Anda di halaman 1dari 5

ARSITEKTUR NUSANTARA

ARSITEKTUR INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN

NAMA: NATASYA FIKA AULIA


NIM : 03061181823011

DOSEN PEMBIMBING: JOHANNES ADIYANTO, S.T., M.T


NIP : 197409262006041002

FAKULT AS TEKNIK
PROG RAM STUDI TEKNIK ARSIT EKTUR
UNIVERSI TAS SRI WI JAYA
T AHUN PELAJARAN 2019/2020
ARSITEKTUR INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN
 Sebelum kemerdekaan Indonesia

Jauh sebelum masa kemerdekaan, dunia arsitektur di Indonesia didominasi oleh


karya arsitek Belanda. Kesan tradisional dan vernacular terkesan hilang tergusur oleh
arsitektur yang dibawa oleh pendatang. Indonesia pada saat itu bukan hanya sebagai
jalur perdagangan namu juga sebagai jalur transit antarnegara atau antar benua.
Rentang waktu antara 1800-1940 merupakan masa-masa masyaralat mengenal
arsitektur gaya Eropa. Ini merupakan titik awal dari perjalanan panjang arsitektur di
Indonesia.

 1945-1949
Indonesia merdeka dan diakui kedaulatannya. Soekarno sebagai presiden pada ssat
itu mulai menggaungkan nasionalisme, termasuk dalam urusan arsitektur. Ia ingin
arsitektur di Indonesia lepas dari bayang-bayang gaya kolonialisme dan bisa
membentuk karakter bangsa.

Pada awal kemerdekaan, kondisi kas negara saat itu kosong. Pemerintah berupaya
mengumpulkan dana pinjaman kepada masyarakat sebesar 1 miliar, namun usaha
tersebut tidak berhasil. Untuk mengatasi masalah yang cukup Panjang ini pemerintah
mendirikan Bank Rakyat Indonesia pada tahun 1946.

Pada tahun 1950-an muncul arsitektur Jengki yang berkembang di masyarakat


Indonesia. Gaya ini muncul atas dasar ekspresi kebebasan Indonesia yang cenderung
“berlawanan” dengan arsitektur Belanda. Gaya bangunan jengki digunakan di
perumahan Kebayoran Baru yang diperuntukan para karyawan perusahaan minyak
BPM yang dirancang oleh M. Soesilo yang dulunya seorang Drafter utama Thomas
Karsten dalam merancang Kawasan kota satelit.

Pada akhir 1950-an Sukarno mulai membongkar bangunan-bangunan lama dan


memdirikan bangunan baru, pelebaran jalan, dan pembangunan jalan bebas hambatan.
Gedung pencakar langit dan teknologi bangunan modern mulai diperkenalkan di negeri
ini. ir, Soekarno memilih gaya arsitektur modern Hindia Belanda yaitu arsitektur eropa
yang menyesuaikan dengan iklim yang ada di Indonesia yaitu tropis. Alasan lain
Soekarno memilih arsitektur modern adalah beliau ingin membangun semangat anti
kolonialisme dan membangkitkan jati diri bvangsa yang baru lahir. Hasrat soekarno ingin
menjadikan bangsa Indonesia terlihat di kanca Internasional dan setara dengan bangsa
lainnya.

Ciri khas proyek arsitektur Sukarno adalah kemajuan, modernitas, dan


monumentalitas yang sebagian besar menggunakan langgam “International Style”.
Seorang arsitek yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Sukarno pada masa itu
adalah Friedrich Silaban. Ia terlibat hampir semua proyek besari pada masa itu.
Desainnya didasari oleh prinsip fungsional, kenyamanan, efisiensi, dan kesederhanaan.
Pendapatnya bahwa arsitek harus memperhatikan kebutuhan fungsional suatu
bangunan dan factor iklim tropis seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, dan
radiasi matahari. Desainnya terekspresikan dalam solusi arsitektur seperti ventilasi
silang, teritisan atap lebar, dan selasar-selasar.

 1957

Ir. Soekarno memiliki keinginan untuk memisahkan pusat perekonomian dan


pemerintahan Indonesia. Batavia sebagai pusat perekonomian kemudian pusat
pemerintahan dipindahkan ke Palangkaraya. Soekarno merancang palangkaraya pada
tahun 1957 yang sekarang terkenal dengan Tugu Soekarno, merupakan saksi bisu
rencana pemindahan Ibu Kota Indonesia.

 1959
Tiga arsitek senior, F. Silaban, Mohammad Soesilo, Liem Bwan Tjie, dan 18 anggota
arsitek muda lulusan ITB pada tahun 1958 memprakarsai dibentuknya organisasi profesi
arsitek Indonesia yaitu Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) pada 17 September 1959 di
Bandung. Adapun tujuan dari IAI yang terkait dengan nilai kolegial dan profesionalitas,
yaitu:

1. Mempertinggi nilai arsitektur


2. Kerjasama dengan badan-badan yang bersifat kultural
3. Kerjasama dengan badan-badan yang ada hubungannya dengan lapangan
pembangunan
4. Berusaha kea rah hubungan yang baik dan adil antara masyarakat seluruhnya
maupun bagian-bagian dan masyarakat tersendiri yang bertindak sebagai klien di
suatu pihak dan para arsitek arsitek di lain pihak
5. Mempererat persatuan antar arsitek
6. Memperhatikan dan melindungi kepentingan-kepentingan, kewajiban-kewajiban dan
hak-hak para arsitek,
7. Memelihara rasa tanggung jawab para arsitek dalam melakukan tugasnya

 1960

Di tahun ini, Indonesia baru memulai pembanguna secara fisiknya di Batavia


(Jakarta). Hasrat Soekarno yang ingin membangun ibukota dengan gaya Internasional
yang cenderung dominan dengan bangunan tinggi dan megah dituangkan dalam
beberapa pembangunan seperti Gedung Pola, Gelora Bung Karno, aHotel Indonesia,
Masjid Istiqlal, MONAS, Wisma Nusantara, Sarinah Departement Store, Planetarium,
dan Gedung Conefo.

Sebagai negara berkembang, Indonesia perlu melakukan perubahan besar untuk


menunjukan eksistensinya agar dilihat di mata internasional.

 1962
 Soekarno meresmikan pembukaan Hotel Indonesia sebagai bagian persiapan
Asian Games di tahun ini.
 Pembangunan Gedung Pola yang dirancang oleh F. Silaban pada lahan
tempat rumah proklamasi
 Han Awal merancang kampus Universitas Katolik Atmajaya di dekat jembatan
Semanggi, Jakarta.
 1964
Soejoedi mengerjakan rancangannya, gedung CONEFO, yang kini menjadi gedung
DPR/MPR. Dasar rancangannya tetap dengan pendekatan arsitektur modern ala Eropa,
namun mencoba mengadopsi pronsip-prinsip arsitektur tropis dan pandangan
masyarakat Indonesia.
Keinginan Soekarno yang terwujud lainnya adalah Gelora Bung Karno guna
menunjukkan asistensi Indonesia sebagai sebuah negara yang setara. Pada tahun 1958
Gelora Bung karno dipilih sebagai tuan rumah Asean Game.

KESIMPULAN
Menurut pendapat saya, berdasarkan pankangnya sejarah arsitektur di nusantara ini
yang dimaksu dengan “arsitektur nusantara” adalah bukan bagaimana kita menerapkan
ornament-ornamen pada bentuk khas rumah adat seperti pada limas, panggung, bolon dan
sebagainya, namun bagaimana kita memberikan jiwa ke-Indonesia-an pada karya arsitektur
tersebut. Indonesia merupakan daerah tropis sehingga bagaimanapun bentunya tetap harus
disesuaikan dengan iklim yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyanto, Johannes, dkk. 2019. Cara Menulis Sejarah Arsitektur Indonesia Untuk
Mahasiswa. Jakarta Barat: Omah Library.

Adiyanto, Johannes. 2018. Mencari DNA Arsitektur Di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai