Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
BAB 1
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan
yang terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia
dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Upaya kesehatan gigi perlu di tinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran
masyarakat dan penanaganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Dalam hal ini
contohnya anak SD yang masih belum banyak memiliki pengetahuan yang luas terutama tentang
kesehatan gigi dan mulut. Usaha pemerintah dalam membangun kesehatan tentunya
membutuhkan orang-orang yang dapat memberikan penjelasan mengenai kesehatan gigi dan
aturan yang ada dalam bidang kesehatan, terutama kesehatan gigi (Kesehatan Gigi dan Mulut.
2010).
1
Kesehatan gigi adalah bagian integral dari kesehatan umum, sehingga perlu bagi kesehatan gigi
untuk senantiasa meningkatkan kemampuan sesuai dengan perkembangan kesehatan pada
umumnya. Penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah
satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut (Notoatmodjo
cit Fankari, 2004). Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya
pemeliharaan gigi dan mulut. Anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal
menjaga kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan anak mengenai kesehatan
gigi dibanding orang dewasa. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk dan
salah satu faktor yang dapat merusak gigi adalah makanan dan minuman , yang mana ada yang
menyehatkan gigi dan ada pula yang merusak gigi (Kesehatan Gigi dan Mulut, 1989: 132).
Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang
membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies (Penyebab dan Gejala
Timbulnya Karies Gigi. 2010). Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota
tubuh lainnya, sehingga dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Pentingnya perawatan gigi
dan mulut serta menjaga kebersihannya karena mulut bukan sekedar pintu masuknya makanan
dan minuman saja, tetapi mulut juga bisa menjadi pintu masuknya mikroorganisme yang dapat
menyebabkan kerusakan pada gigi.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap tingkat pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan
mulut terdapat 76,2% anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8-10 anak)
mengalami gigi berlubang. Pada angka nasional untuk karies gigi usia 12 tahun mencapai
76,62%. Dan berdasarkan hasil survei sementara tentang tingkat pengetahuan anak tentang
kesehatan gigi dan mulut di SDN Tanjung Riu Kecematan Kurun Kabupaten Gunung Mas,
bahwa dari 30 siswa ada banyak siswa yang kurang tahu tentang pentingnya kesehatan gigi dan
mulut salah satu contohnya ada 18 siswa yang mengalami gigi berlubang,3 siswa yang memiliki
gigi ompong, 6 siswa yang memiliki karang gigi dan 3 siswa yang hanya memiliki gigi yang
bersih dan sehat. Hal ini jelas menandakan adanya permasalahan yang cukup laten yaitu
minimnya kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut di masyarakat terutama
di SDN Tanjung Riu Kecematan Kurun Kabupaten Gunung Mas (Buku induk siswa yang ada di
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama
pada anak usia sekolah perlu mendapat perhatian khusus karena pada usia ini anak sedang
menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap
perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Penyebab timbulnya masalah kesehatan
gigi dan mulut pada anak salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya
pemeliharaan gigi dan mulut. Berdasarkan dari uraian diatas maka peneliti akan meneliti
bagaimana tingkat pengetahuan siswa kelas III, IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecematan
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana tingkat pengetahuan tentang
kesehatan gigi dan mulut pada anak kelas III, IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun
1.2 Tujuan
Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut pada
anak kelas III, IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas.
5. Mengidentifikasi pengetahuan tentang pencegahan gigi berlubang dan gusi berdarah.
6. Mengidentifikasi pengetahuan tentang akibat tidak merawat gigi dan mulut.
Memberikan imformasi kepada siswa dan menambah tingkat pengetahuan siswa tersebut
tentang kesehatan gigi dan mulut. Sehingga siswa sendiri menyadari akan pentingnya kesehatan
gigi dan mulut dan mengubah berbagai perilaku yang kurang baik.
Memberikan imformasi kepada guru, siswa bersangkutan dan pihak terkait mengenai
kesehatan gigi dan mulut sehingga perlu ditingkatkan lagi kegiatan UKS yang ada di SDN
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan dan diharapkan dapat membantu
meningkatkan mutu pelayanan yang ada di Tanjung Riu serta ikut berperan aktif dalam
meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi dan mulut dan sebagai bahan untuk
memperkuat teori tentang kesehatan gigi dan mulut sehingga perlu diperhatikan lagi.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan tambahan materi bacaan khususnya yang
berkenaan dengan bidang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, dan dapat digunakan sebagai
bahan pertandingan jika suatu saat dilakukan penelitian tentang hal yang sama, serta menambah
Dengan adanya penelitian ini dapat digunakan untuk mempraktekkan ilmu yang diperoleh
METODE PENELITIAN
penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih
Desain penelitian deskfriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran atau deskripisi tentang suatu keadaan secara objektif
Dalam penelitian ini rancang bangun yang dipakai adalah deskriptif. Dalam penelitian ini
akan menggambarkan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut pada anak kelas III,
IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas.
27
Kerangka kerja merupakan tahap yang penting dalam suatu penelitian yaitu menyusun kerangka
konsep. Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk
suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel baik variable yang diteliti maupun yang
tidak diteliti (Nursalam, 2009:55).
Populasi
Seluruh anak SD kelas III, IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung
Mas
Data ditabulasi
Analisis data secara deskriptif
Penyajian data
Simpulan dan saran
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Tingkat Pengetahuan anak SD tentang kesehatan Gigi dan Mulut.
3.3 Identifikasi Variabel
variabel yang ada dalam penelitian seperti variabel independen, dependen, moderator, control,
variabel terikat (dependen). Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu pengetahuan tentang kesehatan gigi
dan mulut.
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan
oleh parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan
Tabel 3.1 Definisi Operasional Tingkat pengetahuan anak SD tentang kesehatan gigi dan mulut
Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Tingkat Adalah - Pengertian Wawancar Ordina Baik: Nilai = 76-
pengetahua kemampua kesehatan a l 100%
n tentang n siswa gigi dan Kuesioner Cukup: Nilai =
kesehatan untuk mulut 56-75%
gigi dan mengingat - Cara Kurang:
mulut dan menyikat Nilai = ≤55%
memahami gigi
materi gigi -
yang sehat Bagaimana
dan mulut menjaga
yang sehat gigi agar
tetap sehat
- Makanan
yang dapat
merusak
gigi
-
Pencegaha
n gigi
berlubang
- Akibat
dari tidak
merawat
gigi
3.5.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2009:89). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa
kelas III, IV, danV di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas.
Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling yang akan menjadi sasaran
akhir penelitian. Pada penelitian ini populasi target yaitu anak SD kelas III, IV, dan V.
Populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan biasanya dapat
dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya. Pada penelitian ini populasi terjangkau yaitu semua
siswa kelas III, IV, dan V yang berjumlah 30 orang yang diharapkan dapat mewakili semua
siswa yang ada di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas.
3.5.2 Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan
Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sejumlah 30 siswa (total sampel)
yang data diperoleh dari buku induk siswa kelas III, IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecamatan
Kurun Kabupaten Gunung Mas dan sesuai dengan standar target sampel yang diinginkan
3.5.3 Sampling
Sampling adalah cara atau teknik untuk menentukan sampel (Wasis 2008:47).
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi.
Sample diambil menggunakan teknik ‘nonprobability sampling’ tertentu untuk bisa memenuhi
atau mewakili populasi dengan cara accidental sampling (consecutive sampling), yaitu pemilihan
sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam
penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi
(Nursalam 2009:94).
Adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan
akan diteliti (Nursalam, 2009: 92). Dalam penelitian ini kriteria inklusinya, yaitu :
1). Anak SD kelas III, IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas
yang bersedia untuk diteliti dengan menandatangani surat persetujuan peserta penelitian.
