Histopatologi Usus Halus Pasca Pemberian Deksametason Dan Vitamin E
Histopatologi Usus Halus Pasca Pemberian Deksametason Dan Vitamin E
1: 47-53
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2017
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.21531/bulvet.2017.9.1.47
ABSTRAK
Deksametason telah diketahui sebagai obat kortikosteroid sintetik yang banyak digunakan oleh
masyarakat. Jika deksametason digunakan dalam jangka waktu panjang dan pemakaian dosis besar,
menyebabkan stres oksidatif pada sel akibat akumulasi radikal bebas yang menyebabkan kematian sel
pada jaringan organ tubuh. Vitamin E diketahui memiliki peran yang baik sebagai antioksidan. Saat
ini belum diketahui efek samping pemberian deksametason dan vitamin E terhadap kerusakan usus
halus tikus putih (Rattus norvegicus). Penelitian ini menggunakan sampel 25 ekor tikus putih jantan,
dibagi dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif (P0), kontrol positif (P1) diberikan
deksametason Harsen 0.13 mg/kg, dan perlakuan diberikan deksametason Harsen 0.13 mg/kg dengan
variasi vitamin E (Natur-E) bertingkat yaitu P2 (100 mg/kg), P3 (150 mg/kg), dan P4 (200 mg/kg).
Setelah perlakuan diberikan selama 2 minggu, tikus dinekropsi dan usus halus diambil untuk
selanjutnya dibuat sediaan histopatologi dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE). Hasil
menunjukkan perlakuan P1 terlihat nekrosis berat (kaseosa) pada usus halus, sedangkan seluruh
perlakuan P2, P3, dan P4 berpengaruh terhadap perbaikan kerusakan akibat efek samping
deksametason. Perlakuan 4 (P4) sebagai hasil paling baik dalam mengurangi efek samping
deksametason.
Kata kunci: Histopatologi, deksametason, vitamin E, antioksidan, usus halus
ABSTRACT
Dexamethasone it’s in period a synthetic corticosteroid drug that widely used by the public. If it
used for long time and the use of large doses, causing oxidative stress in cells due to the accumulation
of free radicals which may cause cell death in the body organs tissues. Vitamin E was known to have
a good role as an antioxidant effect. Currently, unknown effects of dexamethasone and vitamin E
administration on damage of the small intestine of rat (Rattus norvegicus). This study used an
experimental design. Samples 25 male rats were divided into 5 groups, namely the negative control or
no treatment (P0), positive control (P1) was given dexamethasone Harsen 0.13 mg/kg, and the
treatments were given dexamethasone Harsen 0.13 mg/kg with a varieties of vitamins E (Natur-E)
multilevel namely P2 (100 mg / kg), P3 (150 mg / kg), and P4 (200 mg / kg). After the treatment was
given for 2 weeks, the mice at necropsied and the small intestine were taken for histopathological
examination using hematoxyline-eosin staining. Results showed treatment P1 found severe necrosis
(caseosa) in the small intestine, while the entire treatment P2, P3, and P4 affect the repair of damage
due to effects of the dexamethasone. Treatment 4 (P4) was the best results in reducing the effects of
dexamethasone.
Keywords: Histopathology, dexamethasone, vitamin E, antioxidant, small intestine.
47
Buletin Veteriner Udayana Wijayanthi et al.
48
Buletin Veteriner Udayana Volume 9 No.1: 47-53
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2017
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.21531/bulvet.2017.9.1.47
ekor. Spesimen yang digunakan adalah metode Harris Hematoxylin – Eosin dan
organ usus halus dari hewan coba yang mounting media.
telah diberikan perlakuan.
Variabel Pemeriksaan
Dosis Vitamin E dan Deksametason Preparat histopatologi usus halus
Penelitian ini menggunakan vitamin E diperiksa patologisnya dibawah mikroskop
dengan dosis bertingkat yaitu 100 mg/kg, masing-masing pada 5 lapang pandang.
150 mg/kgbb, dan 200 mg/kgbb, Kategori pemeriksaan histopatologi adalah
sedangkan untuk dosis deksametason sebagai berikut :
menggunakan dosis 0.13 mg/kgbb 0 : Tidak ada perubahan yang teramati
(Samsuri et al., 2011). Kelompok 1 : Ada kongesti
perlakuan dibagi atas 5 kelompok 2 : Ada perdarahan
perlakuan (P) yaitu: 3 : Ada nekrosis ringan (koagulatif)
P0 : Kontrol negatif. 4 : Ada nekrosis berat (kaseosa)
P1 : Diberikan deksametason dengan dosis
Analisis Data
0,13 mg/kg (kontrol positif).
