Anda di halaman 1dari 73

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Kamis, 03 Maret 2011


Tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi dan mulut

 PENDAHULUAN

                                                            BAB 1                                                             

1.1         Latar Belakang

Pengetahuan adalah  merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang mengadakan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan

yang terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2003:121). 

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa

dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Upaya kesehatan gigi perlu di tinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran

masyarakat dan penanaganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Dalam hal ini

contohnya anak SD yang masih belum banyak memiliki pengetahuan yang luas terutama tentang

kesehatan gigi dan mulut. Usaha pemerintah dalam membangun kesehatan tentunya

membutuhkan orang-orang yang dapat memberikan penjelasan mengenai kesehatan gigi dan

aturan yang ada dalam bidang kesehatan, terutama kesehatan gigi (Kesehatan Gigi dan Mulut.

2010). 

1
Kesehatan gigi adalah bagian integral dari kesehatan umum, sehingga perlu bagi kesehatan gigi
untuk senantiasa meningkatkan kemampuan sesuai dengan perkembangan kesehatan pada
umumnya. Penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah
satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut (Notoatmodjo
cit Fankari, 2004). Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya
pemeliharaan gigi dan mulut. Anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal
menjaga kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan anak mengenai kesehatan
gigi dibanding orang dewasa. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk dan
salah satu faktor yang dapat merusak gigi adalah makanan dan minuman , yang mana ada yang
menyehatkan gigi dan ada pula yang merusak gigi (Kesehatan Gigi dan Mulut, 1989: 132).
Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang
membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies (Penyebab dan Gejala
Timbulnya Karies Gigi. 2010). Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota
tubuh lainnya, sehingga dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Pentingnya perawatan gigi
dan mulut serta menjaga kebersihannya karena mulut bukan sekedar pintu masuknya makanan
dan minuman saja, tetapi mulut juga bisa menjadi pintu masuknya mikroorganisme yang dapat
menyebabkan kerusakan pada gigi.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap tingkat pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan

mulut terdapat 76,2% anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8-10 anak)

mengalami gigi berlubang. Pada angka nasional untuk karies gigi usia 12 tahun mencapai

76,62%. Dan berdasarkan hasil survei sementara tentang tingkat pengetahuan anak tentang

kesehatan gigi dan mulut di SDN Tanjung Riu Kecematan Kurun Kabupaten Gunung Mas,

bahwa dari 30 siswa  ada banyak siswa yang kurang tahu tentang pentingnya kesehatan gigi dan

mulut salah satu contohnya ada 18 siswa yang mengalami gigi berlubang,3 siswa yang memiliki

gigi ompong, 6 siswa yang memiliki karang gigi dan 3 siswa yang hanya memiliki gigi yang

bersih dan sehat. Hal ini jelas menandakan adanya permasalahan yang cukup laten yaitu

minimnya kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut di masyarakat terutama

di SDN Tanjung Riu Kecematan Kurun Kabupaten Gunung Mas (Buku induk siswa yang ada di

SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas).

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama

pada anak usia sekolah perlu mendapat perhatian khusus karena pada usia ini anak sedang

menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap
perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Penyebab timbulnya masalah kesehatan

gigi dan mulut pada anak salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan

kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya

pemeliharaan gigi dan mulut. Berdasarkan dari uraian diatas maka peneliti akan meneliti

bagaimana tingkat pengetahuan siswa kelas III, IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecematan

Kurun Kabupaten Gunung Mas tentang kesehatan gigi dan mulut.

1.1         Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana tingkat pengetahuan tentang

kesehatan gigi dan mulut pada anak kelas III, IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun

Kabupaten Gunung Mas?

1.2         Tujuan

1.2.1   Tujuan Umum

Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut pada

anak kelas III, IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas.

1.2.2   Tujuan Khusus

1.        Mengidentifikasi pengetahuan tentang pengertian kesehatan gigi dan mulut.

2.        Mengidentifikasi pengetahuan tentang cara menyikat gigi.

3.        Mengidentifikasi pengetahuan tentang menjaga gigi agar sehat.

4.        Mengidentifikasi pengetahuan tentang makanan yang dapat merusak gigi.

5.        Mengidentifikasi pengetahuan tentang pencegahan gigi berlubang dan gusi berdarah.

6.        Mengidentifikasi pengetahuan tentang akibat tidak merawat gigi dan mulut.

1.3         Manfaat Penelitian


1.3.1   Bagi Siswa Sekolah Dasar

Memberikan imformasi kepada siswa dan menambah tingkat pengetahuan siswa tersebut

tentang kesehatan gigi dan mulut. Sehingga siswa sendiri menyadari akan pentingnya kesehatan

gigi dan mulut dan mengubah berbagai perilaku yang kurang baik.

1.3.2   Bagi Tempat Penelitian

Memberikan imformasi kepada guru, siswa bersangkutan dan pihak terkait mengenai

kesehatan gigi dan mulut sehingga perlu ditingkatkan lagi kegiatan UKS yang ada di SDN

Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas.

1.3.3   Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan dan diharapkan dapat membantu

meningkatkan mutu pelayanan yang ada di Tanjung Riu serta ikut berperan aktif dalam

meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi dan mulut dan sebagai bahan untuk

memperkuat teori tentang kesehatan gigi dan mulut sehingga perlu diperhatikan lagi.

1.4.4 Bagi Stikes Eka Harap

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan tambahan materi bacaan khususnya yang

berkenaan dengan bidang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, dan dapat digunakan sebagai

bahan pertandingan jika suatu saat dilakukan penelitian tentang hal yang sama, serta menambah

wawasan dan pengetahuan bagi para pembacanya.

1.3.4   Bagi Peneliti/Mahasiswa

Dengan adanya penelitian ini dapat digunakan untuk mempraktekkan ilmu yang diperoleh

selama mengikuti kuliah dengan keadaan sesungguhnya dilapangan.


BAB 3                                                                                                                                    

METODE PENELITIAN

3.1         Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang di gunakan dalam melakukan

prosedur penelitian (Alimul Aziz, 2008: 25).

Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-peristiwa

penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih

menekankan pada data factual daripada penyimpulan (Nursalam, 2008 : 80).

Desain penelitian deskfriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk membuat gambaran atau deskripisi tentang suatu keadaan secara objektif

(Notoatmodjo, 2002 : 138).

Dalam penelitian ini rancang bangun yang dipakai adalah deskriptif. Dalam penelitian ini

akan menggambarkan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut pada anak kelas III,

IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas.

3.2         Kerangka Kerja

27
Kerangka kerja merupakan tahap yang penting dalam suatu penelitian yaitu menyusun kerangka
konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk
suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel baik variable yang diteliti maupun yang
tidak diteliti (Nursalam, 2009:55).
Populasi
Seluruh anak SD kelas III, IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung
Mas

Sampel anak SD sebanyak 30 orang


Teknik sampling dengan nonprobability sampling
Pengumpulan Data menggunakan wawancara dengan  kuisioner

Data ditabulasi
Analisis data secara deskriptif
Penyajian data
Simpulan dan saran
 

Gambar 3.1     Kerangka Kerja Penelitian Tingkat Pengetahuan anak SD tentang kesehatan Gigi dan Mulut.
3.3     Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel  merupakan bagian penelitian dengan cara menentukan variabel-

variabel yang ada dalam penelitian seperti variabel independen, dependen, moderator, control,

dan intervening (Hidayat, 2008 : 34)


Variabel  independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya

variabel terikat (dependen). Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas

dalam memengaruhi variabel lain (Hidayat, 2008:35).

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu pengetahuan tentang kesehatan gigi

dan mulut.

3.4     Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu

yang didefinisikan tersebut (Nursalam 2009:101).

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan

karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan

oleh parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan

cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya.

Tabel 3.1    Definisi Operasional Tingkat pengetahuan anak SD tentang kesehatan gigi dan mulut
Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Tingkat Adalah -      Pengertian Wawancar Ordina Baik:              Nilai = 76-
pengetahua kemampua kesehatan a l 100%  
n tentang n siswa gigi dan Kuesioner Cukup:            Nilai =
kesehatan untuk mulut 56-75%
gigi dan mengingat -      Cara Kurang:                   
mulut dan menyikat Nilai = ≤55%
memahami gigi
materi gigi -     
yang sehat Bagaimana
dan mulut menjaga
yang sehat gigi agar
tetap sehat
-      Makanan
yang dapat
merusak
gigi
-     
Pencegaha
n gigi
berlubang
-      Akibat
dari tidak
merawat
gigi

3.5         Populasi, Sampel dan Sampling

3.5.1  Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam, 2009:89). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa

kelas III, IV, danV di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas.

1.        Populasi Target

       Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling yang akan menjadi sasaran

akhir penelitian. Pada penelitian ini populasi target yaitu anak SD kelas III, IV, dan V.

2.    Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan biasanya dapat

dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya. Pada penelitian ini populasi terjangkau yaitu semua
siswa kelas III, IV, dan V yang berjumlah 30 orang yang diharapkan dapat mewakili semua

siswa yang ada di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas.

3.5.2   Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan

nonprobability sampling ( Nursalam, 2009: 94).

Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sejumlah  30 siswa (total sampel)

yang data diperoleh dari buku induk siswa kelas III, IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecamatan

Kurun Kabupaten Gunung Mas dan sesuai dengan standar target sampel yang diinginkan

sehingga tidak perlu menggunakan rumus untuk menghitung besarnya sampel.

3.5.3  Sampling

Sampling adalah cara atau teknik untuk menentukan sampel (Wasis 2008:47).

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi.

Sample diambil menggunakan teknik ‘nonprobability sampling’  tertentu untuk bisa memenuhi

atau mewakili populasi dengan cara accidental sampling (consecutive sampling), yaitu pemilihan

sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam

penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi

(Nursalam 2009:94).

3.5.4   Kriteria Sampel

1.    Kriteria inklusi

       Adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan

akan diteliti (Nursalam, 2009: 92). Dalam penelitian ini kriteria inklusinya, yaitu :
1).   Anak SD kelas III, IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas

yang bersedia untuk diteliti dengan menandatangani surat persetujuan peserta penelitian.

2).   Tidak ada kelainan jiwa

3).   Tidak buta huruf atau bisa membaca

2.    Kriteria eksklusi

 Adalah menghilangkan/ mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi

karena berbagai sebab (Nursalam, 2009: 92).  Dalam penelitian ini kriteria eklusinya, yaitu :

1).   Tidak bersedia untuk diteliti

2).   Anak yang tidak kooperatif

3.6     Pengumpulan Data dan Analisa Data

3.6.1  Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung

Mas.

3.6.2  Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Juni sampai Juli 2010.

3.6.3   Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data. Sebelum

melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat

hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data tersebut antara lain dapat berupa kuesioner/angket,

observasi, wawancara atau gabungan ketiganya (Hidayat, 2008 : 36).

Dalam penelitian ini digunakan alat ukur berupa angket/kuesioner yang merupakan alat

ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Alat ukur ini digunakan bila

responden jumlahnya besar dan tidak buta huruf (Hidayat, 2008 : 36). Bila subjek buta huruf,
lanjut usia, dan sebjek kesulitan membaca yang lain, pertanyaan dapat diajukan secara langsung

kepada subjek atau disampaikan secara lisan oleh peneliti dari pertanyaan yang sudah tertulis

(Nursalam, 2008 : 109).

Jenis data yang dikumpulkan adalah :

3.6.1.1  Data Primer

Data primer yaitu data yang dikumpulkan melalui wawancara atau interview dan

menggunakan kuesioner kepada siswa kelas III, IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecamatan

Kurun Kabupaten Gunung Mas.

