KOMUNIKASI
MAKALAH
Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Gerontik
Dosen :
Puji syukur khadirat Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Lansia Dengan Masalah Komunikasi” dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Pada saat membuat dan menyusun makalah ini banyak sekali
kendala yang kami hadapi dikarenakan keterbatasan waktu yang kami
miliki dan kami pun menyadari tanpa bantuan semua pihak mungkin
makalah ini tidak dapat diselesaikan sesuai harapan. Oleh karna itu kami
selaku penulis makalah ini menyampaikan terimakasih yang sebesar-
besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia
akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di
dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan
struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan
mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4)
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik,
psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan
ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan
pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat. Penggolongan
lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok
yakni:
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
2.1.2 Batasan Lansia
WHO dalam Kunaifi (2009) membagi lansia menurut usia ke dalam
empat kategori, yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lansia (elderly) : 60-74 tahun
3. Usia tua (old) : 75-89 tahun
4. Usia sangat lanjut (very old ) : lebih dari 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia
namun perubahan-perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di
identifikasi, misalnya perubahan pada aspek fisik berupa perubahan
neurologi dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran.
3
Perubahan- perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan
interprestasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan
klien lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi
perubahan kognetif yang berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan
belajar, daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan
terhadap kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
a. Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta
keterangan yang di berikan petugas kesehatan
b. Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di
terima keliru
c. Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit
d. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya
tindakan yang mengikut sertakan dirinya
e. Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi
tidur, terutama bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien
4
yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker, radang sendi,
berkurangnya memori, penyakit jantung koroner dan diabetes.
3. Tahap Klinik (usia 45 tahun ke atas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormone terus berlanjut yang
meliputi DHEA, melatonin, growth hormon, testosteron, estrogen dan
juga hormon tiroid. Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan
penyerapan bahan makanan, vitamin dan mineral. Penyakit kronis
menjadi lebih nyata, sistem organ tubuh mulai mengalami kegagalan.
2.2 Konsep Komunikasi Pada Lansia
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik,
psikologi, lingkungan ketrampilan komunikasi yang tepat juga
perlu memperhatikan waktu yang tepat.
Keterampilan komunikasi Listening/Pendengaran yang baik yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
2. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
3. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.
A. Komunikasi Terapeutik pada Lansia
Kemampuan komunikasi pada lansia dapan mengalami penurunan,
akibat penurunan fungsi berbagai sistem organ, seperti
penglihatan,pendengaran, wicara, persepsi, dan lain-lain. Semua ini
menyebabkan penurunan kemampuan lansia untuk menangkap pesan atau
informasi dan transfer informasi. Penurunan kemampuan
melakukan komunikasi berlangsung bertahap dan bergantung pada
seberapa jauh gangguan indra dan gangguan otak yang dialami lansia.
1. Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan yang sering dialami oleh lansia adalah
presbiopia. Gangguan ini mengakibatkan lansia tidak dapat menangkap
dengan baik persepsi atau pesan yang disampaikan melalui teknik non-
verbal, seperti senyuman, kerlingan mata, anggukan kepala, gerakan bibir
dan lain-lain.
5
2. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran menyebabkan lansia hanya dapat mendengar
suara yang lebih lambat. Kadang gangguan pendengaran terlalu parah
sehingga lansia memerlukan alat bantu dengar dan perlu melihat
mimikbibir komunikator untuk kemudian menyimpulkan apa yang telah
diucapkan komunikator (perawat atau pemberi asuhan).
3. Gangguan Memori
Gangguan Memori (mengalami demensia) yang berdampak pada
penerimaan atau pengiriman pesan. Dampak pada penerimaan pesan antara
lain:
1) Lansia mudah lupa terhadap pesan yang baru saja diterimanya.
2) Kurang mampu membuat koordinasi dan mengaitkan pesan
dengan konteks yang menyertai.
3) Salah menangkap pesan.
4) Sulit membuat kesimpulan.
Semua komunikasi yang efektif dan terapeutik harus ditunjukan untuk
menjaga harga diri dari pemberi/ penerima pesan dan
menciptakan hubungan yang saling pengertian. Agar komunikasi
berjalan lancar perawat atau penyampai pesan harus:
1) Menguasai bahan/ pesan yang akan disampaikan
2) Menguasai bahasa setempat
3) Memiliki keyakinan
4) Bersuara lembut
5) Percaya diri
6) Ramah (menunjukan penerimaan)
7) Sopan dan santun
8) Jujur dan bijaksana
Disamping itu perlu diciptakan lingkungan yang nyaman dan
mendukung komunikasi, misalnya suasana terbuka, akrab, santai,
bertatakrama dengan posisi menghormat, dan perawat harus memahami
6
keadaan lansia. Tatakrama dan keakraban sangat mendukung
kelancaran komunikasi. Juga tidak kalah penting, perawat atau pemberi
asuhan harus membiasakan atau melatih sesering mungkin cara
berkomunikasi terapeutik dalam kehidupannya dan dalam pemberian asuhan
kepada lansia antara lain dengan cara:
1) Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan lansia
2) Menunjukan penerimaan
3) Menunjukan pernyataan yang berkaitan
4) Mengulang ucapan lansia dengan kata-kata sendiri
5) Mengklarifikasi ucapan lansia yang kurang jelas
6) Memfokuskan pokok pembicaraan
7) Menyatakan hasil pengamatan perawat terhadap lansia
8) Menawarkan informasi/ bantuan walaupun tidak diminta
9) Diam sejenak memberi kesempatan lansia untuk menyusun kata- kata
10) Meringkas hasil pembicaraan denangan lansia serta dengan mengulang
ide pertama
11) Memberi penghargaan atas hal positif yang telah dilakukan lansia
12) Memberi kesempatak kepada lansia untuk berbicara terlebih dahulu atau
memulai pembicaraan
13) Menganjurkan lansia untuk meneruskan pembicaraan
14) Menempatkan kejadian secara berurutan
15) Memberi kesempatan kepada lansia untik mengemukakan dan
menguraikan persepsi tentang suatu hal
16) Memberi kesempatan kepada lansia untuk mengemukakan dan menerima
ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri (refleksi)
Perawat atau pemberi asuhan dapat menggunakan teknik komunikasi
terapeutik sebagai berikut:
1. Diam
Perawat atau pemberi asuhan berdiam sejenak atau beberapa detik,
mempunyai arti yang sangat mendalam karena menunjukan sikap
7
reflektif atau sikap merenung, sikap mendengar, menerima, mengerti,
menanti, dan lain-lain
2. Menerima
Sikap tubuh menerima disertai dengan isyarat seperti
menganggukan kepala sambil mengungkapkan “ya”, “he-
eh”,“Hemmm”, “Jadi”, “Lantas”, atau “saya tahu”, dapat
memberanikan lansia untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya.
3. Menyatakan Pengenalan
Menyebutkan nama lansia dapat membuat lansia merasa bahwa ia
dikenal secara pribadi. Contoh pernyataannya:“Ya, Oma Anna?” “Apa
kabar Oma Anna?” “Selamat pagi Opa Yudi”
4. Menawarkan Diri
Kepedulian perawat atau pemberi asuhan terutama dalam hal-hal
yang kecil sering menyentuh perasaan lansia, dan dapat menimbulkan
perasaan dihargai, contoh pernyataan:
“Apakah ada yang bisa saya bantu opa?” “Saya bisa menemani opa
sampai oma datang”
“Kita bisa duduk disini, opa tidak perlu bicara kecuali kalau opa
mau bicara”
“Saya akan mendoakan Opa Yudi”
5. Memberi Penghargaan
Perawat atau pemberi asuhan dapat menggunakan pertanyaan atau
pernyataan yang memberanikan lansia untuk bicara atau
meneruskan pembucaraannya. Misalnya, “Opa ingin membicarakan
apa?”, Apakah akan membantu jika kita membicarakan
apa yang opa rasakan?” mungkin opa mau membicarakan tentang
pantangan makan?”, Lantas?”.
6. Mengklarifikasi Waktu
Perawat perlu mengklarifikasi waktu atau urutan kejadian. Contoh
pernyataan:
8
Lansia : “Saya muntah dua kali tadi pagi”
Perawat : “ Apakah itu setelah sarapan pagi atau kapan hal itu
terjadi?”
7. Mengklarifikasi Contoh pernyataan:
“Saya kurang menangkap maksudmu. Tolong diulang!”
“Apakah Oma Dora bisa membicarakannya lebih lanjut?”
8. Menyatakan observasi tanpa menilai
Contoh pernyataan:
“Opa Yudi kelihatan rileks” “Opa telah menyukur jenggot”
“Hari ini Opa kelihatan segar” “Opa kelihatan tegang”
9. Mendorong Pengungkapan Persepsi
Contoh pernyataan:
“Ada apa Oma?” “Apa yang terjadi?”
“Bagaimana perasaan oma tentang hal itu?
9
Lansia :”Apakah saya perlu memberi tahu anak saya?”
Perawat :”opa merasa perlu memberi tahu anak -anaknya?”
13. Exploring
Contoh pernyataan :
“apakah masih ada yang oma ingin bicarakan?” “bagaimana perasaan oma
tentang hal itu?” “saat itu apa yang oma rasakan?”
14. Menunjukan kenyataan
Contoh pernyataan :
“saya tidak melihat orang lain di dalam kamar ini”
“saya bukan anakmu. Saya adalah perawatmu”.
15. Mengungkapkan keraguan
Contoh pernyataan
“seperti luar biasa, bukan?”
“sungguh kan?”
“betul kan?”
16. Mendorong pengambilan keputusan Contoh pernyataan
“apakah ada cara lain untuk mengekspresikan kemarahan yang tidak
merugikan?”
“seandainya hal yang seperti ini akan timbul lagi, oma mau buat apa?”
17. Sentuhan
Perawat atau pemberi asuhan dapat menggunakan sentuhan untuk
mengungkapkan kepedualian dan empati yang dalam. Perawat atau pemberi
asuhan harus sensitive dalam memakai sentuhan karena ada individu yang
tidak mau disentuh. Dengan setuhan, komunikasi akan lebih mendapat
perhatian.
18. Memberi informasi
Contoh pernyataan :
“jadwal operasi mata oma adalah pukul sepuluh pagi ini. Sebelum pukul
sembilan, kami mengantar oma ke kamar bedah dengan blankar”
b. Komukasi non terapeutik
10
Hindari melakukan komunikasi yang tidak benar, gaya bicara yang
kurang sopan dan terkesan menggurui menggunakan bahasa atau istilah
yang asing, berbicara terlalu lama atau terlalu cepat, menggunakan jari
telunjuk untuk menunjuk orang/ sesuatu / lansia/ menunjukan wajah masam
atau jengkel. Sikap perawat dalam komunikasi seperti ini tidak etis dan
tidak sopan.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pelayanan sosial
harus menghindari sikap tidak memperhatikan tanggapan/ pertanyaan dari
lansia. Misalnya berbicara tidak melihat wajah lansia. Penting untuk
diperhatikan bahwa :
1. Perawat atau pemberi asuhan pelayanan harus menjadi model peran
2. Melakukan komunikasi yang tidak benar akan mengganggu
hubungannya dengan lansia
3. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan oleh perawat atau pemberi
asuhan hendaknya bertujuan terapeutik untuk lansia.
Dalam melakukan komunikasi, memang tidak semuanya menggunakan
teknik komunikasi yang bersifat komunikasi terapeutik. Adapula yang
tergolong komunikasi non terapeutik, seperti berikut ini
1. Memberi kepastian atau jaminan
Contoh pernyataannya :
“itu hal yang kecil. Tidak akan menjadi masalah”
“yakin, ia tidak akan marah”
2. Menyutujui atau menolak
Pernyataan menyetujui atau menolak adalah sama dengan
pernyataan menilai yang dapat membuat lansia menjadi defensifdan
mencari alasan untuk membenarkan diri dan melindungi diri. Contoh
pernyataan :
Lansia :”dokter Abbas adalah dokter yang kurang baik dia
membiarkan pasien lansia begitu saja”
11
Perawat :”dokter abbas adalah dokter spesialis penyak it dalam
yang dapat dihandalkan”.
3. Memberi nasihat
Contoh pernyataannya :
“tempat itu tidak baik untuk oma, pindah saja dari situ”
“oma punya bakat melukis, jadi pelukis saja”
4. Memeriksa
Contoh pernyataan :
“apakah hubungan oma dengan orang lain?”
“mengapa oma melakukan itu?”
5. Stereotyping
Teknik komunikasi ini adalah memberi pertanyaan yang umum dan
berdasarkan pada pengalaman yang sangat terbatas dan tidak valid, contoh
pernyataannya :
“ Nenek usia di atas 65 tahun adalah orang yang sulit”
“ Nenek suka ngomel”
“Wanita suka pakai perasaan, laki-laki suka pakai otak”
6. Menjadi defensif
Perawat atau pemberi asuhan sering mengungkapkan
pernyataan untuk melindungi diri, teman sekerja, atau rumah sakit, panti
sosial, tresna werdha dari kritikan yang negative. Contoh pernyataannya :
Lansia :”Perawat yang jaga malam itu tidur-tiduran saja.Saya
memanggil manggil dan harus menunggu lama baru ada
yang datang.”
Perawat :”Oma harus tau bahwa mereka itu sangat sibuk, oma
bukan satu-satunya yang harus dilayani disini.
2.2.1 Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong
danmenganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan
perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji
12
masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati,
2003 : 50).
2.2.2 Teknik Komunikasi pada Lansia
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor
fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan
ketrampilan komunikasi yang tepat. Disamping itu juga memerlukan
pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
1. Ketrampilan komunikasi. Listening/ Pendengaran yang baik yaitu :
a. Mendengarkan dengan perhatian telinga kita,
b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang
jernih,
c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita
2. Teknik komunikasi dengan lansia
a. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik Kecepatan
dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik
pembicaraan dan kebutuhan lansia, berbicara dengan lansia yang
dimensia dengan pelan, tetapi berbicara dengan lansia demensia yang
kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati karena tekanan
suara yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan,
pertanyaan yang tepat kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya
atau tidak. Berikan kesempatan orang lainuntuk berbicara hindari
untuk mendominasi, pembicara sebaiknya mendorontg lansia untuk
berperan aktif, Merubah topik pembicaaraan dengan jitu
menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia
tidak interest lagi Contoh : siapa yang membelikan pakaian
bapak/ibu yang bagus ini? Gunakan kata-kata yang sederhana dan
konkrit gunakan makan satu buah setelah makan dari pada
menggunakan makanan yang berserat. Gunakan kalimat yang
simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat.
b. Teknik nonverbal komunikasi
13
1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya
tidak acuh tak acuh, perbedaan.
2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata
3) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.
4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang
tepat,meletakan kursi dengan tepat. Sentuhan : memegang tangan,
menjabat tangan.
c. Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia
1) Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan.
2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapakan
pesan-pesan verbal dan merupakan metode primer yang non verbal.
3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi
keperawatan yang akan diberikan.
4) Mulai pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
d. Lingkungan wawancara
1) Posisi duduk berhadapan
2) Jaga privasi
3) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
4) Kurangi keramaian dan berisik
5) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan
menjaga kita mengekspresikan diri kita sendiri
14
b. Meremehkan orang lain
c. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d. Menonjolkan diri sendiri
2. Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a. Menarik diri bila di ajak berbicara
b. Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c. Merasa tidak berdaya
d. Tidak berani mengungkap keyakinaan
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang
wajar seiring dengan menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai
tenaga kesehatan yang professional perawat di tuntut mampu mengatasi
hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tips-tips tertentu
yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan gengan efektif antara
lain:
a) Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b) Keraskan suara anda jika perlu
c) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia
dapat melihat mulut anda.
d) Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang
baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya
pencahayaan yang cukup.
e) Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat
kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi
merupakan hasil bahwa klien tidak kooperatif.
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Ny. D usia 65 tahun, klien merupakan seorang janda yang ditinggalkan oleh
suaminya yang meninggal akibat penyakit jantung dan anak-anaknya pun tidak
tinggal serumah dengan ibunya dan hanya mengunjunginya 2 minggu sekali. Ny.
D pernah mengalami stroke 1 tahun yang lalu, dan saat diajak bicara Ny. D
bicaranya tidak jelas, pelo, dan sulit mengekspresikan kata secara verbal. Sebagai
sisa dari penyakit stroke yang pernah di deritanya, tubuh sebelah kiri Ny. D tidak
bisa digerakan secara normal seperti sebelumnya, sehingga aktivitas sehari-
harinya terbatas. Selama di rumah, klien menghabiskan waktunya sendiri dan ia
sulit diajak berkomunikasi oleh anak anaknya dan tetangganya di sekitar rumah.
Pada saat dikaji pun klien sulit diajak berkomunikasi, klien cenderung tidak
pernah aktif berinteraksi dengan lansia lain. Saat berkomunikasi pun klien merasa
malu dan terkadang perkataanya tidak dimengerti. Dan saat di tanya perasaannya
saat ini klien tidak mau menggungkapkan dan ia tidak suka jika lansia lain ikut
campur dengan urusannya atau ingin tau kehidupan masa lalunya. Dari
pemeriksaan fisik TD : 130/80 mmHg, S : 36,5℃, N : 76x/menit, RR : 20x/menit.
Kazt indeks pasien menunjukkan gangguan fungsional sebagian. Barthel index
klien menunjukkan ketergantungan sebagian.
3.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. D Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 65 tahun Suku : -
Alamat : - Agama : -
Pendidikan : - StatusPerkawinan : cerai mati
Tanggal masuk ke panti werdha : 15 oktober 2019
Tanggal Pengkajian : 18 desember 2020
2. Status Kesehatan
16
a. Keluhan Utama (PQRS)
Saat diajak bicara Ny. D bicaranya tidak jelas, pelo, dan sulit
mengekspresikan kata secara verbal. Sebagai sisa dari penyakit
stroke yang pernah di deritanya, tubuh sebelah kiri Ny. D tidak bisa
digerakan secara normal seperti sebelumnya, sehingga aktivitas
sehari-harinya terbatas.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ny. D pernah mengalami stroke 1 tahun yang lalu
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Suaminya yang meninggal akibat penyakit jantung
d. Tinjauan Sistem (Jelaskan tentang kondisi sistem-sistem
dibawah ini yang terdapat pada klien)
Keadaan umum :
Kesadaran : compos mentis,
TD : 130/80 mmHg,
S : 36,5℃,
N : 76x/menit,
RR : 20x/menit.
Saat diajak bicara Ny. D bicaranya tidak jelas, pelo, dan sulit
mengekspresikan kata secara verbal. Sebagai sisa dari penyakit
stroke yang pernah di deritanya, tubuh sebelah kiri Ny. D tidak
bisa digerakan secara normal seperti sebelumnya, sehingga
aktivitas sehari-harinya terbatas.
Integumen : tidak dapat dikaji
Sistem Hemopoietik : tidak dapat dikaji
Kepala : rambut warna putih, rontok
Mata : konjungtiva tidak annemis, sklera tidak
ikterok, dan penggunaan alat bantu penglihatan yaitu kacamata
Telinga : tidak ada pengeluaran serumen, tidak
ada penumpukan kotoran pada telinga, terjadi penurunan pendengaran.
17
Mulut dan tenggorok : Pelo,asimetris
Leher : tidak dapat dikaji
Payudara : tidak dapat dikaji
Sistem Pernapasan : Suara paru bronko vesikuler, tidak
terdapat suara tambahan seperti wheezing atau ronkhi.
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung I dan II normal, tidak
terdapat bunyi tambahan seperti murmur dan gallop.
Sistem Gastrointestinal : tidak dapat dikaji
Sistem Perkemihan : Tidak mengalami inkontinesia, BAK
3-4x sehari
Sistem Genitoreproduksi : tidak dapat dikaji
Sistem Muskuloskeletal : tubuh sebelah kiri Ny. D tidak bisa
digerakan secara normal seperti sebelumnya
Sistem Saraf pusat : tidak dapat dikaji
Sistem Endokrin : tidak dapat dikaji
3. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Psikososial
Klien merupakan seorang janda yang ditinggalkan oleh suaminya
yang meninggal akibat penyakit jantung dan anak-anaknya pun
tidak tinggal serumah dengan ibunya dan hanya mengunjunginya 2
minggu sekali.
b. Identifikasi Masalah Sosial
PERTANYAAN TAHAP I
Apakah klien mengalami sukar tidur ?
Apakah klien sering merasa gelisah ?
Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?
Apakah klien sering was-was atau kuatir ?
18
dengan 1 jawaban “Ya”
PERTANYAAN TAHAP 2
Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
Ada masalah atau banyak pikiran ?
Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain ?
Menggunakan obat tidur / penenang atas anjuran dokter ?
Cenderung mengurung diri ?
19
3 Berpindah dari 5 - 10 15
kursi roda ke
tempat tidur,
sebaliknya
4 Personal toilet 0 5 Frekuensi
(cuci
muka,menyisir
rambut, gosok
gigi)
5 Keluar masuk 5 10
toilet (mencuci
pakaian,
menyeka
tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15
7 Jalan di 0 5
permukaan
datar
8 Naik turun 5 10
tangga
9 Mengenakan 5 10
pakaian
1 Kontrol bowel 5 10 Frekuensi :
0 (BAB) Konsistensi :
1 Kontrol 5 10 Frekuensi :3-
1 bladder (BAK) 4x/hari
Warna :
1 Olah 5 10 Frekuensi :
20
2 raga/latihan Jenis :
1 Rekreasi/pema 5 10 Jenis:
3 nfaatan waktu Frekuensi :
luang
Interpretasi : klien mendapatkan skor 85 yang artinya memiliki
ketergantungan sebagian dan aktivitas sehari-hari klien dibantu oleh
caregiver.
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total
Pengkajian Status Mental
a. SPSMQ
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan
Short Portable Mental Status Questioner (SPSMQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
01 Tanggal berapa hari ini ?
02 Hari apa sekarang ini ?
03 Apan nama tempat ini ?
04 Dimana alamat Anda
21
Interpretasi hasil :
a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
b. MMSE
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan
MMSE (Mini Mental Status Exam):
Orientasi Kalkulasi
Registrasi Mengingat kembali
Perhatian Bahasa
NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKS KLIEN
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
o Tahun
o Musim
o Tanggal
o Hari
o Bulan
Orientasi 5 Dimana kita sekarang berada ?
o Negara Indonesia
o Propinsi Jawa Barat
o Kota..........
o PSTW..........
o Wisma...........
2 Registrasi 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh pemeriksa)
1 detik untuk mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga obyek tadi. (Untuk disebutkan)
o Obyek..........
o Obyek..........
o Obyek..........
3 Perhatian 5 Minta klien untuk memulai dari angka
22
dan 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kalkulasi kali/tingkat.
o 93
o 86
o 79
o 72
o 65
4 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada No.2 (registrasi) tadi. Bila
benar, 1 point untuk masing-masing
obyek.
5 Bahasa 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien.
o (misal jam tangan)
o (misal pensil)
Minta klien untuk mengulang kata
berikut : ”tak ada jika, dan, atau, tetapi:.
Bila benar, nilai satu point.
o Pernyataan benar 2 buah: tak ad,
tetapi.
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah :
”Ambil kertas di tangan Anda, lipat dua
dan taruh di lantai”.
o Ambil kertas di tangan Anda
o Lipat dua
o Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1
point)
o ”Tutup mata Anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis
satu kalimat dan menyalin gambar.
o Tulis satu kalimat
o Menyalin gambar
23
TOTAL
NILAI
Interpretasi hasil :
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18 - 22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat.
5. Pengkajian Keseimbangan
Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam
bergerak, dari kedua komponen tersebut dibagi dalam beberapa gerakan
yang perlu diobservasi oleh perawat. Kedua komponen tersebut adalah:
- Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini :
Bangun dari tempat tidur (dimasukkan dalam analisis)
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan
tetapi usila mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau
bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada
saat berdiri pertama kali.
Duduk ke kursi (dimasukkan dalam analisis)
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Ket : kursi harus yang keras tanpa lengan
Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksa mendorong
sternum sebanyak 3 kali dengan hati-hati)
Klien menggerakkan kaki, memegangn obyek untuk dukungan,
kaki tidak menyentuh sisi-sisinya.
Mata tertutup
Lakukan pemeriksaan sama seperti di atas tapi klien disuruh
menutup mata
Perputaran leher
Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki:
Keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil
24
Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi
sepenuhnya sementara berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak
stabil memegang sesuatu untuk dukungan.
Membungkuk
Tidak mampu membungkus untuk mengambil objek-objek kecil
(misalnya pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa
berdiri lagi, dan memerlukan usaha-usaha yang keras untuk
bangun.
- Komponen gaya berjalan atau pergerakan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini, atau
beri nilai 1 jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi di bawah
ini:
Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan
Ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan
Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau
menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping
klien)
Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh
lantai
Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.
Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi
dari samping kiri klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi
Berbalik
25
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan,
bergoyang, memegang objek untuk dukungan.
Interpretasi Hasil:
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, kemudian
interpretasikan sebagai berikut:
0–5 Resiko jatuh rendah
6 – 10 Resiko jatuh sedang
11-15 Resiko jatuh tinggi
6. Pengkajian Kondisi Depresi
INVENTARIS DEPRESI BECK
Petunjuk :
Baca seluruh kelompok pertanyaan, kemudian pilih satu pernyataan
dalam kelompok tersebut sesuai yang dirasakan. Yakinkan untuk
membaca semua pertanyaan pada setiap kelompok sebelum membuat
pilihan.
Aspek yang ditanyakan Skore
A. Kesedihan
- Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana 3
saya tak dapat menghadapinya 2
- Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan 1
saya tidak dapat keluar darinya 0
- Saya merasa sedih dan galau
- Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
- Saya merasa masa depan adalah sia-sia dan 3
tidak dapat membalik 2
- Saya merasa tidak memiliki apa-apa untuk 1
memandang ke depan 0
- Saya merasa kecil hati mengenai masa depan
26
- Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati
tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
- Saya merasa benar-benar gagal sebagai 3
orangtua, suami/istri 2
- Seperti melihat ke belakang, semua yang 1
saya lihat hanya kegagalan 0
- Saya merasa telah gagal melebihi orang pada
umumnya
- Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
- Saya tidak puas dengan segalanya 3
- Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari 2
apapun 1
- Saya tidak menyukai cara yang saya 0
gunakan
- Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
- Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk 3
atau tak berharga 2
- Saya merasa sangat bersalah 1
- Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai 0
bagian dari yang baik
- Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri
- Saya benci diri saya sendiri 3
- Saya muak dengan diri saya sendiri 2
- Saya tidak suka dengan diri saya sendiri 1
- Saya tidak merasa kecewa dengan diri 0
27
sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
- Saya akan membunuh diri sendiri jika ada 3
kesempatan 2
- Saya mempunyai rencana pasti tentang 1
tujuan bunuh diri 0
- Saya merasa lebih baik mati
- Saya tidak punya pikiran mengenai
membahayakan diri sendiri
H. Menarik Diri dan Sosial
- Saya telah kehilangan semua minat pada
orang lain dan tidak peduli pada
3
mereka semua.
- Saya telah kehilangan semua minat pada
2
orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka
1
- Saya kurang berminat pada orang lain
0
daripada sebelumnya
- Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
- Saya tidak dapat membuat keputusan sama 3
sekali 2
- Saya mempunyai banyak kesulitan dalam 1
membuat keputusan 0
- Saya berusaha mengambil keputusan
- Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
- Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak 3
menjijikan 2
28
- Saya merasa ada perubahan-perubahan yang
permanen dalam hidup saya dan 1
ini membuat saya tidak menarik 0
- Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau
tidak menarik
- Saya tidak merasa tampak lebih buruk
daripada sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
- Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali 3
- Saya telah mendorong keras diri saya untuk 2
melakukan sesuatu 1
- Saya memerlukan upaya tambahan untuk 0
mulai melakukan sesuatu
- Saya dapat bekerja sebaik sebelumnya
L. Keletihan
- Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu 3
- Saya lelah untuk melakukan sesuatu 2
- Saya lelah lebih dari yang biasanya 1
- Saya tidak lebih lelah dari biasanya 0
M. Anoreksia
- Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan 3
sama sekali 2
- Nafsu makan saya sekarang sangat 1
memburuk 0
- Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
- Nafsu makan saya tidak buruk dari
sebelumnya
Penilaian :
0–4 : Depresi tidak apa atau minimal
5–7 : Depresi ringan
29
8 – 15 : Depresi sedang
> 16 : Depresi berat
8. Pengkajian Sosial
Hubungan lansia dengan keluarga memerankan peran sentral pada
seluruh tingkat kesehatan dan kesejahteraan lansia. Pengkajian aspek
sistem sosial ini dapat menghasilkan informasi penting untuk memberi
gambaran dukungan keluarga terhadap lansia. Suatu alat skrining singkat
yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia adalah
APGAR Keluarga (Smilkstein et al, 1982 dalam lueckenotte, 1998)
meliputi adapatasi (Adaptation), hubungan (Partnership), pertumbuhan
(Growth), afeksi (Affection) dan pemecahan (Resolve).
APGAR Keluarga
Komponen Skore
A Adaptation (adaptasi)
Saya puas bahwa saya dapat 2 : Selalu
kembali pada keluarga (teman- 1 : Kadang-
teman) saya untuk membantu pada kadang
waktu sesuatu menyusahkan saya 0 : Tidak
pernah
P Partnership (hubungan)
Saya puas dengan cara keluarga 2 : Selalu
(teman-teman) saya 1 : Kadang-
membicarakan sesuatu dengan kadang
saya dan mengungkapkan masalah 0 : Tidak
dengan saya pernah
G Growth (pertumbuhan)
Saya puas bahwa keluarga (teman- 2 : Selalu
teman) saya menerima dan 1 : Kadang-
30
mendukung keinginan saya untuk kadang
melakukan aktivitas atau arah baru 0 : Tidak
pernah
A Affectiion (afeksi)
Saya puas dengan cara keluarga 2 : Selalu
(teman-teman) saya 1 : Kadang-
mengekspresikan afek dan kadang
berespons terhadap emosi saya 0 : Tidak
seperti marah, sedih atau pernah
mencintai
B Resolve (pemecahan)
Saya puas dengan keluarga 2 : Selalu
(teman-teman) saya menyediakan 1 : Kadang-
waktu bersama-sama. kadang
0 : Tidak
pernah
Penilaian :
<3 : disfungsi keluarga sangat tinggi
4–6 : disfungsi keluarga sedang
7 – 10 : disfungsi keluarga ringan atau tidak disfungsi keluarga
31
Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. Ds : - Hambatan Perubahan
Do : komunikasi sistem saraf
− Ny. D pernah mengalami verbal pusat
stroke 1 tahun yang lalu
− Ny. D bicara nya tidak
jelas, pelo dan sulit
mengekspresikan kata
secara verbal
− Katz indek : gangguan
fungsional sebagian.
− Barthel indek :
ketergantungan sebagian.
− Klien sulit diajak
berkomunikasi, klien
cenderung tidak pernah
aktif berinteraksi dengan
lansia lain. Saat
berkomunikasi pun klien
merasa malu dan
terkadang perkataanya
tidak dimengerti.
− komunikasi: ia sulit
diajak berkomunikasi
oleh anak anaknya dan
tetangganya di sekitar
rumah. Saat
berkomunikasi pun klien
32
merasa malu dan
terkadang perkataanya
tidak dimengerti.
2. Ds : - Hambatan Perubahan
Do : mobilitas fisik sistem saraf
− Ny. D pernah mengalami pusat
stroke 1 tahun yang lalu
− Tubuh kiri Ny. D tidak
bisa digerakan normal,
sehingga aktivitas sehari-
hari terbatas
3. Ds : - Resiko kesepian Krisis
Do : situasional
− Klien adalah seorang
janda yang ditinggalkan
suaminya meninggal
beberapa tahun yang lalu
− Klien tinggal sendiri
dirumahnya dan anak-
anaknya hanya
mengunjunginya 2
minggu sekali
33
3.3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
DX Intervensi Rasional
Hasil
1. NOC NIC 1. agar memudah kan klien
− Sensory 1. Communication berkomunikasi
fungsional: hearing Enhancement 2. untuk memotivasi klien
and vision 2. Gunakan agar dapat bersosialisasi
− Fear self control penerjemah jika dan mampu
− Setelah dilakukan diperlukan berkomunikasi dengan
tindakan selama 3x 3. Dorong klien baik
24 jam klien dapat untuk 3. untuk memudahkan
berkomunikasi berkomunikasi komunikasi antar dua
dengan kriteria secara perlahan arah
hasil: dan untuk 4. agar klien merasakan
− Komunikasi: mengurangi dihargai dengan
penerimaa, permintaan kemampuannya
interpretasi dan 4. Gunakan kartu
ekspresi pesan baca, kertas,
lisan, tulisan, dan pensil, bahasa
non verbal tubuh, gambar,
meningkat daftar kosakata,
− Gerakan computer dan
terkoordinasi: lain-lain untuk
mampu memfasilitasi
mengkoordiansikan komunikasi dua
gerakan dengan arah yang optimal
menggunakan 5. Beri anjuran
isyarat kepada klien atau
− Mampu keluarga tentang
memanajemen penggunaan alat
kemampuan fisik bantu bicara
yang dimiliki 6. Berikan pujian
34
− Mampu positif bila
mengkomunikasika diperlukan
n kebutuhan 7. Anjurkan
dengan lingkungan keluarga dan
sosial orang terdekat
secara teratur
memberi stimulus
komunikasi
35
penggunaan akat pasien dalam
− Bantu untuk mobilisasi
mobilisasi 8. Latihan pasien
dalam pemenuhan
kebutuhan adls
secara mandiri
sesuai kemampuan
9. Dampingi dan
bantu pasien saat
mobilisasi dan
bantu penuhi
kebutuhan adls
10. Berikan alat bantu
jika klien
memerlukan -
Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan
3. Setelah dilakukan 1. Identifikasi dan 1. Membantu
intervensi keperawatan sesuaikan sikap menyesuaikan diri
selama 3×24 jam diri terhadap dengan lingkungan.
diharapkan klien dapat : kondisi dan 2. Membantu.
− klien dapat situasi klien mengidentifikasi
mengatakan respon 2. Identifikasi perasaan yang dirasakan.
kesepian perasaan pribadi 3. Memberikan
− klien tifak yang ditimbulkan kenyamanan untuk
menunjukkan oleh pasien yang pasien.
respon kesepian dapat 4. Membantu untuk
− klien tidak mengganggu kenyamanan saat
36
mengalami efektivitas bertanya.
kesulitan dalam interaksi 5. Membantu
kontak dengan terapeutik menumbuhkan rasa
orang lain. 3. Berikan klien percaya yang baik.
kenyamanan fisik 6. Membantu untuk dapat
sebelum mengurangi hambatan
berinteraksi saat berinteraksi.
4. Diskusikan
kerahasiaan
informasi
bersama klien
5. Ciptakan suasan
hangat dan
penerimaan
dalam
komunikasi
6. Yakinkan kepada
klien bahwa kita
tertarik dengan
klien secara
pribadi
7. Gunakan
komunikasi
terbuka yang
dapat
mengungkapkan
diri
8. Kunjungi kembali
klien pada waktu
yang telah
disepakati untuk
menumbuhkan
37
kepercayaan
9. Minta klien
menggunakan
bahasa tubuh
yang
menunjukkan
keterbukaan
38
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan
dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada
yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun.
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik,
psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan
ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan
pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat. Penggolongan lansia
menurut Depkes dikutip dari Azis (1994)
3.2. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai asuhan keperawatan lansia
dengan masalah komunikasi keperawatan gerontik. Kami berharap para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis khususnya juga para pembaca
39
DAFTAR PUSTAKA
40