Untuk mengetahui perbedaan
P2 : Diberikan deksametason 0,13 mg/kg
pengaruh gambaran histopatologi usus
dan vitamin E dosis 100 mg/kgbb
halus tikus putih pada masing-masing
P3 : Diberikan deksametason 0,13 mg/kg
dosis yang diberikan, data dianalisis
dan vitamin E dosis 150 mg/kgbb
dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis
P4 : Diberikan deksametason 0,13 mg/kg
dan dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney
dan vitamin E dosis 200 mg/kgbb
jika ada perbedaan bermakna (P<0,05)
Perlakuan sampel (Steel dan Torrie, 1991).
Tikus dibagi ke dalam 5 kelompok
perlakuan yaitu pemberian deksametason HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan dengan injeksi subkutan dengan Histopatologi usus halus tikus putih
dosis yang berbeda-beda sesuai dengan pada kelompok kontrol negatif (P0) dari
kelompok perlakuan, sedangkan vitamin E semua subyek sampel P0 tergolong dalam
diberikan secara oral. Setelah 14 hari kategori skor 0 yang menunjukkan tidak
perlakuan, semua tikus dinekropsi dan ada perubahan.
diambil usus halusnya untuk selanjutnya
dibuat preparat histopatologi.
Pembuatan Preparat Histologi dan
Pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE)
Spesimen berupa usus halus yang
diambil lalu dipotong dengan ukuran
1x1x1 cm, dan difiksasi menggunakan
Neutral Buffer Formalin (NBF) 10%.
Setelah fiksasi selesai, dilakukan proses
dehidrasi dan clearing dengan satu sesi
larutan yang terdiri dari: alkohol 70 %,
alkohol 80 %, alkohol 90 %, alkohol 96 %,
alkohol absolut, toluene, dan parafin,
secara bertahap dalam waktu satu hari.
Sampel organ diblocking dengan
embedding set yang dituangi parafin cair Gambar 1. Histopatologi usus halus tikus
kemudian didinginkan. Blok yang sudah putih kontrol negatif. Tampak vili masih
dingin dipotong menggunakan microtome utuh, terdapat mukus dan tidak ada
dengan ketebalan ± 4 – 5 mikron. Proses kongesti, perdarahan ataupun nekrosis.
yang terakhir adalah pewarnaan dengan (HE, 100 x).
49
Buletin Veteriner Udayana Wijayanthi et al.
Tidak adanya perubahan pada kelompok dan mukus yang normal dari usus halus
P0 ditunjukkan dengan keadaan vili tikus putih (Gambar 1).
tersusun atas kumpulan sel epitel silindris
Gambar 2. Histopatologi usus halus tikus putih kontrol positif (P1), tampak struktur vili
mengalami nekrosis berat (A). Pada kontrol positif (P2), pada bagian vili yang sedikit
mengalami perbaikan vili usus (B), dan kontrol positif (P3) tampak ada mengalami perbaikan
vili usus dengan sedikit mukosa usus. Sedangkan kontrol positif (P4) tampak struktur vili
mukosa usus dilapisi mukus yang menandakan keadaan mendekati normal (D).
(Hematoksilin-eosin, 100 x).
Histopatologi pada kontrol positif perbaikan pada vili usus halus tikus putih,
(P1) ditemukan adanya nekrosis dengan serta terbentuknya mukus meskipun
intensitas berat pada vili dari usus halus nekrosis ringan masih ditemukan (Gambar
tikus putih (Gambar 2A). Kontrol positif 2D).
(P2) telah mengalami sedikit perbaikan Pada studi ini membuktikan bahwa
pada vili usus halus tikus putih meskipun deksametason memiliki efek samping yang
perdarahan dan nekrosis berat masih kuat pada usus halus tikus putih dengan
ditemukan (Gambar 2B). Kontrol positif mengalami kerusakan yang berat atau
(P3), telah mengalami perbaikan pada vili terjadi nekrosis. Nekrosis pada usus halus
usus halus tikus putih (Gambar 2. C). tikus putih terjadi akibat efek samping
Kontrol positif (P4), telah mengalami pemberian deksametason. Deksametason
50
Buletin Veteriner Udayana Volume 9 No.1: 47-53
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2017
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.21531/bulvet.2017.9.1.47
merupakan glukokortikoid sintetik dengan Tabel 2. Rerata nilai kerusakan usus halus
aktivitas anti-inflamasi kuat yang memiliki tikus putih
kemampuan untuk menstabilkan membran Perlakuan N Mean Std. Dev
lisosom (Gyuton dan Hall, 2000). Studi P0 5 0.00 0.000
sebelumnya menjelaskan, bahwa P1 5 4.00 0.000
pemberian deksametason pada tikus putih P2 5 3.00 0.707
juga menyebabkan kerusakan pada tubulus P3 5 2.40 1.342
ginjal, hati, dan pankreas (Ridho, 2010; P4 5 2.00 1.000
Insani et al, 2015; Dharma et al., 2015).
Data diketahui jika pada kelompok
Secara deskriptif perbandingan
perlakuan P4 mengalami kerusakan
histopatologi dari sampel kontrol negatif
terkecil sehingga menunjukkan adanya
(P0) dan kontrol positif (P1) menunjukkan
perbaikan yang cukup besar terhadap
gambaran yang sangat bertolak belakang
kerusakan kontrol positif dan paling
dengan P0 tampak vili mukosa usus yang
mendekati normal atau rerata kontrol
dilapisi mukus yang utuh di sepanjang
negatif. Ditunjang dengan uji Kruskal-
jaringan, sedangkan pada P1 menunjukkan
Wallis juga menunjukkan bahwa
kerusakan berat pada semua vili usus
perlakuan P4 yaitu tikus putih yang
halus. Histopatologi usus halus tikus putih
diberikan injeksi deksametason secara
secara keseluruhan di semua kelompok
subkutan dengan dosis 0,13 mg/kgbb dan
perlakuan tersaji pada Tabel 1.
vitamin E per oral dengan dosis 200
Tabel 1. Hasil pemeriksaan histopatologi mg/kgbb menunjukkan gambaran
usus halus berdasarkan kelompok histopatologi yang mendekati normal. Hal
perlakuan. ini ditunjang dengan data (Tabel 3), bahwa
Kategori Tingkat Patologis pada P4 memiliki mean rank (11.1) yang
Perlakuan (n=25) menunjukkan hasil yang paling mendekati
N K P NR NB dengan perlakuan kontrol negatif (P0)
yaitu mean rank (3.0).
P0 5 - - - -
P1 - - - - 5 Tabel 3. Rerata skoring setiap perlakuan
P2 - - 1 3 1 Perlakuan N Mean Rank
P3 - 2 - 2 1 P0 5 3.00
P4 - 2 1 2 - P1 5 22.00
Keterangan : P2 5 15.50
(-) : Tidak ditemukan perubahan P3 5 13.40
N : Normal P4 5 11.10
K : Kongesti Berdasarkan uji Kruskal-Wallis,
P : Perdarahan terlihat bahwa terdapat perbedaan yang
NR : Nekrosis ringan sangat nyata (P<0,01) diantara lima
NB : Nekrosis berat perlakuan diatas. Pada uji Mann-Whithney
Rerata kerusakan usus halus tikus menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)
putih pada kelompok kontrol negatif (P0), antara perlakuan kontrol positif (P1)
kontrol positif (P1), dan perlakuan (P2, P3, dengan P2 dan P3, sedangkan dengan
dan P4) tersaji pada Tabel 2. Rerata perlakuan P4 menunjukkan berbeda sangat
kerusakan usus halus P1 adalah paling nyata (P<0,01).
besar yaitu 4.00 ± 0.000. Rerata kerusakan Hasil penelitian ini membuktikan
usus halus tikus putih pada perlakuan P2 bahwa pemberian vitamin E terhadap efek
yaitu 3.00 ± 0.707, P3 yaitu 2.40 ± 1.342, samping deksametason pada usus halus
dan P4 yaitu 2.00 ± 1.000. tikus putih menunjukkan perbaikan pada
setiap perlakuan yaitu P2, P3, dan P4.
