Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengawasan
a. Pengertian Pengawasan
emableexecutive... to take corective steps ...". Hal ini berarti bahwa pengawasan tidak
hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi,
tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan. More (dalam Wimardi,2000:226)
(das sollen).
kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk
menetukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil
tindakan penyembuhan yang diperlukah uniuk melihat bahwa sumber daya yang
apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila
8
9
rencana yang telah ditetapkan. Selain itu, pengawasan juga merupakan suatu proses
Bertitik tolak dari pengertian para ahli, pengawasan diartikan sebagai suatu proses
menjamin) bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi yang akan dantelah
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku, serta untuk mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan, guna pemanfaatan manusia dan sumber daya lain
b. Tujuan Pengawasan
berikut :
mengusahakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan yang serupa atau
planning terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah ditentu.
4) Untuk mengetahui apakah pelaksanaan biaya telah sesuai dengan program seperti
c. Prinsip Pengawasan
Supaya proses pengawasan dapat menjadi efektif harus dipenuhi beberapa prinsip
yaitu:
5) Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang obyektif, teliti dan tepat.
7)Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik terhadap perbaikan dan
akan datang.
d. Tipe-tipe Pengawasan
terjadi.
merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur disetujui terlebih
kegiatan.
penyimpangan dari rencana atau standar yang telah ditentukan, dan penemuan-
diselenggarakan.
12
5) Keluwesan pengawasan
f. Proses Pengawasan
pengawasan terhadap suatu tugas atau pekerjaan dalam suatu organisasi. Proses
pengawasan terdiri dari bebèrapa tindakan (langkah pokok) tertentu yang bersifat
standar mengandung arti sebagai suatu satuan yang dapat digunakan sebagai
Penentuan standar akan sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur
Bila hasil analisa menunjukan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus
Sedangkan menurut Ibrahim Lubis proses pengawasan terdiri dari empat tahap
yaitu :
Sementara itu Ranu Pandoyo (1990) merumuskan proses atau langkah pengawasan
meliputi:
dikerjakan.
14
yangterjadi.
ahli tersebut cukup jelas apa yang dimaksud dengan proses pengawasan yaitu
g. Teknik Pengawasan
penyimpangan rencana.
sendiri semua kegiatan yang sedang dijalankan tadi. Tujuannya adalah agar
15
dan diperbaiki.
Tujuan dari pengawasan tidak langsung ini adalah untuk melihat dan
Pengawasan langsung ini dapat berbentuk: (a) inspeksi langsung, (b) on the spot
observation (c) on the spot report, yang sekaligus berarti pengambilan keputusan
on the spot pula jika diperlukan. Akan tetapi karena banyaknya dan kompleksnya
Karena itu sering pula ia harus melakukan pengawasan yang bersifat tidak
langsung.
bawahan.Laporan itu dapat berbentuk: (a) tertulis, (b) lisan. Kelemahan dari pada
pengawasan tidak langsung itu ialah bahwa sering para bawahan hanya melaporkan
hal-hal yang positif saja. Dengan perkataan lain, para bawahan itu mempunyai
16
pimpinan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka teknik pengawasan yang dilaku
tergantung pada berbagai kondisi dan situasi yang akan terjadi, maupun yang
tindakat yang telah dilakukan atau agar penyimpangan yang telah terjadi tidak
berdampak yang lebih buruk, selain itu agar dapat ditentukan tindakan-tindakan
h. Asas Pengawasan
Fungsi pengawasan akan efektif bila ditetapkan standar yang obyektif dan
cermat serta serasi dengan keadaan yang khusus. Standar ini bersifat spesifik
dan terukur.
standar.
penyimpangan yang potensial dan nyata dari rencana yang telah dirumuskan
organısasi.
pengawasan.
1992:21)
i. Jenis Pengawasan
dan unit organisasi yang diserahkan tugas dan fungsi pengawasan dalam
j. Dimensi Pengawasan
tugas-tugas organisasi yang akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai standar,
yang berlaku, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan, guna
pemanfaatan manusia dan sumber daya lain yang paling efektif danefisien dalam
2) Pengawasan tidak langsung (indirect control) ialah pengawasan jarak jauh. Yang
dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan, dengan indikator-
2. Kepuasan Kerja
harus diutamakan sebagai aset utama dalam suatu organisasi. Proses belajar harus
bahkan dapat ditingkatkan. Dalam hal ini loyalitas pegawal yang kompeten harus
diperhatikan.
melaksanakan tugas sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna. Pegawai
yang profesioal dapat diartikan sebagai sebuah pandangan untuk selalu perpikir,
kerjakeras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi, dan penuh
adanya pembinaan, penyadaran, dan kemauan kerja yang tinggi untuk mencapai
agar supaya peningkatan prestasi kerja dan loyalilas pegawai dapat menjadi
kepuasan kerjapegawai.
acuan dari orentasi yang efektif seseorang pegawai terhadap peranan mereka pada
jabatan yang dipegangnya saat ini. Sikap yang positif terhadap pekerjaan secara
konsepsi dapat dinyatakan sebagai kepuasan kerja dan sikap negatif terhadap
terjadi maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan
perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang
gaji, perusahaan dan manajemen, faktor intrinsik dan pekerjaan, kondisi kerja,
aspeksosial dalam pekerjaan, komunikasi, dan fasilitas (Dalam As'ad, 2003: 114).
faktor mengenai kebutuhan dan keinginan pegawai, yakni: gaji yang baik,
pekerjaan, pekerjaan yang berarti, kesempatan untuk maju, pimpinan yang adil
dan bijaksana, pengarahan dan perintah yang wajar, dan organisasi atau tempat
kerja yang dihargai oleh masyarakat (Heidjrachman dan Husnan, 2002: 194).
Menurut Loeke, 1995 (dalam Sule, 2002: 211), kepuasan atau ketidak puas
mempengaruhi kepuasan atau ketidak puasan kerja yaitu: jenis pekerjaan, rekan
menyenangkandapat dicapai jika sifat dan jenis pekerjaan yang harus dilakukan
sesuai dengan kebutuhan dan nilai yang dimiliki. Kepuasan kerja merupakan :
"Suatu pernyataan rasa senang dan positif yang merupakan hasil penilaian
22
terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja " (Locke, 1995, dalam Sule,
2002).
selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pegawai dan banyaknya
yang merek yakini apa yang seharusnya mereka terima, " (Robbins, 2006:26).
antara harapan yang sudah dibayangkan dari kontribusi pekerjaan yang dilakukan
dengan kenyataan yang akan didapat. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Keith
mengatakan:
"Kepuasan kerja adalah sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap
dan kebijakan organisasi, standar kinerja, kondisi kerja dan sebagainya. Seorang
dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap positif terhadap kerjaitu,
adanya selisih antara harapan yang sudah dibayangkan dari kontribusi pekerjaan
yang dilakukan dengan kenyataan yang akan didapat. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Keith Davis sebagai berikut" Kepuasan kerja adalah kepuasan pegawai
atasan, peraturan dan kebijakan organisasi, standar kinerja, kondisi kerja dan
tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap negatif terhadap kerja itu
(Robbins, 2006:179).
Dari pendapat di atas terlihat bahwa kepuasan kerja pada prinsipnya akan
didapat tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang ada
pada dirinya.
dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap
terhadap kerja, bakat, dan keterampilan; (b) faktor sosial, merupakan faktor yang
merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan
kondisi fisik karyawan, meliputi. jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan
pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur, dan sebagainya; (d) faktor
kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial,
Melayu2001:203), yaitu: (1) Balas jasa yang adil dan layak, 2) Penempatan yang
tepat sesuai dengan keahlian, (3) Berat ringannya pekerjaan, (4) Suasana dan
Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya, (7) Sifat pekerjaan monoton atau tidak.
Menurut, Robbins (2006: 181) bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh: (1)
Kerjayang secara mental menantang, (2) Ganjaran yang pantas, (3) Kondisi kerja
yang mendukung, (4) Rekan sekerja yang mendukung, dan (5) Kesesuaian
Kerja yang secara mental menantang dan dapat diartikan adanya inovasi-
inovasi baru sehingga tidak monoton, penghasilan atau kompensasi yang sesuai
dengan harapan pegawai dengan standar yang ada, iklim pekerjaan yang kondusif
Manusia dalam hal ini pegawai adalah mahluk sosial yang menjadi kekayaan
merupakan bagian dari kepuasan hidup yang bergantung pada tindakan mana
Salah satu sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia pada suatu
akan lebih baik dan akurat. Hasil penelitian Herzberg menyatakan bahwa faktor
dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja
dapat dinikmati dalam pekerjan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar
peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik.Karyawan yang lebih suka
pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting.Kepuasan kerja
pekerjaan dengan besarnya balas jasa yang akan diterima dari hasil kerjanya agar
pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap emosional yang
menikmati kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan akan merasa puas
jika hasil kerja dan balas jasanya dirasa adil dan layak. Tidak ada tolak ukur
tingkat kepuasan yang mutlak karena setiap individu karyawan berbeda standar
moral kerja, dan pergantian (turnover)kecil maka secara relatif kepuasan kerja
202).
