunakan kaca mata pelindung pada saat bekerja.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : cemas
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign: Tekanan darah: 164/110, Frekuensi nadi: 78x/menit, frekuensi nafas:
22x/menit, suhu: 36.50C
Status Lokalis
Pemeriksaa OD OS
n
Visus Jauh 1/60 6/40
Visus Dekat - S= +3,00
Segmen  Silia, supercilia, dan palpebra  Silia, supercilia, palpebra,
Anterior dlm batas normal dan konjungtiva dalam
 Tepi Palpebra berair batas normal
 Konjungtiva bulbi hiperemis  Kornea jernih
injeksi perisiliar  Iris coklat tua
 Kornea jernih, licin, terdapat  COA dalam
benda asing, bercak putih (+)  Lensa tak tampak keruh
 Iris coklat tua  Reflek pupil positif,
 COA dalam bergerak cepat
 Lensa tak tampak keruh  Shadow test (-)
 Reflek pupil positif, bergerak
cepat
 Shadow test (-)
c. Diagnosis
OD. Ulkus kornea
d. Plan
1. LFX ED MD Strip 4 dd gtt 1 OD
2. Tropin ED MD Strip 4 dd gtt 1 OD
3. Cefixime 100 mg 2 dd caps 1 selama 7 hari
4. Metilprednisolon 4 mg PO 3 dd tab 1 selama 7 hari
5. Asam mefenamat 500 mg PO 3 dd tab 1 selama 7 hari
e. Prognosis
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad vitam : Bonam
Ad kosmetikam : Bonam

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus


Ulkus kornea adalah kerusakan lapisan epitel kornea yang diikuti respon
inflamasi. Ulkus terbentuk oleh respon imun yang menyebabkan akumulasi sel-sel
atau cairan di bagian kornea. Ulkus kornea merupakan kondisi emergensi bila
dibiarkan menyebabkan kerusakan progresif dengan perforasi kornea serta infeksi
di jaringan sekitarnya. Sikatriks karena ulkus kornea menjadi penyebab utama dari
kebutaan dan penurunan penglihatan di seluruh dunia (Suhardjo, 2007).
Gejala ulkus kornea secara umum berupa nyeri, turunnya tajam
penglihatan, mata merah, fotofobia, dan sekret purulen atau mukopurulen. Sering
disertai dengan hipopion, suatu penumpukan sel inflamasi yang terlihat sebagai
lapisan sekret keruh di bagian bawah kamera okuli anterior (Ilyas, 2015).

Ulkus kornea dibedakan menjadi dua berdasarkan letaknya yaitu ulkus


kornea sentral dan marginal. Ulkus kornea sentral yang letaknya pada sentral
kornea disebabkan ulkus kornea bakteri, virus, dan jamur. Ulkus karena bakteri
yang ditemukan pada hasil kultur ulkus dari kornea yang tidak ada faktor
pencetusnya (kornea yang sebelumnya betul-betul sehat) adalah : Streptokokok
pneumonia, Streptokokok alfa hemolitik, Pseudomonas aeruginosa, dan Klebaiella
Pneumonia (Whitcher, 2014).
a. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokus : Ulkus berwarna
kuning keabu-abuan, berbetuk cakram dengan tepi ulkus menggaung.
Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea.
b. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus : pada awalnya
berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai infiltrat berbatas
tegas tepat dibawah defek epithel, hipopion ulkus indolen (reaksi
radangnya minimal).
c. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri pseudomonas : biasanya
dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral kornea dengan infiltrat
berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel dan stroma. Ulkus kecil ini
dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi kornea.
Ulkus mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan.
d. Gambaran klinis ulkus kornea oleh virus meliputi lesi dendrit dapat diikuti
oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan
menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila
mengalami nekrosis di bagian sentral.
Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat
berbentuk bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan
terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus. Secara subyektif ; penglihatan
pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan
fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat
atau ulkus yang sejajar dengan limbus. Pembagian ulkus marginal dibedakan
menjadi 3 yaitu ulkus cincin, katarak, dan mooren (Whitcher, 2014).
a. Ulkus cincin : merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai
seluruh lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu
mata. Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama
penyakit disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik. Penyakit
ini bersifat rekuren.
b. Ulkus kataral simplek : letak ulkus perifer yang tidak dalam, berwarna abu-
abu dengan sumbu terpanjang tukak sejajar dengan limbus. Diantara
infiltrat tukak yang akut dengan limbus ditepinya terlihat bagian yang
bening. Terjadi ada pasien lanjut usia.
c. Ulkus Mooren : merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian
perifer kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan
untuk perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak bergaung
dengan bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama.
Tukak ini berhenti jika seluruh permukaan kornea terkenai. Penyebabnya
adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau autoimun.
Ulkus kornea menyebabkan nyeri, peka terhadap cahaya (fotofobia) dan
peningkatan pembentukan air mata, yang kesemuanya bisa bersifat ringan. Pada
kornea akan tampak bintik nanah yang berwarna kuning keputihan. Kadang ulkus
terbentuk di seluruh permukaan kornea dan menembus ke dalam. Pus terbentuk di
belakang kornea memasuki COA. Gejala lainnya adalah: gangguan penglihatan,
mata merah, mata terasa gatal, kotoran mata. Penegakan diagnosis dari ulkus
kornea juga ditemukan tes fluoresin positif disekitar ulkus. Diagnosis banding
ulkus kornea antara lain keratitis, endoftalmitis dan sikatrik kornea ( Whitcher,
2014).
Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteri
dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Pengobatan
umumnya untuk ulkus kornea adalah dengan sikloplegik, antibiotika yang sesuai
dengan topikal dan subkonjungtiva. Antibiotik topikal tetes mata dapat mencapai
level penetrasi yang tinggi pada jaringan dan merupakan metode terapi pilihan
pada kebanyakan kasus. Antibiotik topikal spektrum luas digunakan sebagai terapi
awal sembari menunggu hasil kultur dan resistensi atau terapi empiris pada kasus
ulkus kornea. Ciprofloxacin 0.3%, ofloxacin 0.3%, and levofloxacin 1.5%
merupakan pilihan pada terapi ulkus bakterialis. Pemberian antibiotik sistemik
dianjurkan pada kasus yang akut dan infeksi berat dimana infeksi sudah mencapai
sklera atau sudah ditemukan tanda- tanda impending perforasi. Sikloplegik dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya sinekia dan mengurangi nyeri. Pemberian
steroid pada kasus ulkus kornea bakterial dianggap memberikan manfaat dalam hal
menekan inflamasi yang nantinya diharapkan mengurangi skar pada kornea yang
terkait pada rehabilitasi visus (Christine, 2019)
Prognosis penderita ulkus kornea buruk karena komplikasi yang dapat terjadi
berupa perforasi kornea, endopthalmitis, panopthalmitis. Apabila sembuh maka
akan menyebabkan terbentuknya sikatriks kornea yang juga akan mengganggu
penglihatan penderita (Whitcher, 2014).

3. Refleksi dari Aspek Sosial Ekonomi


Ditinjau dari segi sosial, pasien merupakan petani yang pergi ke sawah
dan seleban. Pada saat bekerja pasien tidak menggunakan APD yang lengkap
karena dana dan pengetahuan masyarakat sekitar pasien yang cukup terbatas.
Sehingga pada saat bekerja di seleban mata pasien terkena gabah dari alat perontok
padi tersebut. Sakit yang diderita oleh Ny. S membuat dirinya tidak nyaman untuk
melakukan aktivitas sehari-hari serta menganggu kegiatannya sebagai petani.
Frekuensi bekerja pasien menurun sejak keluhan tersebut muncul selama 6 hari
sehingga akan menurunkan pendapat sehari-hari sebagai petani. Hal ini tentunya
membuat pasien merasa sedih karena tidak bisa bekerja seperti biasanya. Sebagai
dokter, kita harus mengedukasi masyarakat tentang penggunaan APD saat bekerja
dan bahayanya jika mengalami kejadian penyakit ulkus kornea dan komplikasinya.
Diharapkan masyarakat sosial teredukasi sehingga kasus ulkus kornea menurun
dan aktifitas dan ekonomi masyarakat tidak terganggu.

