Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN KESEHATAN BAGI KLIEN


Dosen : Yelstria Ulina Tarigan.,S. Kep,Ners

Disusu Oleh:
Yessi:2019.C.11a.1071

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
puji syhukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat meneyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Pengantar Pendidikan Kesehatan Bagi Klien ini tepat pada waktunya.
adapun tujuan dari penulisan makalah ini ada adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Promosi Kesehatan Dan Pendidikan Kesehatan I. selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengantar
pendidikan kesehatan bagi klien bagi para pembaca dan juga bagi penulis.kami
menyadari,makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah......................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................
2.1 Pengertian Definisi Dari Promosi Kesehatan?...........................
2.2 Batasan Promosi Kesehatan?.....................................................
2.3 Apa Saja Promosi Kesehatan?....................................................
2.4 Apa Visi Dan Misi Promosi Kesehatan?....................................
2.5 Bagaimana Strategi Promosi Kesehatan?...................................
2.6 Siapa Sasaran Promosi Kesehatan?............................................
2.7 Bagaimana Ruang Lingkup Promosi Kesehatan?
2.8 Apa Saja Sub- Bidang Keilmuan Promosi Kesehatan?..............
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................
3.2 Tujuan........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang.
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan
persalinan. Salah satu tujuan nasional adalah memajukan
kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu
pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan
ketenteraman hidup.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh
masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama. Salah satu usaha
pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan
pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan cara melakukan
pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah tapi juga bisa
dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati
antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama,
politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Program pembangunan
kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai
masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan
kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan
untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan
antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan
negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan
kesehatan.
Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena
yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada
dinamikakependudukan.Kedua,Temuan.Ketiga,Tantangan globa lsebagai
akibat dari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi
dan transportasi.  Keempat, Perubahan lingkungan. 
Demokratisasi. Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta
semakin maju IPTEK dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit
telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang
mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat
merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang
bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang
dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk
mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada
pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang
kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari
polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman
yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku
masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat
proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko
terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi
aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses
yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan
kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to
increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan
akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang
pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan
melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.Untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu
atau kelompok harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya
untuk memenuhi kebutuhannya dan agar mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan
adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi
dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi
kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan
tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan
(WHO,1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan
mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor
kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur
dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah
suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang
baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Definisi dari Promosi Kesehatan?
2. Batasan Promosi Kesehatan?
3. Apa saja Promosi Kesehatan?
4. Apa Visi dan Misi Promosi Kesehatan?
5. Bagaimana Strategi Promosi Kesehatan?
6. Siapa sasaran Promosi Kesehatan?
7. Bagaimana Ruang Lingkup Promosi Kesehatan?
8. Apa Saja Sub- Bidang Keilmuan Promosi Kesehatan?

1.3 Tujuan

1. Menjeleskan Definisi dari Promosi Kesehatan


2. Menjelaskan Batasan Promosi Kesehatan
3. Menjelaskan Promosi Kesehatan
4. Menjelaskan Visi dan Misi Promosi Kesehatan
5. Menjelaskan Strategi Promosi Kesehatan
6. Menyebutkan sasaran Promosi Kesehatan
7. Menjelaskan Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
8. Menjelaskan Sub- Bidang Keilmuan Promosi Kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Promosi Kesehatan dan prilaku
Promosi Kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan
dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang
dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan. (Lawrence Green, 1984)
Menurut Piagam Ottawa (1986), Promosi Kesehatan adalah suatu proses
untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka. Promosi Kesehatan adalah Proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan
mereka (WHO,1984)Australian Health Foundation merumuskan batasan lain
pada promosi kesehatan sebagai berikut :“ Health promotion is programs are
design to bring about “change”within people, organization, communities, and
their environment ”. Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-
program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan),
baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan
lingkungannya. Soekidjo Notoatmojo (2005), Pertama promosi kesehatan
dalam konsep Level and Clark (4 tingkat pencegahan penyakit)
berarti peningkatan kesehatan. Kedua:…upaya memasarkan, menyebarluaskan,
memperkenalkan pesan-pesan kesehatan, atau upaya-upaya kesehatan sehingga
masyarakat menerima pesan-pesan tersebut.
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk
meningkatkan control dan peningkatan kesehatannya. WHO menekankan
bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan
memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan
meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai
pemberdayaan diri sendiri (Maulana,2009).

2.2 Batasan Promosi Kesehatan


Batasan promosi kesehatan adalah yang mencakup tentang:
1. Perubahan perilaku contohnya perilaku kesehatan masyarakat bisa
dinilai dari perilaku negatif berubah menjadi perilaku
positif,khususnya didalam kesehatan masyarakat itu sendiri.
2. Pembinaan perilaku,contohnya perilaku kesehatan yang sudah hidup
sehat dan baik,haru dibina agar dipertahankan perilaku baik dalam
menjaga kesehatannya.
3. Pengembangan perilaku contohnya membiasakan hidup sehat bai anak
anak.
2.3 Visi dan Misi Promosi kesehatan
1. Visi promosi kesehatan
Visi adalah impian, cita – cita atau harapan yang ingin dicapai oleh suatu
kegiatan atau program. Promosi kesehatan sebagai lembaga atau institusi
atau suatu program yang seyogianya mempunyai visi dan misi yang jelas.
Sebab dengan visi dan misi tersebut institusi atau program mempunyai
arah dan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, visi promosi
kesehatan (khususnya Indonesia) tidak terlepas dari visi pembangunan
kesehatan di Indonesia, seperti yang tercantum dalam Undang – Undang
Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009, yakni: “Meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya, sebagai investasi
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”.
Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di
Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi
pembangunan kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga promosi
kesehatan dapat dirumuskan : “Masyarakat mau dan mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatannya” (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
Adapun visi promosi kesehatan antara lain :
a. Mau (willigness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
b. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
c. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah
penyakit, melindungi diri dari gangguan – gangguan kesehatan.
d. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan
kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan karena derajat
kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat
dinamis tidak statis.
2.4 Misi promosi kesehatan

Untuk mewujudkan visi promosi kesehatan yakni masyarakat mau dan


mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya diperlukan upaya upaya.
Upaya – upaya untuk mewujudkan visi ini disebut misi promosi
kesehatan yaitu apa yang harus dilakukan untuk mencapai visi (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).Menurut (Ottawa Charter, 1984) secara umum misi
promosi kesehatan ini ada 3 hal antara lain :

A. Advokat (Advocate)
Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari
berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini
adalah meyakinkan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan
bahwa program kesehatan yang akan dijalankan tersebut penting. Oleh sebab
itu, perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
B. Menjembatani (Mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi mediator atau menjembatani
antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Dengan kata
lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitran di bidang pelayanan
kesehatan. Kemitraan adalah sangat penting sebab tanpa kemitraan niscaya
sektor kesehatan tidak mampu menangani masalah–masalah kesehatan yang
begitu kompleks dan luas (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
C. Memampukan (Enable)
Sesuai dengan visi promosi kesehatan mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama untuk
memampukan masyarakat. Hal ini berarti baik secara langsung atau melalui
tokoh – tokoh masyarakat, promosi kesehatan harus memberikan keterampilan
– keterampilan kepada masyarakat agar mereka mandiri di bidang kesehatan.
Telah kita sadari bersama bahwa kesehatan dipengaruhi banyak faktor luar
kesehatan seperti pendidikan, ekonomi, sosial dan sebagainya. Oleh sebab itu,
dalam rangka memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan, maka
keterampilan di bidang ekonomi (pertanian, peternakan, perkebunan),
pendidikan dan sosial lainnya perlu dikembangkan melalui promosi kesehatan
ini (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

2.5 Strategi promosi kesehatan


Untuk mewujudkan promosi kesehatan, diperlukan suatu strategi yang baik.
Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai apa yang diinginkan
dalam promosi kesehatan sebagai penunjang program – program kesehatan
yang lainnya seperti pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan,
status gizi masyarakat, pelayanan kesehatan dan lain sebagainya. Strategi ini
diperlukan dalam mewujudkan visi dan misi dari promosi kesehatan (Mubarak
dan Nurul, 2009).
Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara
global terdiri dari 3 hal yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi yaitu kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan
membuat keputusan dan penentu kebijakan dalam bidang kesehatan
maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap
masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu
atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi
kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan
atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan tingkat sehingga para
pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan.
Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan –
kebijakan yang dikeluarkan dalm bentuk undang – undang, peraturan
pemerintah, surat keputusan, surat instruksi dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam – macam bentuk, baik secara formal
atau informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan
seminar tentang issu atau usulan program yang ingin diharapkan dukungan
dari pejabat terkait. Kegiatan advokasi secara informal, misalnya
mengunjungi pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk
secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, dana atau
fasilitas lain. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa advokasi
adalah para pejabat baik eksekutif dan legislatif diberbagai tingkat dan
sektor yang terkait dengan masalah kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo,
2010).
2. Dukungan Sosial (Social Support)
Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan dari
berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat
antara lain berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang
mempunyai pengaruh di masyarakat serta unsur formal seperti petugas
kesehatan dan pejabat pemerintah (Mubarak dan Nurul, 2009).
Tujuan utamanya agar para tokoh masyarakat sebagai jembatan antara
sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masarakat
(penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial
melalui tokoh masyarakat pada dasarnya adalah mensosialisasikan
program – program kesehatan agar masyarakat menerima dan mau
berpartisipasi terhadap program tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga
dapat dikatakan sebagai upaya membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini anatara lian : pelatihan –
pelatihan tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh
masyarakat dan sebagainya. Dengan demikian sasaran utama dukungan
sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat
(Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
4. Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat secara langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah
mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk
kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan
anatara lain : penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi, pelatihan – pelatihan untuk
kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill).
Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak
terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan contohnya,
terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes
dan sebagainya. Kegiatan – kegiatan semacam ini di masyarakat sering
disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat
itu sendiri (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
Konferensi internasional promosi kesehatan di Ottawa Canada pada tahun
1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Dalam Piagam
Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan yang
mencakup 5 butir, yakni :
5. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Healthy Public Policy)
Suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau
pembuat kebijakan agar mereka mengeluarkan kebijakan – kebijakan
publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan kata lain,
agar kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat – surat
keputusan dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada
kesehatan publik. Misalnya, ada peraturan atau undang – undang yang
mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik,
perusahaan rumah sakit dan sebagainya. Setiap kebijakan yang
dikeluarkan oleh pejabat publik harus memperhatikan dampaknya terhadap
lingkungan kesehatan masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
6. Lingkungan yang Mendukung (Supporting Environment)
Hendaknya setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat harus
memperhatikan dampak pada lingkungan sekitar agar mempermudah
promosi kesehatan. Lingkungan yang dimaksud di sini bukan saja
lingkungan fisik, tetapi lingkungan non – fisik yang kondusif terhadap
kesehatan masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009).
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum termasuk
pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana – prasarana atau
fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat atau
sekurang – kurangnya pengunjung tempat – tempat umum tersebut.
Lingkungan yang mendukung bagi kesehatan tempat – tempat umum
antara lain : tersedianya tempat sampah, buang air besar atau kecil, air
bersih, ruangan bagi perokok dan non perokok serta lain sebagainya. Jadi,
para pengelola tempat – tampat umum seperti pasar, terminal, stasiun
kereta api, bandara, pelabuhan, mall harus menyediakan sarana – sarana
untuk mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya. (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
7. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Helath Service)
Pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa dalam pelayanan
kesehatan itu ada provider dan customer. Penyelenggara (penyedia)
pelayanan kesehatan adalah pemerintah, sedangkan swasta dan masyarakat
adalah pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman
semacam ini harus diubah dan dioreintasikan bahwa masyarakat bukan
hanya sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi
sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah
ataupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat
agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan
kesehatan tetapi sekaligus sebagai penyelenggra kesehatan masyarakat.
Dalam mereorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan
sangatlah penting (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
8. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Diharapkan tiap – tiap individu yang berada di masyarakat mempunyai
pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam memelihara kesehatannya,
mengenai penyebab penyakit, mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya dan mampu mencari pengobatan yang layak jika mereka
atau anak – anak mereka sedang sakit (Mubarak dan Nurul, 2009).
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu,
keluarga dan kelompok – kelompok. Jadi, kesehatan masyarakat akan
terwujud apabila kesehatan individu, keluarga serta kelompok dapat
terwujud. Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu (personnel
skill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat
penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelhara
dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman –
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara – cara memelihara
kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke
fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan dan sebagainya.
Metode dan tekhnik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual
daripada massa (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
9. Gerakan Masyarakat (Community Action)
Mendukung perwujudan masyarakat yang mau, mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan
ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan
– kegiatan untuk kesehatan. Oleh sebab itu, promosi kesehatan harus
mendorong serta memacu kegiatan – kegiatan di masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di
bidang kesehatan, niscaya terwujud perilaku yang kondusif untuk
kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatan mereka (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

2.6 sasaran promosi kesehatan


Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi
dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :
1 Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan
menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil
dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya.
Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat
(empowerment).
2 Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki
kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan,
dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat
tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan
promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh
masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan
pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk
masyarakat sekitarnya.
3 Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan
adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan
(policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar
kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok
tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran
sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi
advokasi (advocacy).
3 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
2.7 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai
berikut :
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education)
yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui
peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
2.  Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing),
yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3.  Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan
informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang
penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan,
yaitu upaya untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar
mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui
upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-
lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
6.  Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat
(community organization), pengembangan masyarakat (community
development), penggerakan masyarakat (social mobilization),
pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof. Dr. Soekidjo
Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari dimensi
aspek pelayanan kesehatan, dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan
promosi kesehatan dan dimensi tingkat pelayanan.
1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup empat aspek
pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
a. Pelayanan promotif (peningkatan kesehatan) dan preventif
(pencegahan), adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat yang
sehat, agar kelompok itu tetap sehat bahkan meningkat status
kesehatannya.
b. Pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitative (pemulihan
kesehatan), adalah pelayanan kelompok masyarakat yang sakit, agar
kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya.
2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
a.  Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga merupakan tempat dasar berkembangnya perilaku manusia.
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan di keluarga sasaran utamanya
adalah orang tua (ibu), dimana ibu merupakan seseorang yang
memberikan perilaku sehat kepada anak-anaknya sejak lahir 
b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
Sasaran promosi kesehatan di sekolah adalah guru, karena guru
merupakan pengganti orang tua pada waktu di sekolah. Sekolah
merupakan tempat utuk memberikan perilaku kesehatan kepada anak.
Sekolah dan lingkungan sekolah yang sehat sangat tepat untuk
berperilaku sehat bagi anak
c. Promosi kesehatan ditempat kerja.
Sasaran promosi kesehatan adalah karyawan, yang berperan sebagai
promotor kesehatan adalah pemimpin perusahaan dan sektor kesehatan.
Salah satunya dengan memberikan fasilitas tempat kesehatan yang baik
bagi prilaku sehat karyawan atau pekerjanya.
d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum
Di tempat-tempat umum (seperti pasar, terminal bus, stasiun) perlu
dilaksanakan promosi kesehatan, yaitu dengan cara menyediakan fasilitas
yang dapat mendukung perilaku sehat pengunjungnya, bisa dengan
memberikan poster dan selebaran mengenai cara-cara menjaga
kebersihan.
e. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
Tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas,
poliklinik, dsb, merupakan tempat yang strategis untuk melakukan
pelayanan kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan ini dapat dilakukan
secara individual oleh para petugas kesehatan kepada pasien atau
keluarga yang ada di tempat pelayanan kesehatan tersebut.
3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari
Leavel and Clark.
a. Promosi kesehatan ( health promotion)
Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam
peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti
penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah,
kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi, sex education, persiapan
memasuki kehidupan pra nikah dan persiapan menopause. Usaha ini
merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.
Beberapa usaha di antaranya :
1) Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya.
2) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan,seperti : penyediaan air rumah
tangga yang baik,perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air
limbah dan sebagainya.
3) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
4) Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang
baik.
b. Perlindungan khusus (specific protection)
Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus,
pendidikan kesehatan. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya
imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun anak-
anaknya masih rendah. Selain itu pendidikan kesehatan diperlukan sebagai
pencegahan terjadinya kecelakaan baik ditempat-tempat umum maupun tempat
kerja. Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS,
penggunaan sarung tangan dan masker saat bekerja sebagai tenaga kesehatan.
Beberapa usaha lain di antaranya :
1) Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu.
2) Isolasi penderitaan penyakit menular .
3) Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun
di tempat kerja.
4) ]Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatmen
5) Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit
yang terjadi di masyarakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau
tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini dapat menyebabkan
masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatn yang layak. Oleh
sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam tahap ini.
Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara
mendeteksi dini penyakit kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui
kelainan maka segera dilakukan pemeriksaan diagnostic untuk
memastikan diagnosa seperti pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi
atau kolposcopy. Tujuan utama dari usaha ini adalah :
6) Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
7) Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
8) Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.
4. Beberapa usaha deteksi dini di antaranya :
a) Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam pemeriksaan :
misalnya pemeriksaan darah,roentgent paru-paru dan sebagainya serta
segera memberikan pengobatan.
b)  Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita
penyakit yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular
(contact person) untuk diawasi agar derita penyakitnya timbul dapat
segera diberikan pengobatan dan tindakan-tindakan lain yang perlu
misalnya isolasi,desinfeksi dan sebagainya.
c)  Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal
gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan.
Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tindaknya usaha
pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta
keahlian tenaga kesehatannya,melainkan juga tergantung pada kapan
pengobatan itu diberikan.
5. Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan :
Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit,bahkan mungkin tidak dapat
sembuh lagi misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat.
a)  Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
b)  Penderitaan sakit menjadi lebih lama.
c) Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar
d) Pembatasan cacat (disability limitation)
e) Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan
pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang
yang bersangkutan cacat atau ketidak mampuan. Oleh karena itu,
pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini. Penanganan secara
tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi menjegah terjadinya
infertilitas.
f) Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang
menjadi cacat, untuk memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang
diperlukan latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengetian dan
kesadaran orang tersebut, ia tidak akan segan melakukan latihan-latihan
yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari
penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering
terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota
masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan
diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu
pendidikan kesehatan pada  masyarakat. Pusat-pusat rehabilitasi bagi
korban kekerasan, rehabilitasi PSK, dan korban narkoba. Rehabilitasi ini
terdiri atas :
g) Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-
maksimalnya. Misalnya,seseorang yang karena kecelakaan,patah kakinya
perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah ini sama dengan kaki
yang sesungguhnya.
h)  Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan
terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan
mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan
kejiwaan sebelumm kembali ke dalam masyarakat.
i)  Rehabilitasi sosial vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai
dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
j)  Rehabilitasi aesthesis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan
rasa keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu
sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya : penggunaan mata palsu.
2.8 Sub Bidang Keilmuan Promosi Kesehatan
1. Komunikasi
2. Dinamika Kelompok
3. PPM
4. PKMD
5. Pemasaran Sosial
6. Pengembangan Organisasi
7. Pendidikan dan Pelatihan
8. Pengembangan Media
9. Perencanaan dan Evaluasi Promosi Kesehatan
10. Antropologi Kesehatan
11. Sosiologi Kesehatan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif
dan efisien, maka diperlukan cara dan pendekatan yang strategis yaitu strategi
promosi kesehatan.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai
perawat dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam rangka
memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat , dan dengan promosi kesehatan yaitu melalui penyuluhan
kesehatan atau pendidikan kesehatan kita sebagai perawat dapat mencegah
berbagai penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Astiti, Dwi.(2012).Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Andessi.(2012).Makalah Promkes. 

Dian.Husada.(2012).Ruang Lingkup Promosi Kesehatan. 

Feyzar.(2013).Konsep Dasar Promosi Kesehatan.

Effendy,nasrul.1998.Dasar – Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Maulana, Herry.( 2007 ). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

Mubarak. Nurul. Khoirul. Supradi. 2007. Proomosi kesehatan. Graha Ilmu.


Yogyakarta

Notoatmodjo, Soekidjo.( 2003 ). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan.Jakarta :


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo.(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta :


Rineka Cipta.

Ode.(2012).Promosi Kesehatan.
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA, STRESS
DAN POLA MAKAN DENGAN TINGKAT HIPERTENSI
PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA KELURAHAN GEBANG
PUTIH KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

Kiki Mellisa Andria


Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airla-ngga Surabaya
e-mail: kikimelisa65@yahoo.com

Abstrak:

Pada lansia akan terjadi berbagai kemunduran organ tubuh, oleh sebab itu lansia
mudah sekali terkena penyakit seperti hipertensi. Hipertensi yang sering terjadi
pada lansia adalah hipertensi sitolik yaitu jika tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan
tekanan diastolik < 90 mmHg. Penelitian analitik ini menggunakan rancangan
cross sectional. Populasinya adalah 144 lansia dengan mengambil sampel secara
simple random sampling sehingga didapat sampel sejumlah 107 lansia. Variabel
bebas adalah perilaku olahraga, stres dan pola makan sedangkan variabel
tergantung adalah tingkat hipertensi pada lansia. Hasil penelitian menunjukkan
jumlah lansia yang menderita hipertensi dengan tingkat olahraga yang kurang
sebesar 45,79%, dan kurang kebal terhadap stres sebesar 39,25%. Lansia sebagian
besar mengonsumsi makanan yang menyebabkan hipertensi seperti garam, gula,
serta makanan yang mengandung lemak. Pengujian dengan uji Chie-square
menunjukkan perilaku olahraga dan stres mempunyai hubungan bermakna dengan
terjadinya hipertensi pada lansia, diperoleh p = 0,000 (p < 0,05) untuk perilaku
olahraga dan p = 0,047 (p < 0,05) untuk perilaku stres. Kesimpulannya adalah ada
hubungan antara perilaku olahraga dan stres dengan tingkat hipertensi pada lansia
di posyandu lansia kelurahan Gebang Putih kecamatan Sukolilo kota Surabaya.
Partisipasi aktif masyarakat meliputi kader dan keluarga diharapkan menentukan
keberhasilan program posyandu lansia.

Kata kunci: olahraga, stres, diet, kemunduran pada organ tubuh, oleh
tingkat hipertensi lanjut usia sebab itu para lansia mudah sekali
terkena penyakit seperti hipertensi.
PENDAHULUAN Hipertensi atau penyakit “darah tinggi”
Semakin bertambah umur seseorang merupakan kondisi ketika seseorang
semakin banyak pula penyakit yang mengalami kenaikan tekanan darah
muncul dan sering diderita khususnya baik secara lambat atau mendadak.
pada lansia atau lanjut usia. Pada usia Diagnosis hipertensi ditegakkan jika
lanjut akan terjadi berbagai tekanan darah sistol seseorang menetap
pada 140 mmHg atau lebih. Nilai jika tidak ditangani sedini mungkin
tekanan darah yang paling ideal adalah akan berkembang dan menimbulkan
115/75 mmHg (Agoes , 2011). 112 komplikasi yang berbahaya seperti
Jurnal Promkes, Vol. 1, No. 2 terjadinya penyakit jantung, gagal
Desember 2013: 111–117 Data WHO jantung kongestif, stroke, gangguan
tahun 2000 menunjukkan, di seluruh penglihatan, dan penyakit ginjal.
dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% Hipertensi dapat dicegah dengan
penghuni bumi mengidap hipertensi menghindari faktor penyebab
dengan perbandingan 26,6% pria dan terjadinya hipertensi dengan
26,1% wanita. Angka ini kemungkinan pengaturan pola makan, gaya hidup
akan meningkat menjadi 29,2% di yang benar, hindari kopi, merokok dan
tahun 2025. Dari 972 juta pengidap alkohol, mengurangi konsumsi garam
hipertensi, 333 juta berada di negara yang berlebihan dan aktivitas yang
maju dan 639 sisanya berada di negara cukup seperti olahraga yang teratur
sedang berkembang, termasuk (Dalimartha, 2008). Studi ini
Indonesia (Suhadak, 2010). Angka menganalisis hubungan antara perilaku
kejadian hipertensi pada lansia di olahraga, stres dan pola makan dengan
Indonesia dari hasil survei kesehatan tingkat hipertensi pada lanjut usia di
rumah tangga tahun 1995 di Jakarta, posyandu lansia kelurahan Gebang
menunjukkan tekanan darah tinggi Putih kecamatan Sukolilo kota
cukup tinggi yaitu 83 per 1000 anggota Surabaya. METODE Penelitian yang
rumah tangga. Di Poli Geriatri RSU dilaksanakan tergolong penelitian
Dr. Soetomo pada tahun 2005 jumlah analitik dengan menggunakan
kasus hipertensi pada lansia sebanyak pendekatan kuantitatif. Populasi dalam
55,9%. Banyak faktor yang berperan studi ini adalah para lansia di dua
untuk terjadinya hipertensi meliputi posyandu lansia dengan besar populasi
risiko yang tidak dapat dikendalikan 144 lansia dan menggunakan
(mayor) dan faktor risiko yang dapat rancangan cross sectional. Cara
dikendalikan (minor). Faktor risiko pengambilan sampel dengan cara
yang tidak dapat dikendalikan (mayor) Simple Random Sampling sehingga
seperti keturunan, jenis kelamin, ras didapatkan sampel sejumlah 107 lansia.
dan usia. Sedangkan faktor risiko yang Lokasi yang diambil dalam studi ini
dapat dikendalikan (minor) yaitu adalah di posyandu lansia kelurahan
obesitas, kurang olah raga atau Gebang Putih kecamatan Sukolilo kota
aktivitas, merokok, minum kopi, Surabaya dan waktu penelitian yaitu
sensitivitas natrium, kadar kalium bulan September 2012 sampai Juni
rendah, alkoholisme, stress, pekerjaan, 2013. Teknik pengumpulan data
pendidikan dan pola makan (Suhadak, menggunakan data primer yang
2010). Penyakit hipertensi akan diperoleh peneliti melalui wawancara
menjadi masalah yang serius, karena langsung dengan responden dengan
menggunakan beberapa alat bantu kangkung, daun singkong dan kacang
antara lain kuesioner, tensimeter, food panjang. Buah paling banyak adalah
frequency quesionaire, alat ukur pisang dan pepaya. Susu paling banyak
kekebalan stress. Data sekunder adalah susu bubuk. Jajanan paling
diperoleh dari buku KMS lansia di banyak adalah kerupuk, gorengan, ubi
posyandu lansia kelurahan Gebang rebus dan biskuit kemudian yang
Putih kecamatan Sukolilo kota terakhir untuk jenis lainnya paling
Surabaya. Data hasil wawancara diolah banyak adalah garam, gula dan sirup.
dengan menggunakan komputer Hubungan antara tingkat olahraga
dengan uji statistik . HASIL Kelurahan dengan tingkat hipertensi pada lansia di
Gebang Putih mempunyai posyandu posyandu lansia Hasil studi
lansia sebanyak tiga posyandu yaitu menunjukkan bahwa sebagian besar
Posyandu Dewanata 1 terletak di RW 3 lansia menderita hipertensi dan
Asempayun, posyandu Dewanata 2 berolahraga kurang dengan jumlah
terletak di RW 1 dan 2 Gebang dan sebesar 45 lansia. Hasil analisis
posyandu Arrohim terletak di RW 4 berikutnya berdasarkan uji Chi-square
Kejawen. Karakteristik responen dengan tingkat signifikasi 5% terdapat
berdasarkan umur, jenis kelamin, hubungan antara variabel independent
pekerjaan, status dalam keluarga dan dependent dengan n = 107
Berdasarkan hasil penelitian dapat didapatkan X2 = 21,101 dan p value =
disimpulan bahwa sebagian besar 0,000 di mana p < 0,05. Sehingga dapat
lansia hipertensi yaitu sebesar 54,2% disimpulkan Hi diterima yang artinya
dan sebagian kecil prahipertensi yaitu ada hubungan antara perilaku olahraga
22,42%. Untuk distribusi olahraga dengan tingkat hipertensi pada lansia di
paling banyak berolahraga kurang yaitu posyandu. Hasil studi pada Tabel 6
68,22% dan paling sedikit berolahraga menunjukkan bahwa sebagian besar
sedang sebanyak 0,93%. Distribusi lansia menderita hipertensi kurang
stres paling banyak kurang kebal kebal terhadap stres dengan jumlah
terhadap stress yaitu 63,55% dan paling sebesar 42 lansia. Hasil analisis
sedikit kebal terhadap stress yaitu berikutnya berdasarkan uji Chi-square
36,44%. Berdasarkan hasil penelitian dengan tingkat signifikasi 5% terdapat
dapat disimpulkan bahwa pola makan hubungan antara variabel independent
yang sering dikonsumsi harian oleh dan dependent dengan n = 107
lansia untuk jenis Kiki Mellisa Andria, didapatkan X2 = 6,104 dan p value =
Hubungan antara Perilaku Olahraga, 0,047 di mana p < 0,05. Sehingga dapat
Stress… 113 makanan pokok adalah disimpulkan Hi diterima yang artinya
nasi dan jagung. Lauk pauk paling ada hubungan antara perilaku stres
banyak adalah tahu, tempe, telur, ayam, dengan tingkat hipertensi pada lansia di
ikan laut, ikan teri/asin dan ikan tawar. Posyandu. PEMBAHASAN Tingkat
Sayuran paling banyak adalah bayam, hipertensi Banyak faktor yang berperan
untuk terjadinya hipertensi meliputi
risiko yang tidak dapat dikendalikan
(mayor) dan faktor risiko yang dapat
dikendalikan (minor). Faktor risiko
yang tidak dapat dikendalikan (mayor)
seperti keturunan, jenis kelamin, ras
dan usia. Sedangkan faktor risiko yang
dapat dikendalikan (minor) yaitu
obesitas, kurang olah raga atau
aktivitas, merokok, minum kopi,
sensitivitas natrium, kadar kalium

Anda mungkin juga menyukai