Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUSDALIFAH HARTIKA

NIM : 3011711050

KELAS 17 AK2

DAMPAK ISAK 29 PADA NILAI RELEVANSI INFORMASI AKUNTANSI (STUDI


EMPIRIS TENTANG PERUSAHAAN TAMBANG YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA 2013-2015)

A. LATAR BELAKANG

Kualitas informasi akuntansi dapat diwakili oleh relevansi nilai informasi akuntansi. Menurut
Barth (2000) relevansi nilai adalah studi yang dirancang untuk menilai seberapa baik angka
akuntansi tertentu mencerminkan informasi yang digunakan oleh investor dalam menilai nilai
ekuitas perusahaan. Barth (2000) juga mengatakan bahwa relevansi nilai didefinisikan dalam
literatur yang ada sebagai hubungan antara jumlah akuntansi dan nilai pasar keamanan. Salah
satu hal yang dapat mempengaruhi relevansi nilai adalah perubahan kebijakan dan standar
akuntansi. Indonesia mulai mengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) pada
2008 dengan target aplikasi pertama dan evaluasi menyeluruh pada 2012, menggunakan strategi
konvergensi bertahap.

Salah satu konvergensi yang dilakukan oleh DSAK adalah konvergensi IFRIC 20 menjadi
ISAK 29. Beberapa dampak signifikan dari penerapan ISAK 29 dirasakan oleh perusahaan
pertambangan di Indonesia, yang mengurangi saldo ekuitas dan aset aktivitas pengupasan, juga
meningkatkan beban pajak penghasilan.

B. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah ISAK 29 memiliki dampak pada
relevansi nilai informasi akuntansi perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan reaksi pasar terhadap perubahan
kebijakan standar akuntansi, angka-angka akuntansi yang pasti dapat mencerminkan informasi
yang digunakan investor dalam menilai nilai ekuitas perusahaan. Pengurangan fenomena dalam
kapitalisasi pasar dan indeks saham sektor pertambangan bertepatan ketika ISAK 29 mulai
efektif, menunjukkan reaksi negatif terhadap implementasi ISAK 29. Fenomena ini kontras
dengan tujuan DSAK untuk mengadopsi IFRS, yaitu untuk meningkatkan fungsi pasar modal
global dengan memberikan informasi yang relevan, lebih sebanding, dan berkualitas tinggi
kepada investor.
C. TEORI YANG DIGUNAKAN

1. Teori Akuntansi Positif

2. Kegunaan Pendekatan Perspektif Pengukuran Informasi Akuntansi

3. Teori Clean-Surplus

4. Relevansi Nilai Informasi Akuntansi

5. Studi Asosiasi Relatif

6. Akuntansi Perusahaan

7. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 29: Biaya Pengupasan Lapisan Tanah

Teori akuntansi positif membantu kitd memahami akar dari penetapan proses standar
akuntansi. Teori penyanyi berupaya untuk review mengatasi dampak dari laporan keuangan yang
dipublikasikan terhadap harga sepengendali. Oleh karena itu nanti para investor dapat memahami
laporan keuangan dengan lebih baik, dan diharapkan dapat mengurangi asimetri information
antara perusahaan dan pemegang sahamnya karena akan berdampak pada penilaian investor
terhadap nilai perusahaan. Harga sepengendali yang diperdagangkan setiap saat mencerminkan
semua information perusahaan yang diketahui investor. Oleh karena itu jika information tersebut
tercermin dengan baik, penilaian investor terhadap perusahaan akan meningkat.

D. METODOLOGI PENELITIAN

Objek penelitian ini adalah relevansi nilai informasi akuntansi dan ISAK 29, ini bertujuan
studi untuk menguji apakah ISAK 29 memiliki dampak pada nilai relevansi informasi akuntansi
dari perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Target ini bertujuan penelitian
untuk menemukan bukti efek ISAK 29 pada relevansi nilai informasi akuntansi di perusahaan
tambang yang terdaftar di bursa saham Indonesia 2013- 2015.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-
2015. laporan keuangan Data diambil dari Bursa Efek Indonesia melalui website www.idx.co.id,
harga theshare dikumpulkan dari www.duniainvestasi.com. Data sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk teknik
pengambilan sampel, penelitian ini digunakan metode purposive sampling. Kriteria perusahaan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2015 dan
terdaftar sebelum 1 Januari 2013.
2) Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang diaudit oleh auditor independen secara
konsisten selama periode 2013- 2015

3) Ketersediaan data dan informasi tentang komponen yang digunakan dalam penelitian ini untuk
periode 2013 sampai 2015.

Penelitian ini menggunakan chow-tes ini untuk menemukan berbagai pentingnya perubahan
struktural relevansi nilai sebelum pelaksanaan ISAK 29 dan setelah pelaksanaan ISAK 29.

E. KESIMPULAN

Tujuan penelitian ini untuk memperoleh bukti empiris peningkatan relevansi nilai pada
periode sebelum pelaksanaan ISAK 29 dan setelah pelaksanaan ISAK 29. Penelitian ini
menggunakan 32 perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk setiap tahun,
pada 2013 dan 2015 sebagai Sampel. Berdasarkan hasil penelitian, nilai relevansi setelah
pelaksanaan ISAK 29 lebih tinggi dari relevansi nilai sebelum pelaksanaan ISAK 29. Oleh
karena itu, kemampuan angka akuntansi untuk menjelaskan nilai perusahaan yang digunakan
oleh investor untuk menilai nilai perusahaan dari laporan keuangan perusahaan pertambangan
telah meningkat.

Relevansi nilai dalam penelitian ini menggunakan perspektif pengukuran, yang memberikan
lebih menekankan pada kualitas akuntansi angka dalam laporan keuangan perusahaan yang
dibutuhkan oleh investor untuk mengambil keputusan, karena angka-angka akuntansi akan
digunakan sebagai informasi untuk menilai nilai perusahaan. Peningkatan relevansi nilai dalam
penelitian ini meningkatkan kualitas informasi akuntansi dalam laporan keuangan yang
digunakan oleh investor untuk menilai perusahaan.

Pendekatan teori akuntansi positif sangat menekankan pentingnya penelitian empiris, untuk
menguji apakah teori akuntansi yang telah diusulkan dalam banyak literatur teori akuntansi dapat
menjelaskan praktik akuntansi. Pengujian hipotesis menunjukkan peningkatan relevansi nilai
setelah pelaksanaan ISAK 29, yang berarti akuntansi nomor dapat menjelaskan informasi dari
perusahaan bahwa investor menggunakan dalam menilai nilai ekuitas perusahaan bahkan lebih
baik setelah pelaksanaan ISAK 29.

Penelitian ini konsisten dengan Mousa dan Desoky (2014) yang menemukan relevansi nilai
informasi akuntansi telah meningkat pada negara-negara Teluk Co-operation Council, juga Abdo
(2016) menemukan bukti menunjukkan bahwa IFRS 6 telah membuat dampak positif terhadap
harmonisasi praktek akuntansi di industri ekstraktif di seluruh dunia, di Indonesia, Sinarto dan
Christiawan (2014) menemukan peningkatan relevansi nilai dari laba perusahaan setelah
penerapan IFRS. Sebaliknya, Hayati (2016) dukungan Karampinis dan Hevas (2011), yang
menyarankan kode negara hukum seperti Indonesia, memiliki perlindungan investor yang lemah,
kurang dari penegakan hukum, dan perbankan pendanaan berorientasi, yang berarti, tidak ada
perbedaan di nilai relevansi dalam tahap pelaksanaan pra dan pasca-IFRS di Indonesia.
Hasil Chow-test semakin memperkuat bahwa peningkatan nilai relevansi setelah pelaksanaan
ISAK 29 adalah signifikan, karena perubahan struktural dari model penilaian regresi yang
digunakan dalam penelitian ini, yang berarti dua subpopulasi varians untuk periode sebelum
pelaksanaan ISAK 29 dan setelah pelaksanaan ISAK 29 tidak sama, dan ada perubahan
struktural dalam bentuk perbedaan relevansi nilai.

Anda mungkin juga menyukai