TRAUMA MATA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
AHMAD MAULANA
ELLA CENDRIKA
RISNAWATI
TINA LESTARI
M. SYARIF HIDAYATULLAH
M. RIZKI FAZRI
1. Konsep Penyakit
1.1 Definisi/ Deskripsi Penyakit
Trauma mata adalah kondisi mata yang mengalami trauma (rudapaksa)
baik oleh zat kimia maupun oleh benda keras dan tajam (Anas, 2010).
1.2 Etiologi
Trauma mata dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
a. Trauma tumpul disebabkan akibat benturan mata dengan benda
yang relatif besar, tumpul, keras maupun tidak keras misalnya
terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka tutup botol
tidak dengan alat, ketapel.
b. Trauma tajam (penetrating injuries) disebabkan benda tajam atau
benda asing yang masuk ke mata seperti kaca, logam, atau partikel
kayu berkecepatan tinggi, percikan proses pengelasan, dan peluru.
c. Trauma Khemis disebabkan akibat substansi yang bersifat asam
dan alkali yang masuk ke mata.
d. Trauma kimia asam, misalnya cuka, bahan asam dilaboratorium
(asam sulfat, asam hidroklorida, asam nitrat, asam asetat, asam
kromat, asam hidroflorida).
e. Trauma kimia basa, misalnya sabun cuci, shampo, bahan
pembersih lantai, kapur, lem perekat.
1.3 Tanda Gejala
Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:
1.3.1 Trauma Tumpul
a. Rongga Orbita: suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan
7 ruas tulang yang membentuk dinding orbita (lakrimal,
ethmoid, sfenoid, frontal, maksila, platinum dan
zigomatikus.Jika pada trauma mengenai rongga orbita maka
akan terjadi fraktur orbita, kebutaan (jika mengenai saraf),
perdarahan didalam rongga orbita, gangguan gerakan bola
mata.
b. Palpebra: Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi
melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi
kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk
melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan
pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai lapis kulit
yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang
ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal. Gangguan penutupan kelopak (lagoftalmos) akan
mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi
keratitis. Jika pada palpebra terjadi trauma tumpul maka
akan terjadi hematom, edema palpebra yang dapat
menyebabkan kelopak mata tidak dapat membuka dengan
sempurna (ptosis), kelumpuhan kelopak mata
(lagoftalmos/tidak dapat menutup secara sempurna).
c. Konjungtiva: Konjungtiva merupakan membran yang
menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva
mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel
Goblet. Musin berfungsi membasahi bola mata terutama
kornea. Edema, robekan pembuluh darah konjungtiva
(perdarahan subkonjungtiva) adalah tanda dan gejala yang
dapat terjadi jika konjungtiva terkena trauma.
d. Kornea: Kornea (Latin cornum - seperti tanduk) adalah
selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata
sebelah depan dan terdiri dari beberapa lapisan. Dipersarafi
oleh banyak saraf. Edema kornea, penglihatan kabur,
kornea keruh, erosi/abrasi, laserasi kornea tanpa disertai
tembusnya kornea dengan keluhan nyeri yang sangat, mata
berair, fotofobi adalah tanda dan gejala yang dapat muncul
akibat trauma pada kornea.
e. Iris atau badan silier: merupakan bagian dari uvea.
Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang
diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang
masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat
masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang
terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu
pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior
ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis
mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat
perdarahan dari 15 - 20 buah arteri siliar posterior brevis
yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.
Hifema (perdarahan bilik mata depan), iridodialisis (iris
terlepas dari insersinya) merupakan tanda patologik jika
trauma mengenai iris.
f. Lensa: Lensa merupakan badan yang bening. Secara
fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: Kenyal
atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam
akomodasi untuk menjadi cembung, jernih atau transparan
karena diperlukan sebagai media penglihatan, terletak di
tempatnya. Secara patologik jika lensa terkena trauma akan
terjadi subluksasi lensa mata (perpindahan tempat).
g. Korpus vitreus: perdarahan korpus vitreus.
h. Retina: Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening,
terdiri atas penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik.
Letaknya antara badan kaca dan koroid. Letaknya antara
badan kaca dan koroid.1,2 Bagian anterior berakhir pada
ora serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan
sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning)
kira-kira berdiameter 1 - 2 mm yang berperan penting untuk
tajam penglihatan.Ditengah makula lutea terdapat bercak
mengkilat yang merupakan reflek fovea. Secara patologik
jika retina terkena trauma akan terjadi edema makula retina,
ablasio retina, fotopsia, lapang pandang terganggu dan
penurunan tekanan bola mata.
i. Nervus optikus: N.II terlepas atau putus (avulsio) sehingga
menimbulkan kebutaan
1.4 Patofisiologi
Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan non mekanik,
semua ini menciderai organ-organ mata yang menyebabkan terjadinya
trauma mata. Trauma mata yang diakibatkan oleh cedera mekanik pada
jaringan bola mata akan menimbulkan suatu atau berbagai akibat klasik
seperti: rasa sakit akibat trauma, gangguan penglihatan berupa
penglihatan kabur, perabengkalan, perdarahan atau luka terbuka dan
bentuk mata berubah.
Trauma yang diakibatkan oleh cidera non mekanik pada bola mata akan
menimbulkan berbagai akibat seperti : erosi epitel kornea, kekeruhan
kornea. Bila pada cidera radiasi juga terjadi efek kumulasi. Bila radiasi
berkurang maka lesi terimis yang ditimbulkan sinar red (irivisible rays)
dapat berupa kekeruhan kornea, atratosi iris, katarak.
1.6 Komplikasi
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya
trauma dan jenis yang terjadi, komplikasi yang dapat terjadi pada kasus
trauma basa antara lain
a. Simblefaron (perlengkapan antara konjungtiva bulbi dan
kunjungtiva palpebra)
b. Kornea keruh, edema neovaskuler
c. Katarak traumatic merupakn katrak yang muncul sebagai akibat
cedera padamata yang dapat merupakan perforasi ataupun tupul
yang terlihat sesdah beberapa hari ataupun beberapa tahun katarak
traumatic ini dapat muncul akut, sub akut, ataupun gejala sisa
trauma mata, trauma basa pada permukaan mata sering
menyebabkan katarka, selain menyebabkan kerusakan kornea
kunjungtiva dan iris komponen basa yang masuk mengenai kadar
glukosa atau askorbal hal ini dapat terjadi karena zat asam namun
trauma asma sukar masu ke bagian dalam mata di bandingkan basa
maka jarang
d. Phtisis bulbi
Analisis Jurnal
a. Latar belakang
Pembahasan dalam latar belakang pada artikel penelitian ini,
peneliti menjelaskan secara umum dari kejadian katarak dan
kemudian dijabarkan dengan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian katarak dan salah satunya yaitu trauma
tumpul pada mata. Dalam hal ini dijelaskan bahwa banyak hal yang
dapat menyebabkan trauma pada mata terutama trauma tumpul,
kemudian peneliti melakukan perumusan lebih dalam dan
menemukan sebuah rumusan masalah apakah trauma tumpul pada
mata dapat menyebabkan kejadian katarak. Trauma mata dapat
menimbulkan keluhan nyeri dan dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan. Dampak trauma mata dapat menimbulkan kerugian
yang sangat besar akibat hilangnya penglihatan, hilangnya waktu
kerja, dan kerugian dalam hal besarnya biaya yang dikeluarkan.
Selain dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan, trauma
mata dapatj uga merupakan faktor yang berhubungan dengan
terjadinya katarak. Berbagai benda di bidang pertanian dapat
mengakibatkan trauma mata yang tidakdiharapkan, baik oleh orang
yang bekerja dibidang pertanian tersebut maupun oleh orangyang
sedang berada di sekitarnya.
Hadist riwayat H.R Abu Daud, Tarmizi, Nasa’I dan Ibnu Majjah
“Berobatlah hai hamba Allah, karena sesungguhnya Allah SWT
tidak mengadakan penyakit kecuali mengadakan obatnya. Hanya
satupenyakit yang tidak ada obatnya ialah penyakit tua
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut berdasarkan dengan inflamasi
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
Nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri
setelah intervensi.
b. Klien tidak gelisah
Intervensi :
Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang
efektif.
Rasional :
Klien kebanyakan mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang
nyerinya dan tindakan penghilangan nyeri
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan penyembuhan tanpa gejala infeksi.
b. Nilai Labotratorium : SDP normal, kultur negatif.
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Seorang laki-laki berusia 45 tahun masuk rumah sakit ruang mata dengan keluhan
selama kurang lebih 3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa nyeri pada
kedua matanya, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk dan menyebar sampai
kekening dengan skala nyeri 6. Pasien juga mengatakan pandangannya kabur atau
tidak jelas pada jarak tertentu dan pasien mengatakan cemas terhadap
penyakityang dideritanya. Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien mengatakan
pernah mengalami benturan pada mata yang disebabkan pukulan bola tenis yang
cukup kencang. Kemudian istri pasien memberikan obat tetes mata tetapi tidak
ada efeknya juga, sehingga istri pasien memutuskan untuk membawanya kerumah
sakit. Di dapatkan hasil pemeriksaan TD : 120/70 MMhG N: 85x/menit RR :
24x/menit S : 37,5ºC
Pengkajian
a. Identitas
1. Pasien / Klien
Nama : Tn.M
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
TB :-
BB :-
Alamat :
Status perkawinan : kawin
Agama :-
Suku :-
Pendidikan : -
Pekerjaan :
2. Penanggung jawab
Nama : Ny.M
Umur :-
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :-
Status perkawinan : kawin
Agama :-
Suku :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Hub. dengan klien : istri
b. Riwayat Penyakit
3. Pola eliminasi :-
7. Konsep diri :-
8. Seksual-reproduksi :-
1. Kartu snellen :-
2. Luas lapang pandang :-
3. Pengukuran tekanan IOL dengan tonography :-
4. Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop :-
f. Program Terapi
1. Terapi farmakologi :-
2. Terapi invasive :-
Data subjektif
Klien mengatakan nyeri pada kedua matanya, seperti ditusuk dan
menyebar sampai ke kening dengan skala nyeri 6.
Klien mengatakan pandangannya kabur/tidak jelas pada jarak tertentu.
Klien mengatakan cemas terhadap penyakitnya.
Klien pernah mengatakan pernah mengalami benturan pada mata.
Data Objektif
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/MENIT
RR : 24x/MENIT
S : 37,5ºC
Analisa Data
P : akibat benturan
Q : seperti ditusuk
R : nyeri menyebar
kekening
S : skala nyeri 6
S : klien gangguan Gangguan
mengatakan penerimaan sensori / Sensori
pandangannya status organ indera. Perseptual
kabur atau Lingkungan secara
tidak jelas pada terapetik dibatasi.
jarak tertentu
O:
TD : 120/70
mmHg
N :
80x/MENIT
RR :
24x/MENIT
S : 37,5ºC
2.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :
EGC.
https://doktersehat.com/pandangan-donor-mata-dalam-agama-islam/. (diakses
pada tanggal 24 September 2018)
Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. 2008. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis
Company.
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan
Essentia Media.
Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI
Jakarta.
http:///www.rusdi .blogspot.com