Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Pengembangan Materi SKI MTs/MA”

Dosen Pengampu:
Muhamad Nasrulloh, M.Pd.I

Oleh :

KELOMPOK 9
PAI 4-I

1. Alfrida Rizki Qoirunnisa NIM. 17201163222


2. Hanif Khasbulloh NIM. 17201163252
3. Ririn Eka Syahrotunnisa NIM. 17201163342

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik,
hidayahnya, serta inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul “Sejarah Masuknya Islam di Indonesia”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
terang benderang, yakni Addinul Islam. Semoga kita mendapat syafa’atnya Min
Yaumil Qiyamah. Amin.
Penyusunan makalah ini dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Pengembangan Materi SKI MTs/MA” yang diampu oleh Muhamad Nasrulloh,
M.Pd.I. Dengan terselesaikannya makalah ini penyusun mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Maftukhin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Tulungagung
2. Muhamad Nasrulloh, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah
“Pengembangan Materi SKI MTs/MA” yang telah memberikan bimbingan
serta pengarahan atas pembuatan makalah ini.
3. Semua civitas akademika yang telah menyediakan berbagai fasilitas dan
memberikan dukungannya demi terselesaikannya makalah ini.
4. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan berupa moril maupun
materil.
5. Serta semua teman-teman yang telah membatu dalam pembuatan makalah.

Penyusun menyadari bahwa yang disajikan dalam makalah ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu penyusun berharap kepada semua pihak atas kritik dan
saran yang membangun dalam rangka untuk penyempurnaan penyusunan makalah
di kemudian harinya. Penyusun juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tulungagung, 25 Mei 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam ke Indonesia...................................................................3
B. Kondisi dan Situasi Politik Kerajaan-Kerajaan di Indonesia....................7
C. Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia.........................................9
D. Tasawuf dan Islamisasi di Indonesia.........................................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................................13

DAFTAR RUJUKAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya
memeluk agama Islam. Islam banyak berkembang di sana, dengan corak dan
ciri khas yang berbeda dengan Islam yang ada di negara-negara lainnya,
terutama dengan Islam yang ada di Timur tengah. Maka dari itu tidak bisa
disamakan antara Islam Indonesia dengan Islam di negara lain. Hal ini jelas
tidak dapat dipungkiri lagi karena dari letak geografisnya saja sudah berbeda.
Dengan meluasnya Islam di Indonesia ini, perlu kiranya diketahui dan
diteliti kembali sejarah datang dan berkembangnya Islam di Indonesia. Hal ini
karena sampai sekarang belum ada kejelasan yang pasti kapan pertama kali
Islam masuk ke Indonesia, siapa yang berperan penting dalam
penyebarannya, dan berasal dari mana ajaran Islam yang masuk ke Indonesia.
Hal tersebut masih menjadi tanda tanya besar sampai sekarang.
Banyak teori-teori yang menjelaskan tentang masuknya Islam ke
Indonesia. Ada yang menyebutkan bahwa Islam datang ke Indonesia atas jasa
para pedagang Gurajat melalui jalur perdagangan pada abad ke-12 M. Ada
pula yang menyebutkan Islam disebarkan lewat kegiatan perdagangan oleh
para pedagang Arab, Persia, dan India yang ikut serta dalam lalu lintas
perdagangan yang menghubungkan Asia Barat, Asia Timur, serta Asia
Tenggara pada abad ke-7 sampai abad ke-16. Juga ada yang menyebutkan
Islam berkembang di Indonesia berkat jasa para pedagang Cina. Bahkan
sejumlah sumber tertulis jelas menyatakan bahwa raja kerajaan Islam pertama
di Jawa, yaitu Raden Fatah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina.
Berkaitan dengan teori-teori tersebut, bagaimana sikap kita dalam
menyikapi keragaman teori tersebut. Seolah-olah kita dibodohi atau
dibohongi oleh sejarah. Maka dari itu dalam makalah ini akan diulas
mengenai sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, beserta
teori-teorinya dan cara menyikapi keberagaman teori tersebut.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses datangnya Islam ke Indonesia?
2. Bagaimana kondisi dan situasi politik kerajaan-kerajaan di
Indonesia?
3. Bagaimana jalur dan cara-cara Islamisasi di Indonesia?
4. Bagaimana perkembangan dan peran tasawuf terhadap
Islamisasi di Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan proses datangnya Islam ke
Indonesia?
2. Untuk mendeskripsikan kondisi dan situasi politik kerajaan-
kerajaan di Indonesia?
3. Untuk mendeskripsikan jalur dan cara-cara Islamisasi di
Indonesia?
4. Untuk mendeskripsikan perkembangan dan peran tasawuf
terhadap Islamisasi di Indonesia?
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam Masuk ke Indonesia


Belum ada suatu yang pasti mengenai kapan Islam masuk ke
Indonesia. Hal itu dikarenakan belum adanya bukti-bukti yang kuat mengenai
hal tersebut. Selain itu karena sejarah mengulas peristiwa-peristiwa yang
sudah lampau, sehingga sulit unuk dibuktikan. Maka dari itu, ada beragam
teori ahli sejarah berkaitan dengan masuknya Islam ke Indonesia. Ada yang
berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M. Namun
kemudian hal itu dibantah bahwa Islam telah ada di Indonesia jauh sebelum
abad ke-13 dengan ditemukannya batu nisan makam Fatimah binti Maimun
yang terdapat di Leran (Gresik) dan berangka tahun 1082 M. Berdasarkan
temuan tersebut, para ahli sejarah berkesimpulan bahwa pada akhir abad ke-
11 Islam telah ada di Indonesia. Selain itu, ditemukannya sebuah batu berukir
di daerah Lubuk Tua, pantai barat Sumatera, menunjukkan pula adanya
kemungkinan bahwa Islam sudah masuk di Sumatera pada masa yang lebih
tua lagi.1 Bahkan terdapat pula sebagian ahli sejarah yang berteori bahwa
agama Islam telah masuk di Indonesia pada sekitar abad ke-7 M atau abad 1
Hijriyah. Harry W. Hazard, sebagaimana yang dikutip Samsul Munir Amin
mengemukakan bahwa orang Islam yang pertama mengunjungi Indonesia
kemungkinan besar adalah saudagar Arab pada abad ke-7 yang singgah di
Sumatra dalam perjalanan menuju ke Cina. Menyusul mereka adalah
saudagar dari Gurajat yang berdagang lada dan yang telah membangun sejak
tahun 1100 M percampuran yang unik antara perdagangan dengan usaha
mengembangkan Islam di Indonesia.2
Diceritakan, pada abad pertama hijriyah (abad ke-7 Masehi), ketika
Islam berkembang, Rasulullah telah mengutus Sa’ad bin Abi Waqqash
berziarah pada Kaisar Cina dan memperkenalkan Islam di negeri Cina. Pada
abad tersebut diperkirakan sudah ada pemukiman masyarakat muslim di

1
A. Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia,
(Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hlm. 32.
2
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 304.