3.6.1.2  Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapat dari Pihak Sekolah SDN Tanjung Riu Kecamatan

Kurun Kabupaten Gunung Mas tentang jumlah siswa kelas III, IV, dan V.

3.6.4  Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan pengolaan data sebagai berikut :

1. Pemberian kode (Coding) adalah cara mengkode responden, pertanyaan – pertanyaan dan    

segala hal yang dianggap perlu.

2. Scoring adalah menentukan skor/nilai untuk setiap item pertanyaan, tentukan nilai terendah dan

tertinggi, tetapkan jumlah kuesioner dan bobot masing – masing kuesioner

3.  Tabulasi data

     Tabulasi adalah proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel pada tahap ini data dianggap

telah selesai diproses sehingga harus segera disusun kedalam suatu format yang telah dirancang.

4.  Analisis data


     Analisis pemberian skor dengan menggunakan skala ordinal, dimana jika responden memilih

jawaban benar diberi nilai 1, sedangkan jika jawaban responden salah diberi nilai 0. Setelah

jawaban terkumpul kemudian dinilai, dianalisa dan diprosentase dengan rumus :

                                      

Keterangan:  N  : Nilai Pengetahuan

Sm: Skor tertinggi maksimum                      

Sp : Skor yang didapat

Selanjutnya prosentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan

sebagai berikut :

I.          Nilai = 76-100% jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori baik.

II.       Nilai = 56-75% jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori cukup.

III.    Nilai = ≤ 55% jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori kurang.

3.7 Keterbatasan
Keterbatasan yang akan dijumpai peneliti selama proses pengumpulan data sangat

bervariasi, yang menjadi keterbatasan peneliti adalah:

3.7.1        Masalah Pada Subjek

3.7.1.1  Keterbatasan jumlah subjek

Peneliti mungkin menemui hambatan karena jumlah subjek yang tersedia atau mereka

menolak untuk menjadi peserta.

3.7.1.2  Subjek mortality

Subjek setuju untuk menjadi responden, akan tetapi salah dalam pengisian ataupun tidak

lengkap, ataupun subjek tidak ada ditempat pada waktu wawancara, atau tidak mengembalikan

daftar isian dari kuisioner atau terganggu kesehatannya sehingga dkeluarkan dari penelitian.

3.7.1.3  Subjek sebagai objek


Peneliti pada tahap pengumpulan data ini mungkin bersikap kurang sopan ataupun

menakut-nakuti sehingga isian atau jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan kehendak

responden.

3.7.1.4  Pengaruh dari luar

Semua jawaban dari subjek dipengaruhi oleh orang disekitarnya.

3.7.2  Masalah Pada Peneliti

3.7.2.1 Interaksi

Peneliti kurang dapat melakukan interaksi dengan baik kepada subjek, sehingga informasi

yang diterima dari subjek kurang akurat

3.7.2.2 Kurangnya ketrampilan

Kurangnya ketrampilan ataupun pengalaman dalam pengumpulan data berdampak

terhadap data yang dikumpulkan.

3.8         Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapat rekomendasi dari pembimbing dan

permintaan izin kepada Ka. Prodi DIII Keperawatan STIKES EKA HARAP untuk melakukan

penelitian di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas. Setelah

mendapatkan persetujuan, barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang

meliputi:

3.8.1  Informed Consent ( Lembar Persetujuan )

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan

dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden.

3.8.2  Anonimity (tanpa nama)


Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar

pengumpulan data, cukup dengan memberi nomer pada masing-masing lembar tersebut.

3.8.1   Confidentiality (kerahasiaan)

 Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti hanya kelompok data tertentu saja yang akan

disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB 5                                                                                                                  KESIMPULAN

DAN SARAN

5.1         Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai tingkat pengetahuan

tentang kesehatan gigi dan mulut di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung

Mas maka dapat penulis simpulkan bahwa:

5.1.1   Data Umum

Data umum adalah data responden berdasarkan kelas bahwa dari 30 responden, 11

responden (37%) kelas V, 9 responden (30%) kelas IV, dan 10 responden (33%) yang kelas III.

Berdasarkan usia bahwa dari 30 responden, 26 responden (87%) berusia 8-10 tahun , dan 4

responden (13%)  berusia 11–12 tahun. Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan banyaknya

siswa laki-laki berjumlah 20 orang (67%) dan siswa perempuan berjumlah 10 responden (33%).
Berdasarkan imformasi bahwa 28 responden (93 %) pernah mendapatakan info tentang

kesehatan gigi dan mulut, dan 2 responden (7 %) tidak pernah mendapatkan info tentang

kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan sumber imformasi bahwa dari 30 responden, 9 responden

(30%) sumber informasi dari pendidikan, 16 responden (54%) sumber informasi dari TV/Radio,

responden 3 (10%) sumber informasi dari penyuluhan, dan 2 responden (6%)  tidak mendapatkan

informasi tentang kesehatan gigi dan mulut.

61
 

5.1.2        Data Khusus

5.1.2.1  Pengetahuan responden tentang pengertian kesehatan gigi dan mulut yaitu kategori baik

sebanyak 6 responden (20%), kategori cukup yang  sebanyak 9 responden (30%), dan kategori

kurang sebanyak 15 responden (50%). Jadi, pengetahuan siswa tentang pengertian kesehatan gigi

dan mulut termasuk kurang.

5.1.2.2  Pengetahuan responden tentang cara menyikat gigi yaitu kategori baik sebanyak 7 responden

(23%), kategori sebanyak 18 responden (60%), dan kategori kurang sebanyak 5 responden

(17%). Jadi, pengetahuan siswa tentang cara menyikat gigi termasuk cukup.

5.1.2.3  Pengetahuan responden tentang menjaga gigi agar sehat yaitu kategori baik sebanyak 10

responden (33%), kategori cukup sebanyak 12 responden (40%), dan kategori kurang sebanyak 8

responden (27%). Jadi, pengetahuan siswa tentang menjaga gigi agar sehat termasuk cukup.

5.1.2.4  Pengetahuan responden tentang makanan yang dapat merusak gigi yaitu kategori baik sebanyak

7 responden (23%), kategori cukup tidak ada (0%), dan kategori kurang sebanyak 23 responden

(77%). Jadi, pengetahuan siswa tentang makanan yang merusak gigi termasuk kurang.

5.1.2.5  Pengetahuan responden tentang pencegahan gigi berlubang dan gusi berdarah yaitu kategori baik

sebanyak 8 responden (27%), kategori cukup sebanyak 10 responden (33%), dan kategori kurang
sebanyak 12 responden (40%). Jadi, pengetahuan siswa tentang pencegahan gigi berlubang dan

gusi berdarah termasuk kurang.

5.1.2.6  Psengetahuan responden tentang akibat tidak merawat gigi dan mulut yaitu kategori baik

sebanyak 26 responden (87%), kategori cukup tidak ada (0%), dan kategori kurang sebanyak 4

responden (13%). Jadi, pengetahuan siswa tentang makanan yang merusak gigi termasuk baik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bahwa pembahasan tentang kesehatan gigi

dan mulut mayoritas siswa memiliki pengetahuan cukup yaitu 2 responden (7%) yang memilik

pengetahuan baik, 19 responden (63%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan 9 responden

(30%) yang memiliki pengetahuan kurang dan  hampir seluruh responden pernah mendapatkan

informasi tentang kesehatan gigi dan mulut dan proses pengolahan data pada penelitian yang

dilaksanakan pada bulan juni sampai dengan juli 2010 di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun

Kabupaten Gunung Mas dengan 30 responden.

5.2         Saran

5.2.1   Bagi Tempat penelitian

Hendaknya pihak sekolah lebih meningkatkan pengetahuan siswa/i tentang kesehatan gigi

dan mulut baik itu melalui pembelajaran pada waktu jam sekolah dan penyuluhan, supaya siswa

lebih mengetahui pentingnya belajar tentang kesehatan gigi dan mulut dan siswa lebih mengerti

akibat dari kesehatan gigi dan mulut.

5.2.2 Bagi penelitian selanjutnya

               Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti lain yang akan

melakukan penelitian di masa yang akan datang yaitu sebagai bahan masukan mengenai

pengetahuan  tentang kesehatan gigi dan mulut serta untuk penelitian selanjutnya hendaknya

menggali lebih dalam lagi gambaran atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
anak SD tentang kesehatan gigi dan mulut serta tentang keterampilan dan sikap anak dalam

menjaga kesehatan gigi dan mulut.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2000. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Agung seto
Nursalam Dan Pariani S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Herijulianti, Eliza dkk. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC
Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka         Cipta.      
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka          Cipta.
                               2006. Kesehatan Gigi dan Mulut. http://bz.blogfam.com            (Diakses Mei
2010).                                                                                               Scott C. Litin, M. D. 2006.
Panduan Kesehatan Keluarga. Ed. 1, Jakarta : Gramedia
Hidayat, A . Aziz Alimul . 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan ilmiah Ed. 2. Jakarta :
Salemba
medika.                                                                                                                                                
                                                 Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktik Untuk Profesi Perawat.
Jakarta : EGC                                              Ariany Suzanty, 2008. Jangan Abaikan Kesehatan
Gigi dan Mulut.               http://www.pdgitangerang.com (Diakses Mei
2010).                                                                             -                        2008. Kesehatan Gigi dan
Mulut.     http://abidinblog.blogspot.com (Diakses              Mei
2010).                                                                                                                                 Putriazka.
2008. Alwi, Hasan., Sugono, Dendi., Adiwirmata, Sri Suseki., 2003.      Kamus Besar       
Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional dan           Balai Pustaka, Jakarta. http:   
//Putriazka’s Weblog.com/ (Diakses 9 Maret        
2010).                                                                                                               Adityawarman,
2008. Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut. http://www.dinkes-    kabtangerang.go.id (Diakses
Juni 2010)                                                                                        PRO HEALTH. 2009.
Pengetahuan dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi.              http://for better            
health.wordpress.com (Diakses 10 Maret 2010).
                                         2010. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut.  
http://dokterkecil.wordpress.com (Diakses Juni 2010).                                                        
Mozartha Martha. Berbagai Macam Makanan Penoda Gigi.             http://gigi.klikdokter.com
(Diakses         Juni 2010).
                                        2010. Kesehatan Gigi dan Mulut.   http://wartawarga.gunadarma.ac.id
(Diakses Juli
2010).                                                                                                                              Nursalam.
2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu           Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
                                         2010. Penyebab dan Gejala Timbulnya Karies Gigi.       
http://www.infogigi.com (Diakses Juni 2010)

http://kesehatangilut.blogspot.com/2011/03/tingkat-pengetahuan-siswa-tentang.html
LAPORAN PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

            Kesehatan merupakan salah satu unsur dalam pembangunan nasional yang berguna untuk
peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia. Dengan masyarakat yang sehat, akan dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, dimana sehat menurut WHO adalah suatu keadaan
jasmani, rohani, dan sosial yang sempurna tidak hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.

            Dalam UU RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan menjelaskan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.

            Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu layanan kesehatan gigi dan mulut yang
ditujukan pada suatu kelompok tertentu atau individu daam kurun waktu yang dilaksanakan secara
terencana, terarah dan berkesinambungan untuk mencapai taraf kesehatan gigi dan mulut yang optimal
(Depkes RI 2000).

            Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsure penting dalam pelaksanaan upaya kesehatan
untuk dapat menyelenggarakan pelayanan yang professional.Perawat gigi sebagai salah satu tenaga
pelayanan yang professional. Perawat gigi sebagai salah satu tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat mempunyai tugas pokok sebagai berikut:

1.      Merencanakan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut

2.      Mempersiapkan kegiatan pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut

3.      Melaksanakan pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut

-          Pengumulan data


-          Upaya peningkatan kesehatan (promotif)
-          Upaya pencegahan penyakit (preventif)
-          Upaya penyembuhan terbatas (Kuratif)
-          Pembahasan, pelaporan
-          Evakuasi pelepasan asuhan kesehatan gigi dan mulut

Penyakit gigi dan mulut umumnya banyak ditemukan pada masyarakat adalah karies gigi dan
penyakit periodontal.63% penduduk Indonesia menderita karies aktif atau kerusakan gigi dan mulut.
Penyakit gigi dan mulut kelompok umur pada ahkir pelita VI menunjukkan bahwa karies sudah tejadi
sejak usia 1-4 tahun dan meningkat pada usia 10-14 tahun. Sedangkan kelompok usia 15-19 yahun
sedikit menurun, pada kelompok usia muda lebih banyak menderita karies aktif dibandingkan umur 45
tahun ke atas. Dimana usia 6-24 tahun kariesnya aktif 66,8%-69,5%. Umur 45 tahun diatas 53,3% dan
pada umur 65 tahun ke atas sebesar 43,8% (Depkes,1999). 

Dalam kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, penulis telah melakukan
pemeriksaan terhadap 5 orang pengurus RT 5 dusun Tompeyan yang dilaksanakan pada bulan Mei 2012
yang meliputi data objektif. Untuk lebih rincinya dapat dilihat dari table data pemeriksaan subyektif dan
pemeriksaan objekif sebagai berikut:

 Tabel 1

Hasil Pemeriksaan Subyektif

Pengurus Rt 05 Dusun Tompeyan

NO Nama Frekuensi Waktu menyikat gigi Mengethui Kebiasaan  makan Pernah Mendapat Pengolesan larutan
menyikat penyakit gilut buah dan sayur memeriks penyuluha fluor
gigi a gigi n

Mand Mandi Setelah Sebelum ya Tidak Ya Tidak


i pagi sore makan tidur

1. Susi M 2x ˅ ˅ - - - V ˅ - Belum Belum Belum

2. Yanto 2x ˅ ˅ - - ˅ - - ˅ Belum Belum Belum

3. Bambang 3x ˅ ˅ - ˅ ˅ - ˅ - Belum Belum Belum

4. Yulita 2x ˅ - ˅ - ˅ - - ˅ Belum Belum Belum


5. Syahrini 3x ˅ v ˅ - ˅ - - ˅ Belum Belum Belum

            

Tabel 2 : Data Hasil Pemeriksaan Obyektif 5 orangpengurus RT 05 Dusun Tompeyan

Nama umur jenis D M F DMF-T CI DI OHI-S PTI


kelamin

1. Susi  32 P 6 0 0 6 1 0 1 0%

2. Yanto  35 L 0 2 3 5 1,33 0 1,33 60%

3. Bambang  40 L 4 0 0 4 0 1 1 0%

4. Yulita  22 P 4 0 0 4 1 0 1 0%

5. Syahrini  45 P 2 2 2 6 0 0 0 33,3%

Jumlah 16 4 5 25 3,33 1 4,3 93,3%

Rata-rata 3,2 0,8 1 5 0,67 0,2 0,86 18,66%

Tabel 3 : Diagnosis Hasil Pemeriksaan pada 5 orang pengurus RT 05 Dusun Tompeyan

No Nama Sex Umur Diagnosa

1 Susi M P 32th Gigi 27,28,karies email,46,47sisa akar

2 Yanto L 35th Tidak ada karies pada gigi

3 Bamban L 40th Gigi 26,27 32,36 karies email


g

4 Yulita P 22th Gigi 26,27,44,47 karies dentin

5 syahrini P 45th Gigi 26,27 karies email


Hasil dari pemeriksaan subyektif didapat data sebagai berikut:

1. Frekuensi menyikat gigi                     : 2x= 3/5 x 100% = 60%

                                   3x= 2/5 x 100% = 40%

2. Waktu menyikat gigi                           : mandi pagi        : 5/5 x 100% = 100%

                                   Mandi sore         : 4/5 x 100% = 80%


                                   Setelah makan  : 2/5 x 100% = 40 %
         Sebelum tidur    : 1/5 x 100% = 20%

3. Mengetahui tentang penyakit gilut  : ya                         : 4/5 x 100% = 80%

                                                                  Tidak                   : 1/5 x 100% = 20%

4. Kebiasaan makan buah dan sayur : ya                         : 2/5 x 100% = 40%

                                                                  Tidak                   : 3/5 x 100% = 60%

5. Berkumur dengan obat kumur         : pernah                                 : 3/5x 100%  =60%

  Tidak pernah      : 2/5 x 100% =40%

6. Pernah sakit gigi                                   : pernah                 :4/5 x 100% =80%

  Tidak pernah      :1/5 x 100 =20%

7. Pernah memeriksakan gigi                                : pernah                 :0/5 x 100% =0%

  Belum pernah    :5/5 x 100% =100%

8. Pernah diolesi fluor                             : ya                         :0/5 x 100% = 0%

  Tidak                   :5/5 x 100% =100%


9. Pernah mendapat penyuluhan         : pernah                 :0/5 x 100% =0%

  Tidak pernah      :5/5 x 100% =100%

B. Identifikasi masalah pada pemeriksaan objektif

      Berdasarkan hasil pemeriksaan objektif yang dilakukan terhadap 5 orang pengurus Rt 5 Dusun
Tompeyan pada bulan Mei 2012, terlihat adanya kesenjangan antara hasil yang dicapai dengan target
yang ditetapkan, sehingga dapat dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1.      OHIS rata-rata sebesar 0,86 dari target 0,1 dengan kesenjangan 0,76

2.      DMF-T rata-rata sebesar 5 dari target 4 dengan kesenjangan 1

3.      PTI rata-rata sebesar 18,66%  dari target 80% dengan kesenjangan- 61,34%

C. Tujuan Pelayanan Asuhan

      Tujuan penyelengaraan asuhan kesehatan gigi dan mulut antara lain:

1.      Tujuan Umum


Meningkatkan mutu, cakupan, efisiensi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan ulut dalam rangka
tercapainya kemempuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut dan optimal.

2.Tujuan Khusus

Tujuan khusus pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat adalah :

1.      Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat serta mampu
memelihara kesehatan gigi dan mulut.
2.      Meningkatkan angka mempertahankan gigi dab menurunkan angka kerusakan gigi, yang ditandai
dengan :
a)      Menurunnya angka OHI-S pada warga Desa Tompeyan
b)      Menurunkan angka Decay dan meningkatkan angka Filling pada warga Desa Tompeyan
c)      Meningkatkan angka mempertahankan gigi (PTI) pada warga Desa Tompeyan
BAB II
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

A.    Perencanaan

1.      Urutan Prioritas Masalah


Dilihat dari identifikasi masalah dapat dilihat adanya kesenjangan antara hasil yang didapatkan dengan
standar yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu dibuat urutan prioritas masalah

Table  4 : Urutan prioritas masalah pada 5 warga Desa Tompeyan Yogyakarta pada bulan Mei 2012

No Indikator Target Pencapaian Kesenjangan % thdp target Urutan prioritas

1 DMF-T 1 5 -4 400% II

2 OHI-S ≤0,1 0,86 -0,76 76% III

3 PTI 60% 18,66% -41,34 4134% I

Analisa Masalah dan Pemecahan Masalah

Berdasrkan prioritas masalah yang telah ditetapkan diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan gigi dan mulut yang optimal maka dibuatlah analisa masalah dan pemecahan masalah sebagai
berikut :

Tabel 5 : Rumusan Masalah, Penyebab Masalah, Alternatif Pemecahan Masalah dan Urutan

 Pemecahan Masalah pada 5 Pengurus RtTompeyan RT 05 Yogyakarta pada Bulan Mei 2012

No Rumusan Masalah Penyebab masalah Alterntif Urutan


pemecahan pemecahan
masalah masalah

1 Tingginya angka DMF-T Input: Input : a. Promotif


yaitu ssebesar 4,4 dari *sering makan *Memberikan Memberikan
target yang diteetapkan ≤ 1 makanan manis penyuluhan penyuluhan
padda 5 warga tompeyan tentang makanan kepada % warga
*tidak tau tentang
RT14 Rw03 Yogyakarta yang tentang :
pada bulan Mei karies gigi. menyehatkan 
1).Plak
dan merusak gigi.

*Memberikan 20.Cara
Proses : menggosok gigi
penyuluhan
*belum pernah tentang plak dan yang baik dan
dilakukan fissure benar
gigi berlubang .
sealant. 3).Makanan yang
menyehatkan dan
Proses : merusak gigi

*Melakukan TA 4).Gigi berlubang

*Mellakukan
penumpatan pada
b.Preventif
gigi berlubang.

2 Tingginya angka rata-rata Input : Input : *Membimbiing


OHI-S yaitu sebesar 0,87 cra menggosok
dari target yang ditetapkan *waktu menyikat gigi *Memberikan gigi yang baik dan
yang kurang tetap. penyuluhan benar
≤ 0,1 pada 5 warga desa
Tompeyan RT14 Rw03 tentang waktu
dan cara
Yogyakarta pada bulan Mei
2012 Proses : menggosok gigi
c.Kuratif
yang baik dan
*Belum tau cara benar. *Melakukan
menggosok gigi yang penumpatan
bbenar. dengan bahan
Proses : amallgam
maupun GI
*Membimbing
cara menggosok
gigi yang baik dan
benar.

3 Rendahnya anngka rata- Input : Input :


rata PTI yaitu sebesar 26,67
% dari target yang *Kurangnya *Memberikan
pengettahuan penyuluhan pada
ditetapkan 280% pada 5
warga desa  tompeyan tentang gigi % warga tentang
Rt14 Rw03 yogyakarta berlubang dan gigi berlubang dan
pada bulan Mei 2012 pentingnya perawatannya.
mempertahankan
kesehatan gigi.

*Proses :

Belum pernah
dilakukan
penumpatan pada
gigi yang berlubang.

Tabel 6 : Rencana Pelaksanaan Kegiatan (POA) Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut di RT 05
Dusun Tompeyan Yogyakarta Tanggal 20 sampai 30 Mei 2012

N Tahap Kegiatan Tujuan Uraian Kegiatan Sasaran Wakt Lokas


o u

1 Persiapa1.     Koordinasi - Tercapainya - Menyampaikan Ketua RT 20 Desa


n dengan kerja sama dan rencana kegiatan Mei Tomp
Ketua RT dan kesepakatan pelayanan asuhan 2012 Rt 05
warga kegiatan demi kesehatan gigi dan Yogy
kelancaran mulut a
kegiatan
pelayanan - Membicarakan jadwal
pelaksana kegiatan.
asuhan
kesehatan gigi
dan mulut di
Desa Tompeyan
Rt 5 Yogyakarta.

-   Menyiapkan blanko.

diketahuinya
-   Menyiapkan alat dan
status kesehatan Desa
2.    bahan untuk
gigi dan mulut. Blanko Tomp
pemeriksaan gigi dan 21
Pengumpula Rt 05
n Data mulut. Mei
Yogy
2012 a

-   Pengambilan data Set


subyektif dan obyektif. diagnose,kapas,alcohol.

5 warga Desa Tompeyan


Rt 05 Yogyakarta

Perlindungan diri
dengan menggunakan
masker,sarung
tangan,kap/jilbab. Masker,sarung
tangan,kap/jilbab.

Mencuci alat yang


Mencegah digunakan dibawah air
terjadinya mengalir,disikat Alat diagnose
infeksi silang Desa
dengan sabun lalu
Tomp
3. PIS dikeringkan,kemudian Alat Penumpatan
Rt 05
dimasukkan kedalam
- 21- Yogy
sterilisator,sterilkan
Perlindungan 05-12 a
alat selama 10
Diri menit,setelah
23-
selesai,mengeluarkan
05-12
alat dari sterilisator
dan membungkusnya 25-
dengan kain linen lalu 05-12
Mencegah memasukkan alat JKG
terjadinya kedalam kotak alat 27-
infeksi silang 05-12

29-
-Sterilisasi 05-12
alat
20-
05-12

22-
05-12

24-
05-12

26-
05-12

28-
05-12

-Disinfeksi Untuk Membersihkan Kursi, meja 21- Desa


Permukaan mencegah kursi,meja untuk 05-12 Tomp
Kerja terjadinya tempat alat-alat Rt 05
infeksi silang kesehatan gigi. 23- Yogy
05-12 a
25-
Menyiapkan tempat 05-12
sampah yang anti
tembus 27-
05-12 Desa
Untuk
-Pengelolaan mencegah Tempat sampah 29- Tomp
Sampah terjadinya 05-12 Rt 05
infeksi silang Yogy
a
21-
05-12

23-
05-12

25-
05-12

27-
05-12

29-
05-12

4.    Promotif Memudahkanny Menyusun satpel Satpel,panthom,Flashcar 22- JKG


a dalam tentang : d dan sikat gigi 05-12
Menyusun penyampaian
satpel dan a. Plak
materi
menyiapkan
alat peraga b. Cara menyikat gigi
yang baik dan benar

c. Makanan yang
menyehatkan dan
merusak gigi

d. Karies gigi

Menyiapkan alat
peraga berupa :

a.Flashcard

b. Phantom

c.Sikat gigi
5.Preventif Mudahnya dan Menyiapkan : 22- JKG
lancarnya 05-12
Menyusun kegiatan Sikat gigi, pasta gigi,
satpel dan gelas
menggosok gigi
menyiapkan bersama kumur,cermin,disclosin
alat peraga g solution

6.Kuratif Mudahnya dan Menyiapkan alat dan Glass plate,agate spatel, 24- JKG
bahan penumpatan 05-12

26-
05-12

28-
05-12

Dan bahan Lancarnya Glass plate, agate plastic felling


untuk : kegiatan spatle, plastic felling instrument, fuji IX,
penumpatan gigi instrument, fuji IX, dentin conditioner,
Penumpatan dentin conditioner, varnish, kapas
ART varnish, kapas

Perlakua Promotif : Meningkatnya Memberikan 5 warga desa Tompeyan 20- Desa


n pengetahuan penyuluhan dengan Rt 05 05-12 Tomp
Memberikan warga tentang topik : Rt 05
penyuluhan 23-
kesehatan gigi
tentang dan mulut a.       Plak 05-12
kesehatan
b.      Cara menyikat gigi
gigi dan
mulut yang baik dan benar

c.       Makanan yang


menyehatkan dan
merusak gigi

d.      Karies gigi

Preventif : Meningkatnya        Mengoleskan 5 warga 20- Desa


keterampilan disclosing solution 05-12 Tomp
Membimbing warga dalam        Membimbing menyikat 23- Rt 05
menggosok menggosok gigi gigi 05-12
gigi bersama yang baik dan
benar

Kuratif :

Melakukan Mencegah Melakukan 20- Ruma


penumpatan terjadinya karies penumpatan karies 05-12 Ketua
karies gigi lebih lanjut dan dengan menggunakan desa
dengan mengembalikan GI 23- Tomp
05-12
teknik ART fungsi kunyah rt 05
gigi

menghilangkan
karang gigi yang Melakukan scalling
Melakukan menempel di dengan alat scaller
scalling permukaan gigi yang sudah disiapkan

Ruma
21- Ketua
05-12 desa
Tomp
Rt 05

3 Evaluasi Mengevaluas Diketahuinya Data kesehatan gigi 28- Ruma


i hasil tingkat dan mulut dari 5 warga 05-12 Ketua
program keberhasilan desa Tompeyan Rt 05 desa
pelayanan pelayanan Tomp
asuhan asuhan Rt 05
kesehatan kesehatan gigi
gigi dan dan mulut yang
mulut telah
setelah dilaksanakan
dilakukan
perawatan

  

B.      Pelaksanaan

                Pelaksanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah sesuatu pelayanaan asuhan yang
profesional yang merupakan  bagian integral dari pelayanaan kesehatan yang di tujukan pada5 orang
pengurus RT 5 dusun Tompeyan yang dilaksanakan pada bulan Mei 2012 yang meliputi data objektif,
baik yang sehat maupun yang sakit meliputi upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut , pencegahan
penyakit gigi dan mulut, seta pengobatan penyakit gigi dan mulut .

                Upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan pada  5 orang pengurus RT 5 dusun Tompeyan yang
dilaksanakan pada bulan Mei 2012 yang meliputi data objektifmeliputi kegiatan-kegiatan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut sebagai berikut :

1.       Upaya Promotif

 Upaya promotif merupakan suatau upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan
meningkatanya pengetahuan di bidang kesehatan gigi dan mulut sehingga akan di ikuti meningkatnya
kemampuan sasaran dalam hal pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut yang optimal ,salah satu
kegiatan yang dapat dilakukan pada upya promotif ini adalah melakukan kesehatan gigi dan mulut pada
sasaran adalah sebagai berikut :

Tabel 7 : Upaya promotif yang dilakukan pada5 orang pengurus RT 5 dusun Tompeyan yang
dilaksanakan pada bulan Mei 2012

No Waktu Kegiatan Sasaran Hasil Kegiatan

1 20 Mei 2012 Melakukan kegiatan penyuluhan 5orang pengurus Warga dapat


kesehatan gigi dan mulut dengan RT 5 dusun memahami dan
topik : Tompeyan menjawab dgn
benar ttg plak, cara
a.Plak menggosok gigi,
b.Waktu dan cara menggosok gigi mknan yg
yang benar menyehatkan dan
merusak gigi, karies
c.Karang gigi dan dpt
memperagakan cara
menggosok gigi yg
a.       Karies baik dan benar.

b.      Makanan yg baik dan tdk baik untk


24 Mei 2012 kesehatan gigi

2.       Upaya preventif

Upaya preventif merupakan suatu upaya yg dilaksanakan dgn tujuan mencegah timbulnya penyakit
gigi dan mulut. Adapun kegiatan preventif yg dilakukan  5 orang pengurus RT 5 dusun Tompeyan yang
dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sebagai berikut :

Tabel 8 : upaya preventif yg dilakukan pada  5 orang pengurus RT 5 dusun Tompeyan yang
dilaksanakan pada bulan Mei 2012

No Waktu Kegiatan Sasaran Hasil

1 20Mei 2012 Pemberian discloution 5 orang pengurus RT 5 5 warga terampil dlm


solution, menggosok dusun Tompeyan menggosok gigi yg
21 Mei 2012 gigi dan scalling ditandai dg hilangnya
23Mei 2012 warna pd permukaan
gigi dan hilangnya
karang gigi

3.       Upaya kuratif

Upaya kuratif merupakan suatu upaya kegiatan yang dilaksanan dgn tujuan menyembuhkan penyakit
gigi dan mulut untuk mencegah sakit yang lebih lanjut dan kembalinya fungsi kunyah gigi,adapun
kegiatan kuratif yg dilakukan sebagai berikut :

Tabel 9 : upaya kuratif yg dilakukan pada 5 orang pengurus RT 5 dusun Tompeyanyang dilaksanakan
pada bulan Mei 2012
No Waktu Kegiatan Sasaran Hasil

1 21 Mei 2012 Penumpatan a.


1        Susi MGigi 27,28,karies Telah dilakukan
bidang pd gigi dgn email,46,47,sisa akar(membuat penumpatan 1
kasus KE dan KD surat rujukan untuk mencabut sisa bidang pd gigi yg
dgn bahan GI akar) berlubang dgn
kasus KE dan KD.
b.      Yanto Tidak ada karies pada gigi

c.       Bambang Gigi 26,27 32,36 karies


email

d.      Yulita Gigi 26,27,44,47 karies dentin

e.      Syahrini Gigi 26,27 karies email

BAB III

EVALUASI

A.  Hasil Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

Setelah dilakukan serangkaian kegiatan yang telah disebutkan diatas, kemudian dilakukan evaluasi
kembali dengan melakukan pemeriksaan ulang pada tanggal yaitu untuk mengetahui tingkat
keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

1.      Upaya Promotif

Tabel 10 : Hasil Upaya Promotif yang dilakukan pada 5 warga Dusun Tompeyan Rt 05 Yogyakarta

No. Rencana Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Sasaran Hasil Kegiatan

1. Tanggal Tanggal 20-05-12 5 warga Semua warga dapat


Memberikan penyuluhan Memberikanpenyuluhan Dusun memahami dan
dengan topik : dengan topik : Tompeyan menjawab dengan
05 benar pertanyaan
a. Plak a. Plak berkaitan dengan
plak,cara menyikat
b. Cara menyikat gigi b. Cara menyikat
gigi yang benar,
yang baik dan gigi yang baik dan
makanan yang
benar. benar.
menyehatkan dan
c. Makanan yang c. Makanan yang merusak gigi dan
menyehatkan dan menyehatkan dan karies gigi  dan dapat
merusak gigi merusak gigi memperagakan cara
menyikat gigi yang
d. karies d. karies baik dan benar

Tanggal 23-05-12 Tanggal 23-05-12

a. Karies gigi (lubang a. Karies gigi


gigi) (lubang gigi)

b. Makanan yang b. Makanan yang


baik dan tidak baik baik dan tidak
untuk kesehatan baik untuk
gigi kesehatan gigi

2.      Upaya preventif

Tabel 11: Hasil Upaya Preventif yang dilakukan pada 5 warga Dusun Tompeyan 05 Yogyakarta

No. Rencana Kegiatan Pelakasanaan Sasaran Hasil Kegiatan


Kegiatan

1. Menggosok gigi bersama Pemberian 5 warga Dusun Warga terampil


discloution Tompeyan 05 menggosok gigi
23-05-12 solution, dan ditandai dengan
Menggosok gigi hilangnya warna
bersama merah pada
permukaan gigi,
23-05-12 hilangnya
karang gigi

3.      Upaya Kuratif

Tabel 12: Hasil Upaya Kuratif yang dilakukan 5 wargaDusun Tompeyan 05  Yogyakarta

No. Rencana Pelaksanan Pelaksanaan sasaran Hasil Kegiatan


Kegiataan

1. Melakukan penumpatan Melakukan 5 warga Dusun Telah dilakukan


karies dengan menggunakan penumpatan Tompeyan Rt penumpatan
GI karies dengan 05 Yogyakarta pada gigi yang
menggunakan GI berlubang
24 Mei 2012 dengan teknik
24 Mei 2012 ART

Tabel13: data awal hasil pemeriksaan obyektif 5 warga Desa Tompeyan RT 5 Yogyakarta

Nama umur jenis D M F DMF-T CI DI OHI-S PTI


kelamin

1. Susi  32 P 6 0 0 6 1 0 1 0%

2. Yanto  35 L 0 2 3 5 1,33 0 1,33 60%

3. Bambang  40 L 4 0 0 4 0 1 1 0%

4. Yulita  22 P 4 0 0 4 1 0 1 0%

5. Syahrini  45 P 2 2 2 6 0 0 0 33,3%

Jumlah 16 4 5 25 3,33 1 4,3 93,3%

Rata-rata 3,2 0,8 1 5 0,67 0,2 0,86 18,66%


Tabel 14: data akhir hasil pemeriksaan obyektif 5 warga Desa Tompeyan RT 05 Yogyakarta

Nama umur jenis D M F DMF-T CI DI OHI-S PTI


kelamin

1. Susi  32 P 5 0 1 6 0 0 0 16,67%

2. Yanto  35 L 0 2 3 5 0 0 0 60%

3. Bamban  40 L 4 0 0 4 0 1 1 0%
g

4. Yulita  22 P 2 0 2 4 0 0 0 50%

5. Syahrini  45 P 1 2 3 6 0 0 0 50%

Jumlah 12 4 9 25 0 1 1 176,67%

Rata-rata 2,4 0,8 1,8 5 0 0,2 0,2 35,33%

BAB IV

PENUTUP
A.   Kesimpulan
Kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi upaya promotif ,preventif,kuratif
dengan hasil yaitu meningkatnya pengetahuan sasaran tentang kesehatan gigi
dan mulut serta meningkatnya keterampilan sasaran dalam hal menyikat gigi
dengan baik dan benar serta waktu yang tepat untuk menyingkat gigi, OHIS
menurun dari 0,86 menjadi 0,2.

B.Saran

Berdasarkan hambatan yang dijumpai selama melaksanakan pelayanan asuhan


kesehatan gigi dan mulut pada pengurus Rt 5 Dusun Tompeyan Yogyakarta, maka
saran yang penulis sampaikan setelah perawatan adalah :

1.     Menyikat gigi minimal dua kali sehari,sesudah makan pagi dan sebelum tidur
malam
2.     Makan makanan yang banyak mengandung air dan berserat contohnya buah-
buahan dan sayur-sayuran
3.     Datang ke klinik gigi untuk memeriksakan gigi minimal 6 bulan sekali atau apabila
ada keluhan pada kesehatan gigi
4.     Mengunyah makanan dengan menggunakan dua sisi rahang
5.     Kurangi makanan yang manis dan lengket karena bisa menyebabkan gigi
berlubang.

http://teyamomo.blogspot.com/2012/06/laporan-pelayanan-asuhan-kesehatan-gigi.html

Karya Tulis Ilmiah Gigi


POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES PONTIANAK

MEKANISME TEH HIJAU (RYOKUCHA) UNTUK MENGHILANGKAN HALITOSIS


YANG DISEBABKAN OLEH KALKULUS

(STUDI PUSTAKA)

DISUSUN OLEH:
JUMADIANSYAH
NIM:5.06.03.0194

JURUSAN KESEHATAN GIGI

POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES PONTIANAK

TAHUN 2009
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rongga mulut merupakan pintu gerbang tubuh. Setiap waktu tak terhitung mikroorganisme yang

melewati rongga mulut. Hal ini terjadi terus menerus tanpa mengalami banyak gangguan karena adanya

pengaruh saliva. Rongga mulut juga merupakan bagian saluran cerna dengan biologi yang unik, terdiri

atas jaringan lunak dan keras seperti tubuh lainnya. Dalam rongga mulut ini juga terdapat kelainan-

kelainan, salah satunya yaitu bau mulut atau halitosis (Roeslan, 1999).

Bau mulut yang bersumber dari mulut merupakan faktor yang disebabkan oleh bakteri dan

protein yang ada pada semua orang, oleh karena itu pada dasarnya bau mulut adalah masalah semua

orang, hanya tingkat keparahan yang berbeda-beda, ada yang mempunyai bau mulut ringan sehingga

sama sekali tidak mengganggu orang-orang di sekitarnya, sementara yang mempunyai kondisi halitosis

berat sangat mengganggu orang lain sehingga dapat mempengaruhi rasa percaya diri (Widiati, 2003).

Kondisi gigi yang tidak bersih maupun gigi yang berlubang merupakan tempat yang dapat

menjadi media pertumbuhan bakteri anaerob gram negatif, di samping sisa makanan itu juga mengalami

pembusukan ( Wibosono, 2002). Hasil Penelitian menunjukan, hampir 85-95 % bau mulut bersumber

adanya kelainan di rongga mulut, baik gigi yang berlubang maupun infeksi jaringan penyangga

(Fahrudin, 2002).
Jurnal healt to day mengatakan, plak merupakan penyebab kerusakan gigi. Plak dan sisa

makanan yang melekat di gigi secara bertahap akan diubah menjadi asam oleh bakteri. Jika plak dan sisa

makanan tersebut dibiarkan terlalu lama dipermukaan gigi atau tidak segera dibersihkan dan ditambah

lagi dengan adanya air liur, plak beserta sisa-sisa makanan menumpuk yang lama kelamaan akan

mengeras sehingga berubah menjadi karang gigi yang mempunyai permukaan kasar sehingga

memudahkan kotoran-kotoran menempel (Ita, 2002).

Obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan,

dan mineral. Bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk mengobatan

berdasarkan pengalaman. Bahan obat alam yang berasal dari tumbuhan porsinya lebih besar dibanding

dari bahan yang dari hewan atau mineral, sehingga sebutan obat tradisional hampir selalu identik

dengan tanaman obat. Dari masa ke masa obat tradisional mengalami perkembangan yang semakin

meningkat karena mudah ditemui dan harganya dapat dijangkau oleh semua lapisan masarakat.

Tanaman teh juga salah satu tanaman yang dijadikan obat tradisional. Di seluruh pelosok

Indonesia aneka produk bisa dijumpai sehari-hari. Teh bisa diminum panas atau dingin sebagai minuman

penyegar atau obat. Banyak pula yang mencampurkan dengan bahan-bahan tertentu untuk mengobati

berbagai penyakit (Nazarudin, 1996).

Salah satu gangguan pada mulut adalah bau mulut. Biasanya berbagai cara dilakukan untuk

menghilangkannya. Mulai pengobatan tradisional yang menggunakan berbagai ramuan. Para peneliti

dari Lembaga Perlindungan Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan di Belanda menemukan bahwa di

dalam teh, terdapat zat yang bernama katekin yang dapat menghambat perkembangan bakteri

penyebab napas berbau tidak sedap. Minuman teh dengan kekentalan normal, cukup untuk membunuh

bakteri pada lidah (Okie, 2008).


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam

mengenai mekanisme teh hijau untuk menghilangkan halitosis yang disebabkan oleh kalkulus.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian diatas, maka perumusan masalah ini adalah bagaimanakah mekanisme teh hijau

(ryokucha) untuk menghilangkan halitosis yang disebabkan oleh kalkulus?

C. Tujuan

Umum : Untuk mengetahui mekanisme teh hijau dalam menghilangkan halitosis yang disebabkan oleh kalkulus.

Khusus : Untuk mengetahui perbandingan antara teh apa yang paling banyak kandungan zat yang berkhasiat

untuk menghilangkan halitosis.

D. Manfaat

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain:

1.      Bagi Penulis

Agar dapat menambah pengetahuan tentang mekanisme teh hijau untuk menghilangkan halitosis yang

disebabkan oleh kalkulus.


2.      Bagi Institusi Pendidikan

Bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam kontribusi teh sebagai salah satu obat tradisional bau

mulut ke dalam kurikulum mata kuliah bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Pontianak Jurusan

Kesehatan Gigi.

3.      Bagi Ilmu Pengetahuan

Segala masukan serta referensi bagi penelti lebih lanjut yang berkaitan dengan mekanisme teh untuk

menghilangkan halitosis.

E.     Ruang Lingkup

1.      Lingkup Keilmuan

Studi pustaka ini merupakan bidang ilmu obat kedokteran gigi.

2. Lingkup Masalah

Lingkup masalah ini ditekan pada mekanisme teh hijau untuk menghilangkan halitosis yang disebabkan

oleh kalkulus.

3. Lingkup Metode

Jenis studi pustaka ini adalah bersifat membaca dan mengumpulkan referensi dari buku, majalah,

tabloid, dan internet.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teh

Kata teh berasal dari Cina yaitu teh dengan istilah tay. Bahasa latinnya Camelia sinensis. Hingga

sekarang teh sudah banyak dikenal sampai ke seluruh negara. Ada beberapa klasifikasi tanaman teh

menurut Nazarudin (1996) yaitu :

> Divisi : Spermatophyta

> Sub divisi : Angiospermae

> Kelas : Dicotyledon

> Famili : Theaceae

> Genus : Camellia

> Species : Camellia sinensis


1. Ciri-Ciri Teh

Menurut Nazarudin (1996) ada beberapa ciri-ciri teh yaitu tanaman teh berbentuk pohon.

Tingginya bisa mencapai belasan meter. Namun tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas untuk

memudahkan memetiknya, sehingga tingginya 90- 120 cm.

Mahkota teh berbentuk kerucut. Daunnya berbentuk jorong atau agak bulat telur terbalik. Tepi daun

bergerigi. Daun tunggal dan letaknya hampir berseling. Tulang daun menyisip. Permukaan daun atas

muda berbulu halus, sedangkan permukaan bawahnya hanya sedikit, dan permukaan daun halus tidak

berbulu lagi.

Bunga tunggal dan ada yang tersusun dalam rangkaian kecil. Bunga muncul dari ketiak daun.

Warnanya putih bersih berbau wangi lembut. Namun ada bunga yang berwarna semu merah jambu.

Mahkota bunga berjumlah 5- 6 helai. Putik dengan tangkai yang panjang atau pendek dan pada

kepalanya terdapat tiga buah sirip. Jumlah benang sari 100- 200 helai.

Buah teh berupa buah berupa kotak berwarna kecoklatan. Dalam satu buah berisi satu sampai

enam biji, rata-rata tiga biji. Buah yang masak dan kering akan akan pecah dengan sendirinya serta

bijinya ikut keluar. Bijinya berbentuk bulat atau gepeng pasa satu sisinya. Berwarna putih sewaktu masih

muda dan berubah menjadi kecoklatan setelah tua.

Akar teh berupa akar tunggal dan mempunyai banyak akar cabang. Apabila akar tunggalnya

putus, akar-akar cabang akan menggantikan fungsinya dengan arah tumbuh yang semula melintang

menjadi ke bawah, dan juga akar bisa tumbuh besar dan cukup dalam.

2. Jenis-Jenis Teh
Ada beberapa jenis teh menurut Hollenberg (2008) yaitu sebagai berikut

a Teh hijau : Bahannya berasal dari pucuk daun teh yang sebelumnya mengalami pemanasan dengan uap air

untuk menoaktifkan enzim yang terdapat dalam daun teh. Selanjutnya digulung dan dikeringkan. Teh

hijau diproduksi dengan cara penguapan (steaming) daun teh pada suhu tinggi sehingga kandungan

katekin dapat dipertahankan. Kandungan katekin pada teh hijau mencapai 30-42%.

b Teh putih : Untuk membuat teh putih diperlukan daun teh yang paling muda, yang masih dipenuhi bulu

putih pedek atau bulu halus. Proses pemasakannya mengalami 2 tahap, yaitu penguapan dan

pengeringan. Tidak ada proses pelayuan, penggilingan, atau fermentasi (kadang kala difermentasi juga

dengan kadar ringan). Tampilan teh putih nyaris tak berubah, yaitu berwarna putih keperakan. Ketika

diseduh akan berwarna kuning pucat dengan aroma lembut dan segar. Kandungan katekin pada teh

putih sekitar 22-25%.

c Teh oolong : terbuat dari daun teh yang lebih besar dan lebih tua. Setelah dipetik langsug dijemur untuk

pelayuan. Tujuan pelayuan untuk menurunkan kadar air dan membuat lebih lembut. Kemudian daun

diaduk-aduk atau dikocok untuk menghilangkan pinggiran daun. Tahap berikutnya ditebar dan

dikeringkan, dilakukan beulang kali. Tampilan teh oolong, bagian tepi daun teh akan berwarna merah

karena fermentasi dan bagian tengah tetap berwarna hijau. Kandungan katekin pada teh oolong sekitar

15-19% (Gede, 2006).

d Teh hitam : Daun yang sudah dipetik, kemudian dijemur 12-18 jam. Dilanjutkan dengan proses fermentasi

secara penuh. Warna daun teh menjadi hitam dan beraroma khas. Daun teh yang mengitam ini

kemudian digiling dan selanjutnya masih difermentasi di dalam ruangan dingin dan lembab. Melalui

proses ini, teh yang dihasilkan dapat lebih banyak. Sebagian besar teh yang beredar di pasaran adalah

teh hitam. Teh hitam sebenarnya mengandung katekin, namun tidak banyak. Hal ini karena adanya
proses fermentasi pada pembuatan teh hitam yang dapat merusak kandungan katekin. Kandungan

katekin pada teh hitam hanya sekitar 7-10% (Hollenberg, 2008).

3. Teh Hijau (Ryokucha)

Teh hijau (ryokucha) adalah teh yang sangat umum di China. Teh hijau adalah terpilih dari daun

teh kelas atas yang disebut tencha. Teh dinamakan gyokuro karena warna hijau pucat yang keluar dari

daun teh. Daun dilindungi dari terpaan sinar matahari sehingga mempunyai aroma yang sangat harum.

Teh hijau berkualitas tinggi yang digiling menjadi bubuk teh (Hanzi, 2009).

4. Kandungan dan Kegunaan Teh Hijau

Menurut Khomsan (2008) teh hijau mempunyai kandungan dan kegunaan sebagai berikut :

- Polipenol (katekin) yang terdapat dalam teh hijau adalah bahan sangat bermanfaat bagi kesehatan, yaitu

mampu mengurangi risiko penyakit jantung, membunuh sel tumor, dan menghambat pertumbuhan sel

kanker paru-paru, kanker usus terutama sel kanker kulit. Zat ini dapat membantu kelancaran proses

pencernaan makanan melalui stimulasi peristalsis, produksi cairan pencernaan, menghambat

pertumbuhan plak, dan menghilangkan bau mulut.

- Fluor adalah tergolong sebagai mineral yang dapat mencegah radang gusi, dan gigi berlubang.

- Mangan yang terdapat pada teh hijau dapat membantu penguraian gula menjadi energi sehingga

membantu menjaga kestabilan kadar gula dalam darah.

- Kafein yang terkandung dalam teh hijau berbeda dengan kafein yang terkandung dalam kopi. Pada teh

hanya terkandung kafein sebanyak 3 - 5%. Jadi jika kita rajin minum teh, maka tubuh dan pikiran akan
terasa lebih segar. Kafein berpengaruh positif pada aktivitas mental, dan dapat memperbaiki proses

pencernaan makanan dalam lambung.

B. Halitosis

1. Pengertian Halitosis

Halitosis berasal dari kata “halitos” yang berarti nafas dan “osis” yang berati kondisi tidak

normal, berarti halitosis adalah bau nafas yang tidak sedap. Sekarang ini istilah halitosis telah digunakan

secara bersama untuk menyatakan bau nafas yang tidak sedap, bahkan halitosis banyak dikenal dan

dipergunakan (Haskell & Gayford, 1979).

Pada tahun 70-an dengan dipelopori oleh Dr Joseph Tonzetich dari Departement of Oral Biology,

Fatulty of Dentistry, University of British Columbia Vancouver Canada, dilakukan penelitian yang

mendalam untuk mengetahui sebenarnya penyebab nafas yang tak sedap pada seseorang. Dr Tonzetich

dan kawan-kawan berhasil mendeteksi bahwa adanya sesuatu senyawa yang berbau yang keluar dari

mulut seorang mengidap bau mulut (Djaya, 2001).

Halitosis telah menjadi masalah yang mengkhawatirkan selama berabad-abad, hal ini dapat

diketaui dari tulisan-tulisan Romawi kuno. Sejak tahun 1550 BC orang Mesir telah menganjurkan untuk

mengatasi nafas tak sedap dengan cara mengunyah bahan yang baunya wangi seperti mellburry, myrrh

(sejenis rempah-rempah), atau karet dari pohon mastik.

Jaman dahulu seorang pejabat romawi telah memberikan pernyataan bahwa nafas seseorang

akan menjadi bau karena makanan yang tidak baik, karena gigi yang jelek, atau bahkan meningkatnya

usia seseorang. Demikian pula Hipokrates yang lebih dikenal sebagai bapak ilmu kedokteran, 460-337

BC, telah membahas tentang diagnosa dan perawatan bau mulut. Hipokrates menjelaskan adanya
hubungan antara penyakit gusi dan bau mulut. Jika gusi menjadi sehat kembali bau mulut akan hilang.

Sir William Osler 90 tahun yang lalu, dokter Kanada yang terkenal juga menyatakan bahwa deteksi mau

mulut dapat merupakan indikator yang baik dari penyakit-penyakit mulut dan penyakit-penyakit

sistemik tertentu (Djaya, 2001).

Pengertian tentang suatu bau yang tercium adalah sangat berbeda antara individu yang satu

dengan yang lainnya. Seseorang tidak keberatan bau dari anggota keluarganya seperti istri dan anak

karena hal itu dapat memberikan ciri khas tersendiri. Seseorang sering pula tidak dapat merasakan

baunya sediri karena telah terbiasa, seperti halitosis, ini terjadi karena adanya efek ”adaptasi” dimana

karena bau tersebut menjadi ada dan terpapar terus-menerus, menyebabkan syaraf olfactorius menjadi

teradaptasi sehingga tidak disadari lagi adanya bau.

Menurut Fahrudin (2002) pada umumnya halitosis bisa dialami oleh semua orang, pria-wanita,

besar-kecil, tua-muda, bayi ataupun lanjut usia walaupun hanya sehari. Bau tersebut bisa bersifat

sementara bisa berbulan-bulan, atau bertahun-tahun. Tingkat baunya bermacam-macam, mulai dari

yang ringan sampai yang berat.

Meskipun biasanya orang menyebut bau mulut tak sedap, namun sebenarnya sumber bau

mulut itu tidak hanya dari rongga mulut saja, tetapi juga bisa dari rongga hidung, paru-paru dan lain-lain.

Tetapi bila orang yang bersangkutan itu sediri mempunyai syaraf-syaraf pembauannya rusak,

maka ia tidak mengetahui kalau bau mulutnya berbau. Jadi hanya orang lain yang berada di depannya

saja yang bisa tau. Tidak ada penyakitpun hanya dari mulut bisa berbau, karena makan-makanan yang

berbau merangsang atau karena obat-obatan yang diminum, bahkan mulut kering karena pernapasan

melalui mulut yang terus-menerus juga menimbulkan halitosis. Halitosis disebabkan oleh faktor-faktor

yang berasal dari mulut,sebab-sebab sistemik atau kelainan pada daerah nasofaringeal (Djaya, 2001).
2. Faktor-Faktor Penyebab Halitosis

a. Faktor lokal

Menurut Djaya (2002) di dalam rongga mulut mempunyai peranan besar terhadap terjadinya

halitosis, dan banyak sekali berpendapat bahwa di dalam mulut mikroorganisme yang membentuk flora

normal mulut. Jutaan koloni berbagai jenis bakteri di dalam rongga mulut yang berguna untuk

membantu pencernaan makanan.

Di dalam rongga mulut juga terdapat gigi yang mempunyai pengaruh terhadap halitosis seperti

kebersihannya dan kesehatannya, jaringan penyangganya (periodontium). Terdapat juga jaringan lunak

mulut seperti gingiva, mukosa serta lidah.beberapa faktor penyebab halitosis dari halitosis dari rongga

mulut :

- Lidah

Berdasarkan studi yang dilakukan menyatakan bahwa permukaan lidah bagian paling belakang lidah

merupakan sumber utamanya terjadinya halitosis. Lidah mempunyai tonjolan-tonjolan halus pada

papilla-papila pada seluruh permukaannya, terdapat tiga jenis papila yang terbesar pada tempat-tempat

tertentu dimana panjang-pendeknya papilla ini bervariasi pada setiap individu. Permukaan lidah

merupakan tempat utama aktivitas serta berkembang biaknya bakteri. Daerah-daerah di antara papila-

papila serta dasar lidah tersebut merupakan tempat paling disukai oleh bakteri khusus bakteri-bakteri

anaerob. Disamping itu permukaan lidah seperti halnya permukaan gigi juga dapat tertutup oleh plak
yang merupakan lapisan tipis seperti film berasal dari sisa-sisa makanan terutama bagian posterior. Oleh

karena itu membersihkan lidah sangatlah penting khususnya dalam mencegah halitosis (Dyaja,2001).

- Ludah

Ludah atau saliva mempunyai peranan penting terhadap terjadinya halitosis yaitu adanya suatu aktivitas

pembusukan oleh bakteri yaitu adanya degradasi protein menjadi asam amino oleh mikroorganisme

(Djaya, 2001).

- Stomatitis

Stomatitis yaitu radang pada selaput lendir mulut. Salah satu jenis stomatitis yang amat jahat yaitu

adalah jenis noma, stomatitis yang berbau busuk (Djaya, 2001).

- Karies gigi

Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang

disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Jika dibiarkan

lama kelamaan gigi akan membusuk dan menimbulkan bau mulut (Ginting, 1985).

- Karang gigi / kalkulus

Karang gigi atau kalkulus adalah suatu endapan keras yang melekat pada permukaan gigi. Karena gigi

mempunyai permukaan yang kasar sehingga sisa-sisa makanan dan air ludah melekat pada permukaan

gigi dan menimbulkan bau mulut. Penyebab timbulnya karang gigi adalah karena penimbunan lapisan

mineral pada gigi yang berbatasan dengan gusi, dan dapat menimbulkan gangguan gigi serta gusi

(Ginting,1985).

- Periodontitis
Radang sekitar gigi ini dapat timbul karena adanya ransangan plak dan kalkulus yang menyebabkan

pembengkakan jaringan gusi dan terjadi poket atau yang lebih dalam dari normal yang selanjutnya

menjadi bertambah dalam diakibatkan adanya kerusakan serat-serat periodontal dan tulang-tulang

alveolar (Ginting, 1985).

- Sisa akar gigi

Seandainya kalau karies gigi dibiarkan semakin lama semakin besar dan akhirnya gigi hancur semua,

akhirnya di dalam tulang hanya tertinggal sisa akar membusuk (Ginting, 1985).

- Pemakaian protesa atau gigi palsu

Pemakaian gigi palsu yang tak terawat menimbulkan bau mulut yang tidak sedap karena tidak dijaga

kebersihannya, terutama gigi tiruan, sekarang ini telah jarang dibuat dan hampir selalu berbau tidak

sedap (Yuwono, 1989).

b. Faktor umum

Yaitu penyebab halitosis yang berasal dari selain dalam rongga mulut :

- Rokok/Perokok

Yaitu bau dan rasa dari mulut seorang perokok cukup khas yang biasanya dapat ditentukan apakah

pasien merokok sigaret, cerutu atau dengan pipa. Pasien yang menghembuskan nafas berarti
mengeluarkan bau dari paru-paru. Bronkus, mulut, hidung dan sinus paranasal, meningkatkan sekresi

mukosa dapat memperburuk bau tersebut (Irawati, 2005).

- Diet

Salah satunya diet juga dapat menimbulkan halitosis, makanan yang digoreng juga dapat melimbulkan

bau mulut bahkan setelah gigi di bersihkan. Kopi juga dapat mempunyai yang khas, tetapi bau hilang

setelah dilakukan penyikatan gigi (Temmy, 2002)

- Kelainan rongga tenggorokan atau nasoparing

>Pharingitis yaitu radang selaput lender tenggorokan (Irawati, 2005).

>Sinus paranasal, yaitu sinus yang mengalami radang dan menguarkan nanah sehingga menimbulkan

bau (Djaya, 2001).

>Tonsilitis akut, dimana tonsil membengkak, dan mengandung nanah sehingga menimbulkan bau (Djaya,

2001).

>Rinitis yaitu peradangan mukosa fosa nasali terutama rhinitis atrofi (ozaena) yaitu mukosa hidung

menjadi sklerotik, fosa nasal tersumbat oleh krusta yang menghasilkan bau mulut yang busuk (Irawati,

2005).

- Penyakit ginjal kronis

Dalam rongga mulut biasanya berbau kurang sedap pada penyakit penyakit ginjal kronis dengan lidah

yang kering dan berubah warna. Urea dikeluarkan melalui kelenjar ludah bila pasien mengalami uremia

yang parah dan bau mulut berbau urine (Irawati, 2005).

- Keadaan hepatikum
Keadaan hepatikum ini terdapat pada fungsi hati yang sangat akut dan dapat dianggap sebagai tanda

kemungkinan terjadinya koma. Bila pasien belum berada pada keadaan yang sangat akut, bau mulut

pasien yang hepatikum yang sering disebut dalam sejumlah istilah, seperti bau kayu lapuk, tikus, dan

bahkan bau bangkai segar (Yuwono, 1989).

- Paru-paru dan bronkus

Penyakit paru-paru dan bronkus dapat berupa abses, kavitas dan daerah-daeah strategi dapat

memperburuk bau mulut. Keadaan seperti bronkiektasis, abses paru-paru, enpyema, dan keadaan lain

yang dapat menimbulkan pembusukan kavita paru-paru dapat menimbulkan halitosis (Yuwono, 1989).

C. Karang Gigi

Karang gigi adalah bakterial plak yang mengalami endapan keras/mineralisasi, dapat terbentuk

pada semua permukaan gigi dan celah gigi yang berwarna mulai kekuning-kuningan, kecoklat-loklatan,

kehijau-hijauan sampai kehitam-hitaman dan mempunyai permukaan yang kasar. Oleh karena karang

gigi yaitu endapan keras dari plak, maka terbentuknya adalah berdasarkan perkembangan dari plak oleh

karena itu plak harus ada untuk terbentuknya karang gigi. Untuk mengontrol karang gigi harus dimulai

dengan plak kontrol (Sunaryo, 1984).

Teori pembentukan karang gigi sangat bervariasi, tetapi pada umumnya para ahli berpendapat

bahwa antara plak dan karang gigi terdapat hubungan yang erat sekali, sehingga tidak dapat dipisahkan

satu sama lainnya, tinggal terlalu lama pada permukaan gigi yang akan mengeras menjadi karang gigi.
Penyebab ini berasal dari pengendapan bahan-bahan kasar, air ludah dan serum darah, akibat adanya

suatu peradangan. Karang gigi mempunyai permukaan kasar sehingga sisa-sisa makanan dan air ludah

melekat pada permukaan gigi tersebut. Selanjutnya karang gigi akan terus terbentuk dan bertambah

banyak sehingga dapat menutupi sebagian permukaan gigi dan dapat juga dipermukaan akar gigi

dibawah tepi gusi (Djuita, 1995).

1. Klasifikasi Karang Gigi / Kalkulus

Berdasarkan hubungan terhadap gingiva margin, karang gigi dibagi dalam

a) Supra gingival kalkulus

Melekat disebelah korona dari crest gingiva margin dan dapat dilihat. Warnanya putih

kekuningan atau putih keabuan, klasifikasinya terganyung pada mineral-mineral yang terdapat didalam

saliva dan lebih banyak terdapat di daerah tempat berkumpulnya saliva; misalnya pada daerah lingual

gigi daerah anterior bawah, dan permukaan bukal gigi-gigi molar rahang atas. Supragingival kalkulus

mempunyai konsentrasi seperti tanah liat, warnanya dapat dipengaruhi oleh pigmentasi yang berasal

dari tembakau, makanan atau metabolisme bakteri. Pada kasus-kasus yang eksterim kalkulus dapat

membentuk menutupi permukaan oklusi gigi yang tidak berfungsi (Sunaryo, 1984).

b) Subgingival kalkulus
Melekat disebelah apikal dari crest gingiva margin di dalam sulkus gingiva dan

poket, tidak terlihat pada pemeriksaan. Untuk menentukan adanya subgingiva kalkulus digunakan

sonde. Konsentrasinya padat dan keras, warnanya coklat tua atau hijau kehitam-hitaman. Bayangan

warna ini dapat terlihat berupa warna gelap membayang disekitar gingival margin. Klasifikasinya

sebagian besar berasal dari mineral-mineral yang terdapat didalam gingival (Sunaryo, 1984).

2. Komposisi Karang Gigi

Komposisi karang gigi bervariasi sesuai dengan lamanya pembentukan. Terdiri dari 80% masa

anorganik, air dan matrik organik dari protein dan karbohidrat. Fraksi anorganik terutama dari fosfat

kalsium, dalam bentuk hidroksid apatid, brushide, whitlockite, dan fosfat oktakalsium. Selain itu juga

terdapat sejumlah kecil kalsium karbonat, magnesium fosfat, dan fluor. Kandungan fluor dari karang gigi

adalah beberapa kali lebih besar dari pada di dalam plak (Manson, 1993).

BAB III

KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori

Teh hijau mengandung zat aktif bernama katekin yang dapat membunuh bakteri di mulut, dapat

menahan proses pembentukan plak gigi. Tidak hanya menghalangi tapi justru membunuh bateri

pembentuk plak dan karang gigi sehingga tidak terjadinya bau mulut dengan mekanisme menghambat

radikal bebas.

B. Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional

Mekanisme atau cara kerja zat aktif (katekin) yang terkandung di dalam teh hijau yang

dapat membunuh bakteri dalam mulut dan menghambat pertumbuhan plak sehingga tidak terjadinya

suatu endapan keras yang melekat pada permukaan gigi (karang gigi) yang menyebabkan bau mulut.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan yang dibahas

berdasarkan metode studi kepustakaan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku, makalah

ilmiah, serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan mekanisme teh hijau untuk

menghilangkan halitosis yang disebabkan oleh kalkulus.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan penelaahan kepustakaan (library research) yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca dan mempelajari buku-buku literatur, laporan-

laporan, serta makalah ilmiah lainnya yang kemudian dibahas berdasarkan teori-teori yang ditemukan,

sehingga dapat menciptakan pemahaman serta diperoleh arah dan hasil penelitian yang tepat dan

relevan.

BAB V

PEMBAHASAN

Sekresi saliva berkaitan erat dengan kesehatan rongga mulut, terutama berhubungan dengan

pembentukan pada plak, plak adalah Plak gigi adalah lapisan lembut yang terbentuk dari campuran

antara makrofag, leukosit, enzim, komponen anorganik, matriks ekstraseluler, epitel rongga mulut yang
mengalami deskuamasi, sisa-sisa makanan serta bakteri yang melekat di permukaan gigi. Bakteri yang

berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah bakteri dari genus Streptococcus, yaitu bakteri

Streptococcus mutans (Maulani, 2006).

Jika plak tidak segera dibersihkan maka dapat menimbulkan karang gigi. Pembentukan karang

gigi dimulai dengan pengendapan garam kalsium fosfat yang dapat terjadi apabila lingkungannya

mempuyai ph tinggi yang basa, sehingga plak dan sisa-sisa makanan menempel pada permukaannya.

Akibat adanya pengendapan kalsium fosfat dalam lingkungan basa dapat memudahkan bakteri dalam

menghasilkan amoniak yang mengandung uriase. Hasil dari metabolisme bakteri ini berupa gas atau

senyawa sulful yang mudah menguap sehingga dapat menyebabkan bau mulut (Wibisono, 2002).

Adanya senyawa sulfur yang mudah menguap atau Volatile sulful Compounds (VSC), merupakan

unsur utama penyebab halitosis. VSC adalah hasil aktifitas bakteri-bakteri anaerob di dalam mulut

berupa senyawa yang berbau tidak sedap dan mudah menguap hingga menimbulkan bau yang tercium

oleh orang lain disekitarnya. Aktifitasnya di dalam mulut bakteri anaerob bereaksi dengan protein-

protein yang ada, protein di dalam mulut dapat diperoleh dari sisa-sisa makanan yang mengandung

protein, sel-sel darah yang telah mati, bakteri-bakteri yang telah mati ataupun sel-sel epitel yang

terkelupas dari mukosa mulut. (Djaya, 2002).

Di dalam mulut normal diperkirakan rata-rata terdapat sekitar 400 macam bakteri dengan

berbagai tipe. Meskipun penyebab bau mulut belum diketahui dengan jelas, kebanyakan dari bau

tersebut berasal dari sisa makanan di dalam mulut. Masalah akan muncul bila sebagian bakteri

berkembang biak. Kebanyakan dari bakteri ini bermukim di leher gigi bersatu dengan plak dan karang

gigi, selain itu di balik lidah juga ada karena daerah tersebut merupakan daerah yang aman dari kegiatan

mulut sehari-hari. Bakteri tersebut memproduksi toksin atau racun, dengan cara menguraikan sisa

makanan dan sel-sel mati yang terdapat di dalam mulut. Racun inilah yang menyebabkan bau mulut
pada saat bernafas karena hasil metabolisme proses anaerob pada saat penguraian sisa makanan

tersebut menghasilkan senyawa sulfide dan ammonia (Vyati, 2009).

Upaya pencegahan lebih banyak ditujukan untuk mengurangi terjadinya penumpukan plak yang

berlebihan di dalam rongga mulut. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan teh hijau (ryokucha)

(Hattori & Sakanaka, 1998). Teh hijau mengandung zat aktif bernama katekin yang dapat membunuh

bakteri di mulut, sekaligus menghilangkan gula dari plak dan menghilangkan bakteri penyebab napas

berbau. Minumlah 2 sampai 5 cangkir teh hijau sehari (Johnson, 2009).

Teh hijau memiliki kandungan katekin yang tinggi karena pada pembuatan teh hijau tidak

melibatkan proses fermentasi yang merupakan oksidasi polifenol (katekin). Oleh karena itu teh hijau

yang kaya akan kandungan katekin yang mampu mencegah pertumbuhan bakteri pembentuk plak.

Sedangkan pada teh hitam, kandungan katekin sangat rendah karena pada proses pembuatannya

melibatkan proses fermentasi yang merupakan proses oksidasi polifenol (katekin) (Khamson, 2008).

Para ahli yang meneliti daun teh hijau sepakat, bahwa teh hijau mengandung senyawa-senyawa

bermanfaat. Salah satu kandungan teh hijau yaitu senyawa substansi fenol yaitu katekin. Kandungan

katekin dalam teh hijau adalah 30-42% berat kering daun teh hijau, meski total kandungannya bervariasi

tergantung lokasi tumbuh, musim, intensitas cahaya dan ketinggian tempat (Hollenberg, 2008).

Teh hijau mengandung 30-42% polifenol yang sebagian besar dikenal sebagai katekin. Katekin

adalah antioksidan yang sangat kuat, lebih kuat dari vitamin E, C dan 0-karoten. Senyawa katekin yang

terkandung didalam teh hijau yaitu :

- epitekin (EC)

- epikatekin galat (ECG)


- epigallokatekin (EGC)

- epigallokatekin galat (EGCG)

.Dari keempat komponen katekin teh tersebut, EGCG merupakan komponen utama yang paling

potensial. Salah satu fungsi utama dari EGCG adalah sebagai antioksidan, dengan mekanisme

menghambat radikal bebas yang terjadi di dalam lingkungan sehingga menghambat reaksi berantai yang

dapat menyebabkan kerusakan oksidatif bagi struktur mikroorganisme salah satunya bakteri dari genus

Streptococcus, yaitu bakteri Streptococcus mutans. Selain sebagai antioksidan, EGCG juga berfungsi

sebagai antimikroba, antimutagenik dan antikarsinogenik (Wulandari, 2008).

Katekin yang terkandung di dalam teh hijau dengan konsentrasi tinggi, memiliki kemampuan

untuk mengurangi pembentukan plak gigi dengan membunuh bakteri penyebab (Streptococcus mutans)

dan menghambat aktivitas enzim glikosiltransferase (GTF) dari bakteri tersebut. Enzim GFT ini

mengubah sukrosa menjadi glukan yang merupakan penyebab pembentukan plak gigi. Berdasarkan

pengaruh katekin terhadap plak gigi, hasilnya menunjukan bahwa jumlah bakteri (Streptococcus

mutans) berkurang sehingga pembentukan plak gigi pun berkurang (Hattori & Sakanaka, 1998).

Selain itu hasil juga menunjukan bahwa antioksidan, dengan mekanisme dari katekin bisa

menghambat reaksi berantai sehingga tidak terjadi senyawa belerang yang terbentuk dalam mulut

seperti metil mercaptan dan beberapa sulfid (VSC) sebagai hasil penguraian protein oleh enzim dan

bakteri (Wulandari, 2008).

BAB VI

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari sisa-sisa makanan yang mengandung protein dan kumpulan bakteri yang melekat pada

permukaan gigi terjadi plak gigi. Jika plak tidak segera dibersihkan maka dapat menimbulkan karang gigi,

Karang gigi inilah salah satu yang dapat menyebabkan bau mulut.

Katekin yang terkandung di dalam teh memiliki kemampuan untuk menghambat proses

pembentuk plak gigi. Selain itu dapat membunuh bakteri di dalam mulut dan menghilangkan gula dari

plak.

B. Saran

Penulis juga mengharapkan agar pembaca untuk minum teh hijau 2 sampai 5 cangkir sehari.

Karena teh hijau mengandung zat aktif (katekin) yang mampu menehan proses pembentukan plak yang

berhubungan juga dengan pembentukan karang gigi.

Penulis mengharapkan kepada pembaca untuk lebih pemperhatikan kebersihan gigi dan

mulutnya dengan cara mengontrol plak agar tidak menumpuk yang mengakibatkan terjadinya karang

gigi, terlebih adanya karang gigi sebaiknya segera dibersihkan supaya tidak menimbulkan bau mulut,

karena karang gigi juga dapat menyebabkan bau mulut disertai dengan adanya senyawa sulfur yang

mudah menguap.
DAFTAR PUSTAKA

Djaya, A, 2001

Halitosis. Klinik Indonesia : Jakarta. Hal 3-14

Djuita, I, 1995

Spesifik Protektion. Buku Kedokteran:Bandung. Hal 27-28

Fahrudin, D, 2002.

Bau Mulut. http//:www.Astaga.Com.

Ginting, B, 1985

Mulut Sehat Gigi Kuat, Publicing House : Bandung. Hal 11-13

Gede, A, 2006

Mengenal Ragam Dan Manfaat Teh.http//www.Anekaplanta.wordpress.Com.

Hanzi, 2009

Teh hijau. http://id.wikipedia.org/wiki.com.

Haskel. R, & Gayford.J.J, 1979

Penyakit Mulut, Buku Kedokteran:Jakarta. Hal 177-178


Hattori & Sakanaka, 1998

Senyawa Katekin The.http://www.m3undip.org//artikel.htm.

Hollenberg, N, 2008

Manfaat.Katekin.dalam.Teh.http://suaramerdeka.com.

Irawati, 2005

Bau Mulut No Way.http//www.f-buzz.Com.

Ita, 2002

Dadaunan Penghilang Bau Mulut. http//:www.suaramerdeka.comcybernews

Johnson, J, 2009

Mulut/halitosis-alias-bau-mulut. http://cantik.sayanginanda.com.

Khomsan, A, 2008

Kandungan-kimia-pada-teh-hijau.http://wafasukses.wordpress.com.

Manson, J. D. B. M, 1993

Periodonti.Buku Ajaran: Jakarta. Hal 26-28

Maulani, C, 2006

Plak.http://dention.bravehost.com//.htm.
Nazarudin, 1996

Pembudayaan dan Pengolahan Teh, Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 3-4

Okie, S, 2008

Usir Bau Mulut Dengan Teh. http://doktersehat.com.

Roeslan, B. O, 1999

Peranan Biologi Oral Dalam Bidang Kedokteran Gigi, Majalah Kedokteran gigi. No.39

Sunaryo, L. Z. B, 1984

Priodontologi.Buku Ajaran: Jakarta. Hal 56-58

Temmy, 2002

BauTakSedapDariMulutTakPerluada.http//:www.kompas.com.cetak/iptek/baum 36 htm.

Vyati, E, 2009

halitosis-bau-mulut.http://doktersehat.com

Wibosono, L, 2002

Menyiasati Bau Mulut. http//www.Indonesia.com/intisari/bau mulut.Htm

Widiati, 2003

Mulut Sehat. http//www.kompas.Com/kesehatan/news.Hhm

Wulandari, 2008
Antioksidan.http://www.adln.lib.unair.ac.id.com.

Yuwono, L, 1989

Penyakit Mulut.Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta. Hal 9

BIODATA PENULIS

Nama : Jumadiansyah

Tempat, tanggal lahir : Sarang Burung Usrat, 27 Desember 1986


Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

: Sarang Burung Usrat, kec. Jawai, kab. Sambas

Nama orang tua : Ayah bernama Ambia

ibu bernama Patimah

Alamat orang tua : Sarang Burung Usrat, kec. Jawai, kab. Sambas

Jenjang pendidikan

1. SD : SDN 42, SB. Usrat tamat pada tahun 1999

SLTP : Tsyanawiah AL-Azhar, SB. Kuala, kec. jawai tamat pada tahun 2002

3. SLTA : SMU N 1, Sentebang, kec. jawai tamat pada tahun 2005

Motto : Kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda, jadi tetaplah berjuang dan terus berjuang untuk

mendapatkan keberhasilan itu

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK DEPKES PONTIANAK

JURUSAN KESEHATAN GIGI

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009

Jumadiansyah
Mekanisme Teh Hijau (Ryokucha) Untuk Menghilangkan Halitosis Yang Disebabkan Oleh Kalkulus

X + 28 Halaman

ABSTRAK

Rongga mulut merupakan bagian saluran cerna dengan biologi yang unik, terdiri atas jaringan
lunak dan keras seperti tubuh lainnya. Dalam rongga mulut ini juga terdapat kelainan-kelainan, salah
satunya yaitu bau mulut atau halitosis. Tanaman teh salah satu tanaman yang dijadikan obat tradisional.
Selain itu tanaman teh merupakan salah satu obat yang dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa. Teh bisa
diminum panas atau dingin sebagai minuman penyegar atau obat. Banyak pula yang mencampurkan
dengan bahan-bahan tertentu untuk mengobati berbagai penyakit.

Tujuan studi kepustakaan ini adalah untuk mengetahui mekanisme teh hijau (ryokucha) untuk
menghilangkan bau mulut yang disebabkan oleh kalkulus. Selain itu juga untuk mengetahui
perbandingan antara teh apa yang paling banyak kandungan zat yang berkhasiat untuk menghilangkan
halitosis.

Pembahasan mengenai mekanisme teh hijau (ryokucha) untuk menghilangkan halitosis yang
disebabkan oleh kalkulus diambil dari bebebapa buku referensi dan internet yang dimaksudkan untuk
mengetahui mekanisme teh hijau (ryokucha) berdasarkan studi kepustakaan.

Hasil dari studi kepustakaan ini adalah mekanisme teh hijau (ryokucha) untuk menghilangkan
halitosis yang disebabkan oleh kalkulus. Para ahli yang meneliti daun teh hijau sepakat, bahwa teh hijau
mengandung senyawa-senyawa bermanfaat. Salah satu kandungan teh hijau yaitu senyawa substansi
fenol yaitu katekin. Kandungan katekin dalam teh hijau adalah 30-42% berat kering daun teh hijau,
Sebab teh hijau mengandung zat aktif yang bernama katekin yang mampu menghambat bakteri
pembentuk plak dan karang gigi sehingga menghilangkan halitosis.

Kata Kunci: Mekanisme Teh hijau (ryokucha), Halitosis oleh kalkulus


Daftar bacaan : 25 (1979-2009)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia-Nya saya dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ”Mekanisme Teh Hijau (Ryokucha) Untuk

Menghilangkan Halitosis Yang Disebabkan Oleh Kalkulus” yang mana Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah

satu persyaratan akademik dalam rangka menyelesaikan kuliah di Politeknik Kesehatan Depkes

Pontianak Jurusan Kesehatan Gigi.

Dalam rangka menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami kesulitan baik

dalam mencari literatur maupun penyusunannya. Namun berkat bantuan pembimbing serta teman-

teman, Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak drg. Miftah Tri Abadi, M.Kes, selaku Pembimbing Pertama, telah banyak memberikan dukungan

dan bimbingan baik dalam penyusunan maupun penulisan Karya Tulis Ilmiah saya ini.

2. Ibu drg. Lindawati M.Kes, selaku pembimbing kedua yang telah banyak memberikan dukungan dan

bimbingan baik dalam penyusunan maupun penulisan Karya Tulis Ilmiah saya ini.

3. Bapak Damhuji, S.SiT, MPH, selaku penguji, telah banyak memberi saran dan motivasi.

4. Bapak drg. H. Abral, selaku Ketua Jurusan Kesehatan Gigi Poltekes.

5. Para Dosen di Jurusan Kesehatan Gigi yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


6. Kepada orang tua, abang, kakak, abang ipar, kakak ipar, dan keponakan yang saya sayangi terima kasih,

pengertian jerih payah dan doanya untuk keberhasilan penulis. Ucapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan dan motivasi bagi penulis.

7. Kekasih saya yang tersayang terima kasih yang telah banyak membantu dalam kesulitan baik di dalam

pembuatan Karya Tulis Ilmiah maupun yang lainnya, dan atas dukungan dan motifasinya yang tanpa

henti salama ini.

8. Kepada sahabat-sahabat saya yang selalu setia dalam suka dan duka, tidak bisa dituliskan namanya satu-

satu teman-teman seperjuangan di Politeknik Kesehatan Jurusan Gigi angkatan 2006 yang telah

memberikan dukungan dalam penyusunan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna dan masih terdapat

kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pihak lain

memanfaatkannya.

Pontianak, Juli 2009

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

ABSTRAK..............................................................................................................ii

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI………………….………..…..iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN…………………….……………………….iv

PERNYATAAN SIDANG………………………………..……………………...v

BIODATA PENULIS……………………………………….…………………..vi

KATA PENGANTAR..........................................................................................vii

DAFTAR ISI..........................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang…………………………………..…………… 1

B.     Rumusan Masalah……………………...…………………..… 3

C.     Tujuan……………………………...……………………….... 3

D.    Manfaat……….…………………...………………………… 4

E.     Ruang Lingkup…..…………………....……………………… 4


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.    Teh……………………………………....…………………… 5

B.     Halitosis…………………………………....………….……... 9

C.     Karang Gigi............................................................................. 17

BAB III KERANGKA TEORI

A. Landasan Teori........................................................................20

B. Kerangka Konsep………………………………....…….…....20

C. Depinisi Operasional................................................................20

BAB IV METODOLOLI PENELITIAN

A.    Rencana Penelitian...................................................................21

B.     Pelaksanaan Penelitian.............................................................21

BAB V PEMBAHASAN......................................................................................22

BAB VI PENUTUP

A.    Kesimpulan..............................................................................26

B.     Saran........................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

http://amcsatria.blogspot.com/2012/06/karya-tulis-ilmiah-gigi.html

Anda mungkin juga menyukai