Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN PENYAKIT POST OP KATARAK


DIRUANG CATTLEYA2 RSUD DR GONDO SUWARNO UNGARAN

Disusun Oleh :

NAMA : AULIA KAMILA


NPM : 2020181060
PRODI : D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN 2021
A.    DEFINISI
Katarak merupakan penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau
berwarna putih abu-abu dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein
pada lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami koagulasi pada lensa
(Corwin, 2009). Operasi katarak dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi dapat terjadi
dalam waktu beberapa hari setelah operasi hingga beberapa bulan setelah operasi. Insiden
komplikasi bervariasi, tergantung laporan dari tempat yang berbeda. Umumnya, komplikasi
ini membutuhkan tindakan bedah untuk memperbaiki salah satu efek samping tersering dari
operasi katarak adalah robeknya kapsul posterior (Simanjuntak, 2012).

Adanya komplikasi akan menimbulkan kecemasan pada pasien. Kecemasan merupakan


gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Kecemasan
berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Zuchra, 2012).
B. ETIOLOGI
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau baha n beracun
lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes)
dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-
obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol. 5. Katarak kongenital
yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
C.    MANIFESTASI KLINIS
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangg uan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasiln ya adalah
pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan- akan
melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek. 2. Gangguan penglihatan
bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah :
1. Sering berganti kaca mata
2. Penglihatan sering pada salah satu mata.

D.    KOMPLIKASI
1. Glaucoma

2. Uveitis

3. Kerusakan endotel kornea 4. Sumbatan pupil

5. Edema macula sistosoid 6. Endoftalmitis

7. Fistula luka operasi

8. Pelepasan koroid

9. Bleeding
E.     PATOFISIOLOGI

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan.
Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna,
nampak seperti kristal salju pada jendela.Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya
dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa
dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
F.     PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-
buahan yang banyak mengandung vit. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untu k
mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik mengg unakan
kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan katarak.
Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi
pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap si
sa fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan k apsula
posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada ek
strasi ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan len sa
melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk
memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang kecil yang kemudian
di aspirasi melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus. b. Ekstraksi
katarak intrakapsuler
-5%
TURUN HARGA
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan lensa di
angkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Ketika
cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe.
Lensa kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan intrakap suler sudah
jarang dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina bertanggung j awab
terhadap sepertiga kekuatan fokus mata. Koreksi optikal yang dapat dilakukan d iantaranya:
1. Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun pembesaran 25 % -
30 % menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer yang menyebabkan kes ulitan
dalam memahami relasi spasial, membuat benda-
benda nampak jauh lebih dekat dan mengubah garis lurus menjadi lengkung. memerlu kan
waktu penyesuaian yang lama sampai pasien dapat mengkoordinasikan gerakan,
memperkirakan jarak, dan berfungsi aman dengan medan pandang yang terbatas.
2. Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini memberikan re
habilitasi visual yang hampir sempurna bagi mereka yang mampu menguasai cara me
masang, melepaskan, dan merawat lensa kontak. Namun bagi lansia, perawatan lensa kontak
menjadi sulit, karena kebanyakan lansia mengalami kemunduran ketrampilan,
sehingga pasien memerlukan kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan len sa.
3. Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke dalam mata. Ma mpu
menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal, karena IOL mampu
menghilangkan efek optikal lensa apakia. Sekitar 95 % IOL di pasang di kamera post erior,
sisanya di kamera anterior. Lensa kamera anterior di pasang pada pasien yang m enjalani
ekstrasi intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa sengaja sel ama prosedur
ekstrakapsuler.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.  PENGKAJIAN
1.      Identitas pasien
a.       Nama:
b.      Umur:
c.       Alamat:
d.      Perkerjaan:
e.       Tanggal masuk:
f.       Status:
2.      Riwayat kesehatan
  Riwayat masuk. Berapa jam sesak sebelum masuk RS; Onset 12 jam
  Riwayat kesehatan saat ini keluhan pasien, seperti:
  Sesak
  Udema
  Nyeri dada
  Riwayat kesehatan keluarga: tanyakan pada angota keluarganya adakah anggota keluarganya
yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien saat ini. Serta riwayat penyakit lainnya
seperti:
  Darah tinggi
  Diabetes
  Penyakit jantung
  Riwayat kesehatan masa lalu: tanyakan pada pasien apakah pernah mengalami penyakit yang
sama dengan yang dialami saat ini atau penyakit lain seperti:
  Riwayat asma
  Diabetes
  Stroke
  Gastritis
  Alergi
3.      Pemeriksaan fisik
  Keadaan umum:
  Kesadaran:
4.      Pemeriksaan penunjang:
a.       Pemeriksaan Laboratorium

B.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d pembedahan
2. Resiko infeksi b.d pertahanan primer dan prosedur invasive (bedah pengangkatan
katarak)
3. Gangguan persepsi sensori / penglihatan b/d resepsi , transmisi / integrasi sensori

C. INTERVENSI
1. Nyeri akut b.d pembedahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan nyeri
berkurang     dengan Kh:
Noc :
Nyeri berkurang
TTV dalam batas normal
Skala nyeri 5
Nic
Kaji tingkat  skala nyeri pada pasien
Ajarkan relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri
Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan analgesik yang diresepkan.
Kolaborasikan dengan doker jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian obat,
jika nyeri disertai mual atau jika anda memperhatikan drainase pada pelindung mata.

2. Resiko infeksi b.d pertahanan primer dan prosedur invasive (bedah pengangkatan
katarak)
  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan tidak ada
tanda tanda infeksi dengan Kh:
   Noc
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 TTV dan Laboratorium Leukosit dalam batas normal
Luka kering menunjukkan penyembuhan
Nic
Observasi adanya tanda tanda infeksi
Ajarkan dan diskusikan tentang cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh atau
mengobati mata
 Beritahu libatkan keluarga teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam
keluar dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap usap, ganti balutan , dan masukan
lensa kontak bila menggunakan.
Kolaborasikan dengan tim medis tentang pemberian obat yang tepat

3. Gangguan persepsi sensori / penglihatan b/d resepsi , transmisi / integrasi sensori


  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan persepsi
sensori bagus dengan Kh
Noc
Mengkompensasi defisit sensori dengan memaksimalkan indra yang tidak rusak
Nic
Lakukan peningkatan komunikasi
Ajarkan keluarga manajemen lingkungan
Pantau status neurologis
  Kolaborasikan tim medis tentang terapi yang tepat

DAFTAR PUSTAKA
  Agustina. 2011. ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) pada Laki-Laki 54 Tahun Memiliki
  Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
  Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.Jakarta:EGC
  Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
  Kowalak, Welsh.2002. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
  Reeves, Charlene J., dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
  Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
  (http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=ST+Elevasi+Miokard+Infark+%28STEMI
%29+pada+Laki-Laki+54+Tahun+Memiliki+Kebiasaan++Minum+Alkohol, (diakses 24
Oktober 2012)
   (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22069/4/Chapter%20II.pdf), (diakses 24
Oktober 2012)
I Putu Juniartha Semara Putra

Anda mungkin juga menyukai