Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN SEHAT

USIA REMAJA

DISUSUN OLEH :

NAMA : RINI AGUSTINI, S.Kep

NIM : 219269028

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )
BHAKTI HUSADA BENGKULU
2019-2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian 
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Haber,
Hoskins, Leach dan Sideleu (1987) menentukan usia remaja antara 12 – 18 tahun,
sementara Wilson dan Kneisl (1988) menggunakan usia 12-20 tahun sebagai batasan
remaja.
B. Landasan teoritis keperawatan jiwa pada remaja 
Menurut Wilson dan Kneisl (1988), dua teori yang menjadi landasan utama untuk
memahami tentang perkembangan remaja ialah teori perkembangan dan teori interaksi
humanistic. Stuart dan Sundeen (1995) mengemukakan teori biologis, teori psikoanalitis,
teori perkembangan intelektual, teori budaya dan teori multidimensional. Hanya teori
perkembangan dan teori interaksi yang akan diuraikan berikut ini.
Teori Perkembangan 
Teori perkembangan memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi penyimpangan
yang terjadi pada proses tumbuh kembang remaja. Teori Sigmund Freud, Erik Erikson
dan Sullivan memberikan penghayatan kepada kita tentang perjuangan remaja dalam
mencapai kedewasaan.
Proses perkembangan identitas diri remaja memerlukan self image (citra diri) juga
hubungan antar peran yang akan datang dengan pengaman masa lalu. Untuk
mendapatkan kesamaan dan kesinambungan, pada umumnya remaja harus mengulangi
penyelesaian krisis masa lalu dengan mengintegrasikan elemen masa lalu dan membina
identitas akhir. Periode krisis yang perlu ditinjau kembali ialah rasa percaya, rasa
otonomi, rasa inisiatif, dan rasa industri.
Pada tahap pertama, remaja perlu mencari ide dan objek untuk tempat melimpahkan rasa
percaya (sense of trust). Konflik yang tidak terselesaikan pada tahap pertama ini
membuat remaja merasa ditinggalkan, biasanya dimansifestasikan melalui perilaku
makan yang berlebihan, serta ucapan kasar dan bermusuhan. Tahap kedua adalah rasa
otonomi, remaja belajar bertindak dan membuat keputusan secara mandiri. Konflik masa
lalu yang tidak terselesaikan membuat remaja takut mengikuti kegiatan yang akan
membuat dia ragu akan kemampuannya. Tahap ketiga adalah rasa inisiatif, dimana anak
tidak lagi mementingkan bagaimana berjalan, tetapi apa yang dapat dilakukan dengan
kemampuan tersebut. Pada tahapan ini, mereka mengujicobakan apa yang mungkin
dilakukan dan bukan yang dapat dilakukan. Konflik masa ini akan terbawa pada saat
remaja, yaitu ketidakmampuan untuk mengambil inisiatif. Tahap keempat adalah rasa
industri, yang menuntut remaja untuk memilih karir yang tidak saja menjamin secara
finansial, tetapi juga memberikan kepuasan karena penampilan kerja yang baik.
Teori interaksi humanistik 
Perawat perlu mengintegrasikan prinsip-prinsip interaksi humanistic dalam pengkajian
dan asuhan keperawatan untuk mengembangkan hubungan rasa percaya dengan remaja.
Perawat perlu memperhatikan dampak tahapan perkembangan, faktor sosial budaya,
pengaruh keluarga, dan konflik psikodinamika yang dimanifestasikan melalui perilaku
remaja.
Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat, adalah :
1. Apa arti perilaku atau masalah ini bagi remaja?
2. Apa yang dikatakan remaja tentang perilakunya?
3. Apa dampak masalah ini pada remaja? Apakah ini suatu masalah yang biasa terjadi
pada kelompok usia remaja?
4. Bagaimana perubahan ini mempengaruhi remaja dan hubungannya dengan orang
lain?
5. Apa tujuan yang dimiliki remaja dalam waktu dekat dan yang akan datang?
6. Apa kekuatan personal yang dimiliki remaja untuk mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya?
7. Pertimbangan apa yang telah dibuat (perawat dan remaja) berkaitan dengan faktor
perkembangan, keluarga, biologis, atau sosial budaya?

C. Proses Keperawatan 
1. Pengkajian 
      Pengumpulan data tentang status kesehatan remaja meliputi observasi dan
interpretasi pola perilaku, yang mencakup informasi sebagai berikut :
a. Pertumbuhan dan perkembangan 
b. Keadaan biofisik (penyakit, kecelakaan) 
c. Keadaan emosi (status mental, termasuk proses berpikir dan pikiran tentang
bunuh diri atau membunuh orang lain)
d. Latar belakang sosial budaya, ekonomi, agama
e. Penampilan kegiatan kehidupan sehari hari (rumah, sekolah)
f. Pola penyelesaian masalah (pertahanan ego seperti denial, acting out, menarik
diri)
g. Pola interaksi (keluarga, teman sebaya)
h. Persepsi remaja tentang/dan kepuasan terhadap keadaan kesehatan 
i. Tujuan kesehatan remaja 
j. Lingkungan (fisik, emosi, ekologi)
k. Sumber materi dan nara sumber yang tersedia bagi remaja (sahabat, sekolah dan
keterlibatannya dalam kegiatan di masyarakat)
Data yang dikumpulkan mencakup semua aspek kehidupan remaja baik pada masa
lalu maupun sekarang yang diperoleh dari remaja itu sendiri, keluarganya atau orang
lain. Permasalahan yang biasanya dihadapi oleh remaja berkaitan dengan citra diri,
idenditas diri, kemandirian, seksualitas, peran sosial dan perilaku seksual yang
menimbulkan perilaku adaptif maupun maladaptive.
Dalam berkomunikasi dengan remaja, perawat harus mengerti bahwa :
a. Perasaan dan konflik cenderung diekspresikan melakukan perilaku kasar dari
pada secara verbal
b. Remaja mempunyai bahasa mereka sendiri 
c. Kata-kata kotor sering diucapkan oleh remaja, terutama remaja yang sangat
terganggu 
d. Banyak data yang dapat diperoleh hanya dengan mengamati perilaku remaja,
cara berpakaian dan lingkungannya
Perawat yang mempelajari keterampilan mewawancarai dan menggunakan pesan
nonverbal dapat memanfaatkan ketrampilannya dalam berkomunikasi dengan remaja
secara verbal. Dalam usahanya menyesuaikan diri dengan perubahan fisik yang
pesat, remaja mengalami ketegangan karena konflik antara kebutuhan akan rasa
tergantung dan keinginan untuk mandiri. Menurut para ahli remaja bahwa
kemandirian berarti melepaskan diri dari kendali orang tua, tanpa menyadari bahwa
kemandirian terjadi melalui suatu proses belajar yang terjadi secara bertahap.
2. Perencanaan dan implementasi 
Masalah utama yang biasa dialami remaja berkaitan dengan perilaku seksual,
keinginan untuk bunuh diri, keinginan untuk lari dari rumah, perilaku antisocial,
perilaku mengancam, keterlibatan dengan obat terlarang, hypochandriasis, masalah
diit/makan, dan takut sekolah.
Untuk mencegah kesan remaja bahwa perawat memihak kepada orang tuanya, maka
sangat perlu diperhatikan perawat untuk melakukan kontak awal langsung dengan
remaja. Pengetahuan perawat tentang perkembangan normal yang dialami remaja
sangat diperlukan untuk dapat membedakan perilaku adaptif dan menentukan
masalah berdasarkan perilaku remaja merupakan langkah pertama dalam
merencanakan asuhan keperawatan. Perawat kemudian menentukan tujuan jangka
pendek berdasarkan respons maladaptive dengan memperhatikan kekuatan yang
dimiliki remaja, begitu pula tujuan jangka panjang.
Tinjauan terhadap rencana asuhan keperawatan perlu dilakukan secara berkala untuk
memperbaiki situasi, catatan perkembangan dan mempertimbangkan masalah baru.
Sangat penting untuk mengkaji dan mengevaluasi proses keperawatan pada remaja.
Implementasi kegiatan perawat meliputi :
a. Pendidikan pada remaja dan orang tua 
Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan informasi
mengenai kesehatan berkaitan dengan penggunaan obat terlarang, masalah seks,
pencegahan bunuh diri, dan tindakan kejahatan, begitu pula informasi mengenai
perilaku remaja dan memahami konflik yang dialami mereka, orang tua, guru
dan masyarakat akan lebih suportif dalam menghadapi remaja, bahwakan dapat
membantu mengembangkan fungsi mandiri remaja dan orang tua mereka, akan
menimbulkan perubahan hubungan yang positif.
b. Terapi keluarga 
Terapi keluarga khususnya diperlukan bagi remaja dengan gangguan kronis
dalam interaksi keluarga yang mengakibatkan gangguan perkembangan pada
remaja. Oleh karena itu perawat perlu mengkaji tingkat fungsi keluarga dan
perbedaan yang terdapat didalamnya untuk menentukan cara terbaik bagi
perawat berinteraksi dan membantu keluarga. 
c. Terapi kelompok 
Terapi kelompok memanfaatkan kecenderungan remaja untuk mendapat
dukungan dari teman sebaya. Konflik antara keinginan untuk mandiri dan tetap
tergantung, serta konflik berkaitan dengan tokoh otoriter, akan mudah dibahas. 
d. Terapi individu 
Terapi individu oleh perawat spesialis jiwa yang berpengalaman dan mendapat
pendidikan formal yang memadai. Terapi individu terdiri atas terapi yang
bertujuan singkat dan terapi penghayatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
perawat ketika berkomunikasi dengan remaja antara lain penggunaan teknik
berdiam diri, menjaga kerahasiaan, negativistic, resistens, berdebat, sikap
menguji perawat, membawa teman untuk terapi, dan minta perhatian khusus.  

