Anda di halaman 1dari 15

Peningkatan Kadar Pati Resisten…… (R. H. B.

Setiarto, dkk)

PENINGKATAN KADAR PATI RESISTEN TIPE III TEPUNG


SINGKONG TERMODIFIKASI MELALUI FERMENTASI DAN
PEMANASAN BERTEKANAN-PENDINGINAN
(Improvement Level of Resistant Starch Type III on Modified Cassava Flour Using
Fermentation and Autoclaving-Cooling)

R. Haryo Bimo Setiarto1), Nunuk Widhyastuti1), Arumsyah Sumariyadi2)


1
Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI
Jalan Raya Jakarta-Bogor Km 46, Kawasan CSC Cibinong 16911, Jawa Barat
2
Fakultas Farmasi, Institut Sains dan Teknologi Nasional Jalan Moh Kahfi II, Srengseng Sawah,
Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12630
e-mail: haryobimo88@gmail.com
Naskah diterima 18 Oktober 2018, revisi akhir 24 Februari 2018, disetujui untuk diterbitkan 26 Februari 2018

ABSTRAK. Tepung singkong termodifikasi (Mocaf) merupakan produk turunan dari


tepung singkong yang menggunakan prinsip modifikasi sel singkong secara fermentasi
selama 12-72 jam. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kadar pati resisten tepung
singkong melalui fermentasi bakteri asam laktat dan pemanasan bertekanan-
pendinginan. Irisan singkong difermentasi dengan kultur campuran bakteri asam laktat
(Lactobacillus plantarum B-307:Leuconostoc mesenteroides SU-LS 67 = 1:1) selama
18 jam pada suhu 37oC. Irisan singkong fermentasi selanjutnya di autoklaf (121oC, 15
menit) dan didinginkan (4oC, 24 jam) untuk 1-3 siklus. Irisan singkong kemudian
dikeringkan (70o C, 16 jam), digiling dan diayak (80 mesh) untuk mendapatkan tepung
singkong termodifikasi. Kombinasi pemanasan bertekanan-pendinginan dengan
fermentasi mampu meningkatkan kadar pati resisten pada tepung singkong
termodifikasi. Perlakuan fermentasi dengan 2 siklus pemanasan bertekanan-
pendinginan (FAC-2S) menghasilkan kadar pati resisten tertinggi (12,51%) dibanding
perlakuan lainnya dan meningkatkan kadar pati resisten sebesar 4,5 kali lipat
dibandingkan perlakuan kontrol (2,81%). Peningkatan kadar pati resisten
menyebabkan terjadinya penurunan daya cerna pada tepung singkong termodifikasi.
Kata kunci: bakteri asam laktat, fermentasi, pati resisten, pemanasan bertekanan-
pendinginan, tepung singkong termodifikasi

ABSTRACT. Modified Cassava flour (Mocaf) is a product derived from cassava


flour that uses principles of cassava cell modification through fermentation for 12-72
hours. This study aims to improve the levels of resistant starch in cassava flour using
lactic acid bacteria fermentation and autoclaving-cooling. Cassava slices fermented
with mixed cultures of lactic acid bacteria (Lactobacillus plantarum B-307:Leuconostoc
mesenteroides SU-LS 67=1:1) for 18 hours at 37oC. The fermented cassava then
autoclaved (121oC, 15 min) and cooled (4oC, 24 hours) for 1-3 cycles. Cassava slices
was dried (70oC, 16 hours), grounded and sieved (80 mesh) to obtain modified cassava
flour. Combination of autoclaving-cooling and fermentation could increase resistant
starch level of Mocaf. Fermentation with 2 cycles of autoclaving-cooling (FAC-2S)
produced the highest resistant starch content (12.51%) compared to other treatments.
This value was around 4.5-fold higher than the control (2.81%). Increased levels of
resistant starch could contribute to decrease the digestibility of Mocaf.
Keywords: autoclaving-cooling, fermentation, lactic acid bacteria, modified cassava
flour, resistant starch

9
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 9 No.1, Juni 2018 : 9-23

1. PENDAHULUAN besar, pati resisten mempunyai tiga sistem


Indonesia merupakan negara tropis terkait dengan efek metabolisme dan nilai
yang kaya akan keanekaragaman hayati fungsional dalam tubuh yaitu sebagai
termasuk tanaman pangan. Tanaman bahan untuk fortifikasi serat, penurun
singkong merupakan salah satu tanaman kalori dan oksidasi lemak (Birt, et al.,
pangan yang banyak tumbuh di Indonesia 2013). Pati resisten juga dapat membakar
karena mudah ditanam dan dipelihara. lemak melalui proses β-oksidasi sehingga
Produksi singkong di Indonesia dari tahun menurunkan jumlah lemak yang disimpan
ke tahun terus meningkat. Menurut Badan dalam tubuh. Hal ini terkait dengan proses
Pusat Statistik, produksi singkong di metabolisme karbohidrat dan protein
Indonesia pada tahun 2015 mencapai 22 dalam tubuh (Higgins, et al., 2004).
juta ton dan produksi singkong pada tahun Onyango, et al. (2006) menyatakan
2016 diprediksikan mencapai 23 juta ton bahwa pati resisten memiliki beberapa
(BPS, 2016). Salah satu produk olahan manfaat diantaranya dapat berperan dalam
singkong yang sudah banyak metabolisme lemak dan kolesterol,
dikembangkan adalah tepung singkong mengurangi penyebab kanker kolon,
termodifikasi (Mocaf). Mocaf merupakan penyakit jantung koroner, sembelit dan
produk turunan dari tepung singkong yang diabetes tipe II, mengikat racun, asam
menggunakan prinsip modifikasi sel empedu dan karsinogen. Pati resisten (RS)
singkong secara fermentasi selama 12-72 dapat dikelompokkan menjadi lima tipe,
jam. Penggunaan tepung Mocaf sebagai yaitu pati resisten yang secara fisik
pensubstitusi tepung terigu sudah banyak terperangkap dalam matriks dinding sel
dilakukan. Mocaf dapat digunakan sebagai bahan pangan (RS I), pati resisten yang
bahan baku dari berbagai jenis produk secara alami tahan terhadap enzim
makanan, mulai dari mie, bakery, cookies, pencernaan (RS II), pati resisten yang
makanan semi basah dan campuran produk dimodifikasi secara fisik melalui proses
lain berbahan baku tepung terigu dengan retrogradasi (RS III), pati resisten yang
karakteristik produk yang dihasilkan tidak dimodifikasi secara kimia (RS IV) dan pati
jauh berbeda dengan penggunaan tepung resisten yang terbentuk karena interaksi
terigu (Subagio, et al., 2008). Saat ini pati dengan asam lemak (RSV) (Jenie, et
kapasitas produksi Mocaf di Indonesia al., 2012). Diantara kelima jenis pati
baru mencapai 360.000 ton per tahun. resisten tersebut, RS III yang paling sering
Dengan penanaman singkong sebagai digunakan dalam pemanfaatan bahan
bahan baku pembuatan Mocaf sekitar 2 pangan dikarenakan pati jenis ini relatif
juta ha, pemerintah optimistis bisa tahan panas sehingga dapat
mengurangi ketergantungan pada tepung mempertahankan sifatnya selama proses
terigu impor. Tren pengembangan Mocaf pengolahan pangan (Sugiyono, et al.,
saat ini terus meningkat karena 2009).
teknologinya sederhana namun bernilai Penelitian Juliana (2007) juga
ekonomi tinggi. menunjukkan bahwa singkong memiliki
Tepung singkong termasuk bahan kadar pati resisten tipe III yang cukup baik.
pangan yang jika dilakukan modifikasi Pati resisten tipe III ini diproses dengan
terhadap patinya akan menambah nilai pemanasan (gelatinisasi) yaitu pada suhu
fungsional. Salah satu produk modifikasi 121°C selama 15 menit, yang diikuti
tepung singkong adalah pati resisten dengan proses pendinginan pada suhu
(Onyango, et al., 2006). Pati resisten ruang (Garcia-Alonso, et al., 1999). Pati
didefinisikan sebagai fraksi pati atau resisten tipe III dapat diperoleh dalam gel
produk degradasi pati yang tidak pati, tepung, adonan, produk yang
terabsorbsi dalam usus halus individu yang dipanggang dan amilosa hasil fragmentasi.
sehat karena masih diperoleh setelah Sifat resisten tersebut disebabkan oleh
melewati degradasi enzim secara sempurna adanya pati yang teretrogradasi. Pati
(Prangdimurti, et al., 2007). Secara garis resisten tipe III yang diperoleh dari hasil
retrogradasi merupakan salah satu jenis

10
Peningkatan Kadar Pati Resisten…… (R. H. B. Setiarto, dkk)

pati resisten yang banyak digunakan dalam MRSB, m-TSB, TSB, TSA, yeast extract
pemanfaatan pangan karena dapat (Difco), beef extract (Difco), bacto agar
mempertahankan karakteristik organo- (Difco), enzim α-amilase Sigma A6380,
leptik suatu makanan. Selain itu, pati enzim pepsin Sigma P6887, pankreatin
resisten tipe III ini tahan panas sehingga Sigma P-1750, enzim amiloglukosidase
sifatnya tetap terjaga selama proses Sigma A-9913, inulin Sigma I2255,
pengolahan (Sugiyono, 2009). Pembuatan glukosa, maltosa, 3,5-dinitrosalisilat
pati resisten tipe III yang berasal dari (Merck), Na-K-tartarat (Merck), fenol
singkong dengan fermentasi bakteri asam (Merck), asam sulfat pekat, natrium
laktat dan pemanasan bertekanan- dodesilsulfat, etanol, aseton, eter, NaCl,
pendinginan belum pernah dilakukan CaCO3, amonium sitrat, natrium asetat,
sebelumnya. magnesium sulfat, manganase sulfat,
Penelitian ini bertujuan melakukan dikalium fosfat, tween 80, NaOH (25%
optimasi pembuatan tepung singkong dan 1 N), HCl, akuades, buffer Na fosfat
(Manihot esculenta Crantz) modifikasi 0,05 M dan 0,01 M pH 6,9 dan pH 7,
dengan metode fermentasi bakteri asam buffer sodium asetat 0,1 M pH 5,2 dan pH
laktat dan pemanasan bertekanan- 6,0 dan 0,4 M pH 4,75, kertas saring
pendinginan untuk meningkatkan kadar Whatman No. 41.
pati resisten tipe III sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan Pretreatment Pada Umbi Singkong
fungsional. Hipotesis penelitian ini adalah Untuk Menghilangkan Sianida (HCN)
perlakuan fermentasi bakteri asam laktat Kulit umbi singkong dikupas lalu
dan pemanasan bertekanan-pendinginan diiris dengan ketebalan ±1 cm kemudian
dapat meningkatkan kadar pati resisten tipe direndam dalam larutan NaCl 1% (b/v)
III pada tepung singkong termodifikasi. selama sehari semalam dan diganti setiap 3
jam untuk menghilangkan kandungan
2. METODE PENELITIAN sianida pada umbi singkong. Setelah itu
Penelitian ini dilakukan di irisan umbi singkong dicuci dengan air
Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Pusat bersih mengalir selama 2 jam dan
Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu ditiriskan (Setiarto, et al., 2015).
Pengetahuan Indonesia, Cibinong, Bogor,
Jawa Barat pada bulan Oktober 2016 Perlakuan Fermentasi dan Pemanasan
hingga Januari 2017. Peralatan yang Bertekanan-pendinginan Untuk
digunakan dalam penelitian ini berupa Produksi Tepung Singkong
autoklaf Hirayama HVE, spektrofotometer Termodifikasi
UV-VIS, Biospec 160i, pH meter TOA, Fermentasi dilakukan pada irisan
sentrifus high speed Kubota, refrigerator, singkong menggunakan kultur campuran
pin disc mill (mesin penggiling tepung), bakteri asam laktat (Leuconostoc
inkubator Isuzu Himawari, neraca analitik mesenteroides SU-LS 67:Lactobacillus
TOA, water bath, oven Shimidzu, plantarum B-307 dengan rasio 1:1), 108
mikropipet Eppendorf (100-1000 µL), cfu/mL, 2% (v/v) pada suhu 37oC selama
mikropipet Sibata (1000-5000 µL). Bahan 18 jam. Fermentasi dihentikan setelah 18
baku yang digunakan adalah umbi jam kemudian cairan fermentasi dibuang
singkong berumur 8 bulan dari daerah dan irisan singkong dicuci dengan akuades
Megamendung Bogor, Jawa Barat. Kultur steril lalu ditiriskan. Selanjutnya irisan
bakteri Lactobacillus plantarum B-307 dan singkong diberi perlakuan pemanasan
Leuconostoc mesenteroides SU-LS 67, bertekanan menggunakan autoklaf pada
koleksi Laboratorium Mikrobiologi suhu 121o C selama 15 menit dengan rasio
Pangan Pusat Penelitian Biologi LIPI. irisan singkong:akuades = 1:2. Tujuan
Media dan bahan kimia yang autoklaf adalah melakukan gelatinisasi
digunakan antara lain media MRS (de pada sampel irisan singkong. Setelah
Mann Rogosa Sharpe) Agar dan Broth, m- diautoklaf, dilanjutkan dengan pendinginan
menggunakan refrigerator pada suhu 4oC

11
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 9 No.1, Juni 2018 : 9-23

Gambar 1. Pembuatan tepung singkong modifikasi dengan fermentasi dan siklus pemanasan
bertekanan-pendinginan

selama 24 jam yang bertujuan untuk singkong. Kelompok tanpa fermentasi


memberikan efek retrogradasi pada sampel yaitu: 1) Kode K (kontrol), 2) Kode AC-1S
irisan singkong. Selanjutnya irisan (1 siklus pemanasan bertekanan-
singkong dikeringkan dengan oven pada pendinginan), 3) Kode AC-2S (2 siklus
suhu 70oC selama 16 jam lalu ditepungkan pemanasan bertekanan-pendinginan), 4)
dengan pin disk mill dan diayak sehingga Kode AC-3S (3 siklus pemanasan
diperoleh sampel tepung singkong bertekanan-pendinginan). Kelompok
berukuran 80 mesh (Setiarto, 2015). dengan fermentasi yaitu: 1) Kode F
Untuk mengetahui pengaruh (fermentasi, tanpa siklus pemanasan
perlakuan fermentasi bakteri asam laktat bertekanan-pendinginan), 2) Kode FAC-1S
dan jumlah siklus pemanasan bertekanan- (fermentasi, dengan 1 siklus pemanasan
pendinginan (autoclaving-cooling/AC) bertekanan-pendinginan), 3) Kode FAC-2S
terhadap kadar pati resisten yang terbentuk (fermentasi, dengan 2 siklus pemanasan
maka dilakukan pengelompokan tepung bertekanan-pendinginan). Desain riset

12
Peningkatan Kadar Pati Resisten…… (R. H. B. Setiarto, dkk)

yang digunakan dalam penelitian ini dengan taraf nyata 95% (α= 5%), setelah
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dilakukan uji Duncan pada SPSS 17.0.
yang dilanjutkan dengan uji Duncan pada
taraf signifikansi 5% (Setiarto, 2015). a
b
Prosedur dan tahapan pembuatan tepung c c
d d d
singkong modifikasi dengan perlakuan
fermentasi dan pemanasan bertekanan-
pendinginan ditunjukkan pada Gambar 1.

Analisis Kimia Terhadap Tepung


Singkong Termodifikasi Kaya Pati
Resisten
Ketujuh sampel tepung singkong
termodifikasi dari 2 kelompok perlakuan Gambar 2. Pengaruh fermentasi dan siklus
dilakukan analisis kadar total pati dengan pemanasan bertekanan-
metode spektrofotometri yang dilakukan pendinginan terhadap kadar total
pati tepung singkong modifikasi
oleh Dubois, et al. (1956), kadar gula
pereduksi dengan metode spektrofotometri Kadar total pati tepung singkong
yang dilakukan oleh Miller (1959), kadar termodifikasi menunjukkan penurunan
amilosa dan amilopektin dengan metode setelah diberi perlakuan fermentasi,
spektrofotometri yang dilakukan oleh pemanasan bertekanan-pendinginan
Faridah, et al., (2013), kadar pati cepat beberapa siklus dan kombinasi fermentasi
cerna (Rapid Digestible Starch/RDS), pati dengan pemanasan bertekanan-
lambat cerna (Slowly Digestible pendinginan. Semakin banyak jumlah
Starch/SDS) dan kadar pati resisten siklus pemanasan bertekanan-pendinginan
(Resistant Starch) dengan metode yang diaplikasikan berdampak terhadap
spektrofotometri yang dilakukan oleh penurunan kadar total pati tepung singkong
Engyst, et al. (1992), daya cerna pati in- termodifikasi secara signifikan (p<0,05).
vitro menggunakan metode yang dilakukan Perlakuan pemanasan bertekanan-
oleh Anderson, et al. (2002) sebanyak tiga pendinginan meningkatkan jumlah pati
kali ulangan (triplo). terdegradasi sehingga menyebabkan
kerusakan pada struktur fisik maupun
Analisis Statistika kimia pati (Faridah, et al., 2013).
Data hasil penelitian untuk analisis kadar Sementara itu, perlakuan fermentasi
total pati, kadar amilosa, gula pereduksi, juga berperan menurunkan kadar total pati
pati cepat cerna, pati lambat cerna, pati singkong karena bakteri asam laktat (BAL)
resisten dan daya cerna pati pada tepung memanfaatkan komponen pati singkong
singkong modifikasi diolah secara statistik yaitu amilosa dan amilopektin sebagai
dengan analisis sidik ragam (ANOVA) nutrisi sumber karbon untuk
menggunakan Software SPSS 17.0. pertumbuhannya. Kombinasi perlakuan
fermentasi dan pemanasan bertekanan-
3. HASIL DAN PEMBAHASAN pendinginan pada singkong dapat
Kadar Total Pati Tepung Singkong menurunkan kadar total pati singkong
Hasil analisis kadar total pati (%bk) dengan sangat signifikan dan paling tinggi
tepung singkong termodifikasi dapat dibandingkan dengan perlakuan yang
dilihat pada Gambar 2 yang menunjukkan lainnya. Pada penelitian lainnnya, Jenie, et
pengaruh fermentasi dan siklus pemanasan al. (2012) dan Nurhayati, et al. (2014) juga
bertekanan-pendinginan terhadap kadar melaporkan bahwa proses fermentasi yang
total pati tepung singkong termodifikasi. dilanjutkan dengan siklus pemanasan
Huruf yang berbeda pada diagram batang bertekanan-pendinginan menyebabkan
menunjukkan nilai yang berbeda nyata penurunan kadar total pati secara
signifikan pada tepung pisang tanduk.

13
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 9 No.1, Juni 2018 : 9-23

Berdasarkan hasil analisa statistik ANOVA dan glukosa sedangkan menurut


diketahui bahwa kadar total pati pada Vatanasuchart, et al. (2010), pululanase
tepung singkong kontrol menunjukkan menghidrolisis ikatan percabangan α-1,6
hasil yang berbeda nyata (p<0,05) dari penghubung amilopektin sehingga
tepung singkong AC-1S, AC-2S, AC-3S, dihasilkan amilosa rantai pendek. Selain
FAC-1S dan FAC-2S. Berdasarkan uji itu, Zaragoza, et al. (2010) dan
beda nyata Duncan diketahui bahwa Vatanasuchart, et al. (2012) melaporkan
perlakuan FAC-2S memberikan dampak bahwa penurunan kadar total pati juga
penurunan kadar total pati yang tidak dapat terjadi akibat putusnya ikatan
berbeda nyata (p>0,05) dengan perlakuan glikosidik pada fraksi pati baik pada ikatan
FAC-1S dan AC-3S. linier α-1,4 amilosa dan ikatan
Pada umumnya pati mengandung percabangan α-1,6 amilopektin oleh
15-30% amilosa, 70-85% amilopektin dan pemanasan autoklaf.
5-10% bahan lain seperti lipid, protein dan
mineral. Amilosa merupakan komponen Kadar Gula Pereduksi Tepung
pati yang mempunyai rantai lurus dan larut Singkong
dalam air. Umumnya pati tersusun dari 17- Perlakuan fermentasi, pemanasan
21% amilosa, terdiri dari satuan glukosa bertekanan-pendinginan beberapa siklus
yang bergabung melalui ikatan α-(1-4) D- dan kombinasi fermentasi dengan
glukosa. Sementara, amilopektin pemanasan bertekanan-pendinginan secara
merupakan komponen pati yang umum memberikan pengaruh yang
mempunyai rantai cabang, terdiri dari signifikan (p<0,05) dalam meningkatkan
satuan glukosa yang bergabung melalui kadar gula pereduksi tepung singkong.
ikatan α-(1-4) D-glukosa dan α-(1-6) D- Semakin banyak jumlah siklus pemanasan
glukosa (Kusnandar, 2011). Pati singkong bertekanan-pendinginan yang diberikan
adalah salah satu sumber karbohidrat yang maka semakin tinggi kadar gula pereduksi
memiliki beberapa keunggulan yaitu suhu pada tepung singkong termodifikasi.
gelatinisasi yang rendah dan pasta yang Kadar gula pereduksi tertinggi pada
jernih (Kasemsuwan, et al., 1998). penelitian ini adalah tepung singkong
Pembentukan pati singkong dipengaruhi termodifikasi dengan perlakuan kombinasi
oleh beberapa faktor yang berpengaruh fermentasi dengan dua siklus pemanasan
terhadap penyusunan amilum diantaranya bertekanan-pendinginan (FAC-2S) yang
temperatur yang rendah mempunyai dapat dilihat pada Gambar 3.
pengaruh baik bagi pengubahan amilum
e
menjadi gula, persediaan air yang d d
c
berlebihan akan menambah produksi untuk c
penyusunan amilum, perubahan pH b
a
terutama pada pH di atas 7 akan
meningkatkan produksi pati dan intensitas
sinar matahari (Kusnandar, 2011).
Kadar total pati pada tepung
singkong menurun akibat perlakuan
fermentasi oleh kultur BAL Lactobacillus
plantarum B-307 dan Leuconostoc Gambar 3. Pengaruh fermentasi dan siklus
mesenteroides SU-LS67 yang mampu pemanasan bertekanan-
menghidrolisis pati singkong. Kedua kultur pendinginan terhadap kadar gula
pereduksi tepung singkong
BAL tersebut diketahui memiliki aktivitas
modifikasi
enzim amilase dan pululanase yang tinggi
(Setiarto, et al., 2015). Menurut Bhanwar
Gambar 3 menunjukkan pengaruh
dan Ganguli (2014), amilase
fermentasi dan siklus pemanasan
menghidrolisis ikatan linier α-1,4
bertekanan-pendinginan terhadap kadar
glikosidik pada amilosa secara acak
gula pereduksi tepung singkong
menghasilkan campuran dekstrin, maltosa

14
Peningkatan Kadar Pati Resisten…… (R. H. B. Setiarto, dkk)

termodifikasi. Huruf yang berbeda pada Kadar Amilosa dan Amilopektin


diagram batang menunjukkan nilai yang Tepung Singkong
berbeda nyata dengan taraf nyata 95% Perlakuan fermentasi, siklus
(α=5%), setelah dilakukan uji Duncan pada pemanasan bertekanan-pendinginan dan
SPSS 17.0. kombinasi keduanya diketahui dapat
Peningkatan kadar gula pereduksi menurunkan kandungan amilosa dan
selama pemanasan bertekanan-pendinginan amilopektin pada tepung singkong
terjadi akibat terbentuknya komponen (Gambar 4 dan Gambar 5).
monosakarida dan disakarida seperti
maltosa dan glukosa. Hal tersebut terjadi a
a
karena putusnya ikatan glikosidik linier α- b
c c
1,4 pada komponen amilosa dan ikatan
d
glokosidik percabangan α-1,6 pada
komponen amilopektin pati akibat e
pemanasan autoklaf. Perlakuan fermentasi
dapat meningkatkan kadar gula pereduksi
secara signifikan karena kultur campuran
bakteri asam laktat menghasilkan enzim
amilase yang dapat menghidrolisis ikatan
linier α-1,4 glikosidik pada amilosa Gambar 4. Pengaruh fermentasi dan siklus
menjadi glukosa dan maltosa. Berdasarkan pemanasan bertekanan-
hasil analisa statistik dengan ANOVA, pendinginan terhadap kadar
diketahui bahwa perlakuan kontrol amilosa tepung singkong
menghasilkan kadar gula pereduksi yang modifikasi
berbeda nyata (p<0,05) jika dibandingkan
perlakuan fermentasi, AC-1S, AC-2S, AC- b a
3S, FAC-1S, FAC-2S. d d
c
e f
Gula pereduksi adalah gula atau
monosakarida dan disakarida yang
mempunyai gugus hidroksi bebas dan
reaktif. Pada glukosa (aldose) dan biasanya
terikat pada karbon nomor satu (anomerik)
sedangkan pada fruktosa (ketosa) dengan
gugus hidroksi reaktifnya terletak pada
karbon nomor dua. Sementara itu, laktosa
mempunyai gugus hidroksi bebas pada
Gambar 5. Pengaruh fermentasi dan siklus
atom C nomor satu pada rantai glukosanya pemanasan bertekanan-
(Winarno, 2007). Peningkatan kadar gula pendinginan terhadap kadar
pereduksi dipengaruhi oleh peningkatan amilopektin tepung singkong
kadar amilosa rantai pendek yang modifikasi
terbentuk sebagai akibat degradasi pati
selama proses pemanasan autoklaf Gambar 4 menunjukkan pengaruh
berlangsung yang ikut terukur sebagai gula fermentasi dan siklus pemanasan
pereduksi (Zaragoza, et al., 2010; bertekanan-pendinginan terhadap kadar
Moongngarm, 2013). Penelitian lain yang amilosa tepung singkong termodifikasi dan
dilaporkan oleh Vatanasuchart, et al., Gambar 5 menunjukkan pengaruh
(2010) menyebutkan bahwa amilase dan fermentasi dan siklus pemanasan
pululanase yang dihasilkan selama proses bertekanan-pendinginan terhadap kadar
fermentasi oleh bakteri asam laktat akan amilopektin tepung singkong
menghidrolisis amilosa dan amilopektin termodifikasi. Huruf yang berbeda pada
menjadi glukosa dan maltosa yang diagram batang menunjukkan nilai yang
merupakan gula pereduksi. berbeda nyata dengan taraf nyata 95%

15
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 9 No.1, Juni 2018 : 9-23

