Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kecukupan ASI


1. Definisi
Air susu ibu (ASI) adalah suatu lemak dalam larutan protein,
laktose, dan garam organik yang disekresikan oleh kedua belah
kelenjar payudara ibu (Maryunani, 2012).
Air susu ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang
sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi
yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
optimal.
2. Proses produksi ASI
Sebagian besar ahli kesehatan berpendapat bahwa keberhasilan
menyusui tidaklah semata-mata tergantung pada faktor ibu dan bayi.
Keberhasilan ini juga dipengaruhi oleh lingkungan, terutama
dukungan dari suami. Sesungguhnya, pemberian ASI dapat
mempengaruhi aspek kejiwaan dan batiniah ibu, bayi,dan suami.
ASI diproduksi dalam alveoli, bagian awal saluran kecil air susu.
Jaringan disekeliling saluran-saluran air susu dan alveoli tediri dari
jaringan lemak dan jaringan pengikat yang turut menentukan ukuran
payudara. Selama masa kehamilan, payudara membesar dua sampai
tiga kali ukuran normal. Saat itu, saluran-saluran air susu beserta
alveoli dipersiapkan untuk masa laktasi.
Setelah melahirkan, laktsi dikontrol oleh dua macam refleks.
Pertama, refleks produksi air susu (milk production reflex). Bila bayi
menghisap puting payudara, maka akan diproduksi suatu hormon
yang disebut prolaktin (prolactin), yang mengatur sel-sel dalam alveoli
agar memproduksi air susu. Air susu tersebut dikumpulkan dalam
saluran-saluran air susu. Kedua, refleks mengeluarkan (let down
reflex). Isapan bayi juga merangsang produksi hormon lain yang
dinamakan okstitosin (ocytosim), yang membuat sel-sel otot disekitar
alveoli berkontraksi, sehingga air susu didorong menuju puting
payudara.
Secara fisiologis, payudar bisa menampung air susu. Susu
diproduksi pada akhir ranting, dan mengalir menuju cabang-cabang
besar, lalu bergerak ke saluran di dalam puting lantaran adanya daya
hisap (suckling reflex). Selama mengisap, bayi menggigit daerah
areola, yaitu bagian di sekeliling puting. Bila sel-sel myoepitthelial di
dalam dinding alveoli berkontraksi, alveoli seolah-olah terpencet dan
mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-
cabang yang lebih besar, yang secara perlahan bertemu di dalam
areola dan membentuk sinus lactiterous.
3. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI, antara
lain adalah :
1. Struktur mulut dan rahang bayi yang kurang baik.
2. Teknik pelekatan yang salah ketika menyusui
3. Kelainan endokrin ibu
4. Jaringan payudara hipoplastik
5. Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi sehingga tidak dapat
mencerna ASI.
6. Gizi ibu kurang.
7. Usia kehamilan ketika melahirkan.
8. Ibu yang pengguna narkoba, merokok dan minum alkohol.
Sedangkan faktor yang dapat menghambat produksi ASI antara
lain adalah :
1. Adanya feed back inhibitor (bila saluran ASI penuh, maka
mengirim impuls untuk mengurangi produksi) dapat diatasi dengan
cara memberikan ASI ekslusif dan tanpa jadwal (on demand).
2. Penyapihan, merupakan penghentian penyusuan sebelum
waktunya.
3. Kelahiran prematur.
4. Penyakit kelainan kongenital yang dapat mempengaruhi dalam
refleks mengisap.
5. Berat badan bayi ketika lahir < 2500 gram.
6. Penyakit yang diderita oleh ibu.
7. Kecemasan, kelelahan, dan stress/rasa sakit, adanya stress akan
menghambat atau inhibisi pengeluaran ASI. (Astutik, 2014 &
Yancey et al., 2012)

4. Jenis-jenis ASI
1. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan reducal
material, yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar
mamae sebelum dan sesudah melahrkan anak. Kolostrum
disekresi oleh kelenjar mamae pada hari pertama hingga ketiga
atau keempat sejak masa laktasi (Anton Baskoro : 10).
2. Foremilk
Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal
(foremilk). Air susu ini hanya mengandung sekitar 1-2% lemak dan
terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran penyimpanan. Air
susu tersebut sangat banyak dan membantu menghilangkan rasa
haus pada bayi.
3. Hindmilk
Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat
menyusui hampir selesai. Hindmilk sangat kaya, kental, dan
penuh lemak bervitamin, sebagaimana hidangan utama seletah
hidangan pembuka. Air susu ini memberikan sebagian besar
energi yang dibutuhkan oleh bayi.
5. Komposisi ASI
Air susu ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa, vitamin, dan mineral yang berfungsi sebagai
makanan nagi bayi. Oleh karena itu,  ASI dalam jumlah cukup dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama setelah
kelahiran. sebenarnya,  banyak hal yang menyebabkan Ibu enggan
menyusui bayinya.  di antaranya ialah Ibu kurang memahami tentang
keutamaan ASI dibandingkan makanan pengganti ASI yang sering
dikenal dengan PASI (Pengganti Air Susu Ibu). Perbandingan
komposisi antara ASI dan PASI ditunjukkan oleh tabel berikut :
Tabel Perbandingan Komposisi ASI dan PASI untuk setian 100 ml

Komponen ASI PASI


Energi (kkal) 70 67
Air (g) 89,7 90,2
Protein (g) 0,9 3,4
Rasio kasein 1 : 1,5 1 : 0,2
Lemak (g) 4,2 3,9
Laktosa (g) 7,4 4,8
Vitamin A (Retinol) dengan satuan (ug) 60 31
Beta karoten (ug) 0 19
Vitamin D : larut dalam lemak dengan satuan (ug) 0,01 0,03
Larut dalam air (ug) 0,80 0,15
Vitamin C (mg) 3,8 1,5
Tiamin (vitamin B1) dengan satuan (mg) 0,02 0,04
Riboflavin (vitain B2) dengan satuan (mg) 0,03 0,20
Niasin (mg) 0,62 0,89
Vitamin B12 (ug) 0,01 0,31
Asam Folant (ug) 5,2 5,2
Kalsium (Ca) dengan satuan (mg) 35 124
Besi (Fe) dengan satuan (mg) 0,08 0,05
Tembaga (Cu) dengan satuan (ug) 39 21
Seng (Zn) dengan satuan (ug) 295 361
Komposisi zat gizi dalam ASI adalah sebagai berikut :
1) Karbohidrat
Karbohidrat utama adalah gula susu khusus laktosa, disakarida.
ASI mengandung sekitar 7 gram laktosa per 100 ml yang lebih banyak
dibandingkan dengan susu lainnya dan termasuk sumber energi yang
penting. Jenis karbohidrat lain yang ada dalam ASI adalah
oligosakarida atau rantai gula yang memberikan perlindungan
terhadap infeksi.
2) Protein
Protein yang terdapat di dalam ASI berbeda secara kualitas dan
kuantitas dibandingkan dengan kandungan protein yang terdapat
dalam susu formula dan mengandung keseimbangan asam amino
yang membuatnya jauh lebih sesuai untuk bayi. Konsentrasi protein
yang terdapat di dalam ASI adalah 0,9 gram per 100 ml ASI dan lebih
rendah dibandingkan kandungan protein dalam susu formula.
Protein yang terkandung dalam susu formula jauh lebih tinggi
sehingga efeknya adaah dapat membebani ginjal bayi yang belum
matang dengan sisa produk nitrogen. ASI mengandung lebih sedikit
casein protein dan casein dalam ASI memiliki strukur molekul yang
berbeda. Hal ini membentuk dadih yang lebih lembut dan lebih mudah
dicerna oleh bayi dibandingkan susu lainnya. ASI mengandung alfa-
laktaglobulin dimana ini tidak terdapat di dalam ASI dan dapat
menyebabkan bayi menjadi tidak toleran.
3) Lemak
ASI mengandung 3,5 gram lemak per 100 ml ASI, yang
menyediakan sekitar 1,5 kandungan energi yang terdapat di dalam
ASI. Lemak disekresikan dalam tetesan kecil dan jumlahnya
meningkat saat menyusui berlangsung. ASI yang keluar menjelang
akhir menyusui disebut dengan “hindmilk” kaya akan lemak dan
terlihat berwarna putih krem, sedangkan ASI yang keluar pada awal
menyusui disebut “foremilk” mengandung sedikit lemak dan berwarna
kebiru-biruan. Lemak pada ASI mengandung asam lemak tak jenuh
ganda (docosahexaenoic acid atau DHA, arachidonic atau ARA) yang
tidak tersedia dalam susu lain. Asam lemak ini penting untuk
perkembangan neurologis seorang anak.
4) Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya
relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur
6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang
sangat stabil, mudah diserap tubuh, dan berjumlah sangat sedikit.
Sekitar 75% dari zat besi yang terdapat dalam ASI diserap oleh usus.
5) Vitamin
Apabila makanan yang dikonsumsi oleh ibu memadai, berarti semua
vitamin yang diperlukan bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya
dapat diperoleh dari ASI. Sebenarnya, hanya ada sedikit vitamin D
dalam lemak susu. Terkait itu, ibu perlu mengetahui bahwa penyakit
polio (rickets) jarang menimpa bayi yang diberi ASI, bila kulitnya
sering terkena sinar matahari.
6. Manfaat ASI
Manfaat ASI bagi bayi :
a. Bayi yang diberikan ASI akan mengurangi resiko terkena infeksi
saluran cerna yang menyebabkan diare dan berpotensi
mengalami dehidrasi.
b. Terlindung dari penyakit infeksi lain seperti infeksi saluran
pernapasan, infeksi telinga, dan infeksi saluran kemih.
c. Bayi yang diberi ASI terbukti dapat menurunkan risiko terjadinya
sudden infant death syndrome (SIDS) (kematian bayi mendadak),
penyakit alergi seperti asma dan eksim, leukimia, dan sembelit.
d. Mengurangi kejadian maloklusi akibat penggunaan dot yang lama.
e. Dengan diberikannya ASI saja minimal sampai 6 bulan, maka
dapat menyebabkan perkembangan psikomotorik bayi lebih
cepat.
B. Kecemasan
1. Definisi
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Individu yang merasa cemas akan merasa tidak
nyaman atau takut, namun tidak mengetahui alasan kondisi tersebut
terjadi. Kecemasan tidak memilik stimulus yang jelas yang dapat
diidentifikasi. (Videbeck,2012)
Gangguan cemas merupakan salah satu gangguan psikiatri yang
paling sering dijumpai. Menurut laporan The National Comorbidity
Study, satu dari empat orang memenuhi kriteria diagnosis untuk
setidaknya satu gangguan kecemasan. Gangguan cemas juga lebih
banyak terjadi pada wanita (30,5%) daripada pria (19,2%). (Sadock,
2015)
2. Etiologi
Secara umum, terdapat dua teori mengenai etiopatogenesis
munculnya kecemasan, yaitu teori psikologis dan teori biologis. Teori
psikologis terdiri atas tiga kelompok utama yaitu teori psikoanalitik,
teori perilaku dan teori eksistensial. Sedangkan teori biologis terdiri
atas sistem saraf otonom, neurotransmiter, studi pencitraan otak, dan
teori genetik. (Sadock, 2015)
1) Teori Psikoanalitik
Kecemasan didefinisikan sebagai sinyal adanya bahaya
pada ketidaksabaran. Kecemasan dipandang sebagai akibat dari
konflik psikik antara keinginan tidak disadari yang bersifat seksual
atau agresif dan ancaman terhadap hal tersebut dari superego
atau realitas eksternal. Sebagai respon terhadap sinyal ini, ego
memobilisasi mekanisme pertahanan untuk mencegah pikiran dan
perasaan yang tidak dapat diterima agar tidak muncul ke
kesadaran. (Sadock, 2015) Individu yang mengalami gangguan
kecemasan menggunakan secara berlebihan salah satu atau pola
tertentu dari mekanisme pertahanan. (Videbeck, 2012)
2) Teori Perilaku
Menurut teori ini, kecemasan adalah respon yang dipelajari
