Disusun Oleh :
Sandi Nugraha
P.27220010078
Konsep Dasar
A. Pengertian
Bisa ular adalah kumpulan dari terutama protein yang mempunyai efek
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Racun
binatang adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang
dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia. Sebagian
kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ, beberapa mempunyai efek pada
Racun mulut bersifat ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya, sering kali
mengandung faktor letal. Racun ekor bersifat defensive dan bertujuan mengusir
predator, racun bersifat kurang toksik dan merusak lebih sedikit jaringan. (Retno
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan
mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut
parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular
tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran
B. Etiologi
Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan
pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi
pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak
Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada beberapa macam :
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang
menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah merah), sehingga sel darah
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf
sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf tersebut mati
dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam
pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan
dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh
limfe.
terganggunya kardiovaskuler.
Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat gigitan.
7. Enzim-enzim
C. Patofisiologi
mata. Bisa ular dikeluarkan dari lubang pada gigi-gigi taring yang terdapat di
rahang atas. Gigi taring ular dapat tumbuh hingga 20 mm pada rattlesnake (ular
derik) yang besar. Dosis bisa setiap gigitan tergantung pada waktu yang berlalu
sejak gigitan terakhir, derajat ancaman yang dirasakan ular, dan ukuran mangsa.
Ular koral memiliki mulut yang lebih kecil dan gigi taring yang lebih
pendek. Hal ini menyebabkan mereka memiliki lebih sedikit kesempatan untuk
menyuntikan bisa dibanding dengan jenis crotalid, dan mereka menggigit lebih
dekat dan lebih mirip mengunyah daripada menyerang seperti dikenal pada ular
jenis viper. Semua metode injeksi venom ke dalam korban (envenomasi) adalah
untuk mengimobilisasi secara cepat dan mulai mencernanya. Sebagian besar bisa
destruktifnya.
arginin ester hydrolase telah diidentifikasi pada bisa ular viper. Neurotoxin
merupakan mayoritas bisa pada ular koral. Detail spesifik diketahui beberapa
efek esterolitik pada membran eritrosit dan menyebabkan nekrosis otot; dan
pada destruksi jaringan lokal. Rattlesnake dapat menyisakan luka yang hebat dan
neuromuscular sistemik.
kerusakan sistemik dari fungsi system organ. Salah satu efek adalah perdarahan;
koagulopati bukanlah hal yang aneh pada envenomasi yang hebat. Efek lain,
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua
gigitan ular. Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit
berbisa, yaitu terjadi oedem (pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan 5P:
pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan
Tanda dan gejala lain gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa
kategori:
1. Efek lokal, digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra menimbulkan
rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat
dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat
2. Perdarahan, gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat
abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari
mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat
3. Efek sistem saraf, bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada
sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat
4. Kematian otot, bisa dari russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan
di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat
ginjal, yang mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal
ginjal.
5. Mata, semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata
mata.
E. Pemeriksaan Penunjang
darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu protrombin, waktu
BUN dan elektrolit. Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen,
fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan dan waktu retraksi bekuan. (Retno
F. Penatalaksanaan
c. Mengobati komplikasi.
2. Pertolongan pertama :
Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera
RIGT, yaitu:
T (Tell the Doctor) : Informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul
ada korban.
naik ke atas.
menghambat aliran darah (dapat dilihat dengan warna jari kaki yang
tetap pink).
1) Balut dari telapak tangan naik keatas. ( jari tangan tidak dibalut).
4. Penatalaksanaan selanjutnya:
a. Insisi luka pada 1 jam pertama setelah digigit akan mengurangi toksin
50%.
e. ABU 2 flacon dalam NaCl diberikan per drip dalam waktu 30 – 40 menit.
5. Pemberian ABU
Derajat
Ciri
Parrish
0 1. Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam pasca gigitan.
2. Pembengkakan minimal, diameter 1 cm
I 1. Bekas gigitan 2 taring
2. Bengkak dengan diameter 1-5 cm.
3. Tidak ada tanda-tanda sistemik sampai 12 jam
II 1. Sama dengan derajat I
2. Petechie, echimosis
3. Nyeri hebat dalam 12 jam
III 1. Sama dengan derajat I dan II
2. Syok dan distress napas, echimosis seluruh tubuh
IV Sangat cepat memburuk.
Catatan: Jika terjadi syok anafilaktik karena ABU, ABU harus dimasukkan
A. Pengkajian
Gejala: Malaise.
2. Sirkulasi
hasil curah jantung tetap meningkat). Denyut perifer kuat, cepat, (perifer
3. Integritas Ego
4. Eliminasi
Gejala: Diare.
5. Makanan/cairan
(malnutrisi).
6. Neorosensori
7. Nyeri/Kenyamanan
8. Pernapasan
Gejala: Suhu umunya meningkat (37,95oC atau lebih) tetapi mungkin normal,
sembuh.
9. Integumen
B. Diagnosa Keperawatan
2. Nyeri akut berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga
adanya sensasi tidak nyaman yang parah, yang berlangsung satu detik sampai
mengalami peningkatan suhu tubuh yang terus menerus lebih tinggi dari
37,8oC secara oral dan 38,8oC secara rectal yang disebabkan oleh berbagai
kecacatan.
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan infeksi
1. Diagnosa I
bebas dispnea/sianosis.
Intervensi:
sirkulasi endotoksin.
tepat.
Intervensi:
selanjutnya.
penyebab nyeri.
kedinginan.
Intervensi:
b. Pantau asupan dan haluaran serta berikan minuman yang disukai untuk
suhu tubuh.
indikasi.
pada hipotalamus.
4. Diagnosa IV
kecacatan.
yang efektif.
Intervensi:
perawatan.
Rasional: Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus menerus untuk
e. Jelaskan pada pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk bertanya
5. Diagnosa V
Mencapai penyembuhan luka tepat waktu bebas eksudat purulen dan tidak
demam.
Intervensi:
organisme infeksius.
c. Ingatkan klien untuk tidak memegang luka dan membasahi daerah luka.
2012).