Anda di halaman 1dari 28

PERENCANAAN STRATEGI PENATAAN

DAN PELESTARIAN KAWASAN SEKANAK


PALEMBANG

PELESTARIAN KAWASANDANBANGUNAN

2020

i
DAFTAR ISI
Daftar Isi....................................................................................................................................................i

Tim Penyusun...........................................................................................................................................ii

Kata Pengantar.......................................................................................................................................iii

Sejarah Kota Palembang............................................................................................................................1

Masa Pemerintahan Kolonial Di Palembang (1821-1945)........................................................................1

Sejarah Kawasan Sekanak.........................................................................................................................2

Delineasi Kawasan Sekanak......................................................................................................................4

Sejarah dan Fungsi Kawasan Pada Masa Lalu dan Saat Ini......................................................................4

Kondisi Eksisting Kawasan Studi..............................................................................................................5

Batas Kawasan Penelitian..........................................................................................................................6

Data RTRW Kawasan Sekanak.................................................................................................................6

Teori Pelestarian........................................................................................................................................8

Kedudukan Sekanak dalam Regulasi Pemerintah Kota Palembang..........................................................9

Hasil Survei..............................................................................................................................................10

Kondisi Eksisting, Kepemilikan dan Fungsi Bangunan Saat Ini.............................................................11

Analisis Sekanak Kawasan Pagi Dan Malam..........................................................................................19

Pembaharuan yang Diinginkan Dari Sekanak.........................................................................................20

Konsep Penataan Kawasan Pusaka Sekanak...........................................................................................20

Konsep Sirkulasi......................................................................................................................................22

Konsep Penataan Bangunan.....................................................................................................................23

Konsep Street Furniture...........................................................................................................................24

Konsep Amenities....................................................................................................................................27

Daftar Pustaka..........................................................................................................................................29

ii
TIM PENYUSUN

Tim Survey
Bangunan

A Devi Miftakhul Jannah


B Hasri Ainun Salsabilla
C Annisa Berliana

D M.Farhan Fihari
E Natasya Fika Aulia

Kawasan

A Muhammad Jati Kusuma

B Rommi Aditiya
C Ahmad Syauqi
D Nanda Hapsari
E Fatimah Azzahra

Tim Layout & Illustrator

A Sahat Tulus Martua Silaban

B Fadil Asri Rivaldi


C Muhammad Priyo
D Medista Florentina
E Ilham Wilantara

F Ryan Yogianto S.

G Muhammad Alfarisi

Dosen Pembimbing

Ir. Ari Siswanto, MCRP. Ph.D


Rizka Drastiani, S.T.,M.Sc

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan hidayah-
nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari
penulisan buku ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah PELESTARIAN
BANGUNAN DAN KAWASAN selain itu, juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang bagaimana melestarikan suatu kawasan dan bangunan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir.ARI SISWANTO, MCRP.,
Ph.D dan IBU RIZKA DRASTIANI,S.T.,M.Sc selaku dosen pembimbing yang dengan
semangat dan sabar mengarahkan mahasiswanya selama penyusunan buku. Penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim survey yang banyak membantu pendataan
selama di lapangan. Terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu untuk terselesainya buku ini. Diharapkan buku ini dapat bermanfaat bagi
semuanya, walaupun demikian, tentu jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran tetap kami
harapkan agar buku ini menjadi lebih baik lagi.

Indralaya, 24 Maret 2020

Tim Penyusun
Sejarah Palembang (tolong tambahkan beberapa referensi pada bagian ini)

Kota Palembang merupakan Kota Tertua di Indonesia berumur setidaknya 1324 tahun
jika berdasarkan Prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai Prasasti Kedudukan Bukti. Menurut
Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 683, Penguasa Sriwijaya mendirikan wanua di daerah
yang sekarang dikenal sebagai Kota Palembang. Menurut tipologinya, kota ini dikelilingi oleh
sungai dan rawa-rawa, bahkan terendam oleh air.

Palembang sebagai situs kota tua (ancient urban site), memiliki beberapa peninggalan
baik benda maupun bukan benda salah satunya adalah berupa karya arsitekturnya sabagai
produk peradaban. Sejarah Kota Palembang sebagai kota yang menuju megapolitan secara
kronologis dapat diurutkan secara singkat sebagai berikut:

a. Fase I (682-1365) merupakan Fase Awal berdirinya sebuah kota dengan ditandainya
pembangunan Wanua (Perkampungan) Sriwijaya pada 16 Juni 682.

b. Fase II (1365-1407) merupakan Fase Penduduk Majapahit atau disebut Fase Status
Quo yang terjadi pada sekitar Abad Ke-14 Masehi.

c. Fase III (1407-1642) merupakan Fase Awal Kesultanan Palembang diangkatnya


Mugni sebagai Raja di Palembang dengan Gelar Sultan. Lalu pada tahun 1445
digantikan dengan Aria Damar.

d. Fase IV (1643-1821) merupakan Fase Kesultanan Palembang Darussalam dimulai


dari masa Pemerintahan Sri Susuhunan Abdurrahman dan diakhiri Pemerintahan
Sultan Mahmud Badaruddin II.

e. Fase V, ditandai dengan pembangunan Masjid Agung Palembang, Makam Kawah


Tekurep, dan Benteng Kuto Besak, masa ini merupakan Fase Pendudukan oleh
Belanda yang diawali oleh jatuhnya Benteng Kuto Besak pada Tahun 1821.

