Anda di halaman 1dari 39

Profil

Kota Samarinda

2-1
2.1 WILAYAH ADMINISTRASI

K
OTA SAMARINDA merupakan ibukota Provinsi Kalimatan Timur dan
berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kertanegara. Luas wilayah
Kota Samarinda adalah 718,00 Km² dan terletak antara 117º03’00” Bujur
Timur dan 117º18’14” Bujur Timur serta diantara 00º19’02” Lintang Selatan dan
00º42’34” Lintang Selatan.

Akhir tahun 2010 Kota Samarinda dibagi menjadi 10 kecamatan yaitu, Kecamatan
Palaran, Samarinda Ilir, Samarinda Kota, Sambutan, Samarinda Seberang, Loa Janan Ilir,
Sungai Kunjang, Samarinda Ulu, Samarinda Utara dan Sungai Pinang. Sedangkan jumlah
kelurahan di Kota Samarinda sebanyak 53 desa. Pada awal 2015, sesuai Perda Nomor
000 Tahun 2014, jumlah kelurahan dimekarkan menjadi 59 kelurahan. Untuk lebih
jelasnya luas wilayah, jumlah kecamatan dan kelurahan di Kota Samarinda dapat dilihat
pada tabel 2.1, gambar 2.1, dan tabel 2.2. Adapun batas Administrasi Kota Samarinda,
yaitu:

 Sebelah Utara : Kec. Muara Badak (Kabupaten Kutai Kartanegara);


 Sebelah Timur : Kecamatan Anggana dan Sanga-Sanga (Kabupaten Kutai
Kartanegara);
 Sebelah Selatan : Kec Loa Janan (Kabupaten Kutai Kartanegara);
 Sebelah Barat : Kec. Muara Badak Tenggarong Seberang (Kabupaten Kutai
Kartanegara)

Tabel 2.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Samarinda, 2015

No Kecamatan Luas (km2) Persentase


(1) (2) (3) (4)
1 Palaran 221.29 30.82
2 Samarinda Ilir 17.18 2.39
3 Samarinda Kota 11.12 1.55
4 Sambutan 100.95 14.06
5 Samarinda Seberang 12.49 1.74
6 Loa Janan Ilir 26.13 3.64
7 Sungai Kunjang 43.04 5.99
8 Samarinda Ulu 22.12 3.08
9 Samarinda Utara 229.52 31.97
10 Sungai Pinang 34.16 4.76
Samarinda 718.00 100.00
Sumber: Kota Samarinda Dalam Angka Tahun 2016

2-2
Sumber: Kota Samarinda Dalam Angka tahun 2016
Gambar 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Samarinda (km2) Tahun 2015

Tabel 2.2
Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan
di Kota Samarinda, 2015

Rukun
No Kecamatan Kelurahan
Tetangga/RT
(1) (2) (3) (4)
1. Palaran 5 168
2. Samarinda Ilir 5 189
3. Sambutan 5 110
4. Samarinda Kota 5 148
5. Samarinda Seberang 6 114
6. Loa Janan Ilir 5 137
7. Sungai Kunjang 7 305
8. Samarinda Ulu 8 323
9. Sungai Pinang 5 248
10. Samarinda Utara 8 233
Samarinda 59 1975
Sumber: Kota Samarinda Dalam Angka tahun 2016

Untuk lebih jelasnya, wilayah administrasi Kota Samarinda dapat dilihat pada gambar
2.2 berikut.

2-3
2-4
2.2 POTENSI WILAYAH KOTA SAMARINDA
2.2.1 Pariwisata
Kota Samarinda memiliki beragam obyek dan daya tarik wisata, meliputi obyek:
A. Wisata Alam terdiri dari:
 Air Terjun Tanah Merah;
 Air Terjun Tagur Tinggi;
 Air Terjun Pampang;
 Air Terjun Pinang Seribu Sempaja;
 Goa Tujuh Lubang Barabai Sempaja;
 Waduk Jalatunda Desa Joyomulyo.
B. Wisata Sejarah yang meliputi:
 Makam Daeng Mangkona;
 Tugu Kuburan Tentara Jepang;
 Gudang Musium Tentara Belanda;
 Makam Keramat Sungai Kerbau.
C. Wisata Budaya, yang meliputi:
 Pampang (Suku Dayak Kenyah) Sei Siring;
 Benoa Baru (Suku Dayak Benoa) Desa Lempake.
D. Wisata Buatan, meliputi:
 Telaga Permai, Batu Besaung Kelurahan Sempaja;
 Pagar Alam Desa Lempake;
 Lembah Hijau Desa Lempake;
 Arena Pemancingan Desa Lempake;
 Telaga Biru Bekas Tmabang Batubara Desa Loa Buah;
 Kebun Raya Samarinda Desa Rimbawan;
 Masjid Raya Darussalam Kota Samarinda (sebagai Landmark Kota Samarinda).
E. Wisata Air, meliputi :
 Sungai Mahakam dan tepian Mahakam, dimana sungai tersebut dapat
dikembangkan berbagai atraksi wisata, demikian juga tepian sungainya.
Merupakan obyek dan daya tarik wisata yang menampilkan seluruh aktivitas
sosial budaya masayarakat Samarinda yang berada di tepian sungai, seperti
pemanfaatan sungai sebagai sarana transportasi dan untuk mendukung
kehidupan sosial sehari-hari.
2.2.2 Pertambangan

Bahan galian yang terdapat di Wilayah Kota Samarinda cukup berlimpah dan mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi. Sesuai kondisi geologi Kota Samarinda yang stratigrafinya

2-5
berupa endapan-endapan sedimenter, potensi bahan galian adalah yang berasosiasi
dengan batuan sedimen.

Bahan galian yang terdapat, baik masih berupa indikasi, sumbe daya ataupun cadangan
yang sudah dipastikan adalah:

 Golongan bahan galian yang strategis (golongan A);


 Golongan bahan galian yang vital (golongan B);
 Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a dan b (golongan C), meliputi :
batu gamping (batu gunung), batu pasir (batu padas), pasir kuarsa, lempung, sirtu
(kerikil/pasir) dan tanah urug (tanah permukaan dan batuan yang tak terkonsolidasi).
Penyebaran bahan–bahan galian tersebut cukup merata di Kota Samarinda, kecuali
minyak dan gas bumi yang terdapat pada daerah tertentu dan masih merupakan indikasi
secara geologi. Kualitas dan kuantitas beragam, berbeda satu lokasi dengan lainnya,
dipengaruhi oleh kondisi stratigrafi dan struktur geologi yang berkembang pada lokasi
tersebut.

Penentuan kuantitas bahan galian, dilakukan perhitungan mengacu pada Standar


Nasional Indonesia (SNI) Nomor 13-4726-1998 dari Badan Standarisasi Nasional (BSN)
yang mencakup sumber daya dan cadangan bahan galian, dengan pengertian sebagai
berikut:

 Sumber Daya Mineral (Mineral Resources) adalah endapan mineral/bahan galian yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata.
 Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk,
sebaran, kuantitas dan kualitasnya serta secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan
dan sosial, endapan mineral/bahan galian ini dapat ditambang pada saat
perhitungan dilakukan.

A. Minyak dan Gas

Perangkap minyak dan gas bumi terdapat dalam struktur perlipatan yang terarah relatif
utara–selatan, dan membentuk suatu antiklinorium ketat. Bertindak sebagai perangkap
(reservoir) minyak dan gas bumi adalah batupasir dalam formasi Pulai Balang,
Balikpapan dan Kampungmangu.

Indikasi keterdapatan minyak dan gas bumi di Wilayah Kota Samarinda, dengan
terdapatnya beberapa bekas sumur bor tua (peninggalan Belanda) di sekitar Tanah
Merah, Sungai Lantung hingga Karangmumus serta adanya rembesan minyak dan gas
bumi di beberapa tempat seperti Palaran, Samarinda Seberang hingga Sungai Lantung.

2-6
Kesemuanya terletak pada struktur perlipatan Antiklin Sungai Lantung dan Palaran.

Hingga saat ini belum didapatkan data pasti dan kuantitas, khusus untuk kajian dan
eksplorasi keberadaan minyak dan gas bumi di Wilayah Kota Samarinda. Kegiatan
Eksplorasi yang ada pada saat ini adalah pencarian minyak dan gas bumi oleh PT. Semco
di sepanjang Antiklin Sungai Lantung, dengan rencana titik pemboran di sekitar Sungai
Lantung hingga Sambutan.

B. Batubara

Bahan galian batubara merupakan salah satu kekayaan alam yang berpengaruh dalam
perekonomian nasional. Dapat dikatakan bahwa batubara merupakan primadona atau
bahan galian utama yang ada di Wilayah Kota Samarinda. Hingga saat ini terdapat 9
(sembilan) perusahaan dan 2 (dua) koperasi, yang telah mempunyai hak pengusahaan
bahan galian batubara dalam bentuk PKP2B, dan SIPUD dan wilayah pengusahaannya
termasuk dalam wilayah Kota Samarinda. Keseluruhan hak pengusahaan tersebut, dalam
berbagai status tahap kegiatan usaha pertambangan mulai dari penyelidikan umum,
eksplorasi, eksploitasi bahkan sudah ada yang rutin dalam tahap pengangkutan dan
penjualan.

Penyebaran Secara umum penyebaran endapan batubara di Wilayah Kota Samarinda


cukup merata pada seluruh wilayah, berarah N 345o E hingga N 30º E dan N 165o E hingga
N 210o E, kemiringan lapisan batubara antara < 10o hingga 80o, variasi ketebalan berkisar
dari > 0,50 meter hingga < 7,00 meter dan bersifat banyak lapisan (multi seam).

Jumlah lapisan batubara pada Formasi Puloau Balang terdapat kurang lebih 25 (dua
puluh lima) lapisan (seam) batubara, pada Formasi Balikpapan terdapat kurang lebih 35
(tiga puluh lima) lapisan (seam) batubara dan pada Formasi Kampungbaru terdapat
kurang lebih 15 (lima belas) lapisan (seam) batubara. (korelasi data eksplorasi PT. Bukit
Baiduri Enterprise, PT. Lanna Harita Indonesia, PT, Nusa Minera Utama, PT. Insani Bara
Perkasa, PT. Mahakam Sumber Daya, PT. Anegerah Bumi Etam, PT. Anataka Barakah
Cemerlang, Koptam Bara Sumber Makmur dan KUD Kopta).

Kenampakan batubara secara visual di lapangan menunjukkan adanya perbedaan sifat


fisik, yaitu:

 Batubara Formasi Pulau Balang : warna hitam, mengkilap (kilap kaca), pecahan
brittle (butiran), agak keras, belahan baik 3 arah, termasuk dalam klasifikasi sub –
bituminous hingga bituminous (klasifikasi USGS).

2-7
 Batubara Formasi Balikpapan: warna kecoklatan–hitam, agak kusam–mengkilap (kilap
kaca), pecahan kokoidal (pecah botol)–brittle (butiran), agak keras–keras, belahan 1–
3 arah, termasuk dalam kalsifikasi sub–bitominous (klasifikasi USGS). Secara
kumulatif potensi bahan galian batubara yang terdata dan termasuk Wilayah Kota
Samarinda untuk kategori sumber daya adalah sebesar 571.000.000 Ton dan kategori
cadangan adalah sebesar 165.290.000 Ton. Pengusahaan pertambangan batubara
yang telah berproduksi yaitu PT. Bukit Baiduri Enterprise dan PT. Lanna Harita
Indonesia. Keduanya adalah pengusahaan yang bersifat lintas Kabupaten Kutai
Kertanegara dan Kota Samarida.
 PT. Bukit Baiduri Enterprise dan telah berproduksi sejak Tahun 1989. Untuk tahun
2000, produksi batubara oleh PT. Bukit Baiduri Enterprise sejumlah 1.993.773.262
Ton dan penjualan sejumlah 1.888.263,782 Ton dengan tujuan pasar domestik dan
luar negeri. Keseluruhan produksi batubara pada tahun 2000 tersebut adalah dari
wilayah Kota Samarinda. Produksi tahun 2001 dan tahun 2002 ini, mencakup
penambangan batubara dari Wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara (+ 40%), dengan
tingkat produksi dan penjualan tidak jauh berbeda dengan tahun 2000.
 PT. Lanna Harita Indonesia, mulai berproduksi pada triwulan akhir tahun 2001. untuk
tahun 2002, direncanakan produksi batubara mencapai lebih dari 1 (satu) juta ton,
dengan tujuan pasar luar negeri dan domestik.

Keseluruhan produksi batubara adalah dari Wilayah Kota Samarinda.


Tabel 2.3
Statistik Pertambangan

Berdasarkan hasil lifting minyak bumi dan produksi batu bara yang terus mengalami
penurunan selama tiga tahun terakhir, hal ini menunjukkan bahwa sektor ini bukanlah
komoditi yang menjanjikan di masa depan, mengingat sumber daya tambang yang tidak
terbarukan dan areal tambang yang terbatas. Pada tahun 2013, produksi tambang
batubara di Kota Samarinda menurun setelah pada tahun sebelumnya juga menurun,
dari 16,36 juta metric ton pada tahun 2011, menjadi 13,8 juta metric ton di tahun 2012,
kemudian pada tahun 2013 menurun kembali menjadi 8,83 juta metric ton.

2-8
Sumber Peta: RTRW Kota Samarinda, 2014

Gambar 2.3 Peta Pertambangan

2-9
2.2.3 Kawasan Strategis Berdasarkan Kepentingan Ekonomi
Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang ditetapkan di Wilayah Kota
Samarinda, meliputi :

1. Kawasan ekonomi cepat tumbuh, terdiri dari:


- Kawasan Industri dan Pelabuhan Palaran;

Pengembangan Kawasan Pelabuhan dan Industri di Kecamatan Palaran,


merupakan upaya untuk menanggulangi perkembangan kebutuhan pelayanan
pelabuhan, dari Pelabuhan Umum Samarinda yang kondisinya sudah sangat
padat dan kekurangan lahan pengembangan, sehingga perlu lokasi untuk dapat
menampung kegiatan bongkar muat barang yang terus meningkat dari tahun ke
tahun, khususnya terminal peti kemas. Kendala lainnya, untuk mengembangkan
pelabuhan yang ada sekarang, yaitu Pelabuhan Samarinda, adalah adanya
pembangunan Jembatan Mahkota II, dengan ketinggian bebas hanya 25 meter
diatas HWS, yang menjadikan kendala untuk lalu-lintas kapal berukuran besar.