D. Evaluasi 
Dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, masalah remaja lebih sering dihadapi
oleh perawat. Perawat harus waspada untuk tidak memihak baik pada remaja maupun
orang tua. Remaja cenderung impulsive dan secara tidak disadarinya menghambat
perkembangan terapi. Walaupun proses penyembuhan biasanya berjalan lambat,
perawat tetap perlu menyadari kemajuan yang dialami remaja dan bahkan membantu
remaja untuk melihat perbaikan yang telah dicapai, tidak saja dalam perilakunya tetapi
juga secara menyeluruh. Apabila kriteria keberhasilan ditulis secara jelas dengan
menggunakan istilah perubahan yang ingin dicapai, maka kriteria ini dapat dipakai
untuk mengukur efektifivitas intervensi keperawatan.

E. KESIMPULAN 
Asuhan keperawatan jiwa pada remaja memerlukan kepekaan dan ketrampilan khusus
perawat. Perawat perlu memahami setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan
remaja, tingkat ketrampilan kompetensi, serta pengetahuan tentang dampak konflik
yang tidak terselesaikan pada tahapan sebelumnya terhadap perkembangan dan
pertumbuhan remaja selanjutnya.
Pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan remaja
dilakukan secara sistematis dan menyeluruh dengan melibatkan tidak saja remaja, tetapi
juga orang tua dan orang lain yang berkepentingan. Proses keperawatan dapat
diterapkan pada tiap tatanan pelayanan kesehatan, baik yang bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
DAFTAR PUSTAKA 
Achir Yani, SH (1993). Child-Familiy Characteristics and Coping Patterns of Indomensian
Familiar With a mentally Reterded Child. Dissertation. Catholic University of America,
Washington DC.

Anda mungkin juga menyukai