Masa Pemerintahan Kolonial Di Palembang (1821-1945)

Gambar 1. Peta Sekanak pada masa pemerintahan kolonial (1821-1945)

1
Sumber:dari berbagai data yang diolah

Sesuai sejarah Palembang sudah ada sejak 682 M. Pada abad ke 19, seorang
Komisaris yang ditempatkan di Palembang, J.L Van Savenhoven melukiskan Palembang
sebagai sebuah kota yang dibagi dan terbagi oleh Sungai Musi, sungai terbesar di pulau
Sumatera. Setelah ditaklukan Belanda pada 1821, Palembang mengalami perubahan yang
berarti. Pada masa kolonial Belanda, kota Palembang merupakan kota air yang menggunakan
alat transportasi utama berupa kapal dan perahu. Pada masa Kesultanan Palembang,
dikembangkan kawasan Benteng Kuto Besak sebagai Pusat Pemerintahan dan Pusat Kota
serta dibangun Masjid Agung Palembang. Selanjutnya, pada masa kolonial saat Palembang
ditetapkan sebagai kotapraja (Geemintee) Belanda mengembangkan kawasan Talang Semut
melalui perencanaan Garden City oleh Thomas Karsten selain itu juga memberikan izin bagi
penduduk yang tinggal di rumah rakit untuk mendirikan rumah di daratan. Orang-orang
Tionghoa, dengan kebijakan ini banyak membangun kawasan perdagangan berupa bangunan
pertokoan. Umumnya di sekitaran Sungai Tengkuruk, yang menjadi cikal bakal Pasar 16 Ilir
dan sekitar Sungai Sekanak yang menjadi cikal bakal Pasar Sekanak.

Sejarah Kawasan Sekanak (tolong tambahkan beberapa referensi pada bagian ini)

Kawasan Sekanak ini dikenal sebagai kawasan pemukiman tua masyarakat asli
Palembang. Selain menjadi benteng pertahanan, pada masa Kesultanan Palembang
Darussalam, Kampung Sekanak ternyata dulunya merupakan kawasan kediaman para
bangsawan dari Palembang yakni keluarga, sahabat dan rekanan dari Sultan Mahmud
Badaruddin II. Para bangsawan tersebut menempati rumah-rumah Limas (rumah khas
Palembang) yang megah. Rumah-rumah Limas itu bahkan masih bisa ditemukan di Kawasan
Kampung Sekanak, banyak bangunan-bangunan termasuk rumah Limas yang usianya lebih
dari 100 tahun masih dapat dilihat di kawasan ini. Karena itu, kampung Sekanak juga sering
disebut sebagai kota tuanya Palembang. Dengan menetapnya para bangsawan di Kampung
Sekanak, kawasan ini pun menjadi ramai dan banyak kegiatan berarti yang dilakukan di
kawasan ini. Baik dari sekedar pertemuan-pertemuan biasa hingga transaksi ekonomi.
Ditambah lagi dengan lokasinya yang strategis, Sungai Sekanak yang merupakan anak Sungai
Musi yang dapat dilayari perahu sampai ke pedalaman kota.

Sungai Sekanak dulunya sering dilalui oleh pedagang-pedagang dari Asia yang
selanjutnya berdagang di kawasan tersebut. Karena itulah kawasan Sekanak sangat aktif
dalam kegiatan perdagangan bahkan sampai dianggap sebagai pusat transaksi ekonomi.
Kampung Sekanak bahkan hingga saat ini sangat dikenal dengan pasar tradisionalnya yakni

2
Pasar Sekanak. Pasar Sekanak terletak tak jauh dari Kantor Walikota Palembang. Bangunan
Pasar ini sangat identik dengan sentuhan Arsitektur Belanda. Meski telah mengalami
perkembangan dan mendapat sentuhan, modernisasi, Pasar Sekanak masih dikenal sebagai
pasar darat tertua. Masih banyak bangunan-bangunan tua sejak zaman Kesultanan Palembang
Darussalam yang dapat ditemui di kawasan Sekanak yang dulunya dihuni oleh golongan
bangsawan.

Gambar 2. Kawasan Sekanak tempo dulu dan sekarang.

Sumber: https://palembangdalamsketsa.blogspot.com/2019/06/sekanak-sistem-camte.html

Selain itu, kawasan Sekanak yang berlokasi kurang lebih 100 meter dari tepian Sungai
Musi serta anak Sungai Musi yaitu Sungai Sekanak, menambah nilai sejarah yang lebih bagi
kawasan ini. Bangunan tipe Shophouse merupakan bangunan semacam ruko saat ini, sebagian
besar dihuni oleh etnis Tionghoa, pada awal berdiri hingga sekarang. Tahun 1921an
merupakan tahun berdirinya hingga saat ini masih banyak etnis Tionghoa yang menepatinya.
Pasar Sekanak sendiri didirikan oleh Bangsa Belanda pada tahun 1821an dan menjadi pasar
pertama yang didirikan di daratan. Bangunan yang memberikan pengaruh lebih terhadap

3
kawasan Sekanak sendiri yang memberikan karakteristiknya yang berbeda yakni bangunan
Jacobson Van Den Berg, bangunan yang belum jelas kapan berdirinya, namun dipastikan
tidak kurang dari 50 tahun telah berdiri. Fungsi awalnya yakni sebagai Kantor Cabang
Perusahan Jacobson Van Den Berg yang bergerak dibidang asuransi dan industry Belanda.
Perusahan ekspor impor Jacobson Van Den Berg menurut sejarah ada di beberapa kota di
Indonesia (Semarang, Padang, Batavia, Surabaya, Bandung, Makassar, dan Banjarmasin) juga
beberapa negara yang pernah di duduki Belanda. Untuk Indonesia sendiri, bangunan Jacobson
Van Den Berg masih kokoh berdiri di sudut jalan di kawasan Sekanak Palembang. Untuk
alasan kemungkinan didirikannya bangunan Jacobson Van Den Berg ini di kawasan Sekanak
adalah karena lokasi Sekanak yang sangat dekat dengan Sungai Musi yang pada masanya
merupakan satu-satunya jalur taransportasi di Palembang.

Deliniasi Kawasan Studi (Sekanak)

Deliniasi menurut KBBI merupakan pengambaran hal penting dengan garis atau
lambang.

Sekanak pada dasarnya merupakan sebuah nama jalan pada zamannya, namun pada
masa kedudukan Belanda kawasan ini diberi nama yakni Kawasan Sekanak, yang terdiri dari
persil-persil, sungai dan beberapa jalan dengan nama yang berbeda-beda salah satunya adalah
Jalan Sekanak. Kawasan Sekanak dahulunya merupakan kawasan perdagangan yang sangat
aktif dan berperan penting di kota Palembang. Letak kawasan Sekanak dekat sekali dengan
sungai Musi yang dahulu menjadi urat nadi jalur transportasi air dan area aktivitas
perekonomian dan perdagangan.

Pada masa pimpian Kolonial Belanda daerah Sekanak menerapkan aturan mengenai
kependudukan yang diwariskan dari masa lalu. Rumah-rumah penduduk dengan ornamennya
yang kental akan budaya etnis. Gaya bangunan yang ada dikawasan Sekanak dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu bangunan bergaya kolonial, pacian dan tradisonal Palembang.

Delinasi kawasan ini adalah sebagai berikut:

4
Gambar 3. Deliniasi peta kawasan penelitian Sekanak

Sumber:dari google maps

Sejarah dan Fungsi Kawasan Pada Masa Lalu dan Saat Ini

Kawasan Sekanak dahulunya merupakan kawasan perdagangan yang sangat aktif


dan berperan penting bagi kota Palembang. Sebelum masa pemerintahan Belanda tepatnya
masa Kesultanan Palembang, etnis Tionghoa tidak boleh mendirikan bangunan diatas tanah,
sehingga munculah sejarah rumah rakit, dimana rumah tersebut kebanyakan dihuni oleh etnis
Tionghoa. Namun, pada masa pendudukan Belanda, etnis Tionghoa sudah lebih bebas untuk
bisa berniaga dan mendirikan bangunan diatas tanah pribumi. Pasar Sekanak menjadi cikal
bakal awal mula terjadinya perniagaan di daratan dan mejadi pasar pertama di darat,
kemudian mulai muncul istilah rumah toko atau disebut juga shophouse yang lokasinya
berdekatan dengan Pasar Sekanak, sebagian masyarakat ada yang menjadikannya rumah
sekaligus toko, sebagian lagi menjadikannya tempat berdagang, sedangkan untuk bermukim
sebagian lebih memilih di seberang ulu atau ada juga yang tetap diatas rumah rakit. Kawasan
Sekanak secara tidak langsung menjadi kawasan yang ramai didominasi oleh aktivitas
perdagangan terutama pada masa pendudukan Belanda di Palembang. Letak kawasan
Sekanak dekat sekali dengan sungai Musi yang dahulu menjadi urat nadi jalur transportasi
air dan area aktivitas perekonomian dan perdagangan. Hal ini dibuktikan selain dengan
adanya pasar Sekanak dan shophouse disepanjang kawasan Sekanak, terdapat juga bekas
kantor cabang dagang ekspor-impor Belanda yang bernama Jacobson Van den Berg dan
beberapa bangunan peninggalan Belanda lainnya di beberapa titik yang posisinya sangat
dekat dengan kawasan Sekanak, sungai Musi dan anak sungai Musi yaitu sungai Sekanak.
Sungai Sekanak yang terhubung langsung dengan sungai Musi, dapat dikategorikan sebagai
salah satu anak sungai pembentuk morfologi kota Palembang dari awal mula Palembang
membangun, yaitu tepatnya pada masa Belanda, sehingga keberadaan sungai Sekanak tidak
bisa dilepaskan begitu saja dari konteks dan karakteritik kawasan Sekanak yang di alirinya.

Kondisi Eksisting Kawasan Studi (tolong tambahkan beberapa referensi pada bagian ini)

Palembang pernah menjadi salah satu dari empat daerah paling penting bagi
perdagangan luar negeri Hindia Belanda, yang dibuktikan dengan kehadiran Pasar Sekanak pada
tahun 1920-an. Berbagai komoditas dari Palembang diperdagangkan oleh Belanda di pasar
dunia. Perdagangannya melalui salah satu perusahaan dagang swasta terbesar dunia saat itu,
Jacobson van den Berg.

Pasar sekanak dulunya merupakan media perdagangan pertama di Palemban yang


kemudia di susul oleh pasar 16. Pasar sekanak merupakan salah satu pusat perdagangan dunia
dari 4 kota besar Indonesia lainnya.

5
Bukti lain pentingnya Palembang dalam perdangan dunia adalah dibukanya kantor
cabang salah satu perusahaan perdagangan terbesar di dunia pada awal abad ke-20, Jacobson
van den Berg, dan juga banyak Gudang bangunan belanda serta ruko-ruko bangunan Tiongkok.
Meskipun wajah dari bangunan atau Kawasan itu sediri sedikit banyak telah berubah, namu
masih tetap mempertahankan bentuk asli bangunan.