Teori kepuasan kerja menurut Wesley dan Yulk (dalam Sule, 2002), dapat
diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan. Dengan demikian, orang akan merasa
puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas
penelitian yang dilakukan oleh Wanous dan Lawler (dalam As'ad, 2003: 105)
ad,2003: 106). Pada prinsipnya teori ini mengemukakan bahwa orang akan
merasa puas sepanjang mereka merasa ada keadilan (equity). Perasaan equity dan
inequity atas suatu situasi diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya
dengan orang lain yang sekelas, sekantor, maupun di tempat lain. Teori ini
mengidentifikasi elemen-elemen equity meliputi tiga hal, yaitu: (a) input, adalah
sesuatu yang berharga yang dirasakan oleh pegawai sebagai masukan terhadap
pekerjaannya; (b) out comes, adalah segala sesuatu yang berharga yang dirasakan
Ketiga, Two factor theory yang dikemukakan oleh Herzberg (1966) prinsip-
prinsip teori ini adalah bahwa kepuasan dan ketidak puasan terhadap pekerjaan
itu tidak merupakan variabel yang kontinyu (dalam As'ad, 2003: 108).
sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu: (a) statisfers
yang terbukti menjadi sumber ketidak puasan, seperti: company policy and
tinggi. Banyak pendapat mengemukakan bahwa kepuasan kerja yang lebih tinggi,
28
terutama yang dihasilkan oleh prestasi kerja, bukan sebaliknya. Prestasi kerja
dirasakan adil dan memadai, maka kepuasan kerja karyawan akan meningkat
Kondisi kepuasan atau ketidak puasan kerja tersebut menjadi umpan balik
yang akan mempengaruhi pestasi kerja di waktu yang akan datang. Jadi,
hubungan prestasi dan kepuasan kerja menjadi suatu sistem yang berlanjut.
Menurut Strauss dan Sayles (dalam As'ad, 2003), kepuasan kerja juga penting
akan pernah mencapai kematangan psikologis dan pada gilirannya akan menjadi
frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja
rendah, cepat lelah dan bosan,emosinya tidak stabil, sering absen dan tidak
melakukan kesibukan yang tidak ada hubungan dengan pekerjaan yang harus
dilakukan.
biasanya mempunyai catatan kehadiran dan peraturan yang lebih baik, tetapi
2001:196).
Oleh karena itu, kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi karyawan
kerja organisası. Kepuasan kerja merupakan persoalan umum pada setiap unit
kerja, baik itu berhubungan motivasi, kesetiaan ataupun ketenangan bekerja, dan
yang dapat menimbulkan kepuasan kerja adalah: pertama, faktor hubungan antar
karyawan lain: (a) hubungan antara manajer dengan karyawan, (b) faktor fisik
dan kondisi kerja, (c) hubungan sosial di antara karyawan, (d) sugesti dan teman
sekerja,(e) emosi dan situasi kerja. Kedua, faktor indivual, yaitu yang
bekerja, dan jenis kelamin.Ketiga, faktor luar (extern), yang berhubungan dengan
sebagainya).
pegawai terhadap pekerjaannya, (2) Balas jasa, (3) lingkungan kerja, dan (4)
kepeminmpinan.
B. Kerangka Pikir
memiliki fungsi dan kegunaan dalam menunjang kepuasan kerja. Dalam konteks
penelitian ini, pengawasan mewakili situasi yang menyediakan stimulis yang dapat
diamati, dihayati, dan dialami oleh organisme atau individu, melahirkan persepsi atau
model teori ini. Pengawasan dari pimpinan dapat memberikan pengaruh terhadap
perilaku dan/atau hasil perilaku pegawai dalam bekerja, dengan dimensi (1)pengawasan
Kerangka pikir tersebut, jika disusun dalam suatu skema dapat dilihat seperti gambar 2.1
berikut ini:
Kabupaten Wajo
Gambar 2.1
C. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir penelitian, serta informasi yang
diperoleh dari pegawai UPTD Bila Kalola Kaupaten Wajo pada studi
1. Pengawasan pada kantor UPTD Bila Kalola Kabupaten Wajo, paling tidak termasuk
H,: Ho 56%
31
2. Kepuasan kerja pegawai pada kantor UPTD Bila Kalola Kabupaten Wajo, Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Wajo, paling tidak termasuk kategori cukup baik.
HO HO >56%6
Ha : u0 56%.
3. Terdapat pengaruh pengawasan yang positif dan signifikan terhadap disiplin kerja
Ho: B
Ha: B1 0