Pemerintah Kota Samarinda membuat kebijakan dengan menyediakan lahan


seluas ± 46 Ha di Kecamatan Palaran, untuk pembangunan kawasan industri dan
pelabuhan, yang diperkirakan dapat menampung pengadaan fasilitas terminal
peti kemas yang sudah mendesak kebutuhannya dan selain itu dapat
menampung pengembangan terminal barang umum/general cargo dan terminal
penumpang. Lokasi tersebut berada pada jarak ± 4 mil laut ke arah muara di
seberang sungai dari Pelabuhan Samarinda yang ada saat ini.

- Kawasan Perdagangan Citra Niaga di Kecamatan Samarinda Kota;

Kawasan Perdagangan Citra Niaga di Kelurahan Pelabuhan, Kecamatan


Samarinda Kota, diarahkan untuk pengembangan kegiatan sektor informal,
dalam lingkup kawasan CBD Kota Samarinda.

Kegiatan sektor informal yang diarahkan pengembangannya pada Kawasan Citra


Niaga, adalah kegitan ekonomi kerakyatan untuk mendukung potensi
perdagangan Cindera Mata Khas Kalimantan Timur, yang secara spasial berupa
sentra kegiatan perdagangan hasil kegiatan usaha industri kecil.

- Kawasan Perdagangan dan Jasa skala kota


A. Kawasan Kota Mandiri Samarinda Seberang

Pengembangan Kecamatan Samarinda Seberang sebagai kota mandiri

2-10
merupakan suatu kebutuhan dalam mengantisipasi perkembangan Kota
Samarinda di masa depan. Hal ini didukung oleh political-will Pemerintah
Kota Samarinda, dengan ditetapkannya Kecamatan Samarinda Seberang
sebagai kota mandiri sebagaimana tertuang di dalam kebijakan Rencana
Tata Ruang Kota Samarinda.

Kota mandiri dalam konteks kebijakan rencana tata ruang Kota Samarinda
diartikan sebagai upaya pengembangan suatu kawasan perkotaan yang baru
menjadi suatu pusat pertumbuhan baru yang mandiri dengan fasilitas
perkotaan yang lengkap. Hal ini berarti konsep kota mandiri yang dimaksud
adalah mandiri secara sosial.

Kecamatan Samarinda Seberang diarahkan pengembangannya untuk mampu


memenuhi sebagian besar kebutuhan hidup masyarakatnya melalui
kelengkapan fasilitas perkotaannya. Dengan fasilitas yang lengkap, maka
ketergantungan wilayah Kecamatan Samarinda Seberang terhadap pusat
kota atau wilayah-wilayah lainnya dapat diminimalisir. Pengembangan kota
mandiri tersebut diarahkan sedemikian rupa agar terjadi suatu pola
pengembangan dan pembangunan wilayah Kota Samarinda secara merata
dan sistematis.

Pengembangan wilayah kota mandiri tersebut tetap di dalam konteks


sistem perkotaan Kota Samarinda dan sinergis dengan perkembangan
pembangunan fisik yang ada saat ini.

Berdasarkan seluruh hasil kajian yang telah dilakukan, baik ditinjau


berdasarkan analisis kebijakan pemerintah, analisis kondisi eksisting
maupun analisis pengembangan kota mandiri dapat disimpulkan bahwa
KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG LAYAK DIKEMBANGKAN SEBAGAI KOTA
MANDIRI.

B. Kawasan Perdagangan dan Jasa di Lokasi Bekas Bandara Temindung

Rencana pengembangan kota dari bekas Bandara Temindung sebagai salah


satu upaya untuk memanfaatkan bekas bandara seiring perpindahan
bandara ke Sei Siring. Konsep pengembangan secara mandiri artinya
pengembangan kawasan tersebut sebagai tempat tinggal, tempat bekerja,
tempat belanja, rekreasi, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan dan

2-11
pelayanan sosial. Konsep ini meminimalkan pergerakan ke wilayah lain
karena diusahakan semua kebutuhan telah disediakan, sehingga dalam
jangka panjang mampu mengurangi permasalahan transportasi di Kota
Samarinda.

Fasilitas yang dapat dikembangkan di kawasan kota baru bekas Bandara


Temindung adalah: Central bussiness district (CBD), yang didalamnya
terdapat:

 Pusat perbelanjaan dan perkantoran;


 Hotel;
 Apartemen;
 Perumahan;
 Rekreasi.
- Kawasan Tepian Sungai Mahakam (Kawasan River Front City).

Konsep pengembangan Kawasan Tepian Sungai Mahakam, diarahkan sebagai


kawasan Riverfront City. Riverfront City atau Waterfront Development juga
dapat diartikan suatu proses dari hasil pembangunan yang memiliki kontak
visual dan fisik dengan air dan bagian dari upaya pengembangan wilayah
perkotaan yang secara fisik alamnya berada dekat dengan air dimana bentuk
pengembangan pembangunan wajah kota yang terjadi berorientasi ke arah
perairan.

Kawasan tepi air merupakan lahan atau area yang terletak berbatasan dengan
air seperti kota yang menghadap ke laut, sungai, danau atau sejenisnya. Bila
dihubungkan dengan pembangunan kota, kawasan tepi air adalah area yang
dibatasi oleh air dari komunitasnya yang dalam pengembangannya mampu
memasukkan nilai manusia, yaitu kebutuhan akan ruang publik dan nilai alami.

Berikut alur pikir perumusan prinsip perancangan kawasan tepi air (waterfront
city).

Penerapan konsep pembangunan riverfront city terhadap kawasan tepian


Sungai Mahakam, merupakan upaya untuk dapat mengurangi beberapa
permasalahan seperti: pencemaran, kesemerawutan lingkungan, dan sampah.

Kekumuhan lingkungan tersebut juga dapat menimbulkan masalah kriminalitas

2-12
didaerah tersebut.

Potensi saat ini yang dapat dikembangan pada kawasan tepian Sungai Mahakam,
diantaranya, adalah:

 Pengembangan Kawasan Kota Lama, sebagai bagian dari sejarah


perkembangan Kota Samarinda;
 Sektor Wisata, dan budaya;
 Perdagangan dan Jasa;
 Jasa transportasi;
 Pusat Bisnis;
 Perumahan;
 Hankam.
Sesuai dengan konsep fungsi pembangunan kawasan waterfront city, tujuan lain
dari penerapan pembangunan riverfront city Mahakam, adalah untuk
menjadikan kawasan Tepian Mahakam sebagai daya tarik investasi kegiatan
bisnis (ekonomi dan wisata), pelayanan umum, dan sosial. Sebagai ilustrasi dari
pencapaian tujuan tersebut, dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Peta Orientasi Kawasan Tepian Sungai Mahakam Kota Samarinda

2-13
2. Kawasan Bandara Samarinda Baru dan Aerocity Sungai Siring.