Pasar sekanak merupakan pasar yang tidak terlalu luas, lokasinya yang menarik karena
berada di pesisir sungai musi layaknya pasar 16 namun disini lebih sedikit penjual dan pembeli
juga tidak terlalu ramai. Satu hal yang menarik disini adalah bangunan tua, ya banyak sekali
bangunan tua masih kokoh berdiri di seputaran pasar sekanak, walaupun hanya sekedar gedung
toko atau gudang namun terlihat arsitektur zaman kolonial penjajahan belanda dan jepang.
Sayang sekali bila punah dimakan usia, semoga saja Pemerintah daerah bergerak cepat untuk
melestarikan pasar ini.

Setelah diteliti, di Sekanak ini banyak bangunan tua yang menjadi bangunan cagar
budaya, pergudangan, gedung Hok Tong, gedung Jacovson VanDerberg yang kesemuanya
merupakan peninggalan di era kesultanan Palembang Darussalam dan era kolonial Belanda.
Setelah dianalisis berdasarkan nilai-nilai teori pelestarian dan UU no. 11 Tahun 2010 bahwa
sekanak masuk dalam indikasi cagar budaya baik dari bangunan maupun Kawasan.

Kawasan penelitian lebih diarahkan pada kawasan yang memiliki karakteristik


bangunan yang dibangun era kolonial Belanda yang pada saat ini terkena pengaruh
perkembangan pariwisata warna warni, khususnya pada bantaran sungai Sekanak dan
beberapa bangunan di kawasan jalan Sekanak dan ke arah jalan Ki Gede Ing Suro.

Batas Kawasan Penelitian

6
Gambar 4. Batas Kawasan penelitian

Sumber:dari hasil survei

Data RTRW Kawasan Sekanak

Berdasarkan RTRW Kota Palembang Tahun 2012-2032 dan juga RAKP Palembang
Tahun 2013 dijelaskan bahwa Kawasan Kota Pusaka Palembang terletak di sepanjang tepian
Sungai Musi yang ada di Kota Palembang. Berdasarkan UU No. 11 Tahun 2010 mengenai
cagar budaya yang diadaptasi untuk pengembangan kota pusaka dijelaskan bahwa kawasan
kota pusaka harus memiliki pemintakatan/zonasi kawasan yaitu mintakat inti, mintakat
pendukung dan mintakat penyangga. Namun belum adanya zonasi kawasan Kota Pusaka
Palembang yang menjadikan awal permasalahan dalam pengembangan Kota Pusaka
Palembang.

Gambar 5. Deliniasi peta kawasan penelitian Sekanak


Sumber:dari jurnal teknik pomits vol.3

Untuk objek kota pusaka dengan kategori sangat berpotensi dijadikan input dalam
penentuan kawasan kota pusaka terpilih. Kawasan kota pusaka Palembang berada pada lokasi
di pusat kota yang terdiri dari objek kota pusaka salah satunya adalah Sekanak.

Analisis deliniasi dilakukan untuk menentukan zonasi/mintakat kawasan kota pusaka


7
di Kota Palembang. Arc Gis, merupakan salah satu alat (tools) yang bisa digunakan untuk
analisis deliniasi. Zonasi kawasan Kota Pusaka di Kota Palembang terbagi menjadi tiga yaitu
zona inti, zona pendukung dan zona penyangga. Zona inti adalah zona yang terdiri dari luasan
situs/objek kota pusaka dan aktivitas pendukung situs/objek tersebut. Dengan demikian,
bentuk zona intinya adalah berupa sel yang tersebar. Terdapat 7 zona inti, pendukung dan
penyangga. Dalam penentuan zonasi ini terdapat beberapa variabel yang digunakan yaitu
variabel batas budaya dan aktivitas budaya digunakan dalam menentukan zona inti,
sedangkan untuk menentukan zona pendukung dan penyangga menggunakan variabel
ketersediaan fasilitas penunjang kawasan kota pusaka.

Teori Pelestarian
Dasar filosofi pelestarian terletak pada kecenderungan manusia untuk melestarikan
nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting bagi generasi
selanjutnya. Dalam Piagam Burra Tahun 1981 (Sumargo, 1990), disepakati istilah konservasi
sebagai istilah bagi semua kegiatan pelestarian, yaitu segenap proses pengelolaan suatu
tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi dapat
meliputi segala kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dapat
pula mencakup preservasi, restorasi, rekontruksi, adaptasi dan revitalisasi.

Revitalisasi ialah kegiatan pemugaran yang bersasaran untuk mendapatkan nilai


tambah yang optimal secara ekonomi, sosial, dan budaya dalam pemanfaatan bangunan dan
lingkungan cagar budaya dan dapat sebagai bagian dari revitalisasi kawasan kota lama untuk
mencegah hilangnya aset-aset kota yang bernilai sejarah karena kawasan tersebut mengalami
penurunan produktivitas. (Ref. UNESCO.PP. 36/2005, Ditjen PU-Ditjen Tata Perkotaan dan
Tata Pedesaan).

Sebagaimana telah digariskan dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 5


Tahun 1992, perlindungan terhadap benda cagar budaya dan situs bersejarah, bertujuan
melestarikan dan memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia,
mengingat bahwa benda cagar budaya memiliki arti penting bagi pemahaman dan
pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Kriteria dalam menentukan apakah suatu bangunan, situs, kawasan, dan benda
bersejarah lainnya termasuk dalam obyek yang perlu dilestarikan.