(α=5%), setelah dilakukan uji Duncan pada linier α-1,4 pada amilosa dan ikatan
SPSS 17.0. Semakin banyak jumlah siklus percabangan α-1,6 pada amilopektin.
pemanasan bertekanan-pendinginan yang
diaplikasikan maka kadar amilosa dan Kadar Pati Cepat Cerna (Rapid
amilopektin semakin menurun pada pati Digestible Starch/RDS) dan Pati Lambat
singkong akibat terjadinya kerusakan pada Cerna (Slowly Digestible Starch/SDS)
ikatan linier α-1,4 glikosidik maupun Tepung Singkong
ikatan percabangan α-1,6 glikosidik akibat Pengaruh perlakuan fermentasi
pemanasan autoklaf. Perlakuan fermentasi kultur campuran bakteri asam laktat dan
dengan kultur campuran bakteri asam siklus pemanasan bertekanan-pendinginan
laktat dapat menurunkan kandungan maupun kombinasi kedua perlakuan
amilopektin pada tepung singkong secara tersebut terhadap kadar pati cepat cerna
signifikan (p<0,05). (RDS) dan pati lambat cerna (SDS) tepung
Sementara itu, perlakuan fermentasi singkong termodifikasi disajikan dalam
relatif tidak signifikan dalam menurunkan Gambar 6.
kadar amilosa pada pati singkong. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kultur a a a a a a a
campuran bakteri asam laktat yang
digunakan yaitu L. plantarum B-307 dan
Leu. mesenteroides SU-LS 67 lebih aktif
untuk memproduksi enzim pululanase
dengan aktivitas yang tinggi selama
fermentasi singkong. Enzim pululanase
yang dihasilkan oleh kultur campuran BAL
menghidrolisis amilopektin pada ikatan
percabangan α-1,6 selama fermentasi Gambar 6. Pengaruh fermentasi dan siklus
singkong (Bhanwar dan Ganguli, 2014). pemanasan bertekanan-
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan pendinginan terhadap kadar RDS
ANOVA diketahui bahwa perlakuan dan SDS tepung singkong
fermentasi, pemanasan bertekanan modifikasi
pendinginan dan kombinasi fermentasi
dengan pemanasan bertekanan- Gambar 6 menunjukkan pengaruh
pendinginan cenderung menurunkan kadar fermentasi dan siklus pemanasan
amilosa dan amilopektin secara signifikan bertekanan-pendinginan terhadap kadar
(p<0,05) pada tepung singkong modifikasi. RDS dan SDS tepung singkong
Sudarmonowati, et al. (2007) termodifikasi. Huruf yang berbeda pada
melaporkan bahwa kandungan amilosa dari diagram batang menunjukkan nilai yang
160 genotip singkong yang ada di berbeda nyata dengan taraf nyata 95%
Indonesia berkisar antara 22,65-32,4% dan (α=5%), setelah dilakukan uji Duncan pada
dikelompokkan berdasarkan kandungan SPSS 17.0. Berdasarkan hasil penelitian
amilosa sebagai berikut: sangat rendah diketahui bahwa kadar RDS dan SDS
(22,6-22,8%), rendah (23,8-24,9%), tepung singkong kontrol relatif tidak
medium (25,4-29,6%), tinggi (30-31,2%) berubah secara signifikan (p>0,05) jika
dan sangat tinggi (32,4-32,5%). Sementara dibandingkan dengan tepung singkong
itu, kadar amilosa pada tepung Mocaf termodifikasi akibat perlakuan fermentasi,
adalah sebesar 34,75%, sedangkan kadar pemanasan bertekanan-pendinginan
amilopektinnya adalah sebesar 39,55% maupun kombinasi keduanya.
(Purba, 2010). Zaragoza, et al. (2010) Pati dapat dikelompokkan menjadi
melaporkan bahwa penurunan kadar dua yaitu pati yang cepat dicerna atau
amilosa dan amilopektin dapat terjadi rapid digestible starch (RDS) dan pati
karena pemanasan autoklaf yang yang lambat dicerna atau slowly digestible
menyebabkan putusnya ikatan glikosidik starch (SDS). Pati cepat cerna adalah
fraksi pati yang menyebabkan kenaikan

16
Peningkatan Kadar Pati Resisten…… (R. H. B. Setiarto, dkk)

glukosa darah setelah makanan masuk ke AC-3S) maupun kombinasi fermentasi


dalam saluran pencernaan sedangkan pati dengan pemanasan bertekanan-
lambat cerna adalah fraksi pati yang pendinginan (FAC-1S, FAC-2S) jika
dicerna sempurna dalam usus halus dengan dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
kecepatan yang lebih lambat dibandingkan a
pati cepat cerna (Kusnandar, 2011). a
Saguilan, et al., (2005) melaporkan bahwa b
b
peningkatan kadar pati lambat cerna (SDS)
c
dan penurunan jumlah pati cepat cerna d c
(RDS) akan mengubah karakteristik bahan
pangan menjadi lebih sulit dicerna. Proses
autoclaving-cooling (AC) secara berulang
pada penelitian ini telah menyebabkan
peningkatan jumlah SDS karena terjadi
pembentukan fraksi amilosa teretrogradasi Gambar 7. Pengaruh fermentasi dan siklus
atau terkristalisasi meskipun nilainya tidak pemanasan bertekanan-
signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian pendinginan terhadap kadar pati
Saguilan, et al. (2005) yang melaporkan resisten tepung singkong
bahwa perlakuan autoclaving-cooling modifikasi
menyebabkan terjadinya peningkatan SDS
dan penurunan RDS pada bahan pangan. Semakin banyak jumlah siklus pemanasan
Sementara itu, penurunan kadar pati cepat bertekanan-pendinginan yang
cerna (RDS) pada penelitian ini diaplikasikan berpengaruh signifikan
disebabkan oleh perlakuan fermentasi (p<0,05) terhadap peningkatan kadar pati
bakteri asam laktat. Jenie, et al., (2012) resisten tepung singkong termodifikasi.
melaporkan bahwa selama fermentasi telah Fenomena ini sesuai dengan penelitian
terjadi pemanfaatan pati cepat cerna (RDS) Sugiyono, et al. (2009) dan Faridah, et al.
oleh kultur campuran BAL. Bakteri asam (2013) pada pati garut serta penelitian
laktat cenderung memanfaatkan RDS Jenie, et al. (2012) dan Nurhayati et al.
sebagai sumber karbon utama dan nutrisi (2014) pada tepung pisang. Sementara itu
untuk pertumbuhannya karena struktur pada perlakuan fermentasi terjadi
RDS yang lebih mudah dihidrolisis oleh peningkatan kadar pati resisten namun
enzim amilase dan pululanase jika nilainya tidak berbeda nyata jika
dibandingkan dengan struktur SDS (Jenie, dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
et al., 2012). Hal ini akibat hidrolisis pati resisten alami
pada singkong yaitu pati resisten tipe 1
Kadar Pati Resisten Tepung Singkong (RS1) dan pati resisten tipe 2 (RS2) oleh
Hasil analisis kadar pati resisten enzim amilase dan pululanase yang
terhadap tepung singkong termodifikasi dihasilkan oleh bakteri asam laktat (Jenie,
dapat dilihat pada Gambar 7 yang et al., 2012).
menunjukkan pengaruh fermentasi dan Perlakuan AC-1S meningkatkan
siklus pemanasan bertekanan-pendinginan kadar pati resisten sebanyak 1,6 kali lipat
terhadap kadar pati resisten tepung dibandingkan kontrol. Sementara itu,
singkong termodifikasi. Huruf yang perlakuan AC-2S dan AC-3S semakin
berbeda pada diagram batang meningkatkan kadar RS berturut-turut
menunjukkan nilai yang berbeda nyata menjadi 2,5 dan 4,1 kali lipat dibandingkan
dengan taraf nyata 95% (α=5%), setelah dengan kontrol seperti yang dapat dilihat
dilakukan uji Duncan pada SPSS 17.0. pada Gambar 8 yaitu mekanisme
Secara umum terjadi peningkatan pembentukan pati resisten (Sajilata, et al.,
kadar pati resisten secara signifikan 2006). Perlakuan kombinasi fermentasi
(p<0,05) pada tepung singkong dengan 2 siklus pemanasan bertekanan-
termodifikasi akibat perlakuan pemanasan pendinginan (FAC-2S) menghasilkan
bertekanan-pendinginan (AC-1S, AC-2S, kadar pati resisten tertinggi pada tepung

17
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 9 No.1, Juni 2018 : 9-23

singkong modifikasi jika dibandingkan retrogradasi. Pada tahap awal, pati


dengan perlakuan lainnya. Perlakuan digelatinisasi pada suhu 121°C selama 15
tersebut terbukti mampu meningkatkan menit dengan proses autoclaving yang
kadar pati resisten sebesar 4,5 kali lipat bertujuan untuk pembengkakan granula
jika dibandingkan dengan perlakuan pati melalui pemanasan menggunakan air
kontrol. Sementara itu, tepung singkong sehingga amilosa keluar. Proses
modifikasi dengan perlakuan FAC-1S gelatinisasi granula pati juga sangat
meningkatkan kadar pati resisten secara dipengaruhi oleh nisbah pati dan air.
signifikan menjadi 2,9 kali lipat jika Penambahan air yang terlalu sedikit ke
dibandingkan dengan perlakuan kontrol dalam suspensi pati menyebabkan jumlah
(Gambar 7). amilosa yang keluar dari granula tidak
Sajilata, et al. (2006) melaporkan optimum. Hal ini dapat mengurangi kadar
bahwa perlakuan pemanasan dengan pati resisten yang terbentuk yang
menggunakan metode autoclaving dapat disebabkan oleh menurunnya peluang
meningkatkan produksi pati resisten terjadinya reasosiasi amilosa-amilosa dan
hingga 9%. Proses modifikasi ini terdiri amilosa-amilopektin (Sajilata, et al. 2006).
atas dua tahap yaitu gelatinisasi dan

Gambar 8. Mekanisme pembentukan pati resisten (Sajilata, et al., 2006)

Peningkatan pati resisten terutama


diakibatkan oleh terjadinya retrogradasi
pada pati singkong. Pada saat tahap
retrogradasi, molekul pati berupa amilosa
maupun amilopektin akan saling berikatan
kembali secara double helix sehingga
membentuk struktur yang rapat dan stabil
oleh ikatan hidrogen (Sajilata, et al., 2006; Gambar 9. Ikatan ganda akibat retrogradasi
Vatanasuchart, et al., 2012). Granula pati pada pati resisten (Sajilata, et al.,
yang kaya akan amilosa mempunyai 2006)
kemampuan mengkristal yang lebih besar
yang disebabkan oleh lebih intensifnya Modifikasi pati menggunakan
ikatan hidrogen (Gambar 8 dan 9). Pada metode autoclaving-cooling, proses
saat pendinginan, rantai polimer terpisah gelatinasi dan retrogradasi sangat
sebagai ikatan ganda (double helix) dan berpengaruh terhadap naiknya kadar pati
mengalami pembentukan kembali ke resisten seperti yang diperoleh dalam
struktur awalnya secara perlahan penelitian ini. Retrogradasi menyebabkan
membentuk struktur kompak yang perubahan sifat-sifat gel pati diantaranya
distabilkan oleh ikatan hidrogen (Karim, et meningkatkan ketahanan pati terhadap
al., 2000). hidrolisis enzim amilolitik, menurunkan

18
Peningkatan Kadar Pati Resisten…… (R. H. B. Setiarto, dkk)

kemampuan transmisi cahaya dan siklus autoclaving-cooling pada singkong


kehilangan kemampuan untuk membentuk (Onyango, et al., 2006) dan hidrolisis
kompleks berwarna biru dan iodin menggunakan pululanase pada jagung
(Ratnayake, et al., 2002; Jane, 2004). (Zhang, 2011). Beberapa penelitian juga
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya menunjukkan bahwa modifikasi pati
retrogradasi adalah suhu yang rendah, pH dengan pululanase dapat meningkatkan
netral dan derajat polimerisasi yang relatif kadar pati resisten. Zhang (2011)
rendah tidak adanya percabangan ikatan melaporkan bahwa modifikasi dengan
dari molekul, konsentrasi amilosa yang pululanase dapat meningkatkan kadar pati
tinggi dan adanya ion-ion organik tertentu resisten sebesar 44,7%. Soto (2007)
(Jane, 2004). Dengan demikian terbukti melaporkan bahwa debranching terhadap
dalam penelitian ini bahwa suhu yang pati pisang dapat meningkatkan kadar pati
rendah menghasilkan kadar pati resisten resisten pisang tersebut.
yang tinggi karena proses retrogradasi.
Adapun faktor-faktor yang Daya Cerna Pati in-vitro Tepung
mempengaruhi proses pembentukan pati Singkong
resisten menurut Sajilata, et al. (2006) Perlakuan fermentasi berpengaruh
diantaranya nisbah pati dan air atau signifikan (p<0,05) dalam meningkatkan
konsentrasi pati, suhu autoclaving, jumlah daya cerna tepung singkong jika
siklus autoclaving-cooling, nisbah amilosa dibandingkan dengan kontrol. Gambar 10
dan amilopektin, panjang rantai amilosa, menunjukkan pengaruh fermentasi dan
hidrolisis asam (lintnerisasi) dan siklus pemanasan bertekanan-pendinginan
debranching amilopektin. Semakin banyak terhadap daya cerna in-vitro tepung
nisbah air yang ditambahkan pada saat singkong modifikasi. Huruf yang berbeda
proses gelatinisasi pati maka jumlah pada diagram batang menunjukkan nilai
amilosa rantai pendek sebagai bahan baku yang berbeda nyata dengan taraf nyata
pati resisten yang dihasilkan juga semakin 95% (α=5%), setelah dilakukan uji Duncan
banyak sehingga dapat meningkatan kadar pada SPSS 17.0. Sebaliknya perlakuan
pati resisten pada bahan pangan (Faridah, AC-1S, AC-2S, AC-3S, FAC-1S dan FAC-
et al., 2013). Peningkatan kadar pati 2S berpengaruh nyata (p<0,05)
resisten dapat juga dilakukan dengan menurunkan daya cerna tepung singkong
pemutusan ikatan cabang α-1,6 jika dibandingkan dengan kontrol.
amilopektin (debranching) oleh enzim
e
pululanase yang dihasilkan selama a
b b
fermentasi bakteri asam laktat yang c c
d
dilanjutkan dengan siklus autoclaving-
cooling (Ozturk, et al., 2009; Pongjanta, et
al., 2009). Pemutusan ikatan percabangan
(debranching) oleh pululanase terjadi pada
ikatan α-1,6 secara acak pada bagian
dalam. Enzim pululanase bersifat stabil
terhadap panas, bekerja pada rantai sisi
cabang terluar dua atau lebih unit glukosa Gambar 10. Pengaruh fermentasi dan siklus
(Harianie, 2009). pemanasan bertekanan-
Beberapa penelitian lainnya telah pendinginan terhadap daya cerna
dilakukan terkait modifikasi berbagai jenis in-vitro tepung singkong
modifikasi
pati dengan beragam teknik untuk
pembuatan pati resisten tipe III diantaranya
modifikasi pati singkong dengan Daya cerna pati singkong
autoclaving-cooling cycling untuk berbanding terbalik dan berkorelasi negatif
menghasilkan pati resisten tipe III dengan kadar pati resistennya sehingga
(Sugiyono, et al., 2009), hidrolisis asam perlakuan fermentasi yang meningkatkan
secara lambat yang dilanjutkan dengan daya cerna pati justru menyebabkan

19
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 9 No.1, Juni 2018 : 9-23

rendahnya kadar pati resistennya (Gambar amilosa,amilosa-amilopektin, amilopektin-


7). Daya cerna pati singkong pada amilopektin yang berdampak pada
perlakuan AC-1S menunjukkan nilai yang penguatan ikatan pada pati dan membuat
tidak berbeda nyata (p>0,05) jika pati lebih sulit untuk tercerna (Shin, 2004).
dibandingkan dengan perlakuan FAC-1S. Perubahan struktur dan sifat pati karena
Demikian halnya dengan daya cerna siklus autoclaving-cooling sangat
singkong pada perlakuan AC-2S yang juga bergantung pada jenis tanaman. Jenis
menunjukkan nilai yang tidak berbeda umbi-umbian lebih rentan jika diberi
nyata (p>0,05) dengan perlakuan FAC-2S. perlakuan siklus autoclaving-cooling
Semakin banyak jumlah siklus pemanasan dibandingkan dengan jenis biji-bijian dan
bertekanan-pendinginan yang kacang-kacangan (Shin, 2004).
diaplikasikan selama pembuatan tepung
singkong modifikasi berdampak terhadap 4. KESIMPULAN
penurunan daya cerna tepung singkong Perlakuan pemanasan bertekanan-
secara signifikan. pendinginan beberapa siklus maupun
Daya cerna pati dapat diartikan kombinasi fermentasi dengan siklus
sebagai kemampuan pati untuk dapat pemanasan bertekanan-pendinginan
dicerna dan diserap dalam tubuh. Semakin terbukti mampu meningkatkan kadar pati
tinggi daya cerna pati menunjukkan resisten pada tepung singkong modifikasi.
semakin tinggi pati untuk diubah menjadi Peningkatan terhadap jumlah siklus
glukosa sehingga semakin tinggi pula pemanasan bertekanan-pendinginan yang
kemampuan pati untuk menaikkan glukosa diaplikasikan akan meningkatkan kadar
darah (Lestari, 2009). Analisis daya cerna pati resisten pada tepung singkong
pati merupakan salah satu parameter yang termodifikasi. Perlakuan fermentasi
digunakan untuk mengetahui pengaruh dengan 2 siklus pemanasan bertekanan-
perlakuan modifikasi pati karena daya pendinginan (FAC-2S) menghasilkan
cerna pati dapat berkolerasi dengan kadar kadar pati resisten tertinggi (12,51%)
pati resisten yang dihasilkan (Anderson, et dibanding dengan perlakuan lainnya dan
al., 2002). Semakin rendah daya cerna pati meningkatkan kadar pati resisten sebesar
maka pati resisten yang terkandung di 4,5 kali lipat dibandingkan perlakuan
dalam bahan pangan semakin tinggi. kontrol (2,81%). Peningkatan kadar pati
Peningkatan daya cerna pada perlakuan resisten pada tepung singkong modifikasi
fermentasi disebabkan oleh hidrolisis pati berdampak pada penurunan daya cernanya.
singkong oleh amilase dan pululanase Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk
sehingga terbentuk amilosa rantai pendek, mengevaluasi sifat prebiotik dari pati
oligosakarida, maltosa, maltotriosa, resisten tepung singkong modifikasi serta
glukosa yang lebih mudah dicerna dengan memanfaatkan strain bakteri asam laktat
indeks glikemik yang tinggi. Tepung lain untuk dikaji potensinya dalam
singkong fermentasi dapat diaplikasikan meningkatkan kadar pati resisten pada
sebagai bahan pangan yang mudah dicerna tepung singkong termodifikasi.
dan cepat diabsorbsi oleh tubuh sebagai
sumber energi. Penurunan daya cerna pada UCAPAN TERIMA KASIH
perlakuan pemanasan bertekanan- Kegiatan penelitian ini didanai oleh
pendinginan berhubungan dengan DIPA Tematik Pusat Penelitian Biologi
meningkatnya kadar pati resisten dan serat LIPI 2016. Terima kasih yang sebesar-
pangan akibat proses retrogradasi besarnya penulis sampaikan kepada Syarah
sebagaimana penelitian Vatanasuchart, et Sukmawati, ibu Kasirah dan Nety Agustin
al. (2012) pada tepung pisang dan Faridah yang telah membantu baik secara teknis
et al. (2013) pada pati garut. maupun non teknis sehingga penelitian ini
Siklus autoclaving-cooling berjalan lancar.
menyebabkan penurunan daya cerna pati
melalui mekanisme penyusunan ulang
molekul-molekul pati antara amilosa-

20
Peningkatan Kadar Pati Resisten…… (R. H. B. Setiarto, dkk)

DAFTAR PUSTAKA pembuatan maltosa. El-Hayah, 1(1),


Anderson, A.K., Guraya, H.S., James, C. & 14-24.
Salvaggio, L. (2002). Digestibility and Higgins, J.A., Higbee, D.R., Donahoo, W.T.,
pasting properties of rice starch heat- Brown, I.L., Bell, M.L. & Bessesen,
moisture treated at the melting D.H. (2004). Resistant starch
temperature (Tm). Journal consumption promotes lipid oxidation.
Starch/Stärke, 54, 401-409. Nutrition Metabolism, 1, 8-16.
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. (2016). Jane, J.I. (2004). Starch: Structure and
Berita Resmi Statistik. Jakarta: Badan Properties. CRC Press LLC.
Pusat Statistik.
Jenie, B.S.L., Reski, P.P. & Kusnandar, F.
Bhanwar, S. & Ganguli, A. (2014). α-amylase (2012). Fermentasi Kultur Campuran
and β-galactosidase production on Bakteri Asam Laktat dan Pemanasan
potato starch waste by Lactococcus Otoklaf dalam Meningkatkan Kadar
lactis subsp lactis isolated from Pati Resisten dan Sifat Fungsional
pickled yam. Journal of Scientific & Tepung Pisang Tanduk (Musa
Industrial Research, 73, 324-330. parasidiaca formatypica). Jurnal
Birt, D.F., Boylston, T., Hendrich, S., Lane, J., Pascapanen, 9 (1), 18-26.
Hollis, J., Li, L., McClelland, J., Juliana, R. (2007). Resisten starch tipe III dan
Moore, S., Phillips, G.J., Rowling, M., tipe IV pati singkong (Manihot
Schalinske, K., Scott, M.P. & esculenta Crantz), suweg
Whitley, M.P. (2013). Resistant (Amorphophallus campanulatus), dan
Starch: Promise for Improving Human ubi jalar (Ipomoea batatas L.)
Health. Advances in Nutrition, 4(6), sebagai prebiotik. Skripsi. Institut
587-601. Pertanian Bogor, Bogor.
Dubois, M., Gilles, K.A., Hamilton, J.K., Karim, A.A., Norziah, M.H. & Seow, C.C.
Rebers, P.A. & Smith, F. (1956). (2000). Methods for the study of
Calorimetric method for determination starch retrogradation. Food Chemistry,
of sugars and related substances. 71, 9-36.
Journal Analytical Chemistry, 28,
350–356. Kasemsuwan, T., Bailey & T., Jane, J. (1998).
Preparation of clear noodles with
Englyst, H.N., Kingman, S.M. & Cummings, mixtures of tapioca and high-amylose
J.H. (1992). Classification and starches. Carbohydrate Polymer, 32,
measurement of nutritionally 301-312.
important starch fractions. European
Journal of Clinical Nutrition, 46, 533- Kusnandar, F. (2011). Kimia pangan komponen
550. makro. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Faridah, D.N., Rahayu, W.P. & Apriyadi, M.S. Lestari, O.A. (2009). Karakterisasi sifat fisiko-
(2013). Modifikasi Pati Garut kimia dan evaluasi nilai gizi biologis
(Marantha arundinacea) dengan mi jagung kering yang disubtitusi
Perlakuan Hidrolisis Asam dan Siklus tepung jagung termodifikasi. Tesis.
Pemanasan-Pendinginan Untuk Sekolah Pascasarjana Institut
Menghasilkan Pati Resisten Tipe 3. Pertanian Bogor, Bogor.
Jurnal Teknologi Industri Pangan, 23 Miller, G.L. (1959). Use of dinitrosalicylic acid
(1), 61-69. reagent for determination of reducing
Garcia-Alonso, Jimenez-Escrig, A., Martin- sugar. Journal Analytical Chemistry,
Carron, N., Bravo & Saura-Calixto, F. 31, 426-428.
(1999). Assessment of some Moongngarm, A. (2013). Chemical
parameters involved in the Compositions and Resistant Starch
gelatinization and retrogradation of Content in Starchy Foods. American
starch. Food Chemistry, 66, 181–187. Journal of Agricultural and Biological
Harianie, L., Yunianta & Argo, B.D. (2009). Sciences, 8 (2), 107-113.
Pembuatan pati tinggi amilosa secara Nurhayati, Jenie, B.S.L., Widowati, S., &
enzimatis dari pati ubi kayu (Manihot Kusumaningrum, H.D. (2014).
esculenta) dan aplikasinya untuk

21
BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 9 No.1, Juni 2018 : 9-23

Komposisi Kimia dan Kristalinitas Setiarto, R.H.B., Jenie, B.S.L., Faridah, D.N.,
Tepung Pisang Termodifikasi Secara Saskiawan, I. & Sulistiani. (2015).
Fermentasi Spontan dan Siklus Seleksi Bakteri Asam Laktat
Pemanasan Bertekanan-Pendinginan. Penghasil Amilase dan Pululanase dan
Agritech, 34 (2), 146-150. Aplikasinya Pada Fermentasi Talas. J.
Teknol dan Industri Pangan. 26 (1):
Onyango, C., Bley, T., Jacob, A., Henle, T. &
82-91.
Rohm, H. (2006). Influence of
incubation temperature and time on Setiarto, R.H.B., Jenie, B.S.L., Faridah, D.N. &
resisten starch type III formation from Saskiawan, I. (2015). Kajian
autoklafd and acid-hydroysed cassava Peningkatan Pati Resisten yang
starch. Carbohydrate Polymers, 66, Terkandung dalam Bahan Pangan
494-499. Sebagai Sumber Prebiotik. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia, 20(3),191-
Ozturk, S., Koksel, H. & Kahraman, K. (2009).
200.
Effect of debranching and heat
treatments on formation and Setiarto, R.H.B. (2015). Peningkatan Pati
functional properties of resistant Resisten Tepung Talas Melalui
starch from highamylose corn starch. Fermentasi dan Pemanasan
Europe Food Test Technology, 229, Bertekanan-Pendinginan serta
115-125. Evaluasi Sifat Prebiotiknya. Tesis.
Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
Pongjanta, J., Utaipattanaceep, O., Naivikul &
Piyachomkwan, K. (2009). Effect of Shin, S.I., Byun, J., Park, K.H. & Moon, T.W.
preheated treatments on (2004). Effect of partial acid
physicochemical properties of hydrolysis and heat-moisture
resistant starch type III from treatment on formation of resistant
pululanase hydrolysis of high amylose tuber starch. Cereal Chemistry, 81,
rice starch. American Journal of Food 194-198.
Technology, 4(2), 79-89.
Soto, R.A.G., Escobedo, R.M., Sanchez, H.H.,
Prangdimurti, E., Palupi, N.S. & Zakaria, F.R. Rivera, M.S. & Perez, L.A.B. (2007).
(2007). Metode evaluasi nilai biologis The influence of time and storage
karbohidrat dan lemak. Bogor: Institut temperature on resisten starch
Pertanian Bogor. formation from autoklafd debranched
banana starch. Food Research
Purba, S.F. (2010). Pendugaan komposisi
International, 40, 304-310.
kimia Modified cassava flour (Mocaf)
dengan metode Near Infra Red (NIR). Subagio, A., Windrati, W.S., Witono, Y. &
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Fahmi, F. (2008). Prosedur Operasi
Bogor. Standar (POS) Produksi Mocal
Berbasis Klaster. Bogor: SEAFAST
Ratnayake, W.S., Hoover, R. & Warkentin, T.
Center IPB.
(2002). Pea starch: composition,
structure and properties: a review. Sudarmonowati, E., Hartati, N.S., Hartati &
Starch/Starke, 54, 217-234. Sukmarini, L. (2007). Amylose content
variation of Indonesian cassava
Saguilan, A.A., Flores-Huicochea, E., Tovar,
genotypes and its correlation with
J., Garcia-Suarez, F., Guiterrez-
RAPD and AFLP Markers. Bogor:
Meraz, F. & Bello-Perez, L.A. (2005).
Research Centre for Biotechnology-
Resistant starch rich-powders
LIPI.
prepared by autoclaving of native and
lintnerized banana starch: partial Sugiyono, Pratiwi, R. & Faridah, D.N. (2009).
characterization. J Starch/Starke, 57, Modifikasi Pati Garut dengan
405-412. Perlakuan Siklus Pemanasan Suhu
Tinggi-Pendinginan Untuk
Sajilata, M.G., Rekha, S.S. & Puspha, R.K.
Menghasilkan Pati Resisten Tipe III.
(2006). Resistant starch a review.
Jurnal Teknologi Industri Pangan, 20
Journal Comprehensive Review in
(1), 17-24.
Food Science and Food Safety, 5, 1-
17. Vatanasuchart, N., Niyomwit, B. &
Wongkrajang, K. (2012). Resistant

22
Peningkatan Kadar Pati Resisten…… (R. H. B. Setiarto, dkk)

starch content, in vitro starch J.A. (2010). Resistant starch as


digestibility and physico-chemical functional ingredient: A review. Food
properties of flour and starch from Research International, 43 (4), 931-
Thai bananas. Maejo International 942.
Journal Science Technology, 6(2),
Zhang, H. & Jin, Z. (2011). Preparation of
259-271.
resisten starch by hydrolysis of maize
Winarno, F.G. (2007). Kimia pangan dan gizi. starch with pululanase. Carbohydrate
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Polymers, 83, 865-867.
Zaragoza, E.F., Riquelme-Navarrete, M.J.,
Sanchez-Zapata, E. & Perez-Alvarez,

23

Anda mungkin juga menyukai