terhadap stimulus lingkungan spesifik. Sebagai contoh, seorang
anak yang dibesarkan oleh ayah yang kasar, dapat menjadi
cemas ketika melihat ayahnya. Hal tersebut dapat berkembang,
anak tersebut kemungkinan tidak mempercayai semua laki-laki.
Sebagai kemungkinan penyebab lain, mereka belajar memiliki
respon internal kecemasan dengan meniru respon kecemasan
orangtua mereka. (Sadock, 2015) Kecemasan dapat dipelajari
oleh individu melalui pengalaman dan dapat diubah melalui
pengalaman baru. (Videbeck, 2012)
3) Teori Eksistensial
Teori ini digunakan pada gangguan cemas menyeluruh
tanpa adanya stimulus spesifik yang dapat diidentifikasi sebagai
penyebab perasaan cemas kronisnya. Konsep utama teori
eksistensial adalah individu merasa hidup tanpa tujuan.
Kecemasan adalah respon terhadap perasaan tersebut.
4) Sistem Saraf Otonom
Stimulasi sistem saraf otonom dapat menimbulkan gejala
tertentu seperti kardiovaskular (contoh: takikardi), muskular
(contoh: sakit kepala), gastrointestinal (contoh: diare), dan
pernapasan (contoh: takipneu). Sistem saraf otonom pada
sejumlah pasien gangguan cemas, terutama dengan gangguan
cemas sangat berat menunjukkan peningkatan tonus simpatik,
adaptasi lambat terhadap stimulus berulang, dan berespons
berlebihan terhadap stimulus sedang. (Sadock, 2015)
5) Neurotransmiter
Berdasarkan penelitian pada hewan terkait perilaku dan
terapi obat, terdapat tiga neurotrasmiter utama yang berhubungan
dengan kecemasan, yaitu asam gama-amino butirat (GABA),
serotonin dan norepinefrin. (Sadock, 2015)
Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan
neurotransmiter yang berfungsi sebagai anticemas alami dalam
tubuh dengan mengurangi eksitabilitas sel sehingga mengurangi
frekuensi bangkitan neuron. (Videbeck, 2012) Peran GABA pada
gangguan cemas didukung oleh efektifitas benzodiazepin yang
meningkatkan aktivitas GABA di reseptor GABA tipe A (GABA A) di
dalam terapi beberapa gangguan cemas. Beberapa peneliti
berhipotesis bahwa sejumlah pasien dengan gangguan cemas
memiliki fungsi abnormal reseptor GABAA, walaupun hubungan ini
belum terlihat langsung (sadock,2015). Benodiaepin terikat pada
reseptor yang sama seperti GABAdan membantu reseptor
pascasinaps untuk lebih reseptif terhadap efek GABA. Hal
tersebut mengurangi frekuensi bangkitan sel dan mengurangi
kecemasan. (Videbeck, 2012)
Serotonin (5-HT) memiliki banyak subtipe. Serotonin
subtipe 5-HT1A berperan pada terjadinya gangguan cemas, juga
mempengaruhi agresi dan mood. (Videbeck, 2012) Peningkatan
pergantian atau siklus serotonin di korteks prefrontal, nukleus
akumben, amigdala, dan hipothalamus lateral menyebabkan tipe
stres akut yang berbeda. (Sadock, 2015)
Norepinefrin merupakan neurotransmiter yang
meningkatkan kecemasan. Norepinefrin yang berlebihan dicurigai
ada pada gangguan panik, gangguan ansietas umum dan
gangguan stres pascatrauma. (Videbeck, 2012) Teori mengenai
peran norepinefrin pada gangguan kecemasan adalah pasien
yang mengalami kecemasan dapat memiliki sistem regulasi
noradrenergik yang buruk dengan ledakan aktifitas yang sesekali
terjadi. Sel dari sistem noradrenergik utamanya dibawa ke locus
cereleus (nukleus) di pons dan memproyeksikan akson ke korteks
cerebral, batang otak, dan tulang belakang (medulla spinnalis).
(Sadock, 2015)
6) Studi Pencitraan Otak
Suatu kisaran studi pencitraan otak, yang hampir selalu
dilakukan pada gangguan cemas spesifik, menghasilkan beberapa
kemungkinan petunjuk dalam memahami gangguan cemas. Studi
struktural, seperti CT dan MRI, yang dilakukan menunjukkan
peningkatan ukuran ventrikel otak. Hal tersebut pada suatu
studi dihubungkan dengan lama penggunaan dengan
gangguan cemas memiliki keadaan patologis dari fungsi otak dan
hal ini dapat menjadi penyebab dari gejala gangguan cemas yang
dialami pasien. (Sadock, 2015)
7) Teori Genetik
Studi genetik menghasilkan bukti bahwa sedikitnya
beberapa komponen genetik turun berperan dalam timbulnya
gangguan cemas. Hereditas dinilai menjadi salah satu faktor
predisposis timbulnya gangguan cemas. Hampir separuh dari
semua pasien dengan gangguan panik setidaknya memiliki satu
kerabat yang juga mengalami gangguan tersebut. Gambaran
untuk gangguan cemas lainnya, walaupun tidak setinggi itu, juga
menunjukkan adanya frekuensi penyakit yang lebih tinggi pada
kerabat derajat pertama pasien yang mengalaminya daripada
kerabat orang yang tidak mengalami gangguan cemas. (Sadock,
2015).
3. Tingkat Kecemasan
Terdapat empat tingkat kecemasan yaitu :
1) Cemas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari. Ansietas ringan merupakan perasaan bahwa ada
sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus.
Stimulasi sensoris meningkat dan dapat membantu memusatkan
perhatian untuk belajar menyelesaikan masalah, berpikir,
bertindak, merasakan dan melindungi diri sendiri.
2) Cemas Sedang
Merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada
gugup. Hal ini memungkinkan individu untuk memusatkan
perhatian pada hal yang penting dan mengesampingkan hal lain.
Kecemasan tingkat ini mempersempit lahan persepsi.
3) Cemas Berat
Dapat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu
yang berbeda dan terdapat ancaman, sehingga individu lebih
fokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik dan tidak berfikir
tentang hal yang lainnya.
4) Cemas Sangat Berat
Merupakan tingkat tertinggi cemas dimana semua
pemikiran rasional berhenti yang mengakibatkan respon fight,
flight, atau freeze, yaitu kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap
di tempat dan berjuang atau tidak dapat melakukan apapun.
Ansietas sangat berat berhubungan dengan terperangah,
ketakutan dan teror. (Videbeck, 2012; Stuart, 2007)
4. Gejala Kecemasan

Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah :

a) Jari tangan dingin.


b) Detak jantung makin cepat.
c) Berkeringat dingin.
d) Kepala pusing.
e) Nafsu makan berkurang.
f) Tidur tidak nyenyak.
g) Dada sesak

Gejala yang bersifat mental adalah :

a) Ketakutan merasa akan ditimpa bahaya.


b) Tidak dapat memusatkan perhatian
c) Tidak tentram
d) Ingin lari dari kenyataan
5. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki
ciri kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan
tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas.
Ada beberapa jenis gangguan kecemasan yaitu :
a. Fobia Spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau
antisipasi terhadap objek atau situasi yang spesifik.
b. Fobia Sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap,
biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu
menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang
membuatnya merasa terhina atau dipermalukan dan menunjukkan
tanda-tanda kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang
memalukan.
c. Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik
yang spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat
muncul pada ganguan panik antara lain : sulit bernapas, jantung
berdetak kencang, mual, rasa sakit di dada, berkeringat dingin,
dan gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa gangguan
panik adalah bahwa individu merasa setiap serangan panik
merupakan pertanda datangnya kematian atau kecacatan.
d. Ganguan Cemas Menyeluruh (Generalixed Anxiety Disorder)
Generalixed Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang
berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom
somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam
kehidupan sosial atau pekerjaan pada penderita, atau
menimbulkan stres yang nyata.
6. Pengukuran Tingkat Kecemasan
Skala HARS menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi :
1) Perasaan ansietas, yaitu melihat kondisi emosi individu yang
menunjukkan perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran
sendiri, dan mudah tersinggung.
2) Ketegangan (tension), yaitu merasa tegang, lesu, tak bisa istirahat
dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, dan
gelisah.
3) Ketakutan, yaitu takut pada gelap, takut pada orang asing, takut
ditinggal sendiri, takut pada binatang besar, takut pada keramaian
lalu lintas, dan takut pada kerumunan orang banyak.
4) Gangguan tidur, yaitu sukar masuk tidur, terbangun pada malam
hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-
mimpi, mimpi buruk, dan mimpi yang menakutkan.
5) Gangguan kecerdasan, yaitu sukar berkonsentrasi dan daya ingat
buruk.
6) Perasaan depresi, yaitu hilangnya minat, berkurangnya
kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, dan perasaan
yang berubah-ubah sepanjang hari.
7) Gejala somatik (otot), yaitu sakit dan nyeri di otot-otot, kaku,
kedutan otot, gigi gemerutuk, dan suara yang tidak stabil.
8) Gejala somatik (sensorik), yaitu tinitus (telinga berdengung),
penglihatan
9) Gejala kardiovaskular, yaitu takikardi, berdebar, nyeri di dada,
denyut nadi mengeras, perasaan lesu/lemas seperti mau pingsan,
dan detak jantung seperti menghilang/berhenti sekejap.
10) Gejala respiratori, yaitu rasa tertekan atau sempit di dada,
perasaan tercekik, sering menarik napas, dan napas
pendek/sesak.
11) Gejala gastrointestinal, yaitu sulit menelan, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan
terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang
air besar lembek, kehilangan berat badan, dan sulit buang air
besar (konstipasi).
12) Gejala urogenital, yaitu sering buang air kecil, tidak dapat
menahan air seni, amenorrhoe, menorrhagia, perasaan menjadi
dingin (frigid), ejakulasi praecocks, ereksi hilang, dan impotensi.
13) Gejala otonnom, yaitu mulut kering, muka merah, mudah
berkeringat, pusing dan sakit kepala, dan bulu-bulu
berdiri/merinding.
14) Tingkah laku pada saat wawancara, yaitu gelisah, tidak tenang,
jari gemetar, kening berkerut, muka tegang, tonus otot meningkat,
napas pendek dan cepat, dan muka merah. (Sadock, 2015)