1. Estetika Bangunan

2. Contoh dari gaya/langgam arsitekutur tertentu (kejamakan)

8
3. Kelangkaan

4. Keistimewaan/Keluarbiasaan

5. Peranan sejarah

6. Penguat kawasan disekitarnya

7. Keaslian

8. Usia kawasan dan bangunan

Mengetahui karakterikstik kawasan dengan cara mengidentifikasi 8 elemen.

1. Land Use (Tata Guna Lahan )

2. Building form and Massing

3. Sirkulasi dan Parkir


4. Pedestrian Ways
5. Open Space
6. Activity Support
7. Presevasi
8. Signage
Revitalisasi kawasan atau bangunan cagar budaya harus sesuai dengan kaidah dasar
pelestarian sehingga tidak menghilangkan ciri khas dan jadi diri bangunan atau kawasan
tersebut.

Kedudukan Sekanak dalam Regulasi Pemerintah Kota Palembang

Beberapa tahun belakangan wacana dari pemerintah kota yang akan mengembalikan
kawasan Sekanak menjadi kawasan heritage dengan konsep Sekanak Kerihin (Sekanak
Tempo Dulu). Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Walikota Palembang Nomor 373 Tahun
2012 tentang Tim Koordinasi Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka Palembang yang
didalamnya menjelaskan mengenai penetapan Kota Pusaka Palembang dan mengakomodir
mengenai penataan dan pelestarian Kota Pusaka Palembang. Untuk mendukung
pengembangan kota pusaka Palembang, pemerintah Kota Palembang telah membuat raperda
mengenai pelestarian lingkungan cagar budaya di Kota Palembang tahun 2013.

Berdasarkan dari hasil pendataan dan pedaftaran bangunan yang diduga sebagai
bangunan cagar budaya yang dilakukan pada tahun 2016, yang salah satunya dilakukan di
9
kawasan Sekanak terindentifikasi untuk kawasan Sekanak terdapat 44 unit bangunan yang
sebagian besar berupa shophouse namun itu diluar beberapa bangunan lainnya seperti
Jacobson van Den Berg, Rumah Bola dan Ballroom. (Sumber : Dinas Kebudayaan 2016)

Dan dari hasil survei lapangan dan pengumpulan data. Pada kawasan Sekanak
terdapat 15 objek yang terdafar dan dalam proses verifikasi kajian apakah sudah termasuk
cagar budaya atau tidak. Melalui Formulir Survei bangunan dan struktur (referensi TACB)
ada 8 bangunan yang teridentifikasi menjadi bangunan cagar budaya dilihat dari ciri khas
bangunannya. Ke 8 bangunan ini memiliki ciri dan karakteristik bangunan yang berbeda
beda. Terdapat unsur Arsitektur Tradisional, Kolonial, Tionghoa.

Hasil Survei

Bangunan di kawasan Sekanak sangat identik dengan sentuhan arsitektur Belanda,


Cina, dan bangunan dengan unsur Rumah Tradisional yang telah mengalami perkembangan
dan mendapat sentuhan modernisasi.

Permasalahan Heritage di Palembang


 Komunitas Peduli Kota Tua, Komunitas Cagar Budaya

 Lembaga pengelola yang menaungi komunitas dan menjadi pemerhati

 Belum ada objek yang menjadi ciri khas atau fokus tempat kota tua Palembang, dan
sekanak bisa jadi menjadi potensi kawasan kota tua

 Pendataan, pendaftaran, rekomendasi dan penetapan bangunan dan kawasan heritage


sudah dilakukan

 Regulasi dan penetapan cagar budaya

 Akses sungai menjadi ciri khas heritage kota Palembang

 Berpotensi menjadi kegiatan wisata

 Palembang belum termasuk kawasan tua yang diperhitungkan di Indonesia

Potensi Sekanak

 Kawasan Sekanak mempunyai banyak bangunan tua dengan ciri khas arsitektur
Belanda, Cina dan Tradisional

 Jalanan utama pasar selebar 5 m

 Terdapat pusat penjualan pempek di sekitar tapak

 Terdapat bangunan-bangunan lama yang tidak di fungsikan


10
 Kawasan berada di dekat BKB yang sangat ramai dikunjungi wisatawan

 Banyaknya pedagang makanan di Kawasan

Kendala

 Belum tersedianya trotoar yang layak

 Tidak adanya tempat parkir utama

 Kebersihan lingkungan

Kajian Teori Pelestarian

 Merevitalisasi dan menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mengalami


penurunan nilai (value) ditinjau dari sisi lingkungan, ekonomi, dan sosial dengan
tujuan memberikan peningkatan kualitas dan nilai tambah kawasan.