Pembangunan Bandara Samarinda Baru ini terletak tidak jauh dari jalan lintas
Samarinda - Bontang tepat di sekitar batas Desa Tanah Datar Kecamatan Muara
Badak Kabupaten Kutai Kertanegara. Sungai Siring Kecamatan Samarinda Utara
dipilih karena berdasarkan hasil studi kelayakan teknis Dirjen Perhubungan Udara
Kementerian Perhubungan, kawasan ini merupakan potensi yang sangat potensial
untuk pengembangan satu Bandara baru di Samarinda. Studi yang dilakukan,
meliputi stabilitas (tingkat kemudahan: jarak tempuh/waktu), kemiringan
lahan/obstacle, penggunaan lahan dan status lahan, relokasi penduduk dan tingkat
luasan lahan. Awalnya ada 4 alternatif lokasi yang ditawarkan yakni disekitar
Kelurahan Bayur, Makroman, Palaran dan Karang Mumus (Sungai Siring), dan
akhirnya Sungai Siring yang dinilai sangat layak, dari ke 4 lokasi tersebut, Sungai
Siring memiliki faktor kelebihan dan memenuhi persyaratan teknis keselamatan
penerbangan.

Pembangunan BSB akan menempati lahan seluas 300 ha, direncanakan dapat selesai
sekitar tahun 2015. Akses menuju Bandara internasional Samarinda Baru, dari dan
menuju kawasan pusat Kota Samarinda, dapat ditempuh melalui ruas Jalan PM Noor
– Jl. DI. Panjaitan – Jl Poros Samarinda – Bontang, atau dari Jl. Jend. Ahmadyani
dan Jl. Sentosa – Jl. DI. Panjaitan – Jl Poros Samarinda – Bontang.

Bandara Samarinda Baru dibangun untuk menggantikan Bandara Temindung yang


letaknya berada di tengah Kota Samarinda jauh dari kata layak untuk sebuah
keselamatan penerbangan. Bandara Samarinda Baru merupakan bandara yang
sangat ditunggu tunggu oleh warga Kaltim khusunya Samarinda, karena apabila
bandara ini rampung maka akan meng-cover warga daerah satelitnya Samarinda
diantaranya Kota bontang, Kab. Kutai Timur, Kab. Kutai Kertanegara dan Kab. Kutai
Barat karena letaknya yang sangat strategis membuat bandara ini nantinya
diprediksi sangat ramai dalam hal estimasi waktu ketimbang untuk menuju bandara
yang telah lama eksis di Kaltim yaitu Sepinggan Balikpapan dan kini
pembangunannya sudah mencapai 70 % untuk sisi darat. Bandara Samarinda Baru
nantinya memiliki landasan pacu dengan panjang 2500 meter dan lebar 60 meter,
dengan ini Bandara Samarinda Baru dapat digunakan pesawat berbadan lebar.

2-14
3. Kawasan Strategis Berdasarkan Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Hidup

Kawasan strategis dari sudut kepentingan daya dukung lingkungan hidup yang
ditetapakan di Wilayah Kota Samarinda, meliputi: kawasan kumuh, kawasan rawan
banjir dan tanah longsor, serta kawasan wisata alam.

4. Kawasan Kumuh di Sepanjang Tepian Sungai Kota Samarinda

Kawasan pemukiman kumuh yang ditetapkan di Wilayah Kota Samarinda, meliputi


kawasan pemukiman kumuh sebagai berikut:

 Kawasan tepi Mahakam di Loa Janan Ilir, Sungai Keledang, Loa Buah, Karang
Asam;
 Kawasan Bantaran Sungai Karang Mumus di Karang Mumus, Selili, Sidomulyo,
Sungai Dama, Sidodamai;
 Kawasan di Sungai Pinang Luar, Sungai Pinang Dalam dan Sidodadi;

2.3 DEMOGRAFI DAN URBANISASI


2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan

Penduduk Kota Samarinda dari tahun ke tahun mencatat kenaikan yang cukup berarti.
Pada tahun 2014, jumlah penduduk Kota Samarinda sebanyak 830.676 jiwa, sebagian
besar berada di Kecamatan Samarinda Ulu sebanyak 138.836 jiwa atau 16,71% dari total
penduduk Kota Samarinda.

Tingkat kepadatan penduduk di Kota Samarinda pada tahun 2014 adalah 1.157 jiwa/km².
Kepadatan penduduk pada setiap kecamatan menggambarkan pola persebaran penduduk
secara keseluruhan. Berdasarkan pola persebaran dan luas wilayahnya, terlihat belum
merata, sehingga terlihat adanya perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok antar
kecamatan.

Dari sepuluh kecamatan yang ada terlihat bahwa Kecamatan Samarinda Ulu memiliki
kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 6.276 jiwa/km2 diikuti oleh Kecamatan Samarinda
Seberang dengan kepadatan 5.260 jiwa/km2. Sedangkan untuk Kecamatan Samarinda
Utara dan Palaran yang mempunyai wilayah lebih luas, kepadatan penduduk hanya 475
jiwa/km2 dan 253 jiwa/km2. Jumlah penduduk di Kota Samarinda dapat dilihat pada
tabel berikut.

2-15
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota
Samarinda, 2010, 2014, dan 2015

Laju Pertumbuhan
Jumlah Penduduk (ribu) Penduduk per Tahun
No Kecamatan (%)
2010 2014 2015 2010-2015 2014-2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Palaran 49,079 53,767 54,819 11.695 1.957
2 Samarinda Ilir 66,261 72,591 74,012 11.698 1.958
3 Samarinda Kota 33,052 36,210 36,919 11.700 1.958
4 Sambutan 43,651 47,822 48,756 11.695 1.953
5 Samarinda Seberang 57,532 63,029 64,262 11.698 1.956
6 Loa Janan Ilir 56,651 62,064 63,280 11.701 1.959
7 Sungai Kunjang 114,044 124,942 127,384 11.697 1.955
8 Samarinda Ulu 121,591 133,208 135,814 11.697 1.956
9 Samarinda Utara 90,202 98,817 100,750 11.694 1.956
10 Sungai Pinang 95,437 104,556 106,601 11.698 1.956
Samarinda 727,500 797,006 812,597 11.697 1.956
Sumber: Samarinda Dalam Angka Tahun 2016

Tabel 2.5
Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kota Samarinda Tahun 2015

Persentase
No Kecamatan Kepadatan Penduduk per km2
Penduduk
(1) (2) (3) (4)
1 Palaran 6.75 248
2 Samarinda Ilir 9.11 4308
3 Samarinda Kota 4.54 3320
4 Sambutan 6.00 483
5 Samarinda Seberang 7.91 5145
6 Loa Janan Ilir 7.79 2422
7 Sungai Kunjang 15.68 2960
8 Samarinda Ulu 16.71 6140
9 Samarinda Utara 12.40 439
10 Sungai Pinang 13.12 3121
Samarinda 100.00 1 132
Sumber: Samarinda Dalam Angka Tahun 2016

2.3.2 Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk

Jumlah penduduk miskin di Kota Samarinda tahun 2014 adalah sebanyak 36650 jiwa atau
sekitar 4.56% dari jumlah penduduk di Kota Samarinda. Untuk lebih jelasnya dapat

2-16
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6
Penduduk Miskin di Kota Samarinda, 2010-2015

Penduduk Miskin
Tahun
Jumlah Persentase
(1) (3) (4)
2010 38 000 5.21
2011 32 900 4.31
2012 32 800 4.19
2013 36 600 4.63
2014 36 650 4.56
2015
Sumber: Samarinda Dalam Angka Tahun 2016

2.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk 5 Tahun Kedepan

Penduduk Kota Samarinda dari tahun ke tahun mencatat kenaikan yang cukup berarti.
Pada tahun 2013, jumlah penduduk Kota Samarinda sebanyak 805.688 jiwa, sebagian
besar berada di Kecamatan Samarinda Ulu sebanyak 134.659 jiwa atau 16,71% dari total
penduduk Kota Samarinda. Tingkat kepadatan penduduk di Kota Samarinda pada tahun
2013 adalah 1.122 jiwa/km². Kepadatan penduduk pada setiap kecamatan
menggambarkan pola persebaran penduduk secara keseluruhan. Berdasarkan pola
persebaran dan luas wilayahnya, terlihat belum merata, sehingga terlihat adanya
perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok antar kecamatan.

Dari sepuluh kecamatan yang ada terlihat bahwa Kecamatan Samarinda Ulu memiliki
kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 6.088 jiwa/km2 diikuti oleh Kecamatan Samarinda
Seberang dengan kepadatan 5.101 jiwa/km2. Sedangkan untuk Kecamatan Samarinda
Utara dan Palaran yang mempunyai wilayah lebih luas, kepadatan penduduk hanya 435
jiwa/km2 dan 246 jiwa/km2. Ditinjau dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin
menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kota Samarinda masih lebih banyak
dibanding perempuan. Ini terlihat dari rasio jenis kelamin yang lebih besar dari 100,
yaitu sebesar 107,27.

2-17
Tabel 2.7
Proyeksi Kependudukan di Kota Samarinda 2015-2019
Penduduk Kepadatan Rumah- Proyeksi Penduduk
Luas Tahun Tahun tangga (RT)
No Kecamatan Wilayah 2013 2013 Tahun
(Km2) (jiwa) (Jiwa/ 2013 2015 2016 2017 2018 2019
Km2) (RT)
1 Palaran 221,29 54 353 246 15 027 54 353 54 353 54 353 54 353 54 353
2 Samarinda Ilir 17,18 73 383 4 271 12 497 73 383 73 383 73 383 73 383 73 383
3 Samarinda Kota 11,12 36 604 3 292 16 616 36 604 36 604 36 604 36 604 36 604
4 Sambutan 100,95 48 342 479 9 022 48 342 48 342 48 342 48 342 48 342
5 Samarinda Seberang 12,49 63 715 5 101 14 284 63 715 63 715 63 715 63 715 63 715
6 Loa Janan Ilir 26,13 62 740 2 401 17 103 62 740 62 740 62 740 62 740 62 740
7 Sungai Kunjang 43,04 126 302 2 935 33 885 126 302 126 302 126 302 126 302 126 302
8 Samarinda Ulu 22,12 134 659 6 088 31 585 134 659 134 659 134 659 134 659 134 659
9 Sungai Pinang 34,16 105 695 3 094 25 784 105 695 105 695 105 695 105 695 105 695
10 Samarinda Utara 229,52 99 894 435 30 593 99 894 99 894 99 894 99 894 99 894
Sumber : Hasil Analisa, 2015

2.3.4 Jumlah Penduduk Perkotaan dan Proyeksi Urbanisasi

Kawasan perkotaan di Kota Samarinda antara lain Kecamatan Palaran, Kecamatan


Samarinda Seberang, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kecamatan Sambutan, Kecamatan
Samarinda Ulu, Kecamatan Sungai Kunjang, dan Kecamatan Sungai Pinang. Jumlah
penduduk Perkotaan di Kota Samarinda antara lain Kecamatan Palaran sebanyak 54.353
jiwa, Kecamatan Samarinda Seberang sebanyak 63.715 jiwa, Kecamatan Loa Janan Ilir
sebanyak 62.740 jiwa, Kecamatan Sambutan sebanyak 48.342 jiwa, Kecamatan
Samarinda Ulu sebanyak 134.659 jiwa, Kecamatan Sungai Kunjang sebanyak 126.302
jiwa, dan Kecamatan Sungai Pinang 105.695 jiwa.

2.4 ISU STRATEGIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN


2.4.1 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
A. Data Perkembangan PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha pada suatu daerah
dalam satu tahun. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang
dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tersebut, sedangkan PDRB atas
dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar (tahun 2000). PDRB atas dasar
harga berlaku terutama digunakan untuk melihat pergeseran stuktur ekonomi,
sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun. Struktur ekonomi Kota Samarinda di tahun 2013 baik

2-18
dengan migas maupun tanpa migas tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya,
hanya mengalami fluktuasi yang sangat kecil. Pada Tahun 2013 kegiatan perekonomian
di Kota Samarinda tetap bertumbuh. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi di Kota
Samarinda sebesar 5,59 %, angka pertumbuhan ini tidak berbeda dengan tahun
sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi rata-rata Kota Samarinda selama periode tahun
2002-2013 mencapai 7,13 % per tahun, diharapkan pertumbuhan ekonomi mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kota Samarinda.

Gambar 2.5 Distribusi Persentase PDRB Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (%)

Gambar 2.6 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (juta Rp)

2-19
Tabel 2.8
Produk Domestik Regional Bruto Atas dasar Harga Berlaku
Kota Samarinda (Juta Rupiah), 2011-2013

Distribusi Presentasi Produk Domestik regional Bruto Kota Samarinda dari tahun ke
tahun sebagian lapangan usaha mengalami mengalami penurunan dan usaha lainnya
mengalami peningkatan. Peningkatan distribusi presentasi Produk Domestik Regional
Bruto pada tahun 2013 terdapat di lapangan usaha perdagangan, restoran dan hotel
yaitu sebesar 38,32 % sedangkan distribusi Produk Domestik Regional Bruto pada tahun
2011 terendahi terdapat di lapangan usaha pertanian yaitu sebesar 1,55 %.

Tabel 2.9
Distribusi Presentasi Produk Domestik Regional Bruto
Atas Dasar Harga Berlaku (%) Tahun 2011-2013

Selain itu PDRB atas dasar harga konstan 2000 juga mengalami peningkatan mulai dari
tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2011 PDRB atas dasar harga konstan

2-20
dengan migas sebesar 13.547.935,43 mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar
14.801.018,09. Selain itu pada tahun 2011 PDRB atas dasar harga konstan tanpa migas
sebesar 13.511.502,10 mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar 14.773.901,47.

Tabel 2.10
Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rp) 2011-2013

B. Potensi Ekonomi
 Sarana Perekonomian
Sarana perekonomian yang ada di Kota Samarinda antara lain:
- Hotel
Berbagai jenis hotel yang ada di Kota Samarinda dari yang berbintang dua
sampai dengan yang berbintang lima. Jumlah Hotel yang ada di Samarinda
berjumlah 6 buah hotel.
- Pusat Pertokoan yang ada di Kota Samarinda antara lain:
 Citra Niaga yang merupakan taman hiburan rakyat pertama yang berdiri di
kota Samarinda, Citra Niaga memenangkan Aga Khan Award karena
desainnya yang seperti jaring laba-laba, membuat setiap sisinya tidak ada
yang mengalami zona mati.
 Mahakam Square
 Pasar
Berbagai pasar tradisional juga masih ada yang bertahan di kota Samarinda
hingga saat ini, diantaranya adalah:
 Pasar Pagi, merupakan pasar tertua di Kota Samarinda. Pasar ini awalnya
dibangun di pinggir sungai Mahakam. Namun seiring dengan

2-21
perkembangan kota, maka pasar dipindahkan agak menjauh dari tepi
sungai karena tepi sungai dibuat jalan.
 Pasar Segiri, merupakan pasar terbesar/pasar induk di kota Samarinda.
Pasar Segiri mengalami kebakaran pada tahun 2009 dan sudah dibangun
kembali dengan konsep pasar tradisional yang modern.
 Pasar Rahmat, terletak di Jl. Lambung Mangkurat, Pelita.
 Pasar Kedondong, terletak di Jl. Ulin, Karang Asam Ilir.
 Pasar Kemuning, terletak di Loa Bakung.
 Pasar Sei Dama, terletak di Jl. Otto Iskandardinata.
 Pasar Harapan Baru, terletak di Jl. Kurnia Makmur, Harapan Baru. Pasar
ini pernah terbakar hebat pada tahun 2003 sehingga seluruh pasar dan
sebagian rumah warga hangus. Pasar ini kembali dibangun beberapa bulan
kemudian dan Jl. Kurnia Makmur dibuat menjadi dua jalur untuk
mencegah kebakaran lagi yang meluas karena sebelumnya Jl. Kurnia
Makmur terbilang sempit sehingga api yang berada di pasar sebelah kiri
pasar dapat menyambar ke bagian pasar sebelah kanan.
 Palaran Trade Centre (PTC), pasar dengan konsep modern pertama di
Samarinda. Pasar ini diresmikan pada tanggal 15 Mei 2010
- Bank
Ada beberapa jumlah bank yang ada di Kota Samarinda, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.11
Jumlah Bank di Kota Samarinda Tahun 2015

2-22
 Mata Pencaharian Penduduk
1. Perkebunan
Pada tahun 2013, kelapa sawit merupakan tanaman dengan produksi terbanyak,
tanaman ini juga terus mengalami peningkatan mulai dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2013. Produksi tahun 2013 meningkat hingga 122 %. Produksi tanaman ini
mencapai 2.911 ton pada tahun 2013 ini.

Tabel 2.12
Jumlah Kepala Keluarga yang Berusaha di Sektor Perkebunan
Kota samarinda Tahun 2009-2013

2. Perikanan
Perikanan merupakan sektor unggulan dalam hal pemenuhan protein bagi masyarakat.
Tidak terkecuali bagi masyarakat Kota Samarinda. Sektor perikanan laut dan perikanan
darat di Kota Samarinda memiliki potensi dan prospek yang cukup menjanjikan.
Perikanan darat mengalami kecenderungan yang terus meningkat.

Gambar 2.7 Grafik Produksi Perikanan Kota Samarinda Tahun 2011-2013

2-23
Pada tahun 2013, produksi perikanan darat mencapai 5.441 ton. Berbeda halnya dengan
perikanan laut yang justru terus turun produksinya dari 8.267 ton pada tahun 2011,
tahun 2012 produksinya 8.168 ton dan tahun 2013 menjadi 7.779 ton.

Tujuan pembangunan sektor perikanan berdasarkan pada pendekatan terpadu,


pemanfaatan optimal, keunggulan yang dikembangkan dalam wawasan bisnis dan
industri (industri perikanan). Terbatasnya sarana dan prasarana dalam bidang perikanan
antara lain tempat pelelangan ikan, pelabuhan dan Cold Storage.

Tabel 2.13
Banyaknya Petani yang Berusaha di Sektor Perikanan

3. Industri
Keadaan industri Kota Samarinda pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibanding
tahun sebelumnya. Jumlah industri hasil hutan, kimia, pulp dan kertas sebanyak 501
buah, dengan tenaga kerja sebanyak 4.276 dan investasi mencapai 112,89 milyar rupiah.
Banyaknya industri logam, mesin perekayasaan dan elektronika ada 472.

2-24
Tabel 2.14
Keadaan Industri di Kota Samarinda Tahun 2013

2.4.2 Data Pendapatan Perkapita dan Proporsi Penduduk Miskin

PDRB ini dikurangi penyusutan dan PDRB netto kemudian dibagi dengan jumlah
penduduk per tengah tahunan, maka akan menggambarkan tingkat pendapatan per
kapita penduduk. Untuk Kota Samarinda gambaran pendapatan per kapita penduduk
adalah sebagai berikut :

Tabel 2.15
Agregat Pendapatan Regional dan Pendapatan Perkapita
Kota Samarinda Tahun 2011-2013 Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000 (X Rp. 1000.000)

2-25
Tabel 2.16
Agregat Pendapatan Regional dan Pendapatan Perkapita
Kota Samarinda Tahun 2011-2013 Atas Dasar Harga Berlaku
(XRp. 1000.000)

2.4.3 Data Kondisi Lingkungan Strategis


A. Kondisi Topografi
Berdasarkan topografinya , maka wilayah Kota Samarinda berada di ketinggian antara 0
- 200 dpl dan hampir 24,17 % berada di ketinggian 0 - 7 dpl, umumnya terletak di dekat
Sungai Mahakam sekitar 41,10% berada dalam ketinggian 7 – 25 dpl dan 32,48 % berada
di ketinggian 25 - 100 dpl. Jika mengacu pada gambar di atas, orientasi pengembangan
wilayah berada pada kemiringan lereng < 15 % dan kemiringan lereng 15 – 40 %.

Tabel 2.17
Kondisi Ketinggian Tanah di Kota Samarinda

2-26
Tabel 2.18
Kemiringan Lereng di Kota Samarinda

Gambar 2.8 Kriteria Pemanfaatan Lahan


(The Urban and Ruler Regional Planning Field)

2-27
Sumber: RTRW Kota Samarinda, 2014

Gambar 2.9 Peta Kelerengan Kota Samarinda

2-28
B. Kondisi Geologi

Struktur geologi di wilayah Kota Samarinda diketahui berdasarkan hasil survey dan atau
pemetaan geologi yang dimuat dalam buku "Geology of Indonesia, Volume IA". Oleh R.W.
Van Bemmelen, 1949, pada umumnya berumur Praktertier hingga Kwarter. Beberapa
formasi geologi yang terdapat di wilayah Kota Samarinda diantaranya adalah:

 Kampung Baru Beds;


 Balikpapan Beds;
 Pulau Balang Beds;
 Pemaluan Beds;
Beberapa Wilayah geologi telah mengalami perubahan yang ditandai dengan adanya
patahan. Formasi ini terdiri dari Grewake, batu pasir kwarsa, batu gamping, batu
lempeng dan tufa dasitik dengan sisipan batu bara. Untuk lebih jelas mengenai data
geologi Kota Samarinda dapat dilihat pada tabel 2.19, gambar 2.10 di bawah ini.

Tabel 2.19
Luas Masing-masing Formasi Geologi Kota Samarinda

C. Kondisi Hidrologi dan Klimatologi


Berdasarkan kondisi hidrologinya Kota Samarinda dipengaruhi oleh sekitar 20 Daerah
Aliran Sungai (DAS). Sungai Mahakam adalah sungai utama yang membelah Kota
Samarinda dengan lebar antara 300-500 meter, sungai – sungai lainnya adalah anak-anak
sungai yang bermuara di Sungai Mahakam yang meliputi:
 Sungai Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60 Km;
 Sungai Palaran dengan luas DAS 67,68 Km;
 Anak sungai lainnya antara lain , Sungai Loa Bakung, Lao Bahu, Bayur, Betepung,
Muang, Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti,
Loa Hui, Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya,
Banyiur, dan Sungai Bantuas.
Pemanfaatan air sungai yang terbesar di Kota Samarinda adalah untuk bahan baku air
minum dan mengairi lahan pertanian serta perikanan dan sebagian besar penduduk Kota
Samarinda menggunakan air sungai untuk kegiatan MCK.

2-29
Sumber: RTRW Kota Samarinda, 2014
Gambar 2.10 Peta Geologi Kota Samarinda

2-30
Tabel 2.20
Inventarisasi Sungai di Kota Samarinda Tahun 2009

Iklim merupakan suatu kumpulan dari kondisi atmosfir yang meliputi panas, kelembaban
dan gerakan udara. Kota Samarinda yang beriklim tropis mempunyai musim yang hampir
sama dengan wilayah Indonesia pada umumnya, yaitu adanya musim kemarau dan
musim penghujan. Selain itu, karena letaknya di daerah khatulistiwa maka iklim di Kota
Samarinda juga dipengaruhi oleh angin Muson, yaitu angin Muson Barat November-April

2-31
dan angin Muson Timur Mei-Oktober. Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan
musim kadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam
kenyataannya tidak ada hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan-bulan yang
seharusnya musim kemarau bahkan terjadi hujan dengan musim yang jauh lebih panjang.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Stasiun Meteorologi Kota Samarinda pada


tahun 2013, Samarinda mengalami iklim panas dengan suhu udara rata-rata 27,40C.
Suhu udara terendah 23,90C terjadi pada bulan Januari dan tertinggi 32,70C pada bulan
Januari. Kota Samarinda mempunyai kelembaban udara dan curah hujan yang relatif
tinggi. Pada tahun 2013 kelembaban udara berkisar antara 82% sampai dengan 84%.
Sedangkan rata-rata curah hujan mencapai 237,8 mm, dengan curah hujan tertinggi
363,1 mm pada bulan November dan terendah 90,2 mm pada bulan Agustus. Persentase
penyinaran matahari di Kota Samarinda rata-rata 42%, dan jumlah hari hujan rata-rata
tahun 2013 adalah 22 HH.

Tabel 2.21
Kondisi Kelembagaan dan Suhu Udara di Kota Samarinda

2-32
Tabel 2.22
Rata-rata Curah Hujan, Penyinaran Matahari dan Hari Hujan
Kota Samarinda Tahun 2013

Sumber Data: Kota Samarinda Dalam Angka, 2014

2.4.4 Data Risiko Bencana Alam

Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi terjadi
bencana alam. Kawasan rawan bencana yang ditetapkan sebagai bagian dari kawasan
lindung di Wilayah Kota Samarinda, adalah kawasan yang memiliki potensi dan sering
terjadi banjir dan tanah longsor. Kawasan rawan banjir dan tanah longsor yang
dimaksud adalah:

a. Kawasan rawan banjir, meliputi: Kelurahan Sempaja, Kelurahan Lempake,


Kelurahan Temindung Permai, Kelurahan Loa Bahu, Kelurahan Sungai Siring,
Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Kelurahan Sungai Kapih, Kelurahan Pulau Atas,
Kelurahan Sindang Sari, Kelurahan Loa Janan Ilir, Kelurahan Simpang Pasir,
Kelurahan Rawa Makmur, Kelurahan Bukuan, Kelurahan Bentuas, Kelurahan Karang
Asam, dan Kelurahan Gunung Kelua.
b. Kawasan rawan longsor, meliputi: Kelurahan Selili di Kecamatan Sungai Pinang, dan
Kelurahan Sidodadi di Kecamatan Samarinda Ulu.

2-33
2.4.5 Isu-isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur
A. Air Limbah

Pengelolaan limbah cair di Kota Samarinda saat ini masih jauh dari memadai dan
sepenuhnya ditangani oleh DKP Kota Samarinda. Permasalahan utama dalam
pengelolaan air limbah di Kota Samarinda yang ada saat ini adalah karena:

1) Masih minimnya sarana sanitasi individual dikawasan pinggiran Sungai Mahakam,


Sungai Karang Mumus dan sungai-sungai lain nya,
2) Belum adanya IPAL terpusat untuk melayani seluruh wilayah Kota Samarinda,
3) IPLT baru saat ini sudah dibangun di TPA Bukit Pinang, tapi belum operasi.
4) Kinerja IPAL Jelawat belum optimal cakupannya hanya 285 SR.
5) Minimnya sarana pengangkut lumpur tinja, dan
6) Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang “lingkungan sehat”, terutama
masyarakat yang hidup di sekitar sungai.

Produksi air limbah sebesar 80% dari kebutuhan konsumsi air bersih. Masyarakat masih
menggunakan metode sanitasi kurang sehat, dari MCK banyak yang langsung dibuang ke
sungai. Kebiasaan ini jelas tidak sesuai dengan prinsip-prinsip sanitasi yang baik.
Cakupan pelayanan Air limbah on-site di Kota Samarinda saat ini hanya di lakukan di
IPLT TPA Bukit Pinang yang lama dengan rata pengolahan lumpur tinja hanya 14 m3/hari.

Fasilitas pengolahan air limbah terpusat di Kota Samarinda perlu ada peningkatan
kinerja IPAL Jelawat. Saat ini jumlah rumah tangga yang terhubung dengan Sistem
Penyaluran Air Limbah (SPAL) sebanyak 285 SR pada IPAL Jelawat. Berbagai macam
kendala atau masalah terkait dengan adanya IPAL Jelawat yaitu instalasi RBC-nya yang
kurang terawat.