Masing-masing kelompok gejala diatas diberi penilaian angka


antara 0-4, yang dirincikan sebagai berikut :

1 : tidak ada gejala sama sekali,


2 : gejala ringan (apabila terdapat 1 dari semua gejala yang
ada)
3 : gejala sedang (jika terdapat separuh dari gejala yang
ada)
4 : gejala berat (jika terdapat lebih dari separuh dari gejala
yang ada)
5 : gejala berat sekali (jika terdapat semua gejala yang ada).
(Shodiqoh, 2014)

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor


dan item 1-14 dengan hasil :

1) Skor < 6 : tidak ada kecemasan


2) Skor 7-14 : kecemasan ringan
3) Skor 15-27 : kecemasan sedang
4) Skor > 27 : kecemasan berat
7. Penatalaksanaan Kecemasan
Penatalaksanaan kecemasan pada tahap pencegahan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencakup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang
2) Tidur yang cukup
3) Cukup olahraga
4) Tidak merokok
5) Tidak minum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarma merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi
gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan
saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering
dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diaepam,
clobaam, bromaepam, loraepam, buspirone HCl, meprobamate
dan alpraolam.
c. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara
lain :
1) Psikotererapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat
dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa
putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan
koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi
kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki
kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami
goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,
yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi
dan daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan
menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat
menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehinggga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan
kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor
penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.
e. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

C. Hypnobreastfeeding
1. Pengertian
Hypnosis dalam bahasa yunani berarti tidur, bukan benar-benar
tidur, tapi suatu kondisi saat seseorang berada dalam alam bawah
sadar.
Hypnosis merupakan teknik relaksasi tradisional yang sering
dilakukan untuk mengatasi kecemasan dan gangguan stress akut.
Hypnosis pada ibu menyusui disebut hypnobreastfeeding.
Hypnobreastfeeding adalah cara atau metode terbaru yang sangat
baik untuk membangun niat positif dan motivasi dalam menyusui serta
mampu memaksimalkan kuantitas dan kualitas ASI.
Hypnobreastfeeding dilakukan dengan memasukkan niat atau
sugesti positif terhadap keyakinan dan kepercayaan dirinya untuk
dapat memberikan ASI ekslusif kepada bayinya dan meyakini produksi
ASI cukup sesuai dengan kebutuhan bayi.
2. Menyusui dan Relaksasi
Relaksasi yang dalam dan teratur membuat sistem endokrin,
aliran darah, persyarafan dan sistem lain di dalam tubuh akan
berfungsi lebih baik. Menjaga sikap positif sangatlah penting seperti
merasa tenang dan rileks selama menyusui. Karena saat ibu rileks
dikala menyusui maka hormon endorphin yang diproduksi ibupun akan
mengalir ke bayi melalui ASI, dan ini membuat bayi akan merasakan
kenyaman, ketenangan yang dirasakan ibunya (Aprilia, 2014)
Relaksasi hypnobreastfeeding mampu menghadirkan rasa santai,
nyaman dan tenang selama menyusui dengan demikian maka seluruh
sistem di dalam tubuh akan berjalan jauh lebih sempurna sehingga
proses menyusui pun menjadi proses yang penuh arti dan
menyenangkan baik bagi ibu maupun bagi bayi. Bahkan
hypnobreastfeeding mampu membantu ibu yang mengalami kesulitan
saat menyusui juga dapat membuat ibu mampu untuk relaksasi.
Dengarkan suara bayi , perhatikan dengkuran nafasnya. Maka
akan terjadi baby bonding atau rasa sayang yang akan memicu
hormon endorfin (hormon yang membuat ketenangan) sehingga tubuh
pun lebih rileks. Jika sudah terbangun niat positif dari si ibu, maka
pikran akan semakin tenang, seluruh sel akan semakin sehat, dan
produksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan.
Sebenarnya bayi bisa disusui ekslusif hingga dua tahun. Sebab otak
bayi mengalami perkembangan paling pesat di usia tersebut.
3. Teknik Relaksasi
Ada beberapa teknik yang dilakukan dalam pelaksanaan relaksasi
pada hypnobreastfeeding.
1) Menurut Aprilla (2014) teknik relaksasi pada hypnobreastfeeding
terdiri atas tiga tahap yaitu relaksasi otot, relaksasi nafas dan
relaksasi fikiran.
a. Relaksasi otot.
Mulai dari puncak kepala sampai telapak kaki, termasuk
wajah, bahu kiri dan kanan, kedua lengan, daerah dada, perut,
pinggul, sampai kedua kaki.
b. Relaksasi nafas.
Hidup di kota besar membuat orang sering dilanda stres
karena dituntut untuk melakukan segala sesuatu serba cepat dan
terburu-buru. Apalagi, zaman sekarang banyak perempuan yang
memiliki peran ganda sebagai seorang ibu sekaligus wanita
karier. Untuk mencapai kondisi relaks, tarik nafas panjang
melalui hidung dan hembuskan keluar pelan-pelan melalui
hidung atau mulut (fokuskan pernafasan di perut). Lakukan
selama beberapa kali sampai ketegangan mengendur dan
hilang.
c. Relaksasi pikiran.
Karena pikiran orang sering kali berkelana jauh dari lokasi
tubuh fisiknya. Untuk itu, belajarlah memusatkan pikiran agar
berada di tempat yang sama dengan tubuh fisik kita.
Untuk mendukung relaksasi, perlu diciptakan suasana
tenang, misalnya dengan memutar musik atau menggunakan
aroma terapi untuk memberikan atmosfer relaks.
2) Menurut Armini (2016) teknik relaksasi pada hypnobreastfeeding
yaitu:

Teknik hypnobreastfeeding sama dengan teknik


hypnobirthing karena juga melibatkan pikiran bawah sadar dengan
cara mengistirahatkan alam sadar melalui teknik relaksasi.

Teknik relaksasi dalam hypnobreastfeeding terdiri atas tiga


tahap yaitu:

a. Ibu melakukan relaksasi otot mulai dari puncak kepala sampai


telapak kaki, termasuk wajah, bahu kiri dan kanan, kedua lengan,
daerah dada, perut, pinggul, sampai kedua kaki. Caranya bisa
dengan membayangkan otot-otot menjadi relaksasi.
b. Relaksasi napas. Zaman sekarang orang-orang rentan
mengalami stress. Stres karena dituntut untuk melakukan segala
sesuatu serba cepat dan terburu-buru. Apalagi, perempuan yang
memiliki peran ganda sebagai seorang ibu sekaligus wanita
karier. Untuk mencapai kondisi relaks adalah dengan cara tarik
napas panjang melalui hidung dan hembuskan keluar pelan-
pelan melalui hidung atau mulut (fokuskan pernapasan di perut).
Lakukan selama beberapa kali sampai ketegangan mengendur
dan berangsur hilang.
c. Relaksasi pikiran. Seringkali pikiran seseorang berkelana jauh
dari raganya. Untuk itu, belajarlah memusatkan pikiran agar
berada di tempat yang sama dengan raga. Salah satu cara
dengan berdiam diri atau meditasi dengan mengosongkan
pikiran dan memejamkan mata dengan napas yang lambat,
mendalam dan teratur selama beberapa saat. Setelah otot-otot
rileks, nafas teratur, serta pikiran tenang, baru dilakukan sesi
hypnobreastfeeding. Ibu-ibu menyusui juga bisa melakukan
hypnobreastfeeding di rumah, caranya mudah, masuklah ke
dalam ruangan yang tenang, nyalakan musik khusus untuk
relaksasi, sediakan aroma therapy, dan ikuti panduan relaksasi
otot, napas, dan pikiran yang telah dipelajari sebelumnya, baru
melakukan afirmasi yang positif. Pikiran bawah sadar secara
otomatis akan membimbing untuk melakukan atau memikirkan
hal-hal tertentu, misalnya yakin bahwa kita bisa menyusui dan
ASI akan mengalir deras.

Cara lain yang sederhana adalah dengan mendengarkan


suara bayi serta perhatikan alur napasnya. Jika hal tersebut
dilakukan secara teratur, akan menimbulkan bonding dan
selanjutnya memicu tubuh untuk menghasilkan hormon endorfin
(hormon pembawa rasa senang dan tenang) sehingga tubuh
merasa rileks.

4. Keuntungan dan Manfaat Hypnobreastfeeding


Keuntungan dan manfaat yang diperoleh dari penggunaan
hipnosis dalam hypnobreastfeeding adalah :
a. Sebagai sarana relaksasi
b. Biayanya relatif rendah karena tanpa penggunaan obat-obatan
c. Metode yang digunakan relatif sederhana sehingga mudah
dipahami dan dipraktikkan oleh orang banyak, termasuk subjek.
d. Dapat dilakukan sediri oleh sibjek (ibu menyusui) dan cukup
dibantu oleh satu terapi (bidan).
e. Dapat menyehatkan unsur tindakan, perilaku, hasrat, semangat,
motivasi, inisiatif, kebiasaan buruk, dan lain-lain.
f. Mempersiapkan ibu agar berhasil pada masa menyusui.
g. Mempersiapkan bayi menjadi generasi yang sehat, cerdas dan
kreatif.
5. Langkah-langkah Melakukan Hypnobreastfeeding
1. Persiapkan secara menyeluruh tubuh, pikiran dan jiwa agar proses
pemberian ASI sukses.
2. Niatkan yang tulus dari batin untuk memberi ASI eksklusif pada
bayi yang kita sayangi dan yakin bahwa semua ibu, bekerja atau di
rumah, memiliki kemampuan untuk menyusui/memberi ASI pada
bayinya.
3. Dengan berniat pikiran ibu menyusui semakin tenang, seluruh sel,
organ, hormonal pun seimbang sehingga produksi ASI cukup untik
kebutuhan bayi.
4. Mulailah memberi sugesti positif. Contoh kalimat sugesti atau
afirmasi, misalnya “ASI saya cukup untuk bayi saya sesuai dengan
kebutuhannya” atau “saya selalu merasa tenang dan rileks saat
mulai memerah”.
5. Kalimat sugesti saat melakukan hypnotherapy juga dapat
diberikan suami saat menemani istri melakukannya.
6. Suasana nyaman benar-benar harus tercipta saat terapi
hypnobreastfeeding. Lingkungan sekitar harus dapat membantu
ibu menciptakan suasana nyaman.
7. Ini juga bisa dilakukan oleh ibu-ibu hamil untuk mempersiapkan
ASI eksklusif buat sang buah hati.
D. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian fisiologis
Pengkajian fisiologis lebih difokuskan pada proses involusi organ
reproduksi, perubahan biofisik sistem tubuh dan deteksi adanya
hambatan pada proses laktasi. Area pengkajian fisiologis antara
lain:
1) Suhu
Suhu merupakan penanda awal adanya infeksi, suhu yang
cenderung tinggi juga dapat menandakan ibu mengalami
dehidrasi. Suhu dikaji tiap satu jam selama 8 jam setelah
persalinan, kemudian dikaji tiap dua jam sampai dengan 24
jam setelah persalinan.
2) Nadi, pernapasan dan tekanan darah
Frekuensi nadi yang lebih dari normal (diatas 100 kali/menit)
sebagai tanda adanya infeksi, hemoragi, nyeri, atau
kecemasan. Tekanan darah yang cenderung rendah dapat
merupakan tanda syok atau emboli. Nadi, pernapasan dan
tekanan darah dikaji tiap 15 menit sampai dengan empat jam
setelah persalinan, kemudian dikaji tiap 30 menit sampai
dengan 24 jam setelah persalinan.
3) Fudus, lokhea dan kandung kemih
Fundus dapat sedikit meninggi pasca persalinan, tetapi
dihari berikutnya fundus akan mulai turun sekitar satu cm
sehingga pada hari ke 10 fundus sudah tidak teraba. Hari-hari
awal setelah persalinan, fundus akan teraba keras dengan
bentuk bundar mulus, bila ditemukan fundus teraba lembek
atau kendur menunjukkan terjadinya atonia atau subinvolusi.
Ketika dilakukan palpasi, kandung kemih harus kosong agar
pengukuran fundus lebih akurat. Kandung kemih yang terisi
akan menggeser uterus dan meningkatkan tinggi fundus.
Lokhea dapat dijadikan sebagai acuan kemajuan proses
penyembuhan endometrium. Lokhea memiliki warna yang
berbeda setiap harinya, lokhea rubra (berwarna merah gelap,
keluar dari hari kesatu sampai hari ketiga setelah persalinan,
jumlahnya sedang), lokhea serosa (berwarna merah muda,
muncul dihari ke empat sampai hari ke 10 setelah persalinan,
jumlahnya lebih sedikit dari lokhea rubra), lokhea alba
(berwarna putih kekuningan, muncul dari hari ke 10 sampai
minggu ketiga setelah persalinan, jumlahnya sangat sedikit).
Munculnya perdarahan merah segar setelah selesainya lokhea
rubra atau setelah selesainya lokhea serosa menandakan
terjadinya infeksi atau hemoragi yang lambat. Fundus, lokhea
dan kandung kemih dikaji tiap 15 menit sampai dengan empat
jam setelah persalinan, kemudian dikaji tiap 30 menit sampai
dengan 24 jam setelah persalinan.
4) Perineum
Pengkajian pada daerah perineum dimaksudkan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya hematoma, memar (ekimosis),
edema, kemerahan (eritema), dan nyeri tekan. Bila ada jahitan
luka, kaji keutuhan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi
(kemerahan, nyeri tekan dan bengkak). Perineum dikaji tiap
satu jam sampai dengan 24 jam setelah persalinan.
5) Payudara dan tungkai
Pengkajian payudara meliputi bentuk, ukuran, warna, dan
kesimetrisan serta palpasi konsistensi dan deteksi apakah ada
nyeri tekan guna persiapan menyusui. Hari pertama dan kedua
pasca melahirkan akan ditemukan sekresi kolostrum yang
banyak. Pengkajian pada tungkai dimaksudkan untuk
menetahui ada tidaknya tromboflebitis. Payudara dan tungkai
dikaji tiap satu jam sampai dengan 8 jam setelah persalinan,
kemudian dikaji tiap empat jam sampai dengan 24 jam setelah
persalinan.
6) Eliminasi
Pengkajian eliminasi meliputi pengkajian bising usus,
inspeksi dan palpasi adanya distensi abdomen. Ibu post partum
dianjurkan untuk berkemih sesegera mungkin untuk
menghindari distensi kandung kemih. Eliminasi dikaji setiap 9
jam, kaji juga defekasi setiap harinya
b. Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial ini difokuskan pada interaksi dan
adaptasi ibu, bayi baru lahir dan keluarga. Perawat melihat status
emosianal dan respon ibu terhadap pengalaman kelahiran,
interaksi dengan bayi baru lahir, menyusui bayi baru lahir,
penyesuaian terhadap peran baru, hubungan baru dalam
keluarga, dan peningkatan pemahaman dalam perawatan diri
(Reeder, Martin dan Koniak-Griffin, 2011)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016), yaitu:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan
suplai ASI, hambatan pada neonatus, anomali payudara ibu,
ketidakadekuatan refleks oksitosin, ketidakadekuatan refleks
menghisap bayi, payudara bengkak, riwayat operasi payudara,
kelahiran kembar, tidak rawat gabung, kurang terpapar informasi
tentang pentingnya menyusui dan/atau metode menyusui, kurang
dukungan keluarga, faktor budaya.

c. Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi


berhubungan dengan keterbatasan kognitif, gangguan fungsi
kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi,
kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat,
ketidaktahuan menemukan sumber informasi.

d. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif,


peningkatan paparan organisme patogen lingkungan, malnutrisi,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer, ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder.
3. Perencanaan dan intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan yang diberikan berkaitan dengan diagnosa
keperawatan yang muncul berdasarkan Nursing Interventions
Classification (2013), sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
Intervensi:
1) Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
2) Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan
atau memperberat nyeri
3) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan
4) Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat mencetuskan
atau meningkatkan nyeri

5) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri


6) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan
suplai ASI, hambatan pada neonatus, anomali payudara ibu,
ketidakadekuatan refleks oksitosin, ketidakadekuatan refleks
menghisap bayi, payudara bengkak, riwayat operasi payudara,
kelahiran kembar, tidak rawat gabung, kurang terpapar informasi
tentang pentingnya menyusui dan/atau metode menyusui,
kurang dukungan keluarga, faktor budaya
Intervensi :
1) Dorong ibu untuk menyusui, dengan tepat
2) Sediakan pendidikan menyusui yang cukup dan dukungan
3) Instruksikan orangtua mengenal tanda bayi merasa lapar
4) Instruksikan orangtua mengenai pentingnya memberikan
makan sebagai aktivitas yang memelihara, yang menyediakan
kesempatan untuk terjadinya kontak mata dan kedekatan
secara fisik
5) Dukung kedekatan secara fisik yang sering dan terus menerus
antara bayi dan orangtua

c. Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi


berhubungan dengan keterbatasan kognitif, gangguan fungsi
kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang terpapar informasi,
kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat,
ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
Intervensi :
1) Berikan informasi mengenai manfaat menyusui baik
fisiologis maupun psikologis
2) Tentukan keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui dan
juga persepsi mengenai menyusui
3) Berikan materi pendidikan sesuai kebutuhan
4) Bantu menjamin adanya kelekatan bayi ke dada dengan
cara yang tepat (misalnya memonitor posisi tubuh bayi
dengan cara yang tepat, bayi memegang dada ibu serta
adanya kompresi dan terdengar suara menelan)
5) Informasikan mengenai perbedaan antara hisapan yang
memberikan nutrisi dan yang tidak memberikan nutrisi
6) Instruksikan pada ibu untuk membiarkan bayi
menyelesaikan proses menyusui yang pertama sebelum
proses menyusui yang kedua
7) Instruksikan pada ibu mengenai bagaimana memutuskan
hisapan pada saat ibu menyusui bayi, jika diperlukan
8) Instruksikan ibu untuk melakukan perawatan puting susu
9) Diskusikan teknik untuk menghindari atau meminimalkan
pembesaran dan rasa tidak nyaman pada payudara
(misalnya sering memberikan air susu, pijat payudara,
kompres hangat dan mengeluarkan air susu)
10) Diskusikan kebutuhan untuk istirahat yang cukup, hidrasi
dan diet yang seimbang
11) Diskusikan strategi yang bertujuan untuk mengoptimalkan
suplai air susu
d. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif,
peningkatan paparan organisme patogen lingkungan, malnutrisi,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer, ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder.
Intevensi :
1) Bersihkan lingkkungan dengan baik setelah digunakan
untuk setiap pasien
2) Ganti perawatan per pasien sesuai protokol institusi
3) Batasi jumlah pengunjung
4) Ajarkan pasien teknik mencuci tangan dengan tepat
5) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat
memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
6) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang
sesuai
7) Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
pasien
8) Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat
universal
9) Pakai sarung tangan sebagaimana dianjurkan oleh
kebijakan pencehagan universal
10) Pakai pakaian ganti atau jubah saat menangani bahan-
bahan yang infeksius
11) Pakai sarung tangan steril dengan tepat
12) Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
13) Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
14) Dorong untuk beristirahat
15) Berikan terapi antibiotik yang sesuai
16) Anjurkan pasien untuk meminum antibiotik seperti yang
diresepkan
17) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala
infeksi

4. Evaluasi
Evaluasi kemajuan dan hasil akhir dari perawatan yang telah
dilakukan harus terus dilakukan sepanjang tahap keempat
persalinan. Perawat mengkaji pemulihan fisiologis kehamilan dan
persalinan, demikian pula perkembangan hubungan antara orang
tua dengan anak dalam keluarga yang baru. Penilaian secara klinis
pada faktor-faktor tertentu perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana ketercapaian hasil akhir dari perawatan yang telah dilakukan,
faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Tetap bebas dari infeksi.
b. Tetap merasa nyaman dan bebas dari cedera.
c. Memiliki pengetahuan yang adekuat tentang perawatan
payudara, baik pada ibu menyusui maupun ibu tidak menyusui.
d. Menunjukkan kepercayaan diri bahwa ia (keluarga) dapat
memberikan perawatan yang sangat diperlukan bayi baru lahir.
e. Melindungi kesehatan kehamilan berikutnya dan kesehatan anak-
anak.
Apabila dalam proses pengkajian ditemukan hasil akhir kurang
atau tidak sesuai dengan yang diharapkan maka, perlu dilakukan
pengkajian, perencanaan dan perawatan lebih lanjut untuk memberi
perawatan yang tepat kepada ibu primipara dan keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai