NIM: 1401619073
Abstrak
Pembahasan
Adapun faktor yang membuat suatu kota memiliki kepadatan penduduk yaitu
faktor kelahiran, ini menjadi faktor utama yang paling berpengaruh terhadap jumlah
penduduk di satu daerah. Di Indonesia masih sering menganggap bahwa banyak anak
akan membawa rejeki yang banyak. Anggapan ini yang nantinya mendorong
pasangan suami istri menambah jumlah anaknya dengan keyakinan seperti itu yang
mungkin nantinya bisa membantu perekonomian rumah tangga. Pemerintah pun
menyikapi dengan penerapan KB (Keluarga Berencana) yang dimana diharapkan
dalam satu keluarga sebaiknya memiliki 2 anak saja. Tapi himbauan seperti itu kalah
dengan kepercayaan yang ada di masyarakat. Lalu ada faktor ekonomi, faktor
ekonomi dapat memicu ledakan jumlah penduduk pada suatu wilayah. Tentunya
masyarakat akan mencari kehidupan yang layak untuk keluarganya dan memilih
untuk keluar dari kota asalnya atau yang disebut urbanisasi dan memilih kota yang
UMRnya tinggi atau mencari pekerjaan di kota-kota besar salah satunya Bandung.
Diperlukan juga peran pemerintah dan instansi terkait untuk mengelola potensi suatu
wilayah. Selain itu juga ada faktor iklim dan kondisi alam, faktor sosial, faktor
keyakinan dan agama, faktor adat atau budaya, faktor kebijakan instansi yaitu jika
ada satu karyawan yang di haruskan berdinas di suatu kota, faktor moment tertentu
nah untuk faktor moment ini kan di jelaskan seperti jika ada suatu moment hari raya,
tahun baru dan akhir pekan. Karena Kota Bandung adalah kota yang dijadikan
rantauan masyarakat jadi Kota Bandung cenderung akan sepi pada saat hari raya dan
akan ramai jika ada perayaan tahu baru atau sekedar untuk berlibur.
Kota Bandung merupakan ibukota dari Provinsi Jawa Barat, jelas kota
kembang ini bisa dibilang menjadi pusat kegiatan masyarakat Jawa Barat. Kota
Bandung dijadikan sebagai pusat perdagangan dan jasa. Oleh karena itu, banyak
masyarakat dari luar Kota Badung yang memilih untuk datang ke Kota Bandung
untuk membanting tulang di kota ini. Hal ini lah yang menjadikan angka perpindahan
penduduk di Kota Bandung. Jika banyaknya penduduk yang menduduki suatu
wilayah tentunya harus memiliki lahan yang cukup dan ini yang menjadi masalah di
Kota Bandung. Namun faktanya ketersediaan di lahan di Kota Bandung semakin
terbatas. Bisa dilihat pada gang-gang yang ada di Kota Bandung sudah mulai padat
dan ada pula yang membuat rumah kecil di bawah Jembatan Pasopati yang akhirnya
kemarin menjadi masalah di Kota Bandung dan tentunya warga disana sangat
menolak dengan penggusuran tersebut. Akhirnya terjadi alih fungsi lahan pertanian
menjadi permukiman yang menyebabkan harga laham setiap tahunya meningkat.
Lahan pertanian seperti di daerah Sapan sudah banyak yang dijadikan perumahan
padahal di daerah tersebut sering dijadikan pemasok beras di Indonesia.
Dengan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dan lahan yang luasnya
tidak sama atau tidak seimbang akan menimbulkan masalah dalam lingkungannya
seperti kapasitas penyerapan air yang berkurang. Sehingga penduduk yang
kebanyakan menggunakan sumber air bersih ini semakib sulit untuk menemukan air
bersih yang dihasilkan dan terkadang Kota Bandung suka mengalami kekeringan
pada daerah tertentu. Tidak hanya air bersih yang dibutuhkan oleh manusia, udara
bersih pun tentunya sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Kepadatan
penduduk ini tentunya membuat mobilitas masyarakatnya yang padat. Banyaknya
penduduk yang menggunakan kendaraan bermotor yang dapat membuat pencemaran
udara semakin meningkat terlebih lagi sekarang Kota Bandung menjadi kota dengan
kedudukan pertama dalam hal kemacetan. Pemerintah Kota Bandung sudah banyak
membuat taman-taman kota yang nantinya diharapkan sebagai jantung Kota
Bandung. Kepedulian Kota Bandung terhadap lingkungan di Kota Bandung sangatlah
bagus hingga sekarang. Trotoar yang rapih, pohon-pohon yang dirawat, adanya
tanaman pot yang menghiasi lampu jalan. Namun tentunya masih ada oknum-oknum
tidak bertanggung jawab yang merusak fasilitas.
Produktivitas sampah yang ada di Kota Bandung pastilah tinggi dilihat dari
kepadatan penduduk sekarang ini. Berpenduduk sekitar 2,7 juta jiwa—sampah yang
dihasilkan bisa mencapai 1.500 – 1.600 ton dalam hitungan hari. Walaupun
penghargaan Adipura ini sering diberikan kepada Kota Bandung tetap saja sampah
masih menjadi permasalahan di Kota Bandung. Berdasarkan riset yang sudah saya
amati di sekitar tempat tinggal saya, kesadaran dalam diri manusia sudah mulai ada
dalam pembuangan sampah pada tempatnya. Adanya kebijakan yang dibuat oleh
Pemerintah Kota Bandung yang membuat masyarakat nya harus berhati-hati dengan
itu. Pemerintan Kota Bandung melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
(DLHK), Satpol PP dan PD Kebersihan akan menerapkan sanksi tegas kepada
masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Denda dengan kisaran Rp 1 - 5
juta akan dikenakan kepada warga yang tertangkap tangan (OTT) membuang sampah
sembarangan. Untuk para pedagang juga sudah dilarang menggunakan membungkus
dengan menggunakan kemasan yang tidak bisa di daur ulang seperti styorofoam
gabus karena dianggap tidak ramah lingkungan. Satpol PP di Bandung juga tiap
harinya mengawasi dan mendatangi pedagang – pedagang di Kota Bandung. Apabila
ada pedagang yang masih menggunakan Styrofoam maka dia akan di denda.
2. Apartemen Transit