4. Refleksi Medikolegal

Etika merupakan pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan


pandangan moral yang sebagai ilmu tentang baik buruk dan hak kewajiban
moral. Dokter harus memegang prinsip dasar bioetik dalam menjalankan
tugasnya antara lain beneficence, non-maleficence, justice, dan autonomy
(McCormick, 2013).
Beneficence adalah memberikan pelayanan kesehatan yang menguntungkan
bagi pasien. Kesembuhan pasien membutuhkan kerjasama antar dokter di
pelayanan kesehatan. Hendaknya setiap langkah medis yang diputuskan tidak
membebani pasien baik secara fisik maupun ekonomi (McCormick, 2013). Pada
pasien ini upaya yang dilakukan dokter berupa mengusahakan terapi yang sesuai
(definitif dan simptomatik) untuk pasien agar penglihatannya membaik seperti
sebelumnya. Dokter menyarankan untuk pengambilan benda asing pada mata dan
pemberian terapi medikamentosa tetes mata dan per oral. Hal ini penting dilakukan
untuk penegakan terapi pada pasien mengingat progonosis penyakit ini menjadi
buruk apabila tidak segera ditangani.
Non-maleficence adalah prinsip dokter dalam melakukan pemeriksaan
maupun memberikan terapi yang memiliki resiko paling kecil terhadap pasien dan
tidak memperburuk kesehatan pasien. Non-maleficence diinterpretasikan bahwa
keharusan untuk tidak melukai orang lain lebih kuat dari keharusan berbuat baik.
“Do no harm” merupakan point penting dalam prinsip non-maleficence. Hal ini
berkaitan dengan keputusan terapi pasien apakah mengenai opsi terapi
medikamentosa dan non medikamentosa yang akan dilakukan. Dokter dianjurkan
untuk memilih pengobatan dengan risiko seminimal mungkin untuk pasien dan
tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan yang dapat mencelakai kondisi
pasien (McCormick, 2013). Pada pasien ini dokter telah melakukan tindakan
pengambilan benda asing dan memberikan terapi medikamentosa tetes mata dan
peroral yang sudah sesuai dengan kebutuhan keluhan pasien.
Justice bermakna bahwa pasien berhak diperlakukan sama seperti pasien
lainnya. Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama
dan kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta
perbedaan gender tidak boleh mengubah sikap dokter terhadap
pasiennya. Keadilan untuk pasien yang dapat diberikan berupa pemenuhan hak-
hak pasien dalam upaya diagnosis, terapi, dan hal-hal lain yang terkait dengan
kenyamanan pasien. Sebagai seorang dokter hendaknya dapat memberikan empati
yang sama kepada semua pasiennya (McCormick, 2013). Pada kasus ini, dokter
sudah berbuat adil dengan memperlakukan pasien sesuai dengan kebutuhan pasien
yaitu dilakukan anamnesis, pemeriksaan yang sesuai, dan memberikan terapi yang
sama pada setiap pasien yang mengalami ulkus kornea.
Autonomy adalah prinsip menghormati keputusan pasien untuk
menentukan nasibnya dimana pasien berhak memutuskan persetujuan tentang
tindakan medis yang akan dilakukan, bisa dalam bentuk penolakan maupun
persetujuan. Prinsip ini memberikan sebuah inform consent kepada pasien tentang
suati terapi. Selanjutnya pasien berhak menentukan terapi yang akan dipilih sesuai
edukasi yang diberikan oleh dokter (McCormick, 2013). Pada kasus ulkus korena
dilakukan pengambilan benda asing. Pasien yang menentukan apakah tindakan
tersebut dilakukan. Jika pasien menolak karena merasa tidak nyaman atau tidak
kondusif saat dilakukan tindakan, tindakan tersebut tidak dilakukan tetapi dokter
harus memberikan edukasi tentang efek dari tidak dilakukan dan dilakukan
tindakan tersebut.

5. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai


Pasien Ny. S usia 67 tahun merupakan seorang petani yang beragama
islam. Mata kanan pasien yang sedang sakit tidak menyebabkan patah semangat
untuk beribadah kepada Allah SWT dan masih mengikuti pengajian di masjid
dekat rumahnya.
Mata merupakan salah satu anggota tubuh yang sangat penting bagi
kehidupan. Dengan mata kita dapat melihat ciptaan Allah SWT, berinteraksi
dengan lingkungan. Karena itu, kita harus bersyukur atas nikmat yang
diberikan.Sesuai firman Allah:

Katakanlah, "Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan


pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu
bersyukur." (Al-Mulk ayat 23).
Allah memberikan cobaan untuk menguji keimanan dan kesabaran
hambaNya. Salah satu cobaan yang diberikan oleh Allah adalah sakit. Sesuai
dengan sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa
gangguan berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan menggugurkan
bersama dengannya dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan
dedaunannya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Cobaan yang diberikan kepada
manusia merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah yang sulit untuk
mengerti. Maka dari itu, muslim harus selalu berhusnudzon terhadap segala
ketetapan Allah di dalam hidupnya.

Artinya : Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS Al-anbiya: 35)
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah SWT memberikan cobaan dengan
kebaikan ataupun keburukan. Cobaan kebaikan yang diberikan Allah SWT bisa
berwujud kesehatan, agar seseorang dapat bersyukur kepada Allah SWT yang
memberikan kebaikan dan kesehatan. Allah SWT menguji dengan keburukan
misalnya kondisi sakit karena diharapkan seseorang bisa bersabar dan memohon
perlindungan kepada Allah SWT.
Sakit menjadi kebaikan bagi seorang muslim jika dia bersabar .
Rasulullah SAW. bersabda, “Sungguh menakjubkan perkara seorang
mukmin, sesungguhnya  semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak
terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia
bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan,
maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya (HR. Muslim).
Sakit tidak menjadi halangan seorang muslim untuk beribadah yang
sifatnya wajib kepada Allah SWT, seperti sholat 5 waktu. Shalat wajib adalah
kewajiban bagi setiap muslim yang sudah baligh dan berakal, seperti sabda
Rasulullah SAW .

Artinya : Pena (catatan amal) diangkat dari tiga jenis orang: orang yang
tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia baligh, dan orang gila hingga ia
berakal” (HR. An Nasa-i no. 7307, Abu Daud no. 4403, Ibnu Hibban no. 143,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 3513).

Terdapat hikmah dari setiap sakit yang diturunkan oleh Allah kepada
hambanya. Oleh karena itu dalam menghadapi suatu penyakit hendaknya setiap
muslim senantiasa bersabar dan bertawakal kepada Allah. Karena itu kita
sebagai dokter juga harus memotivasi pasien dan keluarga agar tetap bersyukur,
istiqamah dalam beribadah kepada Allah SWT dan juga berobat secara rutin
agar penyakit yang ada dapat diangkat oleh Allah SWT.

Referensi
1. McCormick, T.R. 2013. Principles of Biethics.
https://depts.washington.edu/bioethx/tools/princpl.html
2. Ilyas, S., Yulianti, S.R. 2015. Ilmu Penyakit Mata Edisi Kelima. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

3. Suhardjo, S. U., Hartono. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Kesehatan Mata.
FK UGM.
4. Christine, R. N. (2019). Ulkus Kornea dengan Penyebab Bakteri; Sebuah Laporan
Kasus.
5. Whitcher, John., dkk. 2014. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum 17 th edition.
Jakarta: EGC

Umpan balik dari pembimbing

Wonogiri, November 2020


TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda

dr. Arifah Pujiastuti, Sp.M Dzaki Adhi Wicaksana

Anda mungkin juga menyukai