3
4

Kanton. Bahkan, dari kutipan Samsul Munir Amin, Syed Naguid Al-Attas
menyebutkan bahwa orang-orang muslim yang berpindah dari Kanton pada
abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M), kemudian bermukim di Palembang dan
Kedah. Di sana, mereka telah menjalankan aktivitas ibadah dan adat istiadat
Islam dengan sangat baik.
Sementara, beberapa bukti yang mendasari pendapat para ahli sejarah
mengenai masuknya Islam ke Indonesia sekitar pertengahan kedua abad ke-
13 diantaranya yaitu adanya berita Marco Polo yang singgah di Samudra
Pasai pada 1292 dalam perjalanannya pulang dari Cina. Ia juga datang di
Perlak (Peuteula) dan menjumpai penduduk yang telah beragama Islam serta
dijumpai pula banyak pedagang India yang giat menyebarkan agama Islam di
sana. Selain itu, berita Ibnu Batuta yang datang berkunjung di Samudra Pasai
1345 dan bukti-bukti arkeologis batu nisan makam Sultan Malikal Saleh yang
berangka tahun 1297 M memperkuat pendapat yang menyatakan bahwa Islam
baru datang di Indonesia sekitar abad ke-13.3
Ada juga yang mengaitkan datangnya agama Islam di Indonesia pada
abad ke-13 tersebut dengan jatuhnya Dinasti Abbasiyah di Baghdad pada
1258. Serangan Hulagu terhadap Dinasti Abbasiyah di Baghdad
mengakibatkan banyak para sufi yang melarikan diri dari Baghdad menuju ke
negara-negara tetangga, dan dalam waktu singkat membentuk organisasi-
organisasi agama yang kemudian secara bergantian menyebarluaskan ajaran
mistik/sufistik itu di sepanjang kedua rute perdagangan Asia pada waktu itu,
yang meliputi, pertama, rute darat dengan kafilah melalui Asia Tengah
melalui Campa menyeberangi laut ke Nusantara. Kedua, yaitu rute laut
melalui Samudra Hindia langsung ke Indonesia.4 Pada abad ini kaum sufi
mempunyai peran yang sangat penting dalam mengawali penyiaran Islam ke
Nusantara, utamanya Indonesia.
Untuk menjembatani kedua pendapat yang berbeda jauh mengenai
awal kedatangan Islam di Indonesia, maka dalam hal ini perlu dibedakan
dalam tiga pengertian, yaitu masa kedatangan, proses penyebaran, dan
perkembangan agama Islam. Abad ke-7 dapat dipandang sebagai awal
3
A. Daliman, Islamisasi dan Perkembangan..., hlm. 34.
4
Ibid.
5

kedatangan Islam di Indonesia. Pada abad ini belum dimungkinkan bagi


pedagang-pedagang Islam untuk melakukan proses Islamisasi, mengingat
masih kuatnya kekuasaan Indonesia-Hindu Sriwijaya. Untuk dapat
melakukan proses Islamisasi masih memerlukan sekitar 5 atau 6 abad
kemudian sampai terbentuknya kekuasaan politik kerajaan yang bercorak
Islam, Samudra Pasai. Sejak itulah dimungkinkan proses penyebaran dan
pengembangan agama Islam keluar pusat kerajaan.
Mengenai asal mula penyebaran agama Islam ke Indonesia banyak
terjadi perbedaan pendapat diantara para sejarawan. Ada yang berpendapat
bahwa agama Islam yang memasuki perairan wilayah Indonesia sejak abad
ke-7 berdasarkan adanya pemukiman orang-orang Ta-shih di beberapa tempat
di wilayah Sriwijaya menyimpulkan bahwa Islam yang datang ke Indonesia
tersebut adalah langsung dari negeri Arab. Tetapi pendapat ini rupanya sangat
lemah, karena belum adanya bukti hubungan pelayaran dan perdagangan
langsung antara bangsa Arab di Timur-Tengah dengan Indonesia pada abad
tersebut. Adanya hubungan langsung antara Indonesia dengan Arab baru
dapat diketahui sekitar abad ke-17 setelah adanya utusan-utusan dari
kerajaan-kerajaan Islam Mataram, Banten ke Mekkah.5
Ada juga yang berpendapat bahwa ajaran agama Islam yang datang ke
Indonesia berasal dari Gurajat di India sekitar abad ke-13 M, tidak secara
langsung dari negeri Arab. Pendapat ini didasarkan pada unsur-unsur Islam di
Indonesia yang banyak memiliki persamaan dengan unsur-unsur Islam di
India. Contohnya, batu nisan makam Sultan Malik al-Saleh dari Raja
Samudra Pasai yang berangka tahun 1297 M memiliki keserupaan dengan
batu nisan di Gurajat India.
Selain itu, ada yang berpendapat Islam yang datang ke Indonesia
berasal dari Cina. Hubungan Arab muslin dan Cina sudah terjadi pada abad
pertama hijriyah. Dengan demikian Islam datang dari arah barat ke Nusantara
dan ke Cina berbarengan dalam satu jalur perdagangan. Islam datang ke Cina
di Canton (Guangzhou) pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) dari
Dinasti Tang, dan datang ke Nusantara di Sumatera pada masa kekuasaan

5
Ibid., hlm. 36.
6

Sriwijaya, dan datang ke pulau jawa tahun 674 M berdasarkan kedatangan


utusan raja Arab bernama Ta Cheh/Ta Shi ke kerajaan Kalingga yang
diperintah oleh Ratu Sima.6
Teori selanjutnya mengatakan bahwa masuknya Islam ke Nusantara
melalui pedagang Persia, dengan alasan bahwa di Persia ada suku yang
bernama Laren dan Jawi. Kemungkinan dua pedagang dari dua suku inilah
yang mengajarkan huruf Arab di pulau Jawa yang dikenal dengan huruf
Pegon. Selain itu, disebagian wilayah Nusantara terdapat tradisi Muharram,
yang dihubungkan dengan Hussein putra Sayyidina Ali r.a. meninggal di
Karbala. Di Persia, upacara peringatan meninggalnya Hussein ini ditandai
dengan mengarak peti yang disebut tabut. Oleh karena itu, Bulan Muharram
dikenal juga dengan sebutan bulan tabut dan diramaikan dengan perayaan
yang semisal, oleh masyarakat antara lain Aceh dan Minangkabau. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh Persia.7
Di sisi lain, ada pendapat ajaran Islam di Nusantara selain berasal dari
orang Arab dan Cina, juga dari orang-orang Kurdi, Turki. Hal ini ditandai
dengan banyaknya ulama Kurdi yang berperan mengajarkan Islam di
Indonesia, dan kitab-kitab karangan ulama Kurdi menjadi sumber-sumber
yang berpengaruh luas. Misalnya kitab Tanwir al-Qulub karangan
Muhammad Amin al-Qurdi populer di kalangan tarekat Naqsyabandi di
Indonesia.8
Bila dicermati lebih dalam pendapat yang berbeda di atas disebabkan
karena bukti-bukti sejarah yang diajukan dan laporan beberapa literatur yang
berkaitan dengan itu, sehingga sampai saat ini masih terdapat kesulitan dalam
memahami dan mengetahui secara pasti tentang pembawa dan kapan Islam
itu masuk ke Indonesia. Tetapi kemungkinan besar, Islam itu telah
diperkenalkan di kepulauan Nusantara sejak abad ke-7 oleh para musafir dan
6
Achmad Syafrizal, “Sejarah Islam Nusantara”, Islamuna, Vol. 2, No. 2, Desember 2015,
hlm. 239. (https://anzdoc.com/sejarah-islam-nusantara522c1de5d3829f610c5ab72c89838b1815
738.html, diakses pada 16 April 2018 pukul 14:07)
7
Budi Sulistiono, “Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara”, Jurnal, hlm.
3-4. (http://www.pdfmode.com/view?t=SEJARAH+MASUK+DANBERKEMBANGNYA+
ISLAM+DI+NUSANTARA&u=http%3A%2F%2Frepository.uinjkt.ac.id%2Fdspace
%2Fbitstream%2F123456789%2F34112%2F1%2FSEMINAR%2520DI%2520LEKTUR
%2520SEJARAH%2520Masuk%2520LEKTUR.pdf, diakses pada 16 April 2018 pukul 14:12)
8
Achmad Syafrizal, “Sejarah Islam Nusantara..., hlm. 240.
7

