Penelitian
Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Mahasiswa
A. KECEMASAN
1. Pengertian Kecemasan
Kartono (1992) mendefinisikan kecemasan sebagai semacam kegelisahan,
kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas atau kabur.
Dapat berupa perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan
mengenai masa- masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan
tersebut Begitu juga dengan Hurlock (1996), mengatakan bahwa
kecemasan merupakan suatu kekhawatiran umum mengenai suatu
peristiwa yang tidak jelas atau tentang peristiwa yang akan datang.
Kecemasan adalah kondisi jiwa yang penuh dengan ketakutan dan
kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan
dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh.
Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “ perasaan tertekan dan
tidak tenang, serta berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan”.
Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh dirasa menggigil,
menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup cepat, lambung terasa
mual, tubuh terasa lemas, kemampuan berproduktivitas berkurang,
hingga banyak manusia yang melarikan diri kealam imajinasi sebagai
bentuk terapi sementara.
Lazarus (1976) mengatakan kecemasan merupakan suatu respon dari
pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan di ikuti perasaan
gelisah, khawatir, dan takut. Kecemasan merupakan aspek subjektif dari
emosi seseorang karena melibatkan faktor perasaan yang tidak
menyenangkan yang sifatnya subjektif dan timbul karena menghadapi
tegangan, ancaman kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik dan
biasanya individu tidak menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan ia
mengalami kecemasan.
Jadi ,kesimpulannya Kecemasan adalah kondisi jiwa yang penuh dengan
ketakutan dan
kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan
dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Hal ini
dapat berpengaruh ke tubuh yang menyebabkan tubuh
mengigil,menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup cepat, lambung
terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan berproduktivitas berkurang,
hingga banyak manusia yang melarikan diri kealam imajinasi sebagai
bentuk terapi sementara.
2. Aspek-aspek Kecemasan
Menurut Daradjat (1990) aspek -aspek kecemasan terbagi menjadi dua
bentuk, yaitu: aDA) fisiologis: bentuk reaksi fisiologis berupa detak
jantung meningkat, pencernaan tidak teratur, keringat berlebihan, ujung-
ujung jari terasa dingin, sering buang air kecil, tidur tidak nyenyak, kepala
pusing, nafsu makan hilang dan sesak nafas; b) psikologis: yang terbagi
menjadi dua bentuk, yaitu:
1. Aspek kognitif
Termasuk dalam aspek ini adalah tidak mampu memusatkan perhatian
2. Aspek afektif
Termasuk dalam aspek ini antara lain : takut, merasa dirinya akan
ditimpa bahaya.
Aspek-aspek lain menurut Rosenhan dan Seligman (1989) meliputi: a)
somatic, yaitu reaksi tubuh terhadap bahaya; b) kognitif, yaitu respon
terhadap kecemasan dalam pikiran manusia; c) emosi, yaitu perasaan
manusia yang mengakibatkan individu secara teru-menerus khawatir,
merasa takut terhadap bahaya yang mengancam; dan d) perilaku, yaitu
reaksi dalam bentuk perilaku manusia terhadap ancaman dengan
menghindar atau menyerang. Dalam penelitian ini, kecemasan dalam
menghadapi masa pembebasan pada narapidana adalah kecemasan yang
belum terwujud, hanya ada rasa khawatir yang berlebihan. Kecemasan
terjadi adanya pemikiran yang mendukung untuk terus-merasa khawatir
sesuai dengan aspek-aspek kecemasan menurut Rosenhan dan Seligman
(1989).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan.
B. KESIAPAN KERJA
1. Kesiapan kerja
Pengertian Kesiapan Kerja Kesiapan menurut kamus psikologi adalah
“Tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang
menguntungkan untuk mempraktikkan sesuatu” (Chaplin, 2001). Dikemukakan
juga bahwa “kesiapan meliputi kemampuan untuk menempatkan dirinya jika
akan memulai serangkaian gerakan yang berkaitan dengan kesiapan mental dan
jasmani”. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slameto (2010) yang
mendefinisikan kesiapan sebagai berikut: Kesiapan adalah keseluruhan kondisi
yang membuatnya siap untuk memberi respon/jawaban di dalam cara tertentu
terhadap suatu kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi mencakup
setidaktidaknya tiga aspek yaitu: (1) kondisi fisik, mental dan emosional, (2)
kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan, (3) keterampilan, pengetahuan dan
pengertian lain yang telah dipelajari. Menurut Dalyono (2005) “Kesiapan
adalah kemampuan yang cukup baik fisik dan mental. Kesiapan fisik berarti
tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental,
memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan suatu kegiatan”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “kerja diartikan sebagai kegiatan
untuk melakukan sesuatu yang dilakukan atau diperbuat dan sesuatu yang
dilakukan untuk mencari nafkah, mata pencaharian. Menurut B. Renita (2006)
kerja dipandang dari sudut sosial merupakan kegiatan yang dilakukan dalam
upaya untuk mewujudkan kesejahteraan umum, terutama bagi orang-orang
terdekat (keluarga) dan masyarakat, untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan, sedangkan dari sudut rohani/religius, kerja adalah
suatu upaya untuk mengatur dunia sesuai dengan kehendak Sang Pencipta,
dalam hal ini, bekerja merupakan suatu komitmen hidup yang harus
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Menurut Dewa Ketut (1993) “kerja
adalah sebagai suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan
kedudukan yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja”. Menurut
Kartini (1991), Kesiapan Kerja adalah kemampuan seseorang untuk
melaksanakan pekerjaan dengan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja
guna menghasilkan barang atau jasa. Herminanto Sofyan (1986) juga
berpendapat bahwa “Kesiapan Kerja adalah kemampuan seseorang untuk
1
1
menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu, tanpa mengalami kesulitan dan
hambatan dengan hasil yang baik”, sedangkan menurut Moh. Thayeb (1998),
Kesiapan Kerja adalah daftar perilaku yang bersangkutan dengan
mengidentifikasi, memilih, merencanakan dan melaksanakan tujuantujuan
bekerja yang tersedia bagi individu tertentu sesuai dengan usia
perkembangannya.
Menurut Dewa Ketut (1993) Kesiapan Kerja adalah kemampuan,
keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan tuntutan masyarakat serta
sesuai dengan potensi-potensi siswa dalam berbagai jenis pekerjaan tertentu
yang secara langsung dapat diterapkannya. Kesiapan Kerja seseorang bukan
hanya sekedar pekerjaan apa yang telah dijabatnya, melainkan suatu pekerjaan
atau jabatan yang benar-benar sesuai dan cocok dengan potensi-potensi diri dari
orang-orang yang menjabatnya, sehingga setiap orang yang memegang
pekerjaan yang dijabatnya tersebut akan merasa senang untuk menjabatnya dan
kemudian mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan
prestasinya, mengembangkan potensi dirinya, lingkungannya, serta sarana
prasarana yang diperlukan dalam menunjang pekerjaan yang sedang dijabatnya.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
Kesiapan Kerja adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan
fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan. Kesiapan Kerja meliputi
keinginan dan kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan dan
mengusahakan suatu kegiatan tertentu, dalam hal ini bergantung pada tingkat
kematangan, pengalaman masa lalu, keadaan mental dan emosi seseorang.
Sebelum melewati kematangan dan tingkah laku, Kesiapan Kerja tidak dapat
dimiliki walaupun melalui latihan yang intensif dan bermutu.
2.Ciri-ciri Kesiapan kerja
Ciri-ciri seseorang mempunyai kesiapan kerja menurut Sukirin
yang dikutib Herminanto Sofyan (1991) bahwa untuk mencapai
tingkat kesiapan kerja dipengaruhi oleh tiga hal meliputi:
1) Tingkat kematangan
Tingkat menunjukkan pada proses perkembangan atau
pertumbuhan yang sempurna, dalam arti siap digunakan.
Kesiapan dibedakan menjadi kesiapan fisik yang
1
2
berhubungan dengan pertumbuhan fisik dan kesiapan mental
yang berhubungan dengan aspek kejiwaan.
2) Pengalaman
Pengalaman merupakan pengalaman - pengalaman yang
diperoleh berkaitan dengan lingkungan, kesempatan-
kesempatan yang tersedia, dan pengaruh dari luar yang tidak
sengaja. Pengalaman merupakan salah satu faktor penentu
kesiapan karena dapat menciptakan suatu lingkungan yang
dapat dipengaruhi perkembangan kesiapan seseorang.
3) Keadaan mental dan emosi yang serasi
Keadaan mental dan emosi yang serasi meliputi keadaan
kritis, memiliki perimbangan-pertimbangan yang logis,
obyektif, bersikap dewasa dan emosi terkendali, kemauan
untuk bekerja dengan orang lain, mempunyai kemampuan
untuk menerima, kemauan untuk maju serta
mengembangkan keahlian yang dimiliki.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja
Mahasiswa semester akhir adalah mahasiswa yang telah menjalani akhir masa
perkuliahan selama tujuh semester. Usia rata-rata para mahasiswa ini adalah 20 tahun keatas.
Usia ini termasuk dalam kategori usia dewasa awal. Sehingga tugas-tugas perkembangan
yang melekat pada diri mereka adalah tugas perkembangan masa dewasa awal ,seperti
menghadapi dunia kerja.
Kecemasan juga dapat timbul dan dirasakan saat individu dihadapkan pada realita dan
tanggung jawab yang lebih besar dalam hidupnya. Seperti dengan bertambahnya usia, maka
individu mencapai pada proses pencarian kerja, memikirkan dan menata peluang karir dan
bersaing dengan para pencari kerja lainnya. Hal tersebut tidak sedikit menimbulkan perasaan
bingung dan cemas yang kurang menyenangkan sehingga menyertai perubahan baik secara
fisik dan perilaku. Individu menunjukkan perubahan seperti melakukan perilaku menghindar
dengan bermain game, berpergian, atau mencari kesibukan lainnya (Nugroho, 2010).
Kecemasan timbul karena keadaan dimana individu merasa terancam oleh salah satu
hal yang dianggapnya menakutkan dan menyakitkan yang berasal dari luar maupun dari
dalam (disini individu mengalami kecemasan menghadapi dunia kerja) sehingga
menimbulkan kekhawatiran, kegelisahan yang menganggu ketenangan dan kesehatan yang
terkadang menimbulkan kekacauan fisik.
Berkaitan pula dengan salah satu aspek yang mempengaruhi kecemasan
yaitu aspek kognitif dimana aspek ini menjelaskan bahwa kecemasan dititik
beratkan pada proses persepsi atau tingkah laku yang mungkin menganggu
pertimbangan atau perkiraan seseorang tentang bahaya yang dia hadapi.
Seseorang mungkin juga berlebihan dalam mempertimbangkan alam atau
kenyataan dari ancaman atau ketidakmampuan dirinya untuk mengatasi
ancaman dengan cara yang efektif, Sebelum memulai bekerja seseorang belajar
mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan belajar di sekolah hingga sampai di
perguruan tinggi. Sebelum bekerja seseorang harus mempersiapkan diri terlebih
dahulu karena ia harus memiliki dasar ilmu dan pengetahuan yang akan
diterapkannya ketika ia bekerja nantinya dan mungkin kecemasan akan muncul
karena adanya persepsi tentang sesuatu hal yang baru, yang membuat mereka
khawatir dan banyak membuat banyak pertimbangan pada individu.Lalu, ada
aspek afektif yang merasa individu akan ditimpa sesuatu yang membuat mereka
2
6
khawatir dan bahaya ,seorang yang ingin memulai bekerja akan merasa
khawatir apakah dirinya akan dapat diterima atau tidak.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini berfokus pada mahasiswa/mahasiswi semester akhir, dari
subjek penelitian ini meliputi:
Jenis kelamin : Laki-laki / Perempuan
Usia : 18-22 tahun
Pendidikan : Mahasiswa/mahasiswi
1. Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari berbagai proses biologis dan psikologis. Definisi lain dari
observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
langsung (Ngalim, Purwanto, 1985).
Metode observasi yang digunakan peneliti adalah observasi
tertutup, dimana observasi ini beroperasi tanpa diketahui oleh
observee. Tempat untuk melakukan observasi tertutup ini adalah
lingkup Universitas Katholik Soegijapranata. Selain itu
pengumpulan data ini didukung oleh observasi terstruktur. Alasan
pemilihan ini peneliti ingin mengetahui kegiatan observee dalam
susunan tersistematik. Subjek yang di observasi adalah mahasiswa
semester akhir fakultas di Universitas Katholik Soegijapranata.
Peneliti mengobservasi mahasiswa semester akhir yang akan
menghadapi dunia kerja dengan indikator yang dijadikan acuan
sebagai observasi peneliti adalah aspek-aspek dari kecemasan seperti
kognitif dan afektif serta melihat suasana lingkungan sekitar subjek
seperti bentuk pertemanan yang dijalin oleh subjek dan apa yang
dilakukan subjek pada waktu luang. Teknik pencatatan yang
dilakukan oleh peneliti menggunakan event sampling. Didalam
teknik ini peneliti akan mencatat perilaku-perilaku yang muncul
selama observasi berdasarkan catatan yang telah disusun sebagai
pedoman dari observasi. Adapun pedoman observasi sebagaimana
terlampir.
2
9
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Maksud mengadakan wawancara,seperti ditegaskan oleh Lincoln dan
Guba (1985:266), antara lain : mengkonstruksi mengenai orang,
kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-
kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu;
memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan
untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi,
mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain,
baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan
memverifikasi, menngubah dan memperluas konstruksi yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.
Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan wawancara tertutup,
dimana peneliti menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan mahasiswa
semester akhir yang akan memasuki dunia kerja dari daftar pertanyaan yang
telah disusun sebelumnya. Peneliti juga menggunakan wawancara terbuka,
dimana subjek mengetahui maksud dari wawancara tersebut dan menanyakan
pertanyaan yang terlintas dan belum tersusun dalam wawancara terstruktur.
Subjek yang diwawancarai adalah mahasiswa dari setiap fakultas di Universitas
Katholik Soegijapranata.
D. Uji Keabsahan Data
Dari setiap penelitian perlu adanya uji keabsahan data untuk memastikan
validitas dan reliabilitas dari penelitian tersebut. Uji validitas dan reliabilitas
perlu dilakukan dengan tepat dan benar serta secara lebih berhati-hati, jika
tidak ancaman terhadap pengotoran hasil penelitian akan terjadi. Kirk dan
Miller (1986:21) mengemukakan bahwa tidak ada satu pun eksperimen yang
dapat dikontrol secara tepat dan tidak ada instrumen pengukuran yang dapat di
3
0
2. Reduksi Data
Setelah melakukan pengumpulan data, peneliti melakukan reduksi
data. Di dalam reduksi data peneliti menggabungkan seluruh data
yang diperoleh menjadi susunan data berbentuk script yang akan
dianalisis. Hasil dari wawancara dan observasi yang dilakukan
peneliti akan diubah sesuai dengan formatnnya. Hasil wawancara
akan diubah menjadi verbatim wawancara, sedangkan hasil observasi
akan diubah menjadi lampiran hasil observasi.
3. Display Data
Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah
seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang
3
2
4. Kesimpulan/verifikasi
Kesimpulan ini berisi uraian dari seluruh subkategorisasi tema yang
tercantum pada tabel kategorisasi dan pengodean yang sudah
terselesaikan disertai dengan quote verbatim wawancaranya.
3
3
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN
c. Perlengkapan Penelitian
Ketika peneliti melakukan pengumpulan data dengan wawancara, peneliti
menggunakan peralatan di antaranya adalah handphone untuk merekam
percakapan, kemudian kertas pedoman wawancara yang sudah disiapkan
sebelumnya oleh peneliti. Kemudian juga ada kertas dan bolpoin yang digunakan
untuk mencatat hasil observasi yang ditemui oleh peneliti selama melakukan
wawancara dengan subjek.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Deskripsi Proses
Pada subjek 1, peneliti mendapatkan informasi mahasiswa akhir yang kebetulan
juga dekat dengan peneliti. Kemudian subjek pernah bercerita kepada teman
peneliti ini dan akhirnya peneliti mengetahuinya. Kebetulan juga peneliti
mengenal subjek 1 ini sebab pernah berdinamika dalam kepanitiaan yang sama.
Maka lebih mudah dalam proses building rapport dengan subjek 1. Kemudian
akhirnya peneliti menghubungi subjek dan menjelaskan tujuan dari peneliti dan
subjek 1 menyetujuinya. Maka dijadwalkanlah untuk bertemu di sebuah tempat
makan di dekat kampus Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Sebab saat
itu subjek sedang dalam kondisi lapar dan karena jadwal peneliti juga
memungkinkan maka bertemulah di tempat makan. Kemudian mengobrol dengan
nyaman karena sudah sangat kenal satu sama lain. Kemudian pertemuan kedua
dan terakhir dilaksanakan bersamaan dengan pemberian Informed Consent pada
subjek.
Kemudian untuk subjek 2, peneliti juga sudah mengenal sebelumnya karena
rumah peneliti dengan subjek yang berdekatan dan pernah dua kali pualng kuliah
bersama.subjek orangnya sedikit pendiam jika tak ada yang mengajak berbicara
duluan.Kemudian peneliti langsung kerumahnya dan menjadwalkan pertemuan.
3
5
Lalu, saat pertemuan kedua dan dilaksanakan sebuat wawancara yang
bersamaannya dengan pemberian Informed Consent pada subjek .
Subjek 3 merupakan teman satu komunitas dari peneliti yang memang sudah sejak
setahun yang lalu kenal. Pada waktu itu peneliti pertama kali berkenalan dengan
subjek di suatu cafe,subjek merupakan teman dari salah satu teman peneliti. Dari
situlah peneliti mulai dekat dan sering sharing berbagai hal dengan subjek. Dan
dari beberapa sharing tersebut ada clue yang mengarahkan peneliti untuk
mengetahui bahwa subjek sedang melakukan skripsi sebagai tugas mahasiswa
akhir yang terlihat cemas dan terlihat ia bingug setelah lulus ia mau kemana.
Maka dalam hal membangun kepercayaan dari subjek tidak menjadi hal yang
sulit. Pada waktu itu subjek sedang berada di Semarang setelah baru saja pulang
dari kota asalnya untuk mengurus skripsi. Maka subjek dan peneliti memutuskan
untuk bertemu di area dalam kampus yaitu di kantin gedung Thomas Aquinas.
b. Jadwal Penelitian
C.Hasil Penelitian
Subjek 1
a. Identitas
Nama/Inisial : K
Usia : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Semester :7
Dari hasil wawancara terlihat terlihat ada kecemasan pada subjek 2 ini, subjek 2 ini
merupakan harapan keluarga sehingga banyak persiapan-persiapan atau target dari subjek
dalam menghadapi kesiapan kerja.subjek2 takut ia target nya tidak tercapai sehingga itu yang
membuatnya cemas apalagi banyak pesaing-pesaing diluar sana yang memiliki banyak
pengalaman yang membuatnya terkadang takut tidak mampu melakukannya.Setelah ayah
3
7
subjek meninggal subjek menjadi harapan keluarga. Ia memiliki dua adek dan ibu yang
berkerja sebagai PNS( Pegawai Negeri sipil). Subjek 2 selalu membantu meringkan pekerjaan
ibu seperti mengantar jemput adeknya sekolah dan ingin sekali lulus karena ingin kerja agar
bisa membahagiakan keluarga.