2. Kriteria eksklusi
Adalah menghilangkan/ mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi
karena berbagai sebab (Nursalam, 2009: 92). Dalam penelitian ini kriteria eklusinya, yaitu :
Lokasi penelitian ini dilakukan di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung
Mas.
melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat
hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data tersebut antara lain dapat berupa kuesioner/angket,
Dalam penelitian ini digunakan alat ukur berupa angket/kuesioner yang merupakan alat
ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Alat ukur ini digunakan bila
responden jumlahnya besar dan tidak buta huruf (Hidayat, 2008 : 36). Bila subjek buta huruf,
lanjut usia, dan sebjek kesulitan membaca yang lain, pertanyaan dapat diajukan secara langsung
kepada subjek atau disampaikan secara lisan oleh peneliti dari pertanyaan yang sudah tertulis
Data primer yaitu data yang dikumpulkan melalui wawancara atau interview dan
menggunakan kuesioner kepada siswa kelas III, IV, dan V di SDN Tanjung Riu Kecamatan
Data sekunder yaitu data yang didapat dari Pihak Sekolah SDN Tanjung Riu Kecamatan
Kurun Kabupaten Gunung Mas tentang jumlah siswa kelas III, IV, dan V.
Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan pengolaan data sebagai berikut :
1. Pemberian kode (Coding) adalah cara mengkode responden, pertanyaan – pertanyaan dan
2. Scoring adalah menentukan skor/nilai untuk setiap item pertanyaan, tentukan nilai terendah dan
Tabulasi adalah proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel pada tahap ini data dianggap
telah selesai diproses sehingga harus segera disusun kedalam suatu format yang telah dirancang.
jawaban benar diberi nilai 1, sedangkan jika jawaban responden salah diberi nilai 0. Setelah
sebagai berikut :
I. Nilai = 76-100% jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori baik.
II. Nilai = 56-75% jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori cukup.
III. Nilai = ≤ 55% jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori kurang.
3.7 Keterbatasan
Keterbatasan yang akan dijumpai peneliti selama proses pengumpulan data sangat
Peneliti mungkin menemui hambatan karena jumlah subjek yang tersedia atau mereka
Subjek setuju untuk menjadi responden, akan tetapi salah dalam pengisian ataupun tidak
lengkap, ataupun subjek tidak ada ditempat pada waktu wawancara, atau tidak mengembalikan
daftar isian dari kuisioner atau terganggu kesehatannya sehingga dkeluarkan dari penelitian.
menakut-nakuti sehingga isian atau jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan kehendak
responden.
3.7.2.1 Interaksi
Peneliti kurang dapat melakukan interaksi dengan baik kepada subjek, sehingga informasi
Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapat rekomendasi dari pembimbing dan
permintaan izin kepada Ka. Prodi DIII Keperawatan STIKES EKA HARAP untuk melakukan
penelitian di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas. Setelah
mendapatkan persetujuan, barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang
meliputi:
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan
dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden.
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar
pengumpulan data, cukup dengan memberi nomer pada masing-masing lembar tersebut.
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti hanya kelompok data tertentu saja yang akan
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai tingkat pengetahuan
tentang kesehatan gigi dan mulut di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung
Data umum adalah data responden berdasarkan kelas bahwa dari 30 responden, 11
responden (37%) kelas V, 9 responden (30%) kelas IV, dan 10 responden (33%) yang kelas III.
Berdasarkan usia bahwa dari 30 responden, 26 responden (87%) berusia 8-10 tahun , dan 4
responden (13%) berusia 11–12 tahun. Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan banyaknya
siswa laki-laki berjumlah 20 orang (67%) dan siswa perempuan berjumlah 10 responden (33%).
Berdasarkan imformasi bahwa 28 responden (93 %) pernah mendapatakan info tentang
kesehatan gigi dan mulut, dan 2 responden (7 %) tidak pernah mendapatkan info tentang
kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan sumber imformasi bahwa dari 30 responden, 9 responden
(30%) sumber informasi dari pendidikan, 16 responden (54%) sumber informasi dari TV/Radio,
responden 3 (10%) sumber informasi dari penyuluhan, dan 2 responden (6%) tidak mendapatkan
61
5.1.2.1 Pengetahuan responden tentang pengertian kesehatan gigi dan mulut yaitu kategori baik
sebanyak 6 responden (20%), kategori cukup yang sebanyak 9 responden (30%), dan kategori
kurang sebanyak 15 responden (50%). Jadi, pengetahuan siswa tentang pengertian kesehatan gigi
5.1.2.2 Pengetahuan responden tentang cara menyikat gigi yaitu kategori baik sebanyak 7 responden
(23%), kategori sebanyak 18 responden (60%), dan kategori kurang sebanyak 5 responden
(17%). Jadi, pengetahuan siswa tentang cara menyikat gigi termasuk cukup.
5.1.2.3 Pengetahuan responden tentang menjaga gigi agar sehat yaitu kategori baik sebanyak 10
responden (33%), kategori cukup sebanyak 12 responden (40%), dan kategori kurang sebanyak 8
responden (27%). Jadi, pengetahuan siswa tentang menjaga gigi agar sehat termasuk cukup.
5.1.2.4 Pengetahuan responden tentang makanan yang dapat merusak gigi yaitu kategori baik sebanyak
7 responden (23%), kategori cukup tidak ada (0%), dan kategori kurang sebanyak 23 responden
(77%). Jadi, pengetahuan siswa tentang makanan yang merusak gigi termasuk kurang.
5.1.2.5 Pengetahuan responden tentang pencegahan gigi berlubang dan gusi berdarah yaitu kategori baik
sebanyak 8 responden (27%), kategori cukup sebanyak 10 responden (33%), dan kategori kurang
sebanyak 12 responden (40%). Jadi, pengetahuan siswa tentang pencegahan gigi berlubang dan
5.1.2.6 Psengetahuan responden tentang akibat tidak merawat gigi dan mulut yaitu kategori baik
sebanyak 26 responden (87%), kategori cukup tidak ada (0%), dan kategori kurang sebanyak 4
responden (13%). Jadi, pengetahuan siswa tentang makanan yang merusak gigi termasuk baik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bahwa pembahasan tentang kesehatan gigi
dan mulut mayoritas siswa memiliki pengetahuan cukup yaitu 2 responden (7%) yang memilik
pengetahuan baik, 19 responden (63%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan 9 responden
(30%) yang memiliki pengetahuan kurang dan hampir seluruh responden pernah mendapatkan
informasi tentang kesehatan gigi dan mulut dan proses pengolahan data pada penelitian yang
dilaksanakan pada bulan juni sampai dengan juli 2010 di SDN Tanjung Riu Kecamatan Kurun
5.2 Saran
Hendaknya pihak sekolah lebih meningkatkan pengetahuan siswa/i tentang kesehatan gigi
dan mulut baik itu melalui pembelajaran pada waktu jam sekolah dan penyuluhan, supaya siswa
lebih mengetahui pentingnya belajar tentang kesehatan gigi dan mulut dan siswa lebih mengerti
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian di masa yang akan datang yaitu sebagai bahan masukan mengenai
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut serta untuk penelitian selanjutnya hendaknya
menggali lebih dalam lagi gambaran atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
anak SD tentang kesehatan gigi dan mulut serta tentang keterampilan dan sikap anak dalam
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2000. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Agung seto
Nursalam Dan Pariani S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Herijulianti, Eliza dkk. 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC
Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
2006. Kesehatan Gigi dan Mulut. http://bz.blogfam.com (Diakses Mei
2010). Scott C. Litin, M. D. 2006.
Panduan Kesehatan Keluarga. Ed. 1, Jakarta : Gramedia
Hidayat, A . Aziz Alimul . 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan ilmiah Ed. 2. Jakarta :
Salemba
medika.
Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktik Untuk Profesi Perawat.
Jakarta : EGC Ariany Suzanty, 2008. Jangan Abaikan Kesehatan
Gigi dan Mulut. http://www.pdgitangerang.com (Diakses Mei
2010). - 2008. Kesehatan Gigi dan
Mulut. http://abidinblog.blogspot.com (Diakses Mei
2010). Putriazka.
2008. Alwi, Hasan., Sugono, Dendi., Adiwirmata, Sri Suseki., 2003. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional dan Balai Pustaka, Jakarta. http:
//Putriazka’s Weblog.com/ (Diakses 9 Maret
2010). Adityawarman,
2008. Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut. http://www.dinkes- kabtangerang.go.id (Diakses
Juni 2010) PRO HEALTH. 2009.
Pengetahuan dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. http://for better
health.wordpress.com (Diakses 10 Maret 2010).
2010. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut.
http://dokterkecil.wordpress.com (Diakses Juni 2010).