 Menemukan dan memanfaatkan potensi kawasan


 Urban Heritage yang mempunyai nilai cultural

 Mengembangkan pariwisata yang dapat memberikan manfaat pada ekonomi kota

Kondisi Eksisting, Kepemilikan dan Fungsi Bangunan Saat Ini

11
Nilai Sosial
N Nama Nilai / Fungsi
Nilai Arsitrktural Nilai Kelangkaan
o Bangunan Sejarah Bangunan
Saat Ini
1 Sekanak 12 Dulu Pada saat Memiliki denah persegi Bentuk bangunan
bangunan ini empat. Bangunan ini gudang yang
yang bangunan berwarna putih dan panjang dengan
dijadikan telah dengan material batu bata. dinding berderet
sebagai berubah Atap pada bangunan memanjang
pabrik es fungsi berbentuk pelana engan denagn ukuran
batu, hal ini menjadi material seng. 73,55 meter dan
tampak gudang Pintu masuk utama lebar bangunan
pada bagian dedak. terletak pada bagian kurang lebih
tengah tengah bangunan pada 14,10 meter serta
ruang pertemuan deretan tinggi bangunan
ruangnya dinding kanan kirinya. mencapai 8 meter.
yang Pada bagian depan Dinding/tembok
menunjukk bangunan terdapat 2 buah bata plester semen
an pernah jendela kaca berdaun pada bangunan ini
adanya ganda. cukup tebal, yaitu
aktifitas sekitar 29 cm.
sebuah
pabrik.
2 Bangunan merupakan Untuk saat Bangunan Sekanak 11 Dinding/tembok
Sekanak 11 bangunan ini memiliki denah berderet bata berplester
/ Bangunan pada masa bangunan mengikuti jalan Depaten semen cukup
Gudang kolonial ini dalam Baru Ilir Barat II. Tampak tebal yaitu
maupun kesehariann depan bangunan ini masif mencapai 40 cm.
masa ya di dengan dinding/tembok dan menjulang
kesultanan jadikan bata berplester semen. tinggi mencapai
Palembang.  gudang Bangunan ini memiliki hampir delapan
Bangunan triplek oleh atap seng yang tinggi dan meter.
gudang ini penyewa. lubang ventilasi berbentuk
awalnya Bangunan persegi panjang berada di
pernah ini pada sisi bawah atap.
dijadikan sebelah Bangunan ini memiliki 2
tempat selatan buah pintu di sebelah
yang berbatasan timur dan selatan. Pintu
difungsikan dengan tersebut terbuat dari kayu
sebagai bangunan dan berdaun ganda.
kam-kam tua yang
para tentara sudah di
sebagai bongkar
tempat bagiannya
basis dan
pertahanan belakangny
karena a sudah
letaknya tepian
yang sungai
strategis Musi, pada
ditepian bagian
sungai utara
Musi dan berbatasan
memudahk dengan
an dalam perumahan
memantau tua milik
musuh bapak
yang Thomas
datang dari keturunan
jalur Tionghua
sungai. yaitu Oeng
Boeing
Njiet atau 12
berbatasan
dengan
bangunan
Analisis Sekanak Kawasan Pagi Dan Malam

Saat pagi sampai sore hari kawasan ini cukup ramai karena adanya kegiatan jual beli
di toko2 kelontong dan pasar yang ada disana. Disana terdapat toko pisang, praktek-prakter
dokter gigi, warung pusat pempek, warung nasi dan lain lain.

Kendaraan mobil, motor, pejalan kaki normal pada jam siang hari dengan sirkulasi 2
jalur. Meskipun jalan terlihat besar, tidak terdapat trotoar untuk pejalan kaki, hanya terdapat
parkir liar yang memarkirkan mobil di pinggir jalan. Pada malam hari, jalan di sekitar
sekanak sangat sepi karna kegiatan biasanya terjadi pada pagi sampai sore hari.

Sedangkan pada malam hari cenderung lebih tenang dan sepi, kegiatan malam hari
biasanya ada kegiatan warung kecil yang di isi oleh warga sekitar dan preman-preman yang
ada di sana, akan tetapi kegiatan ini sangat meresahkan orang yang melewati jalan disana
pada malam hari.

Keamanan di Kawasan Sekanak pada pagi - sore hari lebih kepada masyarakat yang
mengatur pasar-pasar yang ada disana, pada malam hari keamanan Kawasan Sekanak sangat
minim, karna banyaknya preman yang sangat mengganggu jika ada yang lewat.

Pembaharuan yang Diinginkan Dari Sekanak (tambahkan analisisnya pada bagian ini)

Dari Analisa di atas pasar sekanak, dengan segala potensi yang ada, pemasalahan-
permasalahan nya hampir sama dengan kota lama di Semarang. Kota Lama Semarang
sebelum menjadi kota heritage, kawasan kota lama ini terdapat banyak sekali tindakan-
tindakan kriminal, yang membuat penduduk tidak ingin kawasannya di renovasi menjadi
kawasan kota lama. Seiring berjalannya waktu, dengan penjelasan yang di berikan oleh
pemerintah dan keuntungan yang di dapat, akhirnya kawasan tersebut bisa di renovasi dan
menjadi kawasan heritage yang selalu hidup dan terang di kota Semarang.

Dengan potensi pasar Sekanak, warung makanan dan kawasan praktek – praktek
13
dokter gigi dapat menarik minat pengunjung jika di tata rapi, di rawat, dijaga, dan merenovasi
kawasan dengan menyelaraskan bangunan yang bertipe cina kolonial dan tradisional.

Selain menambah minat masyarakat untuk mengunjungi kawasan Sekanak, juga


memberi lapangan kerja baru bagi preman-preman yang ada disana, dengan menjadikan nya
sebagai pengatur parkir, pembersih kawasan dan merawat Kawasan Sekanak yang diawasi
oleh polisi sebagai penegak keamanan di dalam kawasan. Dengan memanfaatkan potensi dan
SDM yang ada di sana, kawasan sekanak akan menjadi kawasan heritage yang sangat
menguntungkan bagi Kota Palembang.

Konsep Penataan Kawasan dan Bangunan Pusaka Sekanak


Dalam penataan kawasan kota pusaka sekanak, banyak aspek yang harus di
perhatikan mengingat kedudukan kawasan sekanak yang memiliki nilai sejarah, keberagaman,
dan kelangkaan karakteristik bangunannya. Diantaranya peran sejarah dalam berkembangnya
akulturasi arsitektur kolonial dan arsitektur Tionghoa. Sungai Sekanak sebagai anak sungai
Musi merupakan salah satu elemen pembentuk morfologi kota Palembang Keluarbiasaan,
Sekanak sebagai salah satu pusat perkembangan sejarah kota Palembang, terdapat banyak
node- node bangunan dengan arsitektur masa peninggalan Belanda, arsitektur tionghoa dan
perpaduan keduanya, Tionghoa dengan kolonial serta arsitektur tradisional dan Citra Kawasan
Sekanak baik dahulu hingga sekarang menjadi kawasan yang telah identik dengan kawasan
lama Palembang, sehingga memberikan pengaruh terhadap citra kawasan dan Kota
Palembang. Dengan memperhatikan aspek pembentuk kota, Land Use (Tata Guna Lahan ),
Building form and Massing, Sirkulasi dan Parkir, Pedestrian Ways, Open Space, Activity
Support, Presevasi, Signage. Kota Lama Semarang dan Kota Tua Jakarta diguanakan sebagai
preseden dalam Penataan Kota Pusaka Palembang.

Dalam penataan kawasan dan bangunan kawasan sekanak, ada beberapa aspek yang
diperhatikan diantaranya konsep sirkulasi, konsep penataan bangunan, konsep furniture dan
street furniture dan konsep amenities.

14
Gambar 18. Konsep Penataan Kawasan Sekanak

Sumber: hasil analisis


(apakah ini gambar sendiri?)

15
Konsep Sirkulasi

Gambar 19. Konsep Sirkulasi Kawasan Sekanak

Sumber: dari data yang sudah diolah

Gambar 20. Konsep Sirkulasi dan Penataan Kawasan Sekanak

Sumber: hasil analisis


Petak lahan di Kawasan Sekanak tidak dapat diubah, namun lahan kosong yang terdapat di
kawasan tersebut harus dimaksimalkan pemanfaatannya, seperti dengan pembuatan taman dan fasilitas
penunjang lainnya. Bangunan yang di alih fungsikan dan membutuhkan banyak lantai semestinya tidak
lebih dari 5 lantai, karena dapat menyebabkan view di samping bangunan tidak terlihat.

Sirkulasi pada kawasan meliputi prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota,
fasilitas pelayanan umum, dan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat. Semakin
meningkatnya transportasi maka area parkir sangat dibutuhkan. Jalan Sekanak sebagai
gerbang menuju kawasan kota lama di buat searah sampai ke jalan ki gede ing suro, karena
sirkulasi jalan yang cukup lebar (8 meter). Di sepanjang jalan juga terdapat pedestrian ways
dengan taman dan street furniture berupa kursi, lampu jalan dan pembatas jalan sebagai
pendukung kawasan. Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-
elemen dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-pola
aktivitas serta sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa
mendatang. Karena kawasan yang tidak terlalu luas dan terjangkau oleh pejalan kaki dan
kendaraan bemotor. Kantung-kantung parkir sebagai pendukung kawasan, tersedia di
sepanjang jalan sekanak dan BKB.

Konsep Penataan Bangunan


Tata Bangunan merupakan penyelenggaraan bangunan gedung beserta lingkungannya
sebagai wujud pemanfaatan ruang, pembentukan citra/karakter fisik lingkungan, besaran, dan
konfigurasi dari elemen-elemen:

 Kaveling/petak lahan
 Tata massa bangunan
 Ketinggian dan elevasi lantai bangunan
 Ekspresi Arsitektur
Bangunan-bangunan heritage di Kawasan Sekanak menjadi pusat perhatian karena
konsep bangunan merupakan langgam arsitektur cina kolonial. Hal yang harus ditata dari
bangunan-bangunan ini ialah ekspresi arsitektur. Maka dari itu, bangunan-bangunan ini perlu
direvitalisasi dan direnovasi agar dapat digunakan dengan semestinya. Namun, konsep
bangunan harus tetap dilestarikan.

Petak lahan di Kawasan Sekanak tidak dapat diubah, namun lahan kosong yang
terdapat di kawasan tersebut harus dimaksimalkan pemanfaatannya, seperti dengan
pembuatan taman dan fasilitas penunjang lainnya. Bangunan yang di alih fungsikan dan
membutuhkan banyak lantai semestinya tidak lebih dari 5 lantai, karena dapat menyebabkan
view di samping bangunan tidak terlihat.
Konsep Street Furniture

[Gr
ab
you
r
rea

Gambar 21. Konsep street Furniture

Sumber: hasil analisis

Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga (1995), street
furniture perabot jalan adalah fasilitas yang ditempatkan di sepanjang jalan yang merupakan
pelengkap atau pendukung bagi jalur pejalan kaki. Penyediaannya disesuaikan dengan jenis
kawasan yang mengunakan jalur pejalan kaki

Kriteria elemen yang digunakan meliputi bahan yang mudah di dapat, kuat terhadap cuaca,
mudah dalam perawatan, mudah dalam perbaikan, kuat dan aman bagi pengguna jalan
maupun lingkungan sekitarnya (Harris dan Dines 1988). Sarana pelengkap jalan ini sangat
dibutuhkan untuk memenuhi fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi keamanan dan kenyamanan adalah lampu, halte, jalan penyeberangan, rambu-
rambu lalu-lintas, unsur tanaman sebagai peneduh, fire hydrant, gardu polisi dan jalur pejalan
kaki.

2. Fungsi pelengkap adalah tempat duduk, tempat sampah, telepon. kotak surat, wadah
tanaman, informasi dan lain-lain.

3. Fungsi estetik dapat diperoleh dari jenis elemen yang digunakan baik soft material
maupun hard material di lihat dari bentuk, tekstur maupun warnanya.

Kriteria elemen yang digunakan meliputi bahan yang digunakan dalam street furniture
yaitu bahan yang mudah didapat, kuat terhadap cuaca, mudah dalam perawatan, mudah
dalam perbaikan, kuat dan aman bagi penguna jalan maupun lingkungan sekitarnya (Harris
dan Dines 1988).

Dengan adanya street furniture membuat semua orang yang melalui tempat tersebut
menjadi nyaman dan aman. Bukan hanya material yang harus di perhatikan tetapi peletakan
street furniture juga perlu diperhatikan.

Street furniture ini di desain dengan


• Jarak antar hydrant yaitu 36 meter dengan meletakan hanya pada salah satu sisi jalan
• Tanaman dalam pot diletakkan bersebelahan dengan kursi, agar daerah tepian jalan tetap
terasa sejuk
• Jarak lampu pejalan kaki yaitu 10 meter agar penerangan tidak terlalu redup
• Jarak antar kotak sampah yaitu 10 meter
• Jarak Bollard yaitu 80 cm, untuk keaman dan kenyamanan pejalan kaki

Gambar 22. Detail Furniture

Sumber: hasil analisis


Gambar 23. Ilustrasi Perspektif Furniture dan Street Jewelry

Sumber: hasil analisis (apakah ini gambar sendiri?)


Konsep Amenities

Menurut Direktur Jenderal Pariwisata Indonesia, Amenities adalah tersedianya fasilitas, yaitu
tempat penginapan, restoran, transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan berpergian, dan alat-
alat komunikasi.

Jika ditinjau lebih dalam lagi, kawasan Sekanak cukup berpotensi untuk dijadikan kawasan
heritage dengan bumbu konsep amenities didalamnya. Lawson dan Baud-Bovy (1998:24) membagi
fasilitas pendukung (ancillary facilities) ke dalam enam jenis amenities, yaitu:

 Akomodasi (hotel, motel, cottage, apartement, dan lainnya)

 Makan minum (restaurant, coffe shop, snack bar, dan lainnya)

 Sanitasi

 Aksesibilitas (jalan akses, setapak, pintu masuk/gerbang utama dan tempat parkir

 Fasilitas aktif yaitu fasilitas yang dijadikan sebagai salah satu penunjang aktifitas yang
dapat dilakukan oleh pengunjung atau wisatawan.

 Lain-lain (gedung kantor/administrasi, pos keamanan, pos penjaga pantai, dan lainnya.

Dengan demikian, fasilitas yang tercantum seperti akomodasi, tempat makan, dan toilet umum
merupakan hal utama yang perlu diperhatikan untuk kembali membangun Kawasan Sekanak menjadi
Kawasan Heritage agar dapat menarik wisatawan. Sehingga kawasan tersebut tidak menjadi kawasan
mati pada malam hari.

Perancangan tempat penginapan di Kawasan Sekanak tidak diharuskan membongkar


bangunan- bangunan lama dan menggantinya dengan bangunan baru. Bangunan-bangunan heritage
dengan langgam kolonial tersebut masih bisa direvitalisasi sehingga dapat dijadikan tempat penginapan
yang aman dan nyaman. Adapun tempat makan yang masih layak dipakai hanya perlu di renovasi agar
pengunjung tertarik untuk datang. Bangunan Bioskop Rosida yang saat ini sudah tidak terpakai dapat
direvitalisasi sehingga dapat menjadi Bioskop yang layak.

Banyak bangunan-bangunan yang tidak terpakai dapat dihidupkan kembali dengan cara
direnovasi dan di alih fungsikan. Dengan demikian, Kawasan Sekanak dapat menjadi Kawasan
Heritage dan tetap hidup pada malam hari. Hal ini dapat meningkatkan keuntungan sektor pariwisata
dan taraf ekonomi penduduk sekitar pun meningkat.
Gambar 24. Ilustrasi Konsep Amenities

Sumber: hasil analisis

(apakah ini gambar sendiri?)


Daftar Pustaka

Dinas Kebudayaan Kota Palembang. 2016. Data Bangunan Cagar Budaya di Kawasan Sekanak.
Peta Sekanak, BAPPEDA Kota Palembang.

Pemerintah Indonesia. 2010. Undang-undang No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.
Lembaran RI Tahun 2010 no.11. Jakarta: Sekretariat Negara.
Drastiani, Rizka. Andriyali, Dessa. Liliati, Sri. (2019). Pengaruh Gejala Pariwisatani
Revitalisasi Tepian Sungai Sekanak Terhadap Karakteristik Bangunan dan
Kawasan Heritage Sebagai Potensi Urban Heritage Tourism di Palembang.

Portal Resmi Pemerintah Kota Palembang. 2020. Sejarah Kota Palembang, diakses dari
https://www.palembang.go.id/new/beranda/sejarah, pada 24 Maret 2020.

Situs Budaya. Tanpa Tahun. Sejarah Kampung Sekanak Palembang, diakses dari https://situs
budaya.id/sejarah-kampung-sekanak-palembang/, pada 26 Maret 2020.

Ekbisnews. Tanpa Tahun. Sekanak Bakal Disulap Menjadi Car Free Night Layaknya Objek
Wisata Kota Tua Jakarta, diakses pada https://ekbisnews.com/2019/03/15/sekanak-
bakal-disulap-menjadi-car-free-night-layaknya-objek-wisata-kota-tua-jakarta/, pada
26 Maret 2020.
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai