Anda di halaman 1dari 2

Desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas


wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa).

Terkait dengan permasalahan maupun isu yang cukup strategis tentang desa, bila
diuraikan ada banyak permasalahan yang dapat diungkap. Permasalahan tersebut bisa saja
timbul dari internal desa, namun bisa pula muncul dikarenakan otoritas di atasnya seperti
kecamatan, Kabupaten, provinsi bahkan pemerintah pusat. Misalnya permasalahan
pengelolaan anggaran desa, dana bantuan sosial, Kesehatan, Pendidikan dan lainnya.
permasalahan yang ada tersebut akan semakin menjadi besar bila tidak dilakukan identifikasi
yang disesuaikan dengan akar atau penyebab masalah dan dicarikan alternatif pemecahan
yang sesuai yang dilengkapi dengan level efek atau signifikansi dari permasalahan tersebut
oleh pengampu kebijakan. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Jones (1977)
terkait karakteristik masalah, dimana dikatakan “problem identification’ akan menghasilkan
“demand for action to resolve a problem” yang dapat dimaknai bahwa kemampuan dalam
melakukan identifikasi permasalahan dapat memberikan kontribusi dalam mendukung
perumus kebijakan untuk menemukan alternatif permasalahan.

Sehubungan dengan hal tersebut, menurut hemat saya, dalam mengenali permasalahan
tentang desa, diperlukan partisipasi aktif masyarakat desa itu sendiri sehingga perumus
kebijakan dapat menjaga kecermatan dalam identifikasi masalah yang ada sesuai dengan
sumber utama yaitu masyarakat itu sendiri. Sesuai dengan pengamatan, dengan
perkembangan teknologi dewasa ini, permasalahan di desa juga berkembang dan semakin
kompleks meskipun bila dibandingkan dengan wilayah perkotaan masih belum setara.
Namun, hal ini juga perlu untuk dicermati dan diantisipasi sejak awal diantaranya adalah:

1. Permasalahan sumber daya manusia;

2. Pengelolaan sumberdaya alam dan lainnya;

3. Permasalahan gender dan anak;

4. Pengelolaan lingkungan hidup;

5. Kearifan lokal;

6. Keagamaan;

7. Pemberdayaan keluarga;

8. Pengenalan dan pemberdayaan teknologi terkini sesuai sumberdaya lokal dll.

Beberapa permasalahan yang disebutkan di atas mungkin masih sebagian saja, dan
masih banyak lagi yang harus digali dan diidentifikasi dan dikenali karakteristiknya sesuai
dengan wilayah masing-masing daerah. Misalnya terkait sumberdaya manusia dan kearifan
local yang ada di wilayah saya tinggal, yaitu di daerah Kabupaten Serang Banten. Ada satu
permasalahan yang muncul di sector pertanian, dimana Dinas Pertanian Kabupaten menilai
bahwa wilayah Serang saat ini mengalami kelangkaan tenaga pertanian, khususnya tenaga
muda, dimana hal tersebut disebabkan karena mereka lebih tertarik pada sector jasa dan
industry. Hal ini perlu dicermati dan dicari solusi yang tepat bagaimana kemudian
mengarahkan generasi milenial untuk Kembali melirik sector pertanian, misalnya dengan
melalui pendekatan pemberdayaan teknologi di bidang pertanian. Kepala dinas pertanian
Kabupaten Serang mengatakan bahwa saat ini tenaga untuk memanen padi makin langka,
sehingga dilakukan oleh ibu-ibu yang usianya juga sudah tua. (https://kabarbanten.pikiran-
rakyat.com/seputar-banten/pr-59674023/kabupaten-serang-terancam-alami-kelangkaan-
tenaga-pertanian). Disinilah kemudian diperlukan identifikasi permasalahan yang tepat dan
penentuan masalah yang tepat pula sehingga dalam upaya mengatasi masalah tersebut
diperoleh sinkronisasi antara permasalahan dan solusinya. Hal ini selaras dengan pendapat
dari William N.Dunn ( 1981) dalam mengantarkan uraiannya tentang Structuring Policy
Problems , mengutip pendapat Russell L.Ackoff (1974) sebagai berikut:

“Successful problem solving requires finding the right solution to the right problem.
We fail more often because we solve the wrong problem than because we get the
wrong solution to the right problem “.

Kemudian, berkaitan dengan wilayah atau ruang lingkup dari desa, menurut pendapat
saya penentuan ruang lingkup desa harus dipahami hal-hal yang berkaitan dengan Batasan
atau variable terkait desa seperti pemerintahan sendiri, pemilihan secara langsung kepala
pemerintahannya, struktur hukum (di beberapa daerah masih menerapkan hukum adat untuk
permasalahan tertentu), corak kehidupan yang cenderung homogen, kehidupan yang
berkelompok yang dilandasi kekeluargaan yang cukup kental, pekerjaan yang Sebagian besar
petani atau nelayan (di pesisir), buruh tania tau pekerjaan lain (sambilan), agama yang
homogen, adat istiadat yang cenderung masih kuat dan lainnya.

Demikian, pendapat saya dalam diskusi kali ini, terima kasih dihaturkan kepada ibu Dosen.

Hormat kami,

Agung Suprapto Dwi C.

Anda mungkin juga menyukai