Pada perlakuan kontrol positif (P1), yang
51
Buletin Veteriner Udayana Wijayanthi et al.
diberi deksametason dengan dosis 0,13 perbaikan kerusakan hati dan pankreas
mg/kgbb, terjadi kerusakan vili yang hewan coba tikus putih (Insani, 2014;
sangat berat. Kerusakan usus halus yang Dharma et al., 2015). Hal ini dapat terjadi
terjadi adalah nekrosis dengan intensitas karena, vitamin E telah diketahui memiliki
berat, dimana vili dan mukus dari usus peran penting sebagai senyawa antioksidan
halus secara keseluruhan terjadi nekrosis. yang larut dalam lemak (Bridelius-Flohe,
Deksametason dengan dosis 0,13 1999).
mg/kgbb jika diberikan secara subkutan Pada penelitian ini didapatkan hasil,
dapat meningkatkan kadar insulin serum bahwa pemberian vitamin E per oral pada
dan menurunkan kadar glukosa serum tikus putih yang diberikan deksametason
secara signifikan (Samsuri et al., 2011). subkutan mengalami perbaikan yang
Dijelaskan pula bahwa obat golongan sangat signifikan pada organ usus halus,
kortikosteroid sintesis khususnya khususnya dosis vitamin E 200 mg/kg.
deksametason menyebabkan terjadinya Perbaikan terlihat cukup baik, dimana vili
stres oksidatif pada sel (Hegardt, 2003; dari usus halus hanya sebagian yang
Renner, 2002; Renner, 2003; Tome, 2004; mengalami neksrosis, serta adanya lapisan
Tonomura, 2003). mukus di setiap bagian dari vili usus halus.
Stres oksidatif pada sel dapat terjadi Akan tetapi masih dijumpai adanya
akibat banyaknya akumulasi radikal bebas nekrosis ringan dari usus halus tikus putih
endogen karena pemberian deksametason akibat efek dari pemberian deksametason.
secara berkala. Pada dasarnya radikal Pada dosis vitamin E 100 mg/kg dan 150
bebas endogen merupakan radikal bebas mg/kg juga telah mengalami perbaikan
yang terbentuk sebagai respon normal dari yang cukup dimana vili usus halus
peristiwa biokimia di dalam tubuh secara sebagian masih tampak, akan tetapi
kontinu. Peristiwa biokimia tersebut nekrosis ringan hingga berat masih terjadi.
meliputi reaksi reduksi-oksidasi normal di
SIMPULAN DAN SARAN
dalam mitokondria maupun peroksisom,
dan metabolisme obat-obatan (Halliwell Simpulan
dan Gutteridge, 1992). Tetapi jika jumlah Pemberian deksametason 0,13 mg/kg
radikal bebas terlalu banyak akibat berpengaruh terhadap histopatologi usus
pemberian deksametason, maka yaitu adanya lesi kongesti, perdarahan, dan
antioksidan endogen tidak akan mampu nekrosis. Pemberian vitamin E dapat
menetralisirnya. Kekurangan antioksidan memperbaiki histologi usus halus tikus
menyebabkan stres oksidatif yang putih, dimana pada dosis 200 mg/kg lebih
berujung pada kerusakan sel dan baik efeknya daripada dosis 100 mg/kg
menyebabkan timbulnya berbagai macam dan 150 mg/kg.
penyakit degeneratif (Evans et al., 2004). Saran
Pada hasil masing-masing perlakuan Perlu dilakukan kajian lebih lanjut
yaitu P2, P3, dan P4 menunjukkan dari berbagai disiplin ilmu terkait
perbaikan pada usus halus tikus putih yang pemanfaatan vitamin E untuk mengurangi
diberikan deksametason 0,13 mg/kgbb dan efek samping penggunaan deksametason
dikombinasi dengan vitamin E dosis jangka panjang.
bertingkat yaitu P2 (100 mg/kgbb), P3
(150 mg/kgbb), dan P4 (200 mg/kgbb). UCAPAN TERIMAKASIH
Hasil tersebut menunjukkan bahwa Penulis mengucapkan terimakasih
vitamin E memiliki peran yang sangat kepada Bapak Kepala Balai Besar
penting mengurangi efek samping Veteriner Denpasar yang telah
pemberian deksametason. Pada studi mengijinkan menggunakan beberapa
sebelumnya, diperoleh hasil yang sama fasilitas selama penelitian ini berlangsung.
bahwa vitamin E berpengaruh terhadap
52
Buletin Veteriner Udayana Volume 9 No.1: 47-53
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2017
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.21531/bulvet.2017.9.1.47
53