Sungai Karang Mumus merupakan sumber daya alam yang berperan besar dalam
kehidupan masyarakat sejak dulu hingga sekarang sebagai sumber pengendali banjir,
jalur transportasi dan lain-lain. Namun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk,
pesatnya perkembangan kota dan aktivitas manusianya maka terjadilah pencemaran
yang cukup parah di sungai Karang Mumus. Secara fisik warna air sungai sudah coklat
kehitaman, berbau serta terjadinya pendangkalan dan penyempitan badan sungai
sehingga daya tamping dan alirannya terganggu.

2-34
B. Sampah

Produksi sampah Kota Samarinda mencapai 1.900 m3/hari atau sekitar 549.430,85
m3/tahun. Kemampuan pengangkutan 438.730 m3/tahun atau ±1500 m3/hari, sehingga
sampah yang tidak terangkut 110.700,85 m3/tahun atau ±400 m3/hari.

Kota Samarinda memiliki beberapa TPA, yaitu di :

1) Kelurahan Bukit Pinang, Kecamatan Samarinda Ulu luas 9,5 Ha,


2) Palaran, luas 7 Ha (berupa jurang berkedalaman ± 15 m) dan Sambutan, luas 30 Ha
(belum beroperasi).

Selain TPA Kota Samarinda memiliki beberapa TPS dengan berbagai konstruksi, yaitu:
Beton (195 buah), Kayu (98 buah), dan Bayangan (95 buah).

Pengelolaan persampahan dilakukan dengan mengembangkan sistem pengelolaan


setempat dan sistem terpusat; perbaikan pola operasional pelayanan yang meliputi
pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir.

4. Pewadahan
Wadah yang digunakan oleh penghasil sampah adalah bak sampah, tong sampah,
kardus bekas, dll.
5. Pengumpulan
c. Pelaksanaan pengumpulan sampah TPS dilaksanakan oleh DKP
d. Untuk daerah permukiman yang belum dilalui oleh truk pengangkut, sampah
dikumpulkan oleh petugas (yang dibiayai masyarakat/Pokmas) dan dibawa ke
pinggir jalan yang dipindahkan ke dalam truk.
e. Untuk daerah yang belum mendapat pelayanan pengangkutan sampah dari
Pemerintah, masyarakat langsung mengumpulkan sampahnya ke tempat
terbuka untuk ditimbun, dibuang secara terbuka, atau dibakar.
6. Pemindahan
TPS yang digunakan saat ini ada 3 (tiga) jenis, yaitu:
a. Bak sampah yang terbuat dari pasangan bata, kapasitas tampung 4 m3.
b. Bak sampah jenis kontainer dengan kapasitas tampung 4 m3.
c. Pelataran di tempat terbuka yang dijadikan sebagai tempat penampungan
sampah sementara.
7. Pengangkutan
Jumlah sampah terangkut yang dibuang ke TPA ± 1500 m³/hari dengan waktu
pembuangan yang diatur oleh Pemerintah Kota adalah pukul 18.00 s/d 06.00 WITA
8. Pengomposan
Dilaksanakan oleh Pokmas atau perorangan, sudah dilaksanakan di beberapa

2-35
kelurahan dan transfer depo limbah yang dikelola oleh BLH.
9. Penyapuan Jalan dan Pasar
Dilaksanakan DKP, setiap hari dari jam 5 – 8 WITA , dan 12 – 16 WITA
10. Peralatan
Peralatan yang digunakan a.l sapu, garu, sekop, keranjang, gerobak dump truck &
arm roll truck .
Tabel 2.23
Banyaknya Produksi Sampah di Kota Samarinda Tahun 2009-2013

Tabel 2.24
Banyaknya Armada Pengangkut Sampah yang Tersedia Dirinci
Menurut Jenis Kendaraan Kota Samarinda Tahun 2010-2013

2-36
C. Drainase

Sistem drainase Kota Samarinda pada saat ini kondisinya belum baik hal ini ditunjukkan
masih banyaknya genangan utamanya pada saat musim hujan dibeberapa dikawasan
perkotaan atau didaerah bertopografi relatif datar. Dalam operasionannya Belum ada
pemisahan antara drainase untuk air hujan dan air limbah.

Panjang saluran drainase Kota samarinda yang ada saat ini sekitar 1.079.586 km, yaitu
untuk melayani sekitar 53 kelurahan, yang terdiri dari 1) Saluran Primer (117.140 km), 2)
Saluran sekunder (558.740 km) dan Saluran Tersier (403.706 km).

D. Air Minum

Dalam hal sistem penyediaan air bersih bagi Kota Samarinda, PDAM merupakan satu-
satunya lembaga pemerintah yang memegang peranan utama baik dalam hal penyediaan
dan pendistribusian air bersih. Dengan cakupan pelayanan yang luas, sampai saat ini
masih terdapat beberapa daerah (kelurahan) yang masih belum terlayani secara
maksimal melalui sistem perpipaan. Untuk itu, penduduk yang ada di pinggiran Kota
Samarinda serta daerah-daerah yang belum/sulit terjangkau oleh jaringan pipa PDAM,
umumnya dilayani melalui sistem non perpipaan misalnya dengan pengadaan mobil tanki,
sumur bor pompa dan masih ada yang memanfaat kan air hujan.

Jika dilihat dari karakteristik penggunaan sumber air minum berdasarkan data BPS Kota
Samarinda Tahun 2013, diketahui 18,58 % menggunakan sumber air minum dari sumur
atau mata air, dari PDAM atau air kemasan 73,19 %, dari sumber lainnya 8,23 %.
Berdasarkan administrasi wilayah, dengan jumlah penduduk tahun 2013 sebesar 805.687
jiwa diketahui pelayanan PDAM Tirta Kencana telah melayani seluruh Wilayah Kota
Samarinda, dan telah mampu melayani 70,16 % dari jumlah penduduk, lihat tabel 2.25.
Pencapaian pelayanan tersebut, masuk pada cluster pelayanan sangat baik, yaitu > 70 %.

2-37
Tabel 2.25
Pelayanan Air Bersih di Wilayah Kota Samarinda Tahun 2013

Perusahaan air minum di Kota Samarinda berstatus sebagai perusahaan milik pemerintah
daerah yaitu PDAM.

Banyaknya air minum yang disalurkan PDAM pada tahun 2013 adalah sebesar 0,968 juta
meter kubik air, dengan jumlah pelanggan mencapai 120.833, meningkat dibanding
tahun sebelumnya yang berjumlah 113.626 Pelanggan.

Tabel 2.26
Banyaknya Pelanggan Air Minum PDAM
Kota Samarinda Menurut Jenis Konsumen Tahun 2011-2013

2-38
Tabel 2.27
Volume Air Minum yang Disalurkan PDAM Kota Samarinda
Menurut Jenis Konsumen Tahun 2011-2013

2-39

Anda mungkin juga menyukai