Mozartha Martha. Berbagai Macam Makanan Penoda Gigi. http://gigi.klikdokter.com
(Diakses Juni 2010).
2010. Kesehatan Gigi dan Mulut. http://wartawarga.gunadarma.ac.id
(Diakses Juli
2010). Nursalam.
2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
2010. Penyebab dan Gejala Timbulnya Karies Gigi.
http://www.infogigi.com (Diakses Juni 2010)
http://kesehatangilut.blogspot.com/2011/03/tingkat-pengetahuan-siswa-tentang.html
LAPORAN PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu unsur dalam pembangunan nasional yang berguna untuk
peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia. Dengan masyarakat yang sehat, akan dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, dimana sehat menurut WHO adalah suatu keadaan
jasmani, rohani, dan sosial yang sempurna tidak hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Dalam UU RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan menjelaskan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu layanan kesehatan gigi dan mulut yang
ditujukan pada suatu kelompok tertentu atau individu daam kurun waktu yang dilaksanakan secara
terencana, terarah dan berkesinambungan untuk mencapai taraf kesehatan gigi dan mulut yang optimal
(Depkes RI 2000).
Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsure penting dalam pelaksanaan upaya kesehatan
untuk dapat menyelenggarakan pelayanan yang professional.Perawat gigi sebagai salah satu tenaga
pelayanan yang professional. Perawat gigi sebagai salah satu tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat mempunyai tugas pokok sebagai berikut:
Penyakit gigi dan mulut umumnya banyak ditemukan pada masyarakat adalah karies gigi dan
penyakit periodontal.63% penduduk Indonesia menderita karies aktif atau kerusakan gigi dan mulut.
Penyakit gigi dan mulut kelompok umur pada ahkir pelita VI menunjukkan bahwa karies sudah tejadi
sejak usia 1-4 tahun dan meningkat pada usia 10-14 tahun. Sedangkan kelompok usia 15-19 yahun
sedikit menurun, pada kelompok usia muda lebih banyak menderita karies aktif dibandingkan umur 45
tahun ke atas. Dimana usia 6-24 tahun kariesnya aktif 66,8%-69,5%. Umur 45 tahun diatas 53,3% dan
pada umur 65 tahun ke atas sebesar 43,8% (Depkes,1999).
Dalam kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, penulis telah melakukan
pemeriksaan terhadap 5 orang pengurus RT 5 dusun Tompeyan yang dilaksanakan pada bulan Mei 2012
yang meliputi data objektif. Untuk lebih rincinya dapat dilihat dari table data pemeriksaan subyektif dan
pemeriksaan objekif sebagai berikut:
Tabel 1
NO Nama Frekuensi Waktu menyikat gigi Mengethui Kebiasaan makan Pernah Mendapat Pengolesan larutan
menyikat penyakit gilut buah dan sayur memeriks penyuluha fluor
gigi a gigi n
1. Susi 32 P 6 0 0 6 1 0 1 0%
3. Bambang 40 L 4 0 0 4 0 1 1 0%
4. Yulita 22 P 4 0 0 4 1 0 1 0%
Berdasarkan hasil pemeriksaan objektif yang dilakukan terhadap 5 orang pengurus Rt 5 Dusun
Tompeyan pada bulan Mei 2012, terlihat adanya kesenjangan antara hasil yang dicapai dengan target
yang ditetapkan, sehingga dapat dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut:
1. OHIS rata-rata sebesar 0,86 dari target 0,1 dengan kesenjangan 0,76
3. PTI rata-rata sebesar 18,66% dari target 80% dengan kesenjangan- 61,34%
Tujuan penyelengaraan asuhan kesehatan gigi dan mulut antara lain:
2.Tujuan Khusus
Tujuan khusus pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat serta mampu
memelihara kesehatan gigi dan mulut.
2. Meningkatkan angka mempertahankan gigi dab menurunkan angka kerusakan gigi, yang ditandai
dengan :
a) Menurunnya angka OHI-S pada warga Desa Tompeyan
b) Menurunkan angka Decay dan meningkatkan angka Filling pada warga Desa Tompeyan
c) Meningkatkan angka mempertahankan gigi (PTI) pada warga Desa Tompeyan
BAB II
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
A. Perencanaan
Table 4 : Urutan prioritas masalah pada 5 warga Desa Tompeyan Yogyakarta pada bulan Mei 2012
1 DMF-T 1 5 -4 400% II
Berdasrkan prioritas masalah yang telah ditetapkan diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan gigi dan mulut yang optimal maka dibuatlah analisa masalah dan pemecahan masalah sebagai
berikut :
Tabel 5 : Rumusan Masalah, Penyebab Masalah, Alternatif Pemecahan Masalah dan Urutan
Pemecahan Masalah pada 5 Pengurus RtTompeyan RT 05 Yogyakarta pada Bulan Mei 2012
*Memberikan 20.Cara
Proses : menggosok gigi
penyuluhan
*belum pernah tentang plak dan yang baik dan
dilakukan fissure benar
gigi berlubang .
sealant. 3).Makanan yang
menyehatkan dan
Proses : merusak gigi
*Mellakukan
penumpatan pada
b.Preventif
gigi berlubang.
*Proses :
Belum pernah
dilakukan
penumpatan pada
gigi yang berlubang.
Tabel 6 : Rencana Pelaksanaan Kegiatan (POA) Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut di RT 05
Dusun Tompeyan Yogyakarta Tanggal 20 sampai 30 Mei 2012
diketahuinya
- Menyiapkan alat dan
status kesehatan Desa
2. bahan untuk
gigi dan mulut. Blanko Tomp
pemeriksaan gigi dan 21
Pengumpula Rt 05
n Data mulut. Mei
Yogy
2012 a
Perlindungan diri
dengan menggunakan
masker,sarung
tangan,kap/jilbab. Masker,sarung
tangan,kap/jilbab.
29-
-Sterilisasi 05-12
alat
20-
05-12
22-
05-12
24-
05-12
26-
05-12
28-
05-12
23-
05-12
25-
05-12
27-
05-12
29-
05-12
c. Makanan yang
menyehatkan dan
merusak gigi
d. Karies gigi
Menyiapkan alat
peraga berupa :
a.Flashcard
b. Phantom
c.Sikat gigi
5.Preventif Mudahnya dan Menyiapkan : 22- JKG
lancarnya 05-12
Menyusun kegiatan Sikat gigi, pasta gigi,
satpel dan gelas
menggosok gigi
menyiapkan bersama kumur,cermin,disclosin
alat peraga g solution
6.Kuratif Mudahnya dan Menyiapkan alat dan Glass plate,agate spatel, 24- JKG
bahan penumpatan 05-12
26-
05-12
28-
05-12
Kuratif :
menghilangkan
karang gigi yang Melakukan scalling
Melakukan menempel di dengan alat scaller
scalling permukaan gigi yang sudah disiapkan
Ruma
21- Ketua
05-12 desa
Tomp
Rt 05
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah sesuatu pelayanaan asuhan yang
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanaan kesehatan yang di tujukan pada5 orang
pengurus RT 5 dusun Tompeyan yang dilaksanakan pada bulan Mei 2012 yang meliputi data objektif,
baik yang sehat maupun yang sakit meliputi upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut , pencegahan
penyakit gigi dan mulut, seta pengobatan penyakit gigi dan mulut .
Upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan pada 5 orang pengurus RT 5 dusun Tompeyan yang
dilaksanakan pada bulan Mei 2012 yang meliputi data objektifmeliputi kegiatan-kegiatan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut sebagai berikut :
Upaya promotif merupakan suatau upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan
meningkatanya pengetahuan di bidang kesehatan gigi dan mulut sehingga akan di ikuti meningkatnya
kemampuan sasaran dalam hal pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut yang optimal ,salah satu
kegiatan yang dapat dilakukan pada upya promotif ini adalah melakukan kesehatan gigi dan mulut pada
sasaran adalah sebagai berikut :
Tabel 7 : Upaya promotif yang dilakukan pada5 orang pengurus RT 5 dusun Tompeyan yang
dilaksanakan pada bulan Mei 2012
Upaya preventif merupakan suatu upaya yg dilaksanakan dgn tujuan mencegah timbulnya penyakit
gigi dan mulut. Adapun kegiatan preventif yg dilakukan 5 orang pengurus RT 5 dusun Tompeyan yang
dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sebagai berikut :
Tabel 8 : upaya preventif yg dilakukan pada 5 orang pengurus RT 5 dusun Tompeyan yang
dilaksanakan pada bulan Mei 2012
Upaya kuratif merupakan suatu upaya kegiatan yang dilaksanan dgn tujuan menyembuhkan penyakit
gigi dan mulut untuk mencegah sakit yang lebih lanjut dan kembalinya fungsi kunyah gigi,adapun
kegiatan kuratif yg dilakukan sebagai berikut :
Tabel 9 : upaya kuratif yg dilakukan pada 5 orang pengurus RT 5 dusun Tompeyanyang dilaksanakan
pada bulan Mei 2012
No Waktu Kegiatan Sasaran Hasil
BAB III
EVALUASI
Setelah dilakukan serangkaian kegiatan yang telah disebutkan diatas, kemudian dilakukan evaluasi
kembali dengan melakukan pemeriksaan ulang pada tanggal yaitu untuk mengetahui tingkat
keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 10 : Hasil Upaya Promotif yang dilakukan pada 5 warga Dusun Tompeyan Rt 05 Yogyakarta
Tabel 11: Hasil Upaya Preventif yang dilakukan pada 5 warga Dusun Tompeyan 05 Yogyakarta
Tabel 12: Hasil Upaya Kuratif yang dilakukan 5 wargaDusun Tompeyan 05 Yogyakarta
Tabel13: data awal hasil pemeriksaan obyektif 5 warga Desa Tompeyan RT 5 Yogyakarta
1. Susi 32 P 6 0 0 6 1 0 1 0%
3. Bambang 40 L 4 0 0 4 0 1 1 0%
4. Yulita 22 P 4 0 0 4 1 0 1 0%
3. Bamban 40 L 4 0 0 4 0 1 1 0%
g
Jumlah 12 4 9 25 0 1 1 176,67%
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi upaya promotif ,preventif,kuratif
dengan hasil yaitu meningkatnya pengetahuan sasaran tentang kesehatan gigi
dan mulut serta meningkatnya keterampilan sasaran dalam hal menyikat gigi
dengan baik dan benar serta waktu yang tepat untuk menyingkat gigi, OHIS
menurun dari 0,86 menjadi 0,2.
B.Saran
1. Menyikat gigi minimal dua kali sehari,sesudah makan pagi dan sebelum tidur
malam
2. Makan makanan yang banyak mengandung air dan berserat contohnya buah-
buahan dan sayur-sayuran
3. Datang ke klinik gigi untuk memeriksakan gigi minimal 6 bulan sekali atau apabila
ada keluhan pada kesehatan gigi
4. Mengunyah makanan dengan menggunakan dua sisi rahang
5. Kurangi makanan yang manis dan lengket karena bisa menyebabkan gigi
berlubang.
http://teyamomo.blogspot.com/2012/06/laporan-pelayanan-asuhan-kesehatan-gigi.html
(STUDI PUSTAKA)
DISUSUN OLEH:
JUMADIANSYAH
NIM:5.06.03.0194
TAHUN 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rongga mulut merupakan pintu gerbang tubuh. Setiap waktu tak terhitung mikroorganisme yang
melewati rongga mulut. Hal ini terjadi terus menerus tanpa mengalami banyak gangguan karena adanya
pengaruh saliva. Rongga mulut juga merupakan bagian saluran cerna dengan biologi yang unik, terdiri
atas jaringan lunak dan keras seperti tubuh lainnya. Dalam rongga mulut ini juga terdapat kelainan-
kelainan, salah satunya yaitu bau mulut atau halitosis (Roeslan, 1999).
Bau mulut yang bersumber dari mulut merupakan faktor yang disebabkan oleh bakteri dan
protein yang ada pada semua orang, oleh karena itu pada dasarnya bau mulut adalah masalah semua
orang, hanya tingkat keparahan yang berbeda-beda, ada yang mempunyai bau mulut ringan sehingga
sama sekali tidak mengganggu orang-orang di sekitarnya, sementara yang mempunyai kondisi halitosis
berat sangat mengganggu orang lain sehingga dapat mempengaruhi rasa percaya diri (Widiati, 2003).
Kondisi gigi yang tidak bersih maupun gigi yang berlubang merupakan tempat yang dapat
menjadi media pertumbuhan bakteri anaerob gram negatif, di samping sisa makanan itu juga mengalami
pembusukan ( Wibosono, 2002). Hasil Penelitian menunjukan, hampir 85-95 % bau mulut bersumber
adanya kelainan di rongga mulut, baik gigi yang berlubang maupun infeksi jaringan penyangga
(Fahrudin, 2002).
Jurnal healt to day mengatakan, plak merupakan penyebab kerusakan gigi. Plak dan sisa
makanan yang melekat di gigi secara bertahap akan diubah menjadi asam oleh bakteri. Jika plak dan sisa
makanan tersebut dibiarkan terlalu lama dipermukaan gigi atau tidak segera dibersihkan dan ditambah
lagi dengan adanya air liur, plak beserta sisa-sisa makanan menumpuk yang lama kelamaan akan
mengeras sehingga berubah menjadi karang gigi yang mempunyai permukaan kasar sehingga
Obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan,
dan mineral. Bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk mengobatan
berdasarkan pengalaman. Bahan obat alam yang berasal dari tumbuhan porsinya lebih besar dibanding
dari bahan yang dari hewan atau mineral, sehingga sebutan obat tradisional hampir selalu identik
dengan tanaman obat. Dari masa ke masa obat tradisional mengalami perkembangan yang semakin
meningkat karena mudah ditemui dan harganya dapat dijangkau oleh semua lapisan masarakat.
Tanaman teh juga salah satu tanaman yang dijadikan obat tradisional. Di seluruh pelosok
Indonesia aneka produk bisa dijumpai sehari-hari. Teh bisa diminum panas atau dingin sebagai minuman
penyegar atau obat. Banyak pula yang mencampurkan dengan bahan-bahan tertentu untuk mengobati
Salah satu gangguan pada mulut adalah bau mulut. Biasanya berbagai cara dilakukan untuk
menghilangkannya. Mulai pengobatan tradisional yang menggunakan berbagai ramuan. Para peneliti
dari Lembaga Perlindungan Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan di Belanda menemukan bahwa di
dalam teh, terdapat zat yang bernama katekin yang dapat menghambat perkembangan bakteri
penyebab napas berbau tidak sedap. Minuman teh dengan kekentalan normal, cukup untuk membunuh
mengenai mekanisme teh hijau untuk menghilangkan halitosis yang disebabkan oleh kalkulus.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka perumusan masalah ini adalah bagaimanakah mekanisme teh hijau
C. Tujuan
Umum : Untuk mengetahui mekanisme teh hijau dalam menghilangkan halitosis yang disebabkan oleh kalkulus.
Khusus : Untuk mengetahui perbandingan antara teh apa yang paling banyak kandungan zat yang berkhasiat
D. Manfaat
Agar dapat menambah pengetahuan tentang mekanisme teh hijau untuk menghilangkan halitosis yang
Bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam kontribusi teh sebagai salah satu obat tradisional bau
mulut ke dalam kurikulum mata kuliah bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Pontianak Jurusan
Kesehatan Gigi.
Segala masukan serta referensi bagi penelti lebih lanjut yang berkaitan dengan mekanisme teh untuk
menghilangkan halitosis.
2. Lingkup Masalah
Lingkup masalah ini ditekan pada mekanisme teh hijau untuk menghilangkan halitosis yang disebabkan
oleh kalkulus.
3. Lingkup Metode
Jenis studi pustaka ini adalah bersifat membaca dan mengumpulkan referensi dari buku, majalah,
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teh
Kata teh berasal dari Cina yaitu teh dengan istilah tay. Bahasa latinnya Camelia sinensis. Hingga
sekarang teh sudah banyak dikenal sampai ke seluruh negara. Ada beberapa klasifikasi tanaman teh
Menurut Nazarudin (1996) ada beberapa ciri-ciri teh yaitu tanaman teh berbentuk pohon.
Tingginya bisa mencapai belasan meter. Namun tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas untuk
Mahkota teh berbentuk kerucut. Daunnya berbentuk jorong atau agak bulat telur terbalik. Tepi daun
bergerigi. Daun tunggal dan letaknya hampir berseling. Tulang daun menyisip. Permukaan daun atas
muda berbulu halus, sedangkan permukaan bawahnya hanya sedikit, dan permukaan daun halus tidak
berbulu lagi.
Bunga tunggal dan ada yang tersusun dalam rangkaian kecil. Bunga muncul dari ketiak daun.
Warnanya putih bersih berbau wangi lembut. Namun ada bunga yang berwarna semu merah jambu.
Mahkota bunga berjumlah 5- 6 helai. Putik dengan tangkai yang panjang atau pendek dan pada
kepalanya terdapat tiga buah sirip. Jumlah benang sari 100- 200 helai.
Buah teh berupa buah berupa kotak berwarna kecoklatan. Dalam satu buah berisi satu sampai
enam biji, rata-rata tiga biji. Buah yang masak dan kering akan akan pecah dengan sendirinya serta
bijinya ikut keluar. Bijinya berbentuk bulat atau gepeng pasa satu sisinya. Berwarna putih sewaktu masih
Akar teh berupa akar tunggal dan mempunyai banyak akar cabang. Apabila akar tunggalnya
putus, akar-akar cabang akan menggantikan fungsinya dengan arah tumbuh yang semula melintang
menjadi ke bawah, dan juga akar bisa tumbuh besar dan cukup dalam.
2. Jenis-Jenis Teh
Ada beberapa jenis teh menurut Hollenberg (2008) yaitu sebagai berikut
a Teh hijau : Bahannya berasal dari pucuk daun teh yang sebelumnya mengalami pemanasan dengan uap air
untuk menoaktifkan enzim yang terdapat dalam daun teh. Selanjutnya digulung dan dikeringkan. Teh
hijau diproduksi dengan cara penguapan (steaming) daun teh pada suhu tinggi sehingga kandungan
katekin dapat dipertahankan. Kandungan katekin pada teh hijau mencapai 30-42%.
b Teh putih : Untuk membuat teh putih diperlukan daun teh yang paling muda, yang masih dipenuhi bulu
putih pedek atau bulu halus. Proses pemasakannya mengalami 2 tahap, yaitu penguapan dan
pengeringan. Tidak ada proses pelayuan, penggilingan, atau fermentasi (kadang kala difermentasi juga
dengan kadar ringan). Tampilan teh putih nyaris tak berubah, yaitu berwarna putih keperakan. Ketika
diseduh akan berwarna kuning pucat dengan aroma lembut dan segar. Kandungan katekin pada teh
c Teh oolong : terbuat dari daun teh yang lebih besar dan lebih tua. Setelah dipetik langsug dijemur untuk
pelayuan. Tujuan pelayuan untuk menurunkan kadar air dan membuat lebih lembut. Kemudian daun
diaduk-aduk atau dikocok untuk menghilangkan pinggiran daun. Tahap berikutnya ditebar dan
dikeringkan, dilakukan beulang kali. Tampilan teh oolong, bagian tepi daun teh akan berwarna merah
karena fermentasi dan bagian tengah tetap berwarna hijau. Kandungan katekin pada teh oolong sekitar
d Teh hitam : Daun yang sudah dipetik, kemudian dijemur 12-18 jam. Dilanjutkan dengan proses fermentasi
secara penuh. Warna daun teh menjadi hitam dan beraroma khas. Daun teh yang mengitam ini
kemudian digiling dan selanjutnya masih difermentasi di dalam ruangan dingin dan lembab. Melalui
proses ini, teh yang dihasilkan dapat lebih banyak. Sebagian besar teh yang beredar di pasaran adalah
teh hitam. Teh hitam sebenarnya mengandung katekin, namun tidak banyak. Hal ini karena adanya
proses fermentasi pada pembuatan teh hitam yang dapat merusak kandungan katekin. Kandungan
Teh hijau (ryokucha) adalah teh yang sangat umum di China. Teh hijau adalah terpilih dari daun
teh kelas atas yang disebut tencha. Teh dinamakan gyokuro karena warna hijau pucat yang keluar dari
daun teh. Daun dilindungi dari terpaan sinar matahari sehingga mempunyai aroma yang sangat harum.
Teh hijau berkualitas tinggi yang digiling menjadi bubuk teh (Hanzi, 2009).
Menurut Khomsan (2008) teh hijau mempunyai kandungan dan kegunaan sebagai berikut :
- Polipenol (katekin) yang terdapat dalam teh hijau adalah bahan sangat bermanfaat bagi kesehatan, yaitu
mampu mengurangi risiko penyakit jantung, membunuh sel tumor, dan menghambat pertumbuhan sel
kanker paru-paru, kanker usus terutama sel kanker kulit. Zat ini dapat membantu kelancaran proses
- Fluor adalah tergolong sebagai mineral yang dapat mencegah radang gusi, dan gigi berlubang.
- Mangan yang terdapat pada teh hijau dapat membantu penguraian gula menjadi energi sehingga
- Kafein yang terkandung dalam teh hijau berbeda dengan kafein yang terkandung dalam kopi. Pada teh
hanya terkandung kafein sebanyak 3 - 5%. Jadi jika kita rajin minum teh, maka tubuh dan pikiran akan
terasa lebih segar. Kafein berpengaruh positif pada aktivitas mental, dan dapat memperbaiki proses
B. Halitosis
1. Pengertian Halitosis
Halitosis berasal dari kata “halitos” yang berarti nafas dan “osis” yang berati kondisi tidak
normal, berarti halitosis adalah bau nafas yang tidak sedap. Sekarang ini istilah halitosis telah digunakan
secara bersama untuk menyatakan bau nafas yang tidak sedap, bahkan halitosis banyak dikenal dan
Pada tahun 70-an dengan dipelopori oleh Dr Joseph Tonzetich dari Departement of Oral Biology,
Fatulty of Dentistry, University of British Columbia Vancouver Canada, dilakukan penelitian yang
mendalam untuk mengetahui sebenarnya penyebab nafas yang tak sedap pada seseorang. Dr Tonzetich
dan kawan-kawan berhasil mendeteksi bahwa adanya sesuatu senyawa yang berbau yang keluar dari
Halitosis telah menjadi masalah yang mengkhawatirkan selama berabad-abad, hal ini dapat
diketaui dari tulisan-tulisan Romawi kuno. Sejak tahun 1550 BC orang Mesir telah menganjurkan untuk
mengatasi nafas tak sedap dengan cara mengunyah bahan yang baunya wangi seperti mellburry, myrrh
Jaman dahulu seorang pejabat romawi telah memberikan pernyataan bahwa nafas seseorang
akan menjadi bau karena makanan yang tidak baik, karena gigi yang jelek, atau bahkan meningkatnya
usia seseorang. Demikian pula Hipokrates yang lebih dikenal sebagai bapak ilmu kedokteran, 460-337
BC, telah membahas tentang diagnosa dan perawatan bau mulut. Hipokrates menjelaskan adanya
hubungan antara penyakit gusi dan bau mulut. Jika gusi menjadi sehat kembali bau mulut akan hilang.
Sir William Osler 90 tahun yang lalu, dokter Kanada yang terkenal juga menyatakan bahwa deteksi mau
mulut dapat merupakan indikator yang baik dari penyakit-penyakit mulut dan penyakit-penyakit
Pengertian tentang suatu bau yang tercium adalah sangat berbeda antara individu yang satu
dengan yang lainnya. Seseorang tidak keberatan bau dari anggota keluarganya seperti istri dan anak
karena hal itu dapat memberikan ciri khas tersendiri. Seseorang sering pula tidak dapat merasakan
baunya sediri karena telah terbiasa, seperti halitosis, ini terjadi karena adanya efek ”adaptasi” dimana
karena bau tersebut menjadi ada dan terpapar terus-menerus, menyebabkan syaraf olfactorius menjadi
Menurut Fahrudin (2002) pada umumnya halitosis bisa dialami oleh semua orang, pria-wanita,
besar-kecil, tua-muda, bayi ataupun lanjut usia walaupun hanya sehari. Bau tersebut bisa bersifat
sementara bisa berbulan-bulan, atau bertahun-tahun. Tingkat baunya bermacam-macam, mulai dari
Meskipun biasanya orang menyebut bau mulut tak sedap, namun sebenarnya sumber bau
mulut itu tidak hanya dari rongga mulut saja, tetapi juga bisa dari rongga hidung, paru-paru dan lain-lain.
Tetapi bila orang yang bersangkutan itu sediri mempunyai syaraf-syaraf pembauannya rusak,
maka ia tidak mengetahui kalau bau mulutnya berbau. Jadi hanya orang lain yang berada di depannya
saja yang bisa tau. Tidak ada penyakitpun hanya dari mulut bisa berbau, karena makan-makanan yang
berbau merangsang atau karena obat-obatan yang diminum, bahkan mulut kering karena pernapasan
melalui mulut yang terus-menerus juga menimbulkan halitosis. Halitosis disebabkan oleh faktor-faktor
yang berasal dari mulut,sebab-sebab sistemik atau kelainan pada daerah nasofaringeal (Djaya, 2001).
2. Faktor-Faktor Penyebab Halitosis
a. Faktor lokal
Menurut Djaya (2002) di dalam rongga mulut mempunyai peranan besar terhadap terjadinya
halitosis, dan banyak sekali berpendapat bahwa di dalam mulut mikroorganisme yang membentuk flora
normal mulut. Jutaan koloni berbagai jenis bakteri di dalam rongga mulut yang berguna untuk
Di dalam rongga mulut juga terdapat gigi yang mempunyai pengaruh terhadap halitosis seperti
kebersihannya dan kesehatannya, jaringan penyangganya (periodontium). Terdapat juga jaringan lunak
mulut seperti gingiva, mukosa serta lidah.beberapa faktor penyebab halitosis dari halitosis dari rongga
mulut :
- Lidah
Berdasarkan studi yang dilakukan menyatakan bahwa permukaan lidah bagian paling belakang lidah
merupakan sumber utamanya terjadinya halitosis. Lidah mempunyai tonjolan-tonjolan halus pada
papilla-papila pada seluruh permukaannya, terdapat tiga jenis papila yang terbesar pada tempat-tempat
tertentu dimana panjang-pendeknya papilla ini bervariasi pada setiap individu. Permukaan lidah
merupakan tempat utama aktivitas serta berkembang biaknya bakteri. Daerah-daerah di antara papila-
papila serta dasar lidah tersebut merupakan tempat paling disukai oleh bakteri khusus bakteri-bakteri
anaerob. Disamping itu permukaan lidah seperti halnya permukaan gigi juga dapat tertutup oleh plak
yang merupakan lapisan tipis seperti film berasal dari sisa-sisa makanan terutama bagian posterior. Oleh
karena itu membersihkan lidah sangatlah penting khususnya dalam mencegah halitosis (Dyaja,2001).
- Ludah
Ludah atau saliva mempunyai peranan penting terhadap terjadinya halitosis yaitu adanya suatu aktivitas
pembusukan oleh bakteri yaitu adanya degradasi protein menjadi asam amino oleh mikroorganisme
(Djaya, 2001).
- Stomatitis
Stomatitis yaitu radang pada selaput lendir mulut. Salah satu jenis stomatitis yang amat jahat yaitu
- Karies gigi
Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang
disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Jika dibiarkan
lama kelamaan gigi akan membusuk dan menimbulkan bau mulut (Ginting, 1985).
Karang gigi atau kalkulus adalah suatu endapan keras yang melekat pada permukaan gigi. Karena gigi
mempunyai permukaan yang kasar sehingga sisa-sisa makanan dan air ludah melekat pada permukaan
gigi dan menimbulkan bau mulut. Penyebab timbulnya karang gigi adalah karena penimbunan lapisan
mineral pada gigi yang berbatasan dengan gusi, dan dapat menimbulkan gangguan gigi serta gusi
(Ginting,1985).
- Periodontitis
Radang sekitar gigi ini dapat timbul karena adanya ransangan plak dan kalkulus yang menyebabkan
pembengkakan jaringan gusi dan terjadi poket atau yang lebih dalam dari normal yang selanjutnya
menjadi bertambah dalam diakibatkan adanya kerusakan serat-serat periodontal dan tulang-tulang
Seandainya kalau karies gigi dibiarkan semakin lama semakin besar dan akhirnya gigi hancur semua,
akhirnya di dalam tulang hanya tertinggal sisa akar membusuk (Ginting, 1985).
Pemakaian gigi palsu yang tak terawat menimbulkan bau mulut yang tidak sedap karena tidak dijaga
kebersihannya, terutama gigi tiruan, sekarang ini telah jarang dibuat dan hampir selalu berbau tidak
b. Faktor umum
Yaitu penyebab halitosis yang berasal dari selain dalam rongga mulut :
- Rokok/Perokok
Yaitu bau dan rasa dari mulut seorang perokok cukup khas yang biasanya dapat ditentukan apakah
pasien merokok sigaret, cerutu atau dengan pipa. Pasien yang menghembuskan nafas berarti
mengeluarkan bau dari paru-paru. Bronkus, mulut, hidung dan sinus paranasal, meningkatkan sekresi
- Diet
Salah satunya diet juga dapat menimbulkan halitosis, makanan yang digoreng juga dapat melimbulkan
bau mulut bahkan setelah gigi di bersihkan. Kopi juga dapat mempunyai yang khas, tetapi bau hilang
>Sinus paranasal, yaitu sinus yang mengalami radang dan menguarkan nanah sehingga menimbulkan
>Tonsilitis akut, dimana tonsil membengkak, dan mengandung nanah sehingga menimbulkan bau (Djaya,
2001).
>Rinitis yaitu peradangan mukosa fosa nasali terutama rhinitis atrofi (ozaena) yaitu mukosa hidung
menjadi sklerotik, fosa nasal tersumbat oleh krusta yang menghasilkan bau mulut yang busuk (Irawati,
2005).
Dalam rongga mulut biasanya berbau kurang sedap pada penyakit penyakit ginjal kronis dengan lidah
yang kering dan berubah warna. Urea dikeluarkan melalui kelenjar ludah bila pasien mengalami uremia
- Keadaan hepatikum
Keadaan hepatikum ini terdapat pada fungsi hati yang sangat akut dan dapat dianggap sebagai tanda
kemungkinan terjadinya koma. Bila pasien belum berada pada keadaan yang sangat akut, bau mulut
pasien yang hepatikum yang sering disebut dalam sejumlah istilah, seperti bau kayu lapuk, tikus, dan
Penyakit paru-paru dan bronkus dapat berupa abses, kavitas dan daerah-daeah strategi dapat
memperburuk bau mulut. Keadaan seperti bronkiektasis, abses paru-paru, enpyema, dan keadaan lain
yang dapat menimbulkan pembusukan kavita paru-paru dapat menimbulkan halitosis (Yuwono, 1989).
C. Karang Gigi
Karang gigi adalah bakterial plak yang mengalami endapan keras/mineralisasi, dapat terbentuk
pada semua permukaan gigi dan celah gigi yang berwarna mulai kekuning-kuningan, kecoklat-loklatan,
kehijau-hijauan sampai kehitam-hitaman dan mempunyai permukaan yang kasar. Oleh karena karang
gigi yaitu endapan keras dari plak, maka terbentuknya adalah berdasarkan perkembangan dari plak oleh
karena itu plak harus ada untuk terbentuknya karang gigi. Untuk mengontrol karang gigi harus dimulai
Teori pembentukan karang gigi sangat bervariasi, tetapi pada umumnya para ahli berpendapat
bahwa antara plak dan karang gigi terdapat hubungan yang erat sekali, sehingga tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya, tinggal terlalu lama pada permukaan gigi yang akan mengeras menjadi karang gigi.
Penyebab ini berasal dari pengendapan bahan-bahan kasar, air ludah dan serum darah, akibat adanya
suatu peradangan. Karang gigi mempunyai permukaan kasar sehingga sisa-sisa makanan dan air ludah
melekat pada permukaan gigi tersebut. Selanjutnya karang gigi akan terus terbentuk dan bertambah
banyak sehingga dapat menutupi sebagian permukaan gigi dan dapat juga dipermukaan akar gigi
Melekat disebelah korona dari crest gingiva margin dan dapat dilihat. Warnanya putih
kekuningan atau putih keabuan, klasifikasinya terganyung pada mineral-mineral yang terdapat didalam
saliva dan lebih banyak terdapat di daerah tempat berkumpulnya saliva; misalnya pada daerah lingual
gigi daerah anterior bawah, dan permukaan bukal gigi-gigi molar rahang atas. Supragingival kalkulus
mempunyai konsentrasi seperti tanah liat, warnanya dapat dipengaruhi oleh pigmentasi yang berasal
dari tembakau, makanan atau metabolisme bakteri. Pada kasus-kasus yang eksterim kalkulus dapat
membentuk menutupi permukaan oklusi gigi yang tidak berfungsi (Sunaryo, 1984).
b) Subgingival kalkulus
Melekat disebelah apikal dari crest gingiva margin di dalam sulkus gingiva dan
poket, tidak terlihat pada pemeriksaan. Untuk menentukan adanya subgingiva kalkulus digunakan
sonde. Konsentrasinya padat dan keras, warnanya coklat tua atau hijau kehitam-hitaman. Bayangan
warna ini dapat terlihat berupa warna gelap membayang disekitar gingival margin. Klasifikasinya
sebagian besar berasal dari mineral-mineral yang terdapat didalam gingival (Sunaryo, 1984).
Komposisi karang gigi bervariasi sesuai dengan lamanya pembentukan. Terdiri dari 80% masa
anorganik, air dan matrik organik dari protein dan karbohidrat. Fraksi anorganik terutama dari fosfat
kalsium, dalam bentuk hidroksid apatid, brushide, whitlockite, dan fosfat oktakalsium. Selain itu juga
terdapat sejumlah kecil kalsium karbonat, magnesium fosfat, dan fluor. Kandungan fluor dari karang gigi
adalah beberapa kali lebih besar dari pada di dalam plak (Manson, 1993).
BAB III
KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
Teh hijau mengandung zat aktif bernama katekin yang dapat membunuh bakteri di mulut, dapat
menahan proses pembentukan plak gigi. Tidak hanya menghalangi tapi justru membunuh bateri
pembentuk plak dan karang gigi sehingga tidak terjadinya bau mulut dengan mekanisme menghambat
radikal bebas.
B. Kerangka Konsep
C. Definisi Operasional
Mekanisme atau cara kerja zat aktif (katekin) yang terkandung di dalam teh hijau yang
dapat membunuh bakteri dalam mulut dan menghambat pertumbuhan plak sehingga tidak terjadinya
suatu endapan keras yang melekat pada permukaan gigi (karang gigi) yang menyebabkan bau mulut.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan yang dibahas
berdasarkan metode studi kepustakaan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku, makalah
ilmiah, serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan mekanisme teh hijau untuk
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan penelaahan kepustakaan (library research) yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca dan mempelajari buku-buku literatur, laporan-
laporan, serta makalah ilmiah lainnya yang kemudian dibahas berdasarkan teori-teori yang ditemukan,
sehingga dapat menciptakan pemahaman serta diperoleh arah dan hasil penelitian yang tepat dan
relevan.
BAB V
PEMBAHASAN
Sekresi saliva berkaitan erat dengan kesehatan rongga mulut, terutama berhubungan dengan
pembentukan pada plak, plak adalah Plak gigi adalah lapisan lembut yang terbentuk dari campuran
antara makrofag, leukosit, enzim, komponen anorganik, matriks ekstraseluler, epitel rongga mulut yang
mengalami deskuamasi, sisa-sisa makanan serta bakteri yang melekat di permukaan gigi. Bakteri yang
berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah bakteri dari genus Streptococcus, yaitu bakteri
Jika plak tidak segera dibersihkan maka dapat menimbulkan karang gigi. Pembentukan karang
gigi dimulai dengan pengendapan garam kalsium fosfat yang dapat terjadi apabila lingkungannya
mempuyai ph tinggi yang basa, sehingga plak dan sisa-sisa makanan menempel pada permukaannya.
Akibat adanya pengendapan kalsium fosfat dalam lingkungan basa dapat memudahkan bakteri dalam
menghasilkan amoniak yang mengandung uriase. Hasil dari metabolisme bakteri ini berupa gas atau
senyawa sulful yang mudah menguap sehingga dapat menyebabkan bau mulut (Wibisono, 2002).
Adanya senyawa sulfur yang mudah menguap atau Volatile sulful Compounds (VSC), merupakan
unsur utama penyebab halitosis. VSC adalah hasil aktifitas bakteri-bakteri anaerob di dalam mulut
berupa senyawa yang berbau tidak sedap dan mudah menguap hingga menimbulkan bau yang tercium
oleh orang lain disekitarnya. Aktifitasnya di dalam mulut bakteri anaerob bereaksi dengan protein-
protein yang ada, protein di dalam mulut dapat diperoleh dari sisa-sisa makanan yang mengandung
protein, sel-sel darah yang telah mati, bakteri-bakteri yang telah mati ataupun sel-sel epitel yang
Di dalam mulut normal diperkirakan rata-rata terdapat sekitar 400 macam bakteri dengan
berbagai tipe. Meskipun penyebab bau mulut belum diketahui dengan jelas, kebanyakan dari bau
tersebut berasal dari sisa makanan di dalam mulut. Masalah akan muncul bila sebagian bakteri
berkembang biak. Kebanyakan dari bakteri ini bermukim di leher gigi bersatu dengan plak dan karang
gigi, selain itu di balik lidah juga ada karena daerah tersebut merupakan daerah yang aman dari kegiatan
mulut sehari-hari. Bakteri tersebut memproduksi toksin atau racun, dengan cara menguraikan sisa
makanan dan sel-sel mati yang terdapat di dalam mulut. Racun inilah yang menyebabkan bau mulut
pada saat bernafas karena hasil metabolisme proses anaerob pada saat penguraian sisa makanan
Upaya pencegahan lebih banyak ditujukan untuk mengurangi terjadinya penumpukan plak yang
berlebihan di dalam rongga mulut. Salah satu caranya yaitu dengan menggunakan teh hijau (ryokucha)
(Hattori & Sakanaka, 1998). Teh hijau mengandung zat aktif bernama katekin yang dapat membunuh
bakteri di mulut, sekaligus menghilangkan gula dari plak dan menghilangkan bakteri penyebab napas
Teh hijau memiliki kandungan katekin yang tinggi karena pada pembuatan teh hijau tidak
melibatkan proses fermentasi yang merupakan oksidasi polifenol (katekin). Oleh karena itu teh hijau
yang kaya akan kandungan katekin yang mampu mencegah pertumbuhan bakteri pembentuk plak.
Sedangkan pada teh hitam, kandungan katekin sangat rendah karena pada proses pembuatannya
melibatkan proses fermentasi yang merupakan proses oksidasi polifenol (katekin) (Khamson, 2008).
Para ahli yang meneliti daun teh hijau sepakat, bahwa teh hijau mengandung senyawa-senyawa
bermanfaat. Salah satu kandungan teh hijau yaitu senyawa substansi fenol yaitu katekin. Kandungan
katekin dalam teh hijau adalah 30-42% berat kering daun teh hijau, meski total kandungannya bervariasi
tergantung lokasi tumbuh, musim, intensitas cahaya dan ketinggian tempat (Hollenberg, 2008).
Teh hijau mengandung 30-42% polifenol yang sebagian besar dikenal sebagai katekin. Katekin
adalah antioksidan yang sangat kuat, lebih kuat dari vitamin E, C dan 0-karoten. Senyawa katekin yang
- epitekin (EC)
.Dari keempat komponen katekin teh tersebut, EGCG merupakan komponen utama yang paling
potensial. Salah satu fungsi utama dari EGCG adalah sebagai antioksidan, dengan mekanisme
menghambat radikal bebas yang terjadi di dalam lingkungan sehingga menghambat reaksi berantai yang
dapat menyebabkan kerusakan oksidatif bagi struktur mikroorganisme salah satunya bakteri dari genus
Streptococcus, yaitu bakteri Streptococcus mutans. Selain sebagai antioksidan, EGCG juga berfungsi
Katekin yang terkandung di dalam teh hijau dengan konsentrasi tinggi, memiliki kemampuan
untuk mengurangi pembentukan plak gigi dengan membunuh bakteri penyebab (Streptococcus mutans)
dan menghambat aktivitas enzim glikosiltransferase (GTF) dari bakteri tersebut. Enzim GFT ini
mengubah sukrosa menjadi glukan yang merupakan penyebab pembentukan plak gigi. Berdasarkan
pengaruh katekin terhadap plak gigi, hasilnya menunjukan bahwa jumlah bakteri (Streptococcus
mutans) berkurang sehingga pembentukan plak gigi pun berkurang (Hattori & Sakanaka, 1998).
Selain itu hasil juga menunjukan bahwa antioksidan, dengan mekanisme dari katekin bisa
menghambat reaksi berantai sehingga tidak terjadi senyawa belerang yang terbentuk dalam mulut
seperti metil mercaptan dan beberapa sulfid (VSC) sebagai hasil penguraian protein oleh enzim dan
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari sisa-sisa makanan yang mengandung protein dan kumpulan bakteri yang melekat pada
permukaan gigi terjadi plak gigi. Jika plak tidak segera dibersihkan maka dapat menimbulkan karang gigi,
Karang gigi inilah salah satu yang dapat menyebabkan bau mulut.
Katekin yang terkandung di dalam teh memiliki kemampuan untuk menghambat proses
pembentuk plak gigi. Selain itu dapat membunuh bakteri di dalam mulut dan menghilangkan gula dari
plak.
B. Saran
Penulis juga mengharapkan agar pembaca untuk minum teh hijau 2 sampai 5 cangkir sehari.
Karena teh hijau mengandung zat aktif (katekin) yang mampu menehan proses pembentukan plak yang
Penulis mengharapkan kepada pembaca untuk lebih pemperhatikan kebersihan gigi dan
mulutnya dengan cara mengontrol plak agar tidak menumpuk yang mengakibatkan terjadinya karang
gigi, terlebih adanya karang gigi sebaiknya segera dibersihkan supaya tidak menimbulkan bau mulut,
karena karang gigi juga dapat menyebabkan bau mulut disertai dengan adanya senyawa sulfur yang
mudah menguap.
DAFTAR PUSTAKA
Djaya, A, 2001
Djuita, I, 1995
Fahrudin, D, 2002.
Ginting, B, 1985
Gede, A, 2006
Hanzi, 2009
Hollenberg, N, 2008
Manfaat.Katekin.dalam.Teh.http://suaramerdeka.com.
Irawati, 2005
Ita, 2002
Johnson, J, 2009
Mulut/halitosis-alias-bau-mulut. http://cantik.sayanginanda.com.
Khomsan, A, 2008
Kandungan-kimia-pada-teh-hijau.http://wafasukses.wordpress.com.
Manson, J. D. B. M, 1993
Maulani, C, 2006
Plak.http://dention.bravehost.com//.htm.
Nazarudin, 1996
Okie, S, 2008
Roeslan, B. O, 1999
Peranan Biologi Oral Dalam Bidang Kedokteran Gigi, Majalah Kedokteran gigi. No.39
Sunaryo, L. Z. B, 1984
Temmy, 2002
BauTakSedapDariMulutTakPerluada.http//:www.kompas.com.cetak/iptek/baum 36 htm.
Vyati, E, 2009
halitosis-bau-mulut.http://doktersehat.com
Wibosono, L, 2002
Widiati, 2003
Wulandari, 2008
Antioksidan.http://www.adln.lib.unair.ac.id.com.
Yuwono, L, 1989
BIODATA PENULIS
Nama : Jumadiansyah
Agama : Islam
Alamat orang tua : Sarang Burung Usrat, kec. Jawai, kab. Sambas
Jenjang pendidikan
SLTP : Tsyanawiah AL-Azhar, SB. Kuala, kec. jawai tamat pada tahun 2002
Motto : Kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda, jadi tetaplah berjuang dan terus berjuang untuk
Jumadiansyah
Mekanisme Teh Hijau (Ryokucha) Untuk Menghilangkan Halitosis Yang Disebabkan Oleh Kalkulus
X + 28 Halaman
ABSTRAK
Rongga mulut merupakan bagian saluran cerna dengan biologi yang unik, terdiri atas jaringan
lunak dan keras seperti tubuh lainnya. Dalam rongga mulut ini juga terdapat kelainan-kelainan, salah
satunya yaitu bau mulut atau halitosis. Tanaman teh salah satu tanaman yang dijadikan obat tradisional.
Selain itu tanaman teh merupakan salah satu obat yang dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa. Teh bisa
diminum panas atau dingin sebagai minuman penyegar atau obat. Banyak pula yang mencampurkan
dengan bahan-bahan tertentu untuk mengobati berbagai penyakit.
Tujuan studi kepustakaan ini adalah untuk mengetahui mekanisme teh hijau (ryokucha) untuk
menghilangkan bau mulut yang disebabkan oleh kalkulus. Selain itu juga untuk mengetahui
perbandingan antara teh apa yang paling banyak kandungan zat yang berkhasiat untuk menghilangkan
halitosis.
Pembahasan mengenai mekanisme teh hijau (ryokucha) untuk menghilangkan halitosis yang
disebabkan oleh kalkulus diambil dari bebebapa buku referensi dan internet yang dimaksudkan untuk
mengetahui mekanisme teh hijau (ryokucha) berdasarkan studi kepustakaan.
Hasil dari studi kepustakaan ini adalah mekanisme teh hijau (ryokucha) untuk menghilangkan
halitosis yang disebabkan oleh kalkulus. Para ahli yang meneliti daun teh hijau sepakat, bahwa teh hijau
mengandung senyawa-senyawa bermanfaat. Salah satu kandungan teh hijau yaitu senyawa substansi
fenol yaitu katekin. Kandungan katekin dalam teh hijau adalah 30-42% berat kering daun teh hijau,
Sebab teh hijau mengandung zat aktif yang bernama katekin yang mampu menghambat bakteri
pembentuk plak dan karang gigi sehingga menghilangkan halitosis.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ”Mekanisme Teh Hijau (Ryokucha) Untuk
Menghilangkan Halitosis Yang Disebabkan Oleh Kalkulus” yang mana Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah
satu persyaratan akademik dalam rangka menyelesaikan kuliah di Politeknik Kesehatan Depkes
Dalam rangka menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami kesulitan baik
dalam mencari literatur maupun penyusunannya. Namun berkat bantuan pembimbing serta teman-
teman, Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak drg. Miftah Tri Abadi, M.Kes, selaku Pembimbing Pertama, telah banyak memberikan dukungan
dan bimbingan baik dalam penyusunan maupun penulisan Karya Tulis Ilmiah saya ini.
2. Ibu drg. Lindawati M.Kes, selaku pembimbing kedua yang telah banyak memberikan dukungan dan
bimbingan baik dalam penyusunan maupun penulisan Karya Tulis Ilmiah saya ini.
3. Bapak Damhuji, S.SiT, MPH, selaku penguji, telah banyak memberi saran dan motivasi.
5. Para Dosen di Jurusan Kesehatan Gigi yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis, sehingga
pengertian jerih payah dan doanya untuk keberhasilan penulis. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan dan motivasi bagi penulis.
7. Kekasih saya yang tersayang terima kasih yang telah banyak membantu dalam kesulitan baik di dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah maupun yang lainnya, dan atas dukungan dan motifasinya yang tanpa
8. Kepada sahabat-sahabat saya yang selalu setia dalam suka dan duka, tidak bisa dituliskan namanya satu-
satu teman-teman seperjuangan di Politeknik Kesehatan Jurusan Gigi angkatan 2006 yang telah
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna dan masih terdapat
kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pihak lain
memanfaatkannya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN…………………….……………………….iv
PERNYATAAN SIDANG………………………………..……………………...v
BIODATA PENULIS……………………………………….…………………..vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan……………………………...……………………….... 3
D. Manfaat……….…………………...………………………… 4
A. Teh……………………………………....…………………… 5
B. Halitosis…………………………………....………….……... 9
A. Landasan Teori........................................................................20
B. Kerangka Konsep………………………………....…….…....20
C. Depinisi Operasional................................................................20
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................22
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................26
B. Saran........................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
http://amcsatria.blogspot.com/2012/06/karya-tulis-ilmiah-gigi.html