Subjek 3
a. Identitas
Nama : B
Usia : 23 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Semester : 9
b. Hasil observasi dan wawancara
Observasi dari subjek 3 dilakukan ketika peneliti sedang mewawancarai
subjek 3. Pada waktu itu subjek mengenakan kaos dan celana jeans panjang. Subjek 3
ini memang cukup cuek dengan penampilan sehari-hari sebab peneliti memperhatikan
bahwa subjek ketika di kampus pun sering mengenakan kaos dan hanya ditutup oleh
jaket saja. Kemudian subjek terlihat percaya diri dalam menjawab, ada ketegasan
ketika berbicara dan berjalan. Kemudian juga subjek tenang dalam berperilaku.
Berbicara dengan nada yang teratur, tidak terlalu cepat dan pelan.
Sedangkan dari wawancara data yang peneliti dapatkan berkaitan dengan
penyebab, dampak atau efek yang ditimbulkan serta perilaku yang menyertai dan juga
proses bagaimana subjek bisa bangkit.
Dari hasil wawancara subjek3, subjek 3 pernah mendaptkan pengalaman yang
buruk ia pernah cuti 1 tahun untuk mengikuti tes AKPOL tetapi ia tidak beruntung
sehingga ia harus tetap melanjutkan studi di UNIKA SOEGIJAPRANATA. Awal nya
ia masih tidak yakin dengan pilihannya untuk kuliah di jurusan Psikologi lalu lama
kelamaan dia mengikuti dengan baik dan memiliki keinginan kerja disebuah
instansi.awalnya ia cemas karena semakin lama semakin sulit untuk mendapatkan
kerja lalu ia akan sangat kecewa jika ia tidak bisa berkerja sesuai dengan target yang
ia mau, dari pengalaman sebelumnya dia pernah kecewa pada dirinya karena tidak
bisa diterima di AKPOL.
BAB V
3
8
PEMBAHASAN
A. Analisa dan pembahasan subjek 1
a. intensitas tema
Subjek 1
Koding Intensitas
AF1 ++
AF2 ++
AF3 ++
AP1 +
AP2 +++
F1 ++
F2 ++
Keterangan :
Detak jantung meningkat : AF1
Pencernaan tidak teratur : AF2
Tidur tidak nyenyak : AF3
Aspek kognitif : AP1
Aspek Afektif: AP2
Pengalaman negatif: F1
Pikiran tidak rasional : F2
b. matriks interkorelasi
subjek 1
AF2 ++ ++ ++ ++
AF3 ++ ++ + ++ ++
A AP1 + ++ + +
P
AP2 ++ ++ ++ ++ ++ ++
F F1 ++ ++ ++ + ++ ++
3
9
F2 ++ ++ + ++ ++
c. pembahasan
menurut daradjat (1990) aspek-aspek kecemasan terbagi menjadi dua
bentuk yaitu fisologis yang terdiri dari detak jantuk meningkat,
pencernaan tidak teratur , tidur tidak nyenyak .lalu, pada aspek
psikologis yaitu ada aspek kognitif dan aspek afektif
Dalam hasil penelitian subjek 1 mengalami kecemasan dalam
mengahadapi kecemasan kerja bisa dilihat dari intensitas subjek yaitu
pada subjek 1 1x tidak mampu memusatkan perhatian (aspek kognitif)
pada aspek psikologis lalu 2x pada aspek aspek-aspek kecemasam
dalam bentuk fisiologis dan faktor-faktor kecemasan. Dan yang
tertinggi adalah aspek psikologis dibagian aspek afektif yang mencapai
4x
d. skema
-detak jantung
meningkat
-tidur tidak
4
0
Aspek
kecemasan
Kecemasan dalam
menghadapi kesiapan
Aspek
kerja pda amahasiswa
psikologis
akhir
-aspek