pedagang muslim dari Arab melalui jalur perdagangan teluk Persi dan
Tiongkok yang sudah mulai sejak abad 5 M. Kemudian sejak abad 11 M
dapat dipastikan Islam telah masuk ke Kepulauan Nusantara melalui kota-
kota pantai. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya batu nisan Fatimah binti
Maimun yang wafat tahun 1082 M di Leran Gresik. Selanjutnya bukti sejarah
menunjukkan bahwa penyebaran dan pendalaman Islam secara intensif terjadi
pada masa abad 13 M sampai akhir abad ke-17 M ditandai dengan berdirinya
pusat-pusat kekuasaan dan studi Islam, seperti di Aceh, Demak, Giri, Ternate
dan Gowa, dan lain-lain.9 Dari pusat-pusat inilah kemudian Islam tersebar ke
seluruh pelosok Nusantara melalui para pedagang, ulama, wali, mubaligh, dan
lain sebagainya.
B. Kondisi dan Situasi Politik Kerajaan-Kerajaan di Indonesia
Cikal bakal kekuasaan Islam telah dirintis pada periode abad 1-5 H/ 7-
8 M, tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni Maritim Sriwijaya yang
berpusat di Palembang dan kerajaan Hindu-Jawa seperti Singasari dan
Majapahit di Jawa Timur. Pada periode ini para pedagang dan mubaligh
muslim membentuk komunitas-komunitas Islam.10 Islam diperkenalkan oleh
mereka dengan mengajarkan toleransi dan persamaan derajat di antara
sesama. Ajaran Islam inilah yang kemudian banyak menarik perhatian
penduduk setempat, sehingga penyebaran Islam di kepulauan Indonesia dapat
dibilang berjalan dengan cepat.
Masuknya Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu
yang bersamaan. Disamping itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah-
daerah ketika didatangi Islam juga berlainan. Pada abad ke 7-10 M, kerajaan
Sriwijaya meluaskan kekuasaan ke daerah Semenanjung Malaka sampai
Kedah. Hal itu erat hubungannya dengan usaha penguasaan Selat Malaka
yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasional.
Datangnya orang-orang muslim ke daerah situ sama sekali belum
memperlihatkan dampak-dampak politik, karena mereka datang hanya untuk
usaha pelayaran dan perdagangan. Dalam bidang politik baru terlihat pada
9
Imam Fu’adi, Sejarah Pendidikan Islam, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press,
2014), hlm. 154-155.
10
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers,
2015), hlm. 194.
8

abad ke 9 M, terlihat dalam pemberontakan petani-petani China terhadap


kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878-889 M).
Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke
12 M. Pada akhir abad ini, kerajaan ini mulai memasuki masa kemunduran.
Kemunduran politik dan ekonomi Sriwijaya dipercepat oleh usaha-usaha
kerajaan singasari yang sedang bangkit di Jawa. Kerajaan Sriwijaya
melakukan ekspedisi dan berhasil mengalahkan kerajaan melayu di Sumatra.
Keadaan itu mendorong daerah-daerah di Selat Malaka yang dikuasai oleh
kerajaan Sriwijaya.
Kelemahan Sriwijaya dimanfaatkan oleh pedagang muslim untuk
mendapatkan keuntungan politik dan perdagangan. Mereka mendukung
daerah-daerah yang muncul dan daerah yang menyatakan diri sebagai
kerajaan yang bercorak Islam, yaitu kerajaan Samudra Pasai di pesisir Timur
Laut Aceh. Daerah ini sudah disinggahi oleh pedagang-pedagang muslim
sejak abad ke 7-8 M.11 Proses islamisasi tentu telah berjalan di sana sejak
abad tersebut. Pada abad ini pula kerajaan Samudra Pasai segera berkembang
baik dalam bidang politik maupun perdagangan. Kerajaan ini kemudian
mencapai puncak kekuasaannya hingga abad ke-16 M.
Di Jawa, proses Islamisasi sudah berkembang saat abad ke 11M
meskipun belum meluas. Ini terbukti dengan makam Fatimah binti Maimun
di leran Gresik berangka tahun 475H (1082 M). Bukti-bukti islamisasi sudah
banyak ditemukan, beberapa banyak batu nisan kubur di Troloyo, Trowulan,
dan Gresik, Demak, dan kerajaan-kerajaan yang dipesisir utara Jawa Timur,
Jawa Tengah, dan Jawa Barat, dan disamping itu masih ada kerajaan yang
bercorak Hindu.
Pertumbuhan masyarakat Islam disekitar Majapahit dan terutama di
beberapa kota pelabuhan di Jawa erat hubungannya dengan perkembangan
pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang Islam yang telah
mempunyai kekuasaan ekonomi dan politik di Samudra Pasai, Maluku dan
Aceh. Melihat makam-makam muslim yang terdapat disitus-situs Majapahit,

11
Ibid., hlm. 194-195.
9

diketahui bahwa Islam sudah hadir di Ibu kota Majapahit sejak kerajaan itu
mencapai puncaknya.12
Perkembangan Islam di Pulau Jawa bersamaan waktunya dengan
melemahnya posisi raja Majapahit. Hal ini menjadi peluang raja-raja Islam
untuk membangun kekuasaan yang independen. Demak berhasil
menggantikan Majapahit sebagai kraton pusat.13
C. Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
1. Melalui jalur perdagangan
Para pedagang muslim, selain melakukan kegiatan perdagangan pada
abad ke-7 hingga abad ke-16 M, secara tidak langsung juga turut ambil
dalam penyebaran agama Islam di Nusantara. Melalui sarana ini,
menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta kegiatan
dalam kegiatan perdagangan.
2. Melalui jalur perkawinan
Salah satu cara penyebaran agama Islam di Nusantara yaitu dengan jalur
perkawinan. Jalur perkawinan ini, lebih menguntungkan apabila terjadi
antara saudagar muslim dengan anak bangsawan, raja, anak adipati,
karena itu turut mempercepat proses Islamisasi di Nusantara.
3. Melalui jalur tasawuf
Para penyebar Islam juga dikenal sebagai pengajar-pengajar tasawuf.
Mereka mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah
dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal
magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Dengan
tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi
mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya
menganut agama Hindu, sehingga Islam mudah dimengerti dan
diterima.14
4. Melalui jalur pendidikan
Pendidikan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap penyebaran
Islam. Sarana pendidikan bisa melalui pendidikan di pesantren, pondok,

12
Ibid., hlm. 196-198.
13
Ibid., hlm. 199.
14
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam..., hlm. 307.
10

surau, atau masjid yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai,


ulama-ulama. Jalur pendidikan banyak digunakan para wali, khususnya
di Jawa dengan membuka lembaga pendidikan pesantren sebagai tempat
kaderisasi mubaligh-mubaligh Islam di kemudian hari.
5. Melalui jalur kesenian
Penyebaran Islam juga banyak dilakukan melalui kesenian. Diantara
kesenian yang bisa digunakan dalam penyebaran Islam adalah wayang,
sastra (babad, hikayat), seni bangunan, seni ukir, dan berbagai kesenian
lainnya. Saluran ini digunakan oleh para penyebar Islam seperti
walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan
senang hati mereka akan menerima Islam.
6. Melalui jalur politik.
Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, melalui jalur politik, para walisongo melakukan
strategi dakwah mereka di kalangan para pembesar kerajaan seperti
Majapahit, Padjajaran, bahkan para walisongo juga mendirikan kerajaan
Demak, sunan Gunungjati mendirikan kerajaan Cirebon dan kerajaan
Banten. Kesemuanya dilakukan untuk melakukan pendekatan dalam
rangka penyebaran Islam.15
D. Tasawuf dan Islamisasi di Indonesia
Ajaran tasawuf memiliki peranan yang sangat penting dalam
penyebaran agama Islam di Indonesia. Pada awal masuknya Islam ke wilayah
Nusantara, khususnya Indonesia, nuansa tasawuf sangat dominan. Secara
umum Islam tasawuf tetap unggul dalam tahap pertama Islam, setidaknya
sampai akhir abad ke-17 M. Hal ini karena Islam tasawuf yang datang ke
Nusantara denga segala pemahaman dan penafsiran mistisnya terhadap Islam,
dalam berbagai segi tertentu cocok dengan latar belakang masyarakat
setempat yang dipengaruhi asketisme Hindu Budha dan Sinkritisme
kepercayaan lokal.16 Di sisi lain tarekat-tarekat sufi memiliki kecenderungan
untuk bersikap toleran terhadap pemikiran dan praktek tradisional semacam
itu, sebagai salah satu cara dan strategi awal para ulama pada waktu itu agar
15
Ibid., hlm. 308.
16
Ibid., hlm. 311.
11

Islam dapat diterima dengan baik. Akan tetapi pada tahap dan proses
perkembangan selanjutnya, ketika proses Islamisasi dan intensifikasi
keIslaman semakin meningkat, maka segala bentuk-bentuk kegiatan
mistisisme yang bertentangan dengan ajaran Islam secara perlahan-lahan
dihilangkan dan disesuaikan dengan ajaran Islam.
Dalam proes Islamisasi tahap pertama ini Islam tidak langsung secara
merata diterima oleh lapisan bawah masyarakat. Di Jawa misalnya, semula
Islam hanya dipraktekkan oleh sekelompok kecil muslimin yang aktif dan
dinamis dalam membawa pesan-pesan Islam. Sebagian besar penduduk tetap
menganut kepercayaan nenek moyang mereka.
Banyak tokoh-tokoh penyebar Islam dan sekaligus tokoh-tokoh sufi
yang terkenal di Indonesia, diantaranya Hamzah Fansuri, Syamsudin as-
Sumatrani, Nuruddin ar-Raniri, Abdurrauf Singkel, Burhanuddin Ulakan, dan
Syaikh Yusuf al-Makasari. Hamzah Fansuri adalah pengarang pertama di
kalangan para sufi dan penyair besar. Syamsudin as-Sumatrani (w. 1630 M),
murid Hamzah, yang menulis buku-buku berbahasa Arab dan Melayu.
Kemudian Nuruddin ar-Raniri, pengarang yang sangat produktif, yang
dikenal terutama karena polemiknya yang tajam dengan para murid
Syamsuddin, yang dituduhkan menganut paham pantheisme. Abdurrauf
Singkel, sufi besar Aceh yang banyak berjasa dalam proses penyebaran Islam
di sana. Burhanuddin Ulakan (w. 1691 M) di Minangkabau, murid Abdurrauf
Singkel. Tokoh sufi lainnya adalah Syaikh Yusuf al-Makasari (lahir 1629 M),
seorang sufi yang berjasa dalam penyebaran Islam di Makasar, Banten,
Srilanka, dan Afrika Selatan. Perkembangan tasawuf semakin semarak
dengan hadirnya para tokoh tasawuf dan tarekat yang turut berjasa dalam
pengembangan agama Islam di Indonesia, seperti Syaikh Ismail al-Khalid al-
Minangkabawi, Syaikh Ahmad Khatib Sambas, Syaikh Abdul Karim Banten,
dan lain sebagainya.17
Sementara proses Islamisasi di Jawa sudah berlangsung sejak abad ke-
11 M, meskipun belum meluas. Terbukti dengan ditemukannya makam
Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475 H/1082 M.

17
Ibid., hlm. 314.
12

Para penyebar Islam terkenal yang sangat berjasa dalam menyebarkan Islam
di Jawa dikenal dengan sebutan Walisongo (sembilan wali), mereka adalah;
Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan
Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunungjati.
Mereka menggunakan pendekataan tasawuf (mistik) dalam menyebarkan
Islam. Pengaruh tasawuf para walisongo sangat terasa bagi masyarakat Jawa
bahkan sampai sekarang. Ajaran tasawuf yang cukup mewarnai penyebaran
Islam di Jawa adalah “wahdat al-wujud” (pantheistic) atau manunggaling
kawula lan gusti. Tokoh-tokoh yang berperan yaitu Syaikh Siti Jenar,
Pangeran Panggung, Ki Cebolek, dan Syaikh Amongrogo.
BAB III
PENUTUP

Simpulan

1. Islam diperkenalkan di kepulauan Nusantara sejak abad ke-7 oleh para


musafir dan pedagang muslim dari Arab melalui jalur perdagangan teluk
Persi dan Tiongkok yang sudah mulai sejak abad 5 M. Kemudian sejak abad
11 M dapat dipastikan Islam telah masuk ke Kepulauan Nusantara melalui
kota-kota pantai. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya batu nisan Fatimah
binti Maimun yang wafat tahun 1082 M di Leran Gresik. Selanjutnya bukti
sejarah menunjukkan bahwa penyebaran dan pendalaman Islam secara
intensif terjadi pada masa abad 13 M sampai akhir abad ke-17 M ditandai
dengan berdirinya pusat-pusat kekuasaan dan studi Islam, seperti di Aceh,
Demak, Giri, Ternate dan Gowa, dan lain-lain. Dari pusat-pusat inilah
kemudian Islam tersebar ke seluruh pelosok Nusantara melalui para
pedagang, ulama, wali, mubaligh, dan lain sebagainya.
2. Cikal bakal kekuasaan Islam telah dirintis pada periode abad 1-5 H/ 7-8
M, tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni maritime Sriwijaya yang
berpusat di Palembang dan kerajaan Hindu-Jawa seperti Singasari dan
Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke 7-10 M, kerajaan Sriwijaya
meluaskan kekuasaan ke daerah Semenanjung Malaka sampai Kedah. Hal itu
erat hubungannya dengan usaha penguasaan Selat Malaka yang merupakan
kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasional. Datangnya orang-orang
muslim ke daerah situ sama sekali belum mmemperlihatkan dampak-dampak
politik, baru pada abad ke-9 M mulai terlihat adanya keterlibatan politik.
Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke 12 M.
Setelah itu kerajaan ini mulai memasuki masa kemunduran. Kemunduran
politik dan ekonomi Sriwijawa dipercepat oleh usaha-usaha kerajaan
Singasari yang sedang bangkit di Jawa. Kerajaan Sriwijaya melakukan
ekspedisi dan berhasil mengalahkan kerajaan melayu di Sumatra. Sementara
para pedagang muslim mendukung daerah-daerah yang menyatakan diri
sebagai kerajaan yang bercorak islam, yaitu kerajaan Samudra Pasai di pesisir

13
14

Timur Laut Aceh. Daerah ini sudah disinggahi oleh pedagang-pedagang


muslim sejak abad ke 7-8 M. Kerajaan ini pun mencapai puncak
kemajuannya sampai abad ke-16 M. Sementara itu, perkembangan Islam di
Pulau Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi raja Majapahit.
Hal ini menjadi peluang raja-raja Islam untuk membangun kekuasaan yang
independen. Demak berhasil menggantikan Majapahit sebagai kraton pusat.
3. Cara-cara islamisasi di Indonesia dilakukan melalui jalur perdagangan,
perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, politik, dan lain sebagainya.
4. Tasawuf mempunyai peranan yang besar dalam penyebaran Islam di
Indonesia. Hadirnya Islam melalui tasawuf dapat diterima dengan baik oleh
sebagian besar penduduk pribumi karena dalam berbagai segi tertentu cocok
dengan latar belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi asketisme
Hindu Budha dan Sinkritisme kepercayaan lokal. Banyak tokoh-tokoh
penyebar Islam dan sekaligus tokoh-tokoh sufi yang terkenal, diantaranya
Hamzah Fansuri, Syamsudin as-Sumatrani, Nuruddin ar-Raniri, Abdurrauf
Singkel, Burhanuddin Ulakan, dan Syaikh Yusuf al-Makasari. Sementara itu
para tokoh penyebar Islam di Jawa yang terkenal yaitu Walisongo (sembilan
wali), meliputi; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang,
Sunan Drajad, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan
Sunan Gunungjati.
DAFTAR RUJUKAN

Amin, Samsul Munir. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Daliman, A. 2012. Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di


Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Fu’adi, Imam. 2014. Sejarah Pendidikan Islam. Tulungagung: IAIN Tulungagung


Press.

Sulistiono, Budi. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara. Jurnal.


(http://www.pdfmode.com/view?
t=SEJARAH+MASUK+DANBERKEMBANGNYA+ISLAM+DI+N
USANTARA&u=http%3A%2F%2Frepository.uinjkt.ac.id%2Fdspace
%2Fbitstream%2F123456789%2F34112%2F1%2FSEMINAR
%2520DI%2520LEKTUR%2520SEJARAH%2520Masuk
%2520LEKTUR.pdf, diakses pada 16 April 2018)

Syafrizal, Achmad. Sejarah Islam Nusantara. Islamuna. Vol. 2 No. 2, Desember


2015. (https://anzdoc.com/sejarah-islamnusantara522c1de5d3829f610
c5ab72c89838b1815738.html, diakses pada 16 April 2018)

Yatim, Badri. 2015. Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II. Jakarta:
Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai