Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AGAMA

DI SUSUSN OLEH:

NAMA: ALI AKBAR ASHAR

NIM: 202051018

KELAS: MANAJEMEN A

TUGAS: PENDIDIKAN AGAMA

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS

EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

SULAWESI TENGGARA

2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-nya
agar senantiasa dekat dengan diri-nya dalam kadaan sehat wal’afiat. Serta slam dan
shalawat kita kirimkan kepada Muhammad, dimana nabi yang membawa ummat-nya dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang menerang dan telah menjadi suri teladan bagi
ummat-nya
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah mengenai “hukum menuntut ilmu
dalam islam”karena sebagai seorang umat islam maka kita perlu selamat seluk beluk
sholat
Penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuannya saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.akhir kata tiada gading yang tak merebut kembali, begitu juga
dengan manusia sendiri

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
a. latar belakang.......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
1....Pengertian ilmu .................................................................................... 4
2....Pengertian menuntut ilmu.....................................................................4
3....Kewajiban menuntut ilmu.....................................................................6
4....Keutamaan ilmu....................................................................................7
5....Kandungan hadist................................................................................. 14
BAB III PENUTUP
1....Kesimpulan........................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata ilmu dalam bahasa Indonesia berasal dari kata al-‘ilmu dalam bahasa
Arab. Secara bahasa (etimologi) kata al-‘ilmu adalah bentuk masdar atau kata sifat
dari kata `alima – ya`lamu- `ilman. Dijelaskan bahwa lawan kata dari al-
‘ilmu adalah al-jahl (bodoh/tidak tahu). Sehingga jika dikatakan alimtu asy-
syai’a berarti “saya mengetahui sesuatu”.
Sementara secara istilah (terminologi) ilmu berarti pemahaman tentang
hakikat sesuatu. Ia juga merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang diketahui dari
dzat (esensi), sifat dan makna sebagaimana adanya. Dalam kitab Tafsir Aisarat-
Tafaasir dijelaskan bahwa:
Artinya : “Ilmu itu adalah jalan menuju rasa takut kepada Allah, barang
siapa yang tidak mengenal Allah, maka dia tidak mempunyai rasa takut pada-
Nya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah
ulama”
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah
Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah
yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang
berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan
warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih
baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan
kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru
akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu
terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan
dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat. Oleh
karena itu, kita sebagai umat Islam diwajibkan untuk menuntuk ilmu baik ilmu
dunia maupun ilmu akhirat.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. pengertian ilmu
Ilmu berasal dari kata ‫ ﻋﻠﻤﺎ‬-‫ ﯾﻌﻠﻢ‬-‫ ﻋﻠﻢ‬yang artinya mengetahui, lawan dari
kata ‫ﺟﮭﻞ‬yang artinya bodoh.
Ilmu pengetahuan adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris, Science, yang
berarti pengetahuan. Kata science itu sendiri berasal dari bahasa Yunani Scientia yang
berarti pengetahuan. Namun pengertian yang umum digunakan ilmu pengetahuan
adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian
dan dapat diterima oleh rasio.
Imam Raghibal- Ashfahanidalm kitabnya, Mufradat Al –Qur’an, berkata,
“ ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Ia terbagi dua: pertama,
mengetahi inti sesuatu itu (oleh ahli logika dinamakan ahli tashawwur). Kedua,
menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada (oleh ahli ligika dinamakan
tashdiq, maksudnya mengetahui hubungan sesuatu dengan sesuatu).”
Az-Zubaidi berkata dalam kamus Tajul-‘Arus, “Mayoritas ahli membedakan
masing-masing term itu. Bagi mereka ilmu adalah yamg paling tinggi karena ilmu
itulah yang mereka perkenankan untuk dinisbatkan kepada allah swt. Sementara,
mereka tidak mengataknan: ‘Allah arif’ atau ‘Allah syair’. Perbedaan-perbedaaan
tersebut disebut dalahm karangan-karangan ahli basaha.
Al Manawi dalam kitab At-taufiq berkata , “ ilmu adalah keyakinan kuat
yang tetap sesuai dengan realita. Bisa juga bersifat yang membuat perbedaan tanpa
kritik. Atau, ilmu adalah tercapainya bentuk sesuatu dalam akal.”
2. Pengertian menuntut ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu
menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.
Seseorang harus memulai dengan ilmu sebelum beramal.Maksud dari beramal
adalah melakukan kegiatan atau melakukan suatu pekerjaan. Dalam melakukan
pekerjaan manusia dituntut mengetahui ilmunya dari pekerjaan tersebut. Karena
dengan mengetahui ilmunya pekerjaan akan lebih terarah dan tidak berantakan.
MenuntutilmumerupakanibadahsebagaimasabdaNabi Muhammad Saw.
Artinya :
Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena
mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah
ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk
keluarga adalah Taqarrub.”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan
perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya
perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku,
sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.
Perbedaan Orang yang Berilmu dengan Orang Bodohv
Dalam Al- Qur’an Allah SWT. Berfirman,

5
Artinya: "(apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah
orang yang beribadah di waktu waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang dia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran."(Az-Zumar:9)
Allah SWT membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang
jahil.Keduanya tidak sama. Terlepas dari substansi ilmu pengetahuan, yang terpenting
adalah antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh jelas tidaklah
sama.Seperti halnya antara orang yang buta dan orang yang melihat,kegelapan dan
cahaya, orang yang hidup dana mati, manusia dan hewan, serta antara penghuni surga
dan penghuni neraka.[3]
3. Kewajiban Menuntut Ilmu
Dasar hukum menuntut ilmu yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits nabi
Muhammad saw. Banyak sekali hadits dan ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang
menuntut ilmu.
Di dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perintah sekaligus kewajiban.
Manusia diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan kita
bisa mencapai apa yang dicita-citakan baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi
sebagai seorang muslim itu wajib hukumnya seperti dalam sebuah hadits disebutkan
bahwa :
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.”
(Hadits sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya: Anas bin Malik,
Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu
Anhum. Lihat: Sahih al-jami: 3913)
Maka jelas kiranya bahwa menuntut ilmu pengetahuan memang diwajibkan.
Dengan ilmu kita bisa meraih dunia, dengan ilmu kita dapat meraih akhirat dan dengan
ilmu pula kita bisa meraih kedua-duanya.
Firman Allah pada surat Al-Alaq ayat 1-5 , berbunyi :
Artinya : “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan , Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( Al-Alaq : 1-5)
Ini ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat ini berisi perintah untuk
membaca,menulis, dan juga belajar. Allah telah memberikan manusia sifat fitrah
dalam dirinya untuk bisa belajar dan menggapai bermacam ilmu pengetahuan dan
keterampilan hingga dapat menambah kemampuannya untuk mengembanamana[4]t
kehidupan di muka bumi ini.
Rasulullah sering berbicara tentang keutamaan ilmu dan bahkan mewajibkan
umatnya untuk menuntut ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu ini merupakan salah satu
pusat perhatian Islam bagi para pemeluknya.
Manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu karena hal ini sebenarnya telah
dijawab oleh Al-Qur’an sendiri. Dimana menurut Al-Qur’an, Allah
menciptakanmanusia dalam keadaan vakum dari ilmu, lalu Allah memberinya
perangkat ilmu agar mampu menggali ilmu dan mempelajarinya. Karena memang ilmu
itu harus digali, dipelajari, dan diamalkan sebagaimana firman-Nya:
6
Artinya : "Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kalian pendengaran,
penglihatan dan hati agar kalian bersyukur”.(Q.S. An Nahl: 78)
Pendengaran, penglihatan dan hati atau akal adalah merupakan perangkat atau
alat untuk menuntut ilmu. Perangkat ilmu yang Allah berikan kepada manusia
merupakan sebuah potensi yang tiada ternilai harganya, dengan penglihatan,
pendengaran dan hati (akal) manusia mampu menggali ilmu. Karena kemampuannya
menalar dan mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran yang
abstrak..
Artinya belajarlah akan suatu ilmu dan lalu ajarkanlah (ilmu tersebut) kepada
manusia. Pelajarilah ilmu faroidh (ilmu waris) dan lalu ajarkan kepada manusia.
Pelajarilah al-qur’an dan lalu ajarkanlah kepadda manusia.
4. Keutamaan ilmu
Selain Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan ilmu dan
kedudukan ulama, baik dimata Allah maupun dimata manusia, di dunia maupun di
akhirat. Ulama di hargai demikian tingginya tak tertandingi oleh siapapun, dan tak
mungkin dapat dikejar, kecuali melalui ilmu.
Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-
Sunnah:
1. kelebihan ilmu dibanding ibadah
Salah satu fadhilah ilmu dari ibadah adalah bahwa kebanyakan manfaat
ibadah terbatas pada pelakunya. Orang yang melakukan salat atauberpuasa, haji,
zikir dan ibadah yang lai, akan mendapat kebaikan-kebaikan amal perbuatannya
dan peningkatan derajatnya. Tetapi, masyarakat lain tidak akan mndapat ganjaran
mereka sedikitpun secara langsung. Berbeda dengan ilmu; ia bermanfaat jauh
melampui si pilaku itu sendiri, sampai pada orang yang mendengarnya, atau
membacanya. Ilmu tidak mengenal ikatan, tidak pula mengakui adanya dinding dan
jurang pemisah. Lebih-lebih pada zaman kita sekarang, ketika ilmu tersebar luas
melalui radio dan televisi yang dapat ditangkap dalam beberapa detik dan bahkan
dalam seketika itu juga para pendengar dan para pemirsa yang ada diberbagai
tempat.
2. Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat
Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat, dan ilmu tidak mati dengan
kematian pemiliknya. Tetapi bagi orang yang salat, atau berpuasa, atau membayar
zakat,berhaji, berumroh, bertasbih, bertahlil, berzikr, dan bertakbir, semua amal ini
mendapat balasandariallah, tetapi balasan itu terputus lantaran selesai atau
berakhirnya amala tertentu. Adapun ilmu, ia terus berpengaruh selama orang masih
memanfaatkanya.[6]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda:
"Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah
amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqahjariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau
seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu
berupa pahala dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus
mengalir kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan oleh murid-
muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama kitab-kitabnya dan
7
tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri, dan seperti
inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah
kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk manusia, di mana
mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya.
3. Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari
ilmu syar’i, itu menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba
tersebut, dan membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan
yang tak pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda:
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan
difahamkan tentang agamanya.”
(Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahuanhuma)
4. Orang yang berilmu akan ditinggian derajatnya
Sesungguhnya allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang mau
menuntut ilmu sebagaimana firmannya:
Artinya :Hai orang orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
“ Berlapang lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S Al-Mujaadalah:11)
Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas
besarnya keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di
dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang
dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh
tubuh dan pancaindera) di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Fathul
Baarii 1/141)
Allah pun akan meninggikan derajat orang orang yang berilmu sebagaimana
diri-Nya memuliakan diri-Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya
Dia memuliakan malaikat dan kemudian memuliakan orang orang yang berilmu,
sebagaimana firman-Nya:
Artinya :“ Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan(yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang
orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” Q.S
Ali Imran:18
5. menuntut ilmu merupakan ibadah dan akan dipermudah jalan menuju syurga
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung
dan paling utama, sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad
fisabilillah, sebagaimana firmanNya dalam surat At Taubah 122
Artinya :tidak sepatutnya bagi mu’min itu pergi semuanya (medan perang),
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member peringatan
pada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya
8
Rosulullah bersabda
Artinya: barang siapa menempuh jalan demi mengharapkan suatu ilmu,
maka allah akan mempermudah jalan baginya menuju syurga. Sesungguhnya
malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena keridhaannya akan pencari ilmu.
Sesungguuhnya semua yang ada di langit dan di bumi dan bahkan lumba-lumba di
lautan sekalipun, akan selaly memintakan ampunan bagi orang yang berilmu
6. ilmu adalah kehidupan dan cahaya
Dalam banyak ayat, Al qur’an menganggap ilmu sebagai kehidupan dan
cahaya, sedangkan kebodohan merupakan kematian dan kegelapa. Seperti diketahui
semua bentuk kejahatan disebabkan oleh ketiadaan kehidupan dan cahaya,dan
semua kebaikan disebabkan oleh cahaya dan kehidupan
Dalam kitab “Ta’limal-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji,
beliau menulis bahwa syarat-syarat mencari ilmu itu ada 6 yaitu:
1. Cerdas (Dzakaun)
Kecerdasan merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi oleh
thalibulilmi. Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa orang yang pintar
adalah orang yang mengetahui bahwa ia tidak tahu akan sesuatu dan
karenanya dia mau belajar.
Maksud cerdas disini bukanlah tingkatan kepintaran, melainkan
tidak gila. Orang tersebut haruslah waras, dapat membedakan mana angka
satu dan dua, mana hitam dan putih, mana baju dan celana.
2. Rakus (hirsun)
Rakus adalah (punya kemauan dan semangat untuk berusaha
mencari ilmu)
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa
puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di
satu daerah saja.
“Tidak cukup teman belajar di dalam negeri atau dalam satu negeri
saja, tapi pergilah belajar di luar negeri, di sana banyak teman-teman baru
pengganti teman sejawat lama, jangan takut sengsara, jangan takut
menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan sesudah menderita.” (diambil
dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad Nawawi
Tanara Banten yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4).
3. Sabar
Seorang yang menuntut ilmu sudah barang tentu akan menghadapi
macam-macam gangguan dan rintangan. Selain berusaha maka bersabarlah
untuk menghadapi semua itu, dan perlu diketahui bahwa sabar adalah
sebagian dari Iman, “As-Shobru mina al-iman”. Dan Sabar disini
mengandung arti tabah, tahan menghadapi cobaan atau menerima pada
perkara yang tidak disenangi atau tidak mengenakan dengan ridha dan
menyerahkan diri kepada Allah Swt, akan tetapi kesabaran disini harus
diartikan dalam pengertian yang aktif bukan dalam pengertian yang pasif.
Artinya nrimo (menerima) apa adanya tanpa usaha untuk memperbaiki
keadaan.

9
4. Modal/bekal
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan wajib hukumnya
bagi setiap muslim, dan dijelaskan lagi dalam hadis “Tuntutlah ilmu mulai
dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari hadis tersebut kita bisa mengetahui
bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan bukan hanya
pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikan kepada
para penuntut ilmu,
“Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya bagi orang yang
menuntut ilmu” Dan yakinkanlah bagi para penuntut ilmu walaupun dengan
segala kekurangan (biaya) pasti mampu atau bisa menyelesaikan pendidikan.
Karena pasti akan ada jalan lain selama manusia berusaha dan yakin
terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah Al-YaqinuLâYuzâlubi as-Syak
Artinya: ”keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keragu-raguan”. Dan
akhirnya maka tidak ada alasan orang tidak bisa menuntut ilmu karena biaya,
seperti keterangan sebelumnya carilah jalan lain, solusi lain untuk bisa
menuntut ilmu.
5. Petunjuk guru
Banyak orang yang tersesat karena belajar tanpa guru,
seoarngtholibulilmi hendaklah mempunyai seorang guru sebagai petunjuk,
walaupun ada yang mengatakan bahwa buku adalah guru yang besar, tapi
buku tidak bisa mituturi (memberi nasihat)
6. Karena ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir maka sudah barang tentu
membutuhkan waktu yang sangat lama. Pepatah Arab mengatakan :”Tuntutlah ilmu
dari buaian sampai ke liang lahat” seorang pelajar harus mengulang-ulang pelajaran
yang telah didapat, jadi dalam mencari ilmu tidaklah cukup dalam waktu yang
singkat
Adab mencari ilmu
1. Niat
Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah.
Hendaknya diringi dengan hati yang ikhlas benar-benar karena Allah.
Bukan untuk menyombongkan diri, menipu orang lain ataupun pamer
kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan
diri kita bermanfaat bagi orang lain
2. Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak
pernah berhenti. Allah mengisyaratkan dalam firman-Nya yang
berbunyi : “Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah akan
Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3. Terus menerus
Hendaklah kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan
sehingga kita enggan untuk mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang
disampaikan oleh Sofyan bin Ayyinah : “Seseorang akan tetap pandai
selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia menganggap dirinya telah
berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.” Allah lebih menyukai amalan
yang sedikit tapi dilakukan secara terus menerus dibandingkan amalan yang
banyak tetapi hanya dilakukan sehari saja.

10
4. Sabar dalam menuntut ilmu
Salah satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang
penuntut ilmu adalah sabar terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as
dan Nabi Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70). Kita jangan cepat putus asa dalam
menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan dalam memahami dan
mempelajari ilmu.
5. Menghormati dan memuliakan orang yan menyampaikan ilmu
Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri
maupun bertanya pada saat yang tepat dan tidak memotong pembicaraan
guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan memperhatikan ketika
beliau menerangkan, dan sebagainya.

6. Baik dalam bertanya


Bertanya hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan
diri kita, bukan untuk meremehkan, menjebak, mengetes, mempermalukan
guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra tidak pernah mendengar sesuatu yang
belum diketahuinya melainkan sampai beliau mengerti. Orang yang tidak
mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak bagi dirinya sendiri.
Allah pun memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang berilmu
seperti dalam firman-Nya dalam QS An-Nahl:43
Artinya : dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang
lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah pada orang-orang
yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi.
Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmusyar’i. Rasulullah
Shallallahu'alaihiwa salam bersabda :
5. Kandungan Hadits
1. Hadits tentang hukum menuntut ilmu
Hadits tentang hukum menuntut ilmu merupakan penjelasan tentang hukum
mencari ilmu bagi setiap orang Islam laki laki maupun perempuan, yang telah
diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan lain lain. Akan tetapi hadits tersebut diberi
tanda lemah oleh imam Syuyuti.
Adapun hukum menuntut ilmu menurut hadits tersebut adalah wajib. Karena
melihat betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Manusia
tidak akan bisa menjalani kehidupan ini tanpa mempunyai ilmu. Bahkan dalam kitab
taklimulmuta’allim dijelaskan bahwa yang menjadikan manusia memiliki kelebihan
diantara makhluk – makhluk Allah yang lain adalah karena manusia memilki ilmu.[3]
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadits, maka terdapatlah
beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun
perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas,
jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha
menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar.
Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadits Nabi Muhammad saw.
Dan janganlah memberikan ilmu kepada orang yang enggan menerimanya,
karena orang yang enggan menerima ilmu tidak akan mau untuk mengamalkan ilmu
itu bahkan mereka akan menertawakannya.[4]
Dalam hadits lain juga telah disebutkan bahwa :
11
(‫ )رواه ﻣﺴﻠﻢ‬0‫اطﻠﺐ اﻟﻌﻠﻢ ﻣﻦ اﻟﻤﺤﺪ اﻟﻰ اﻟﻠﮭﺪ‬
“Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat” (H. R. Muslim)
2. Hadits tentang anjuran menjaga ilmu
Rosulullah mengucapkan hadits ini pada saat Haji Wada’. Sebagaimana
hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tabrani dari hadits Abu Umamah bahwa
pada saat haji Wada’ Nabi bersabda :“Pelajarilah ilmu sebelum datang masa
punahnya ilmu”.
Arabi berkata “Bagaimanakah cara ilmu itu datang dan dimusnahkan? Beliau
bersabda : “Punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama ( orang yang menguasai
ilmu)”
Hadits ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang bodoh,
dan peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang
benar – benar mengetahui dan larangan bagi orang-orang yang berani mengeluarkan
fatwa tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Hadits ini juga dijadikan alasan oleh para
ulama bahwa pada zaman sekarang ini tidak ada lagi seorang mujtahid.[5]
Dalam hadits lain juga disebutkan anjuran untuk memelihara ilmu
pengetahuan, diantaranya yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim:
‫ ﻓﺎﻛﺘﺒﮫ ﻓﺎﻧﻰ ﺧﻔﺖ دروس‬.‫م‬.‫ اﻧﻈﺮ ﻣﺎ ﻛﺎن ﻣﻦ ﺣﺪﯾﺚ رﺳﻮل ﷲ ص‬:‫و ﻛﺘﺐ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻌﺰﯾﺰ اﻟﻰ اﺑﻰ ﺑﻜﺮ اﺑﻦ ﺣﺰم‬
‫ ﻓﺄن اﻟﻌﻠﻢ ﻻ ﯾﮭﻠﻚ‬.‫ و اﻟﺘﺠﻠﺲ ﺣﺘﻰ ﯾﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﻻ ﯾﻌﻠﻢ‬.‫ و اﻟﺘﻔﺸﻮ اﻟﻌﻠﻢ‬.‫م‬.‫ و ﻻ ﺗﻘﺒﻞ اﻻ ﺣﺪﯾﺚ اﻟﻨﺒﻲ ص‬.‫اﻟﻌﻠﻢ و ذھﺐ اﻟﻌﻠﻤﺂء‬
(‫ )ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﯿﮫ‬.‫ﺣﺘﻰ ﯾﻜﻮن ﺳﺮا‬
Umar bin Abdul aziz menulis surat kepada Abu bakr bin Hazm” kumpulkan
hadits – hadits Nabi yang kau temukan dan tulislah, aku khawatir akan hilangnya
ilmu dan perginya para ulama (meninggal)janganlah engkau terima selain hadits
Nabi. Pelajarilah ilmu dengan seksama sampai mengetahui sesuatu yang tidak
diketahui,ilmu tidak akan rusak kecuali setelah menjadi rahasia (H.R. Bukhori-
Muslim).[6]
3. Hadits tentang keutamaan menuntut ilmu
Adapun munasabah yang berkaitan tentang keutamaan menuntut ilmu yaitu,
Dari Anas bin Malik Rasulallah SAW bersabda:“barang siapa keluar untuk
mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga ia kembali. (HR. Tirmidzi).
Dalam hadits yang kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilm
itu dinilai sebagaai berjuang di jalan Allah, sehingga barang siapa yang mencari ilmu
dengan sungguh-sungguh dia akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda bahkan
bila sesorang meninggal dunia saat mencari ilmu dia akan mendapatkan surganya
Allah karena dinilai sama dengan mati syahid.
4. Hadits tentang peran ilmu terhadap pendidikan
Rosulullah SAW memerintahkan untuk mendidik anak-anaknya dengan tiga
perangai :
a. Cinta terhadap Nabinya, karena cinta terhadap Nabi adalah lebih utama
dari pada cinta terhadap kedua orang tuanya bahkan terhadap dirinya sendiri,
sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits :
‫ ﻻ ﯾﺆﻣﻦ اﺣﺪﻛﻢ ﺣﺘﻰ اﻛﻮن اﺣﺐ اﻟﯿﮫ ﻣﻦ‬: ‫ ﻗﺎل اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ‬. ‫ﻋﻦ اﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ رﺿﻰ ﷲ ﻋﻨﮫ اﻧﮫ ﻗﺎل‬
(‫ )رواه اﻟﺒﺨﺎرى‬.‫واﻟﺪه ووﻟﺪه واﻟﻨﺎس اﺟﻤﻌﯿﻦ‬
Dari Anas r.a. bahwasanya dia berkata, Nabi SAW bersabda,”
Seseorang diantara kamu tidak beriman, sehingga aku lebih dicintai daripada
orang tua, anak-anak dan manusia seluruhnya.” ( H.R. Bukhori )[7]

12
b. Cinta kepada keluarga Nabi, karena barang siapa cinta kepada seseorang maka
ia akan cinta kepada apa yang dicintai oleh seseorang tersebut dan keturunanya.
Sesungguhnya keluarga Nabi adalah lebih berhak mendapatkan cinta, sebagaimana
Allah berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 33 :
‫اﻧﻤﺎ ﯾﺮﯾﺪ ﷲ ﻟﯿﺬھﺐ ﻋﻨﻜﻢ اﻟﺮﺟﺲ اھﻞ اﻟﺒﯿﺖ و ﯾﻄﮭﺮﻛﻢ ﺗﻄﮭﯿﺮا‬
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu,
hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
c. Memberikan pengajaran Al-Qur’an terhadap anak, belajar Al-Qur’an dan
mengamalkanya adalah yang paling penting dan utama, karena dengan Al-Qur’an
manusia menjadi umat yang paling mulya, sebagaimana dalam sebuah hadits
riwayat Imam Bukhari dari sahabat Ustmanr.a.Rosulullah SAW bersabda :
‫ﻋﻦ ﻋﺜﻤﺎن ﺑﻦ ﻋﻔﺎن رﺿﻰ ﷲ ﻋﻨﮫ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل ان‬
‫ )رواه اﻟﺒﺨﺎرى‬.‫اﻓﻀﻠﻜﻢ ﻣﻦ ﺗﻌﻠﻢ اﻟﻘﺮاّن و ﻋﻠﻤﮫ‬
Dari Ustman bin Affan r.a., dari Nabi SAW,beliau
bersabda : Sesungguhnya orang termulia diantara
kamu adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-
Qur’an. (H.R. Bukhari)

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan hadits – haditsdiatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim dan jangan memberikan ilmu
agama kepada orang yang enggan menerima ilmu
2. Ilmu akan musnah jika sudah tidak ada lagi para ulama sehingga banyak para pemimpin
yang memberi fatwa tanpa menggunakan ilmu pengetahuan, sehingga mereka saling
menyesatkan satu sama lain
3. Bahwa dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat.
Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang
menempuh perjalanan menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan Allah
kepada orang yang mencari ilmu.
4. Ilmu mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana
pendidikan adalah Universal, ada keseimbangan antara aspek intelektual dan spiritual,
antara sifat jasmani dan rohani. Dengan pendidikan yang benar dan akhlak yang kuat,
maka akan tumbuh generasi penerus bangsa yang beradab dan bermartabat.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail al-bukhorial-Jufri, Shohih Bikhori.
Abu ar-Rahman Ahmad Bin Syu’aibal-Nisa’i, Sunan al-Nisa’i
Abu Daud Sulaiman Ibnal-Asy’asal-Sjastanial-Azdi, SunanAbu Daud.
Al Qur’an Al Karim
Al-asqolani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah. Jakarta. Pustaka Azzam
Al-Mundiri Hafidz. 2000. Terjemah Attarghibwattarhib. Surabaya. Al-Hidayah
As Shobuni, Muhammad ‘Ali, 1420 H-1999 M, Min Kunuz As Sunnah, Jakarta, Dar Al
Kutub Al Islamiyah.
Az-zarnuzi. Ta’limulMuta’allim. Surabaya: Al-Hidayah

14
15
16

Anda mungkin juga menyukai