Faktor-fakor kognitif
kecemasan
-aspek afektif
-pengalaman negatif
pada masa lalu
subjek 2
a. intensitas tema
Koding Intensitas
AF1 ++
AF2 -
4
1
AF3 +++
AP1 -
AP2 ++
F1 +
F2 ++
b. matriks interkorelasi
AF AP F
AF1 AF2 AF3 AP1 AP2 F1 F2
AF AF1 ++ ++ + ++
AF2
AF3 ++ ++ ++ ++
AP AP1
AP2 + ++
F F1 +
F2
c. pembahasan
d. menurut daradjat (1990) aspek-aspek kecemasan terbagi menjadi
dua bentuk yaitu fisologis yang terdiri dari detak jantuk meningkat,
pencernaan tidak teratur , tidur tidak nyenyak .lalu, pada aspek
psikologis yaitu ada aspek kognitif dan aspek afektif
Dalam hasil penelitian subjek 2 mengalami kecemasan dalam
mengahadapi kesiapan kerja bisa dilihat dari intensitas subjek yaitu
pada subjek 2 1x pada faktor kecemasan yaitu pengalaman negatif ,
2x pada aspek fisiologis yang merupakan detak jantung
meningkat,lalu pada psikologi aspek afektif dan faktor-faktor
kecemasan yang pikiran tidak rasional dan 4x pada tidur yang tidak
nyenyak didalam bagian aspek fisiologis.
e. skema
Aspek
fisiologis
-detak jantung
Aspek
meningkat
kecemasan
-tidur tidak
Kecemasan dalam nyenyak
menghadapi kesiapan
kerja pda amahasiswa
akhir
4
2
f.
g.
h. Aspek
i. psikologis
j.
-aspek
Faktor-fakor
afektif
kecemasan
-pengalaman negatif
pada masa lalu
subjek 3
a. intensitas tema
Koding Intensitas
AF1 ++
AF2 +
AF3 -
AP1 +
AP2 +++
F1 +
F2 +
b. matriks interkorelasi
c. AF AP F
AF1 AF2 AF3 AP1 AP2 F1 F2
AF AF1 + + +
AF2 + + +
+
AF3 + + + ++
4
3
AP AP1
AP2 + ++
F F1 +
F2
c.pembahasan
menurut daradjat (1990) aspek-aspek kecemasan terbagi menjadi dua
bentuk yaitu fisologis yang terdiri dari detak jantuk meningkat,
pencernaan tidak teratur , tidur tidak nyenyak .lalu, pada aspek
psikologis yaitu ada aspek kognitif dan aspek afektif
Dalam hasil penelitian subjek 3 mengalami kecemasan dalam
menghadapi kesiapan kerja terlihat dari intensitas yaitu 3x pada aspek
fisiologis ,detak jantung meningkat, lalu 2x pada pada pencernaan tidak
teratur,aspek kognitif dan faktor-faktor kecemasan, yang terakhir 4x
d. Skema
detak
Aspek
Aspek jantung
fisiologis
kecemasan meningkat
perncernaan
Kecemasan dalam tidak teratur
menghadapi kesiapan e.
kerja pda amahasiswa Aspek
akhir f. psikologis
-aspek
kognitif
-aspek afektif
Faktor-fakor
kecemasan
-pengalaman negatif
pada masa lalu
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara dan observasi pada subjek
didapatkan kesimpulan bahwa kecemasan
B. Kelemahan Penelitian
4
5
Kelemahan dari penelitian ini di antaranya adalah faktor penyebab yang dipilih peneliti
terlalu kompleks sehingga cukup membingungkan dan menyulitkan untuk dianalisis dan
digambarkan dalam 3 subjek secara bersamaan.
C. Saran
Saran bagi peneliti selanjutnya mungkin faktor penyebab depresi bisa dikerucutkan lagi
sehingga bisa menjadi lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami pembaca.
DAFTAR PUSTAKA