Anda di halaman 1dari 6

Nama: Fitria Royani

NIM: 1401619073

Tugas: Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah: Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

“Masalah Lingkungan di Kota Bandung yang Di Akibatkan oleh


Kepadatan Penduduk”

Abstrak

Kepadatan penduduk merupakan salah satu dari berbagai permasalahan


penduduk di Indonesia. Kepatan penduduk merupakan perbandingan jumlah
penduduk yang ada dengan luas lahan tanah. Secara umum, tingkat kepadatan
penduduk (population density) adalah perbandingan banyaknya jumlah penduduk
dengan luas daerah berdasarkan satuan luas tertentu. Kepadatan penduduk ini
dipengaruhi oleh fisiografis, kebudayaan, biologis, keamanan, dan psikologis serta
berkaitam erat dengan peningkatan jumlah penduduk yang tiap harinya bertambah.

Kata kunci: kepadatan penduduk dan masalah lingkungan

Pembahasan

Kota Bandung salah satunya sedang mengalami permasalahan dalam hal


kepadatan penduduk. Bahkan pada tahun 2015, Kota Bandung menempati
peringkat ke-5 dari 20 kota besar yang ada di Indonesia dengan tingkat
kepadatan penduduk keempat tertinggi di Indonesia.

Adapun faktor yang membuat suatu kota memiliki kepadatan penduduk yaitu
faktor kelahiran, ini menjadi faktor utama yang paling berpengaruh terhadap jumlah
penduduk di satu daerah. Di Indonesia masih sering menganggap bahwa banyak anak
akan membawa rejeki yang banyak. Anggapan ini yang nantinya mendorong
pasangan suami istri menambah jumlah anaknya dengan keyakinan seperti itu yang
mungkin nantinya bisa membantu perekonomian rumah tangga. Pemerintah pun
menyikapi dengan penerapan KB (Keluarga Berencana) yang dimana diharapkan
dalam satu keluarga sebaiknya memiliki 2 anak saja. Tapi himbauan seperti itu kalah
dengan kepercayaan yang ada di masyarakat. Lalu ada faktor ekonomi, faktor
ekonomi dapat memicu ledakan jumlah penduduk pada suatu wilayah. Tentunya
masyarakat akan mencari kehidupan yang layak untuk keluarganya dan memilih
untuk keluar dari kota asalnya atau yang disebut urbanisasi dan memilih kota yang
UMRnya tinggi atau mencari pekerjaan di kota-kota besar salah satunya Bandung.
Diperlukan juga peran pemerintah dan instansi terkait untuk mengelola potensi suatu
wilayah. Selain itu juga ada faktor iklim dan kondisi alam, faktor sosial, faktor
keyakinan dan agama, faktor adat atau budaya, faktor kebijakan instansi yaitu jika
ada satu karyawan yang di haruskan berdinas di suatu kota, faktor moment tertentu
nah untuk faktor moment ini kan di jelaskan seperti jika ada suatu moment hari raya,
tahun baru dan akhir pekan. Karena Kota Bandung adalah kota yang dijadikan
rantauan masyarakat jadi Kota Bandung cenderung akan sepi pada saat hari raya dan
akan ramai jika ada perayaan tahu baru atau sekedar untuk berlibur.

Kota Bandung merupakan ibukota dari Provinsi Jawa Barat, jelas kota
kembang ini bisa dibilang menjadi pusat kegiatan masyarakat Jawa Barat. Kota
Bandung dijadikan sebagai pusat perdagangan dan jasa. Oleh karena itu, banyak
masyarakat dari luar Kota Badung yang memilih untuk datang ke Kota Bandung
untuk membanting tulang di kota ini. Hal ini lah yang menjadikan angka perpindahan
penduduk di Kota Bandung. Jika banyaknya penduduk yang menduduki suatu
wilayah tentunya harus memiliki lahan yang cukup dan ini yang menjadi masalah di
Kota Bandung. Namun faktanya ketersediaan di lahan di Kota Bandung semakin
terbatas. Bisa dilihat pada gang-gang yang ada di Kota Bandung sudah mulai padat
dan ada pula yang membuat rumah kecil di bawah Jembatan Pasopati yang akhirnya
kemarin menjadi masalah di Kota Bandung dan tentunya warga disana sangat
menolak dengan penggusuran tersebut. Akhirnya terjadi alih fungsi lahan pertanian
menjadi permukiman yang menyebabkan harga laham setiap tahunya meningkat.
Lahan pertanian seperti di daerah Sapan sudah banyak yang dijadikan perumahan
padahal di daerah tersebut sering dijadikan pemasok beras di Indonesia.

Di Kota Bandung terdapat permukiman kumuh di bantaran Sungai


Cikapundung. Penduduk banyak yang mendiami bantaran Sungai Cikapundung
karena kurangnya lahan yang ada di Kota Bandung. Tetapi penduduk yang
menduduki bantaran Sungai Cikapundung ini biasanya adalah pendatang dari luar
Kota Bandung yang belum mendapatkan pekerjaan karena bantaran Sungai
Cikapundung ini bisa dibilang merupakan kawasan salah satu perekonomian di Kota
Bandung. Permukiman non permanen yang dibangun di tempat-tempat yang bukan
seharusnya lama-kelamaan akan menjadi permukiman yang kumuh karena kurangnya
terjaganya kebersihan dan kurangnya sarana dan prasarana pendukung seperti
minimnya tempat sampah. Banyak sekali penduduk yang menempati daerah itu
kurangnya pendidikan dan kesehatan yang berdampak pada turunnya produktivitas
penduduk sehingga berimbas pada meningginya dependency ratio (angka beban
tanggungan).

Dengan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dan lahan yang luasnya
tidak sama atau tidak seimbang akan menimbulkan masalah dalam lingkungannya
seperti kapasitas penyerapan air yang berkurang. Sehingga penduduk yang
kebanyakan menggunakan sumber air bersih ini semakib sulit untuk menemukan air
bersih yang dihasilkan dan terkadang Kota Bandung suka mengalami kekeringan
pada daerah tertentu. Tidak hanya air bersih yang dibutuhkan oleh manusia, udara
bersih pun tentunya sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Kepadatan
penduduk ini tentunya membuat mobilitas masyarakatnya yang padat. Banyaknya
penduduk yang menggunakan kendaraan bermotor yang dapat membuat pencemaran
udara semakin meningkat terlebih lagi sekarang Kota Bandung menjadi kota dengan
kedudukan pertama dalam hal kemacetan. Pemerintah Kota Bandung sudah banyak
membuat taman-taman kota yang nantinya diharapkan sebagai jantung Kota
Bandung. Kepedulian Kota Bandung terhadap lingkungan di Kota Bandung sangatlah
bagus hingga sekarang. Trotoar yang rapih, pohon-pohon yang dirawat, adanya
tanaman pot yang menghiasi lampu jalan. Namun tentunya masih ada oknum-oknum
tidak bertanggung jawab yang merusak fasilitas.

Produktivitas sampah yang ada di Kota Bandung pastilah tinggi dilihat dari
kepadatan penduduk sekarang ini. Berpenduduk sekitar 2,7 juta jiwa—sampah yang
dihasilkan bisa mencapai 1.500 – 1.600 ton dalam hitungan hari. Walaupun
penghargaan Adipura ini sering diberikan kepada Kota Bandung tetap saja sampah
masih menjadi permasalahan di Kota Bandung. Berdasarkan riset yang sudah saya
amati di sekitar tempat tinggal saya, kesadaran dalam diri manusia sudah mulai ada
dalam pembuangan sampah pada tempatnya. Adanya kebijakan yang dibuat oleh
Pemerintah Kota Bandung yang membuat masyarakat nya harus berhati-hati dengan
itu. Pemerintan Kota Bandung melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
(DLHK), Satpol PP dan PD Kebersihan akan menerapkan sanksi tegas kepada
masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Denda dengan kisaran Rp 1 - 5
juta akan dikenakan kepada warga yang tertangkap tangan (OTT) membuang sampah
sembarangan. Untuk para pedagang juga sudah dilarang menggunakan membungkus
dengan menggunakan kemasan yang tidak bisa di daur ulang seperti styorofoam
gabus karena dianggap tidak ramah lingkungan. Satpol PP di Bandung juga tiap
harinya mengawasi dan mendatangi pedagang – pedagang di Kota Bandung. Apabila
ada pedagang yang masih menggunakan Styrofoam maka dia akan di denda.

Untuk mengatasi permasalahan tingginya kepadatan penduduk, ada beberapa


solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasinya, antara lain :
1. Keluarga Berencana

Menjalankan program KB dapat meredakan ledakan penduduk yang


berpotensi menyebabkan gejolak sosial dalam masyarakat

2. Apartemen Transit

Pemerintah Kota Bandung telah menyediakan apartemen transit yang


diprioritaskan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Apartemen transit
disediakan dalam 2 type, yaitu type 24 dan 27 dengan harga berkisar Rp200.000,00
hingga Rp300.000,00 setiap bulannya.

3. Menggalakkan program transmigrasi

Salah satu program mengatasi kepadatan penduduk tanpa menekan pertumbuhan


penduduk adalah dengan menggalakan program transmigrasi. Transmigrasi
merupakan program penduduk dari wilayah yang banyak atau padat penduduknya ke
wilayah yang masih jarang penduduknya. Transmigrasi ini akan mendorong
terjadinya pemerataan penduduk.

4. Pemerataan lapangan kerja

Tidak dipungkiri bahwa kebanyakan alasan mengapa orang-orang suka berpindah


tempat kerja yang banyak dikemukakan adalah karena urusan pekerjaan. Memang
benar, lapangan jumlah kerja saat ini masih timpang dimana hanya di daerah-daerah
yang ramai seperti kota besar saja yang banyak. Selain itu lapangan kerja ini juga
biasanya ditemukan di daerah-daerah yang sudah banyak penduduknya, karena hal ini
berarti tenaga kerja tidak langka sehingga produsen bisa menekan gaji pegawai.

5. Membuat Undang-Undang yang menetapkan usia minimal menikah


Beberapa tahun belakangan sebuah kasus yang marak terjadi di Indonesia adalah
tentang kerusakan moral anak- anak remaja. Banyak anak-anak di usia sekolah yang
hamil di luar nikah kemudian mereka akan dikeluarkan dari sekolah. Hal ini tidak
hanya terjadi pada satu dua orang saja, namun hampir di setiap negara mengalami
kasus seperti ini.

6. Memberlakukan tarif tinggi bagi para imigran

Berbagai faktor dapat mendukung Indonesia demi mengalami kepadatan penduduk,


tidak hanya dari segi jumlah penduduk asli negara Indonesia saja, namun juga banyak
penduduk asing.

Anda mungkin juga menyukai