BAB II
A. Tinjauan Pustaka
sedimikian rupa sehingga siswa mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam situasi-
situasi ini siswa berinisiatif untuk mengamati dan menanyakan gejala alam,
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir
itu biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Metode inkuiri ini
sering juga dinamakan metode heuristic, yang berarti saya menemukan. Hal ini
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama
kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam
kegiatan belajar , (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang
intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan
Sanjaya (2008), mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri
siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya menempatkan siswa
sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan
sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, metode
pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi
demikian, siswa tidak hanya dituntut agar menguasai akan tetapi bagaimana mereka
dalam proses ilmiah kedalam waktu yang relative singkat, Hasil penelitian Schlenker
dalam joice dan weil (1992 dalam Wena 2009 ) menunjukkan bahwa latihan inkuiri
dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif dan siswa
dari kelompok asal dan kelompok ahli (Lie dalam Rusman, 2011:218). Model
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam
pada anggota kelompoknya semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali ke kelompok
dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga
penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian,
Dengan demikian , strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar
juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses
siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas
b. Prinsip Interaksi
antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan
sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu
sendiri.
c. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inkuiri adalah
guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berpikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh
otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan
e. Prinsip Keterbukaan
diajukan.
Oleh karena itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan
saling tergantung.
dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap
kekurangan masing-masing.
21
masyarakat kelak.
pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk
ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang
diberikan.
pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau
grafik.
Setelah siswa data yang telah dianalisis maka siswa dapat menguji
hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau
ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah
1. Pembentukan kelompok asal. Setiap kelompok asal terdiri dari 4-5 orang
jawabnya.
mendapatkan giliran.
24
siswa.
nilai.
pembelajaran ini yaitu membentuk kelompok asal yang terdiri dari 4-5
individual.
pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk
ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang
diberikan.
yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik. Setiap siswa
mendapatkan giliran.
sebagai hasil dari diskusi sebelumnya, maka siswa dapat menguji hipotesis
yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak,
4. Pembelajaran Konvensional
konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup
27
(2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada
dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar.
secara langsung). Dalam perkataan lain, guru lebih sering menggunakan strategi atau
metode ceramah dan/atau drill dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum
secara ketat. Guru berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran dilihat dari
aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan mengungkapkan
kembali isi buku teks tersebut. Jadi, pembelajaran konvensional kurang menekankan
2009).
28
pemberian informasi. Dalam kondisi ini, guru memainkan peran yang sangat penting
transmisi pengetahuan (Tishman, et al., 1993). Dalam model ini, peran guru adalah
berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku dan penjelasan guru atau ahli.
Sumber-sumber inilah yang sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Oleh karena
itu, sumber belajar (informasi) harus tersusun secara sistematis mengikuti urutan dari
Hannafin, 2001) dan biasanya bersifat deduktif. Oleh sebab itu, pembelajaran
diartikulasikan menjadi tujuan-tujuan berupa prilaku yang diskrit. Apa yang terjadi
selama proses belajar dan pembelajaran jauh dari upaya-upaya untuk terjadinya
merupakan aktivitas belajar yang bersifat linier (O’Malley & Pierce, 1996) dan
serangkaian aktivitas belajar dalam suatu tata urutan yang sistematis dan hasil belajar
(berupa prilaku) yang dapat ditentukan secara pasti (deterministik) serta teramati.
(1) mengidentifikasi dan merumuskan tujuan pembelajaran, (2) hasil belajar yang
diharapkan harus terukur serta sesuai dengan standar validitas dan reliabilitas, dan
menyusun isi bahan ajar konvensional (teks ajar dan LKS), (3) merancang dan
menyusun instrumen tes untuk mengukur hasil belajar (pemahaman konsep dan
(b) penjelasan konsep, dengan metode ceramah dan/atau demonstrasi, (c) latihan
5. Kesadaran Metakognitif
metakognisi menganding prefix “meta” dan “Kignisi”. Meta berasal dari bahasa
kerampilan yang berhubungan dengan proses berpikir. Agar kita dapat berpikir
dengan baik, maka cermatilah jalan berpikir kita ketika kita sedang berpikir. Proses
menganalisis cara berpikir saat kita sedang memikirkan suatu masalah itulah yang
“mengetahui tentang mengetahui” (Flavel, 1999; Flavel, Miller, & Miller, 2002).
seseorang pada saat sekarang. Ini termasuk pengetahuan faktual, seperti pengetahuan
tentang tugas, tujuan, atau diri sendiri, dan pengetahuan strategi, seperti bagaimana
Aktivitas metakognitif terjadi saat murid secara sadar menyesuaikan dan mengelola
31
strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan sesuatu
atau “berpikir tentang berpikir“ dan strategi untuk mengembangkan tingkah laku
pada strategi yang berisi perintah kepada anak untuk: (1) membaca secara selintas
(skim) informasi-informasi yang biasa; (2) meluangkan waktu untuk informasi yang
diulang; (3mengganti istilah yang kurang inklusif dengan istilah yang inklusif;
(5) memilih kalimat topik; dan (6) menciptakan kalimat topik apabila kalimat itu
tidak ada.
bahwa kesadaran metakognitif dibagi menjadi dua tipe yaitu self assesment yang
merupakan kecakapan siswa untuk mengakses kognitif sendiri, dan self management
dilaksanakan.
karena mendorong mereka menjadi manajer atas dirinya sendiri serta menjadi penilai
berpikir metakognitif penting dalam belajar dan merupakan penentu penting dalam
mediator parsial dari penguasaan konsep akademik yang lebih baik dan menjadi
prediktor Grand Point Average (Coutinho, 2007 dan Hopkins, 1992). Hasil penelitian
Rahman dan John (2006) juga menunjukkan bahwa kesadaran metakognitif siswa
pembelajaran biologi. Oleh karena itu penerapan berbagai strategi pembelajaran yang
pemantauan prestasi tersebut dapat melakukan refleksi diri atas kekurangan dan
contoh seorang siswa sadar lebih produktif jika dilakukan di perpustakaan daripada di
pengetahuan sifat tugas dan jenis pemrosesan yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan tugas itu. Sebagai contoh siswa sadar bahwa membaca dan memahami
teks ilmu pengetahuan memerlukan lebih banyak waktu dari pada membaca dan
tujuan kognitif telah dicapai. Proses-proses ini terdiri dari perencanaan (planning) dan
terhadap hasil aktivitas-aktivitas tersebut. Hal ini sejalan atau terkait dengan yang
kesadaran metakognitif terdiri dari dua tipe, yaitu self management (termasuk
didalamnya self planning dan self monitoring), dan self assessment (termasuk di
penelitian ini mengacu kepada kesadaran metakognitif menurut Schraw & Dennison,
dengan menggunakan kuesioner atau inventori yang telah terstandar yang disusun
oleh Sperling, dkk (2002) seperti yang disarankan oleh Panaoura & Philippou (dalam
35
Paidi, 2008) yaitu Metacognitive Awareness Inventory Junior (MAI-Jr) yang telah
banyak digunakan oleh para peneliti metakognitif pada anak-anak remaja (young
secara maksimal seluruh kemampuan siswa dalam mencari dan menyelidiki secara
dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan inkuiri adalah keterlibatan siswa
dan sistematis pada tujuan pembelajaran, dan mengembangkan sikap percaya pada
diri sendiri mengenai apa yang telah ditemukan oleh siswa. Sedangkan menurut
Nurhadi (2003), inkuiri adalah proses bertanya, dimana pertanyaan tersebut sesuai
dengan topik yang dibicarakan dan siswa harus menjawab sebagian atau
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
36
Dijabarkan dalam BNSP (2006), bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari
tahu (inkuiri) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu
bahwa salah satu strategi yang tepat untuk dilakukan dalam pembelajaran IPA
khususnya Biologi adalah dengan strategi inkuiri Pada pembelajaran dengan strategi
inkuiri guru tidak hanya berperan sebagai pentransfer pengetahuan ke siswa, guru
bukan lagi seseorang yang paling tahu, guru sebagai pendamping siswa dalam
mencapai kompetensi dasar tertentu (guru sebagai fasilitator). Dengan demikian guru
harus memahami beberapa prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana
guru berperan sebagai fasilitator, salah satu prinsip tersebut adalah faktor
tentang proses kognisi, atau pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya. Adapun
disebut sebagai keterampilan metakognitif (Nur dalam Sabilu, 2008). Lebih lanjut
digolongkan pada kemampuan kognitif tinggi karena memuat unsur analisis, sintesis,
evaluasi dan mencipta yang merupakan dasar dalam melakukan proses inkuiri dan
melatih kreativitas.
masing siswa dapat memudahkan siswa dalam menguasai pengetahuan umum yang
lebih luas, sehingga dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi baik di sekolah
kesadaran metakognitif terdiri atas pengetahuan dan regulasi dengan kategori sebagai
berikut.
1. Pengetahuan Metakognitif
a. Indikasi pengetahuan
deklaratif yaitu:
pelajar.
dan diskusi.
b. Indikasi pengetahuan
prosedural, yaitu:
situasi.
kesalahan mereka.
Tahap-2
Membuat hipotesis Prosedural Manajemen Informasi
Tahap-3
Merancang percobaan Prosedural Monitoring Pemahaman
Tahap-4
Melakukan percobaan
untuk memperoleh Kondisional Menemukan
informasi
Tahap-5
Kondisional
Megumpulkan dan
menganilisis data
Tahap 6 Monitoring
Membuat kesimpulan
berurut, dan guru-guru yang hanya menjadi pemberi informasi, sangat menghambat
pula dengan penyajian materi yang dilakukan oleh sebagian guru hanya bersifat
algoritmis, rutin dan kurang menggali kemampuan siswa untuk bernalar dan dapat
41
pembelajaran merupakan salah satu stimulus dan memicu siswa untuk berpikir.
Rusman (2011) mengemukakan bahwa model kooperatif jigsaw adalag sebuah model
belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara
heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung
dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan in formasi
kelompok terdiri dari 4-6 anak yang terstruktur, terarah, terpadu, efektif dan efisien
42
membantu secara kolaboratif untuk tujuan bersama sehingga tercapai proses dan hasil
memuat kegiatan siswa yaitu (1) kegiatan membaca untuk mengenali informasi yang
membaca bahan belajar secara seksama dan cermat sehingga mendapatkan informasi
dari permasalahan tersebut, (2) diskusi kelompok ahli untuk membicarakan topik
permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok, (3) laporan kelompok ahli ke
kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli, (4) kuis yang
(Green., Donald., Donnell., & Dansereau., 1992 dalam Miranda, 2010). Pada
kooperatif terjadi dengan baik karena adanya keterampilan mental, adanya aturan
kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang
harus dicapai.
43
belajar dan memahami materi pelajaran. Pencapaian tujuan pelajaran maupun hasil
Modek kooperatif jigsaw dalam pembelajaran IPA baik dalam kelas maupun luar
kelas melalui proses investigasi diharapkan dapat melibatkan seluruh siswa secara
antar anggota kelompok maupun antar kelompok. Karena itu, anggota kelompok yang
sehingga dapat membantu pencapaian tujuan kelompok dan pada akhirnya membantu
model pembelajaran kooperatif jigsaw, disajikan dalam Tabel 2.2 berikut ini.
kelompok berkumpul
pada suatu kelompok
(kelompok ahli)
Tahap 5 Kondisional Monitoring
Masing- masing
kelompok kembali pada
kelompok asal
Tahap 6 Mengoreksi dan evaluasi
Evaluasi.
berpikir tentang berpikir (to think about thinking), menyeleksi, menggunakan, dan
metakognitif.
Penerapan metakognitif dapat membawa kea rah peningkatan hasil belajar kognitif
siswa secara nyata. Penguasaan siswa atau suatu bacaan lebih baik jika mereka
mana, dan bagaimana pada saat mereka membaca. Siswa diajar berbicara pada diri
sendiri melalui aktivitas-aktivitas yang mereka ikuti, bertanya pada diri mereka
ditanyakan oleh guru (evaluating dan reflecting). Merefleksi proses selama aktivitas
Hasil belajar merupakan suatu hal yang sangat penting artinya dari proses
menurut Bloom (1979) dapat dibedakan atas enam ranah yaitu: pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Membagi tingkah laku kognitif
menjadi dua yaitu: (1) kognitif rendah, yang meliputi pengetahuan, pemahaman,
itu direvisi menjadi mengingat, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi, dan mencipta
1. Pengetahuan Faktual
faktual berisikan elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa jika mereka akan
Unsur-unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu yang biasa
digunakan oleh ahli di bidang tersebut untuk saling berkomunikasi dan memahami
2. Pengetahuan Konseptual
dan hubungan antara dua atau lebih kategori atau klasifikasi. Pengetahuan konseptual
mencakup skema, model pikiran, dan teori serta prinsip dan generalisasi.
3. Pengetahuan Prosedural
4. Pengetahuan Metakognitif
dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang, kognisi diri sendiri. Widodo (2003)
Hasil belajar kognitif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil
belajar ranah kognitif menurut Bloom yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl
yang menyangkut faktor internal maupun faktor eksternal, seperti : minat, motivasi,
sikap, kecerdasan (intelligensi), lingkungan belajar, strategi belajar, keadaan fisik dan
C. Tinjauan Materi
Adapun materi pokok bumi dan benda langit diajarkan di kelas X pada
semester genap dengan alokasi waktu sebanyak 8 jam pelajaran. Standar kompetensi
dari materi pokok ini yaitu mengidentifikasi objek secara terencana dan sistematis
bumi.
49
Konsep bumi merupakan salah satu materi yang cocok untuk didiskusikan.
Hal ini disebabkan karena materi bumi dan benda langit lebih mengarah kepada
pengetahuan deklaratif yang berupa hafalan. Mempelajari materi bumi dan benda
langit dengan sekedar membaca dan menghafal membuat siswa merasa bosan
terhadap materi tersebut. Diskusi dapat membuat siswa lebih memahami materi dan
membuat materi yang didiskusikan lebih bertahan lama dalam ingatan siswa
dibanding dengan hanya membaca dan menghafal. Siswa akan lebih senang
D. Kerangka Berpikir
eksternal. Faktor internal, yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal dari dalam
diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Faktor eksternal adalah kondisi
di luar individu peserta didik yang mempengaruhi belajarnya. Adapun yang termasuk
Berbagai cara yang bisa ditempuh demi mencapai hasil pembelajaran yang
hakikatnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
pembelajaran inkuiri dan jigsaw. Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu model
mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah.
yang belajar. Namun model pembelajaran ini cukup sulit untuk dilakukan siswa tanpa
pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
pengetahuan.
Dalam hal inilah kedua model ini dapat digunakan untuk saling menutupi
kreatifitas siswa dalam hal pemecahan masalah dalam sebuah kelompok. Sehingga
51
pembelajaran baru yang inovatif dan mampu mempengaruhi hasil belajar kognitif
siswa.
Pencapaian tujuan pendidikan nasional dan tuntutan pandidikan abad 21 dalam kompetisi global
Pencapaian tujuan pendidikan tersebut di atas harus dituangkan ke dalam kurikulum KTSP
Permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar materi lingkungan abiotik pada SMKN 1 Somba Opu Kab. Gowa
Rendahnya kemampuan siswa terhadap kesadaran metakognitif, dan hasil belajar siswa
Salah satu alternatif solusi dengan integrasi model kooperatif jigsaw dan metode inkuiri dalam pembelajaran IPA biologi
embelajaran ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dan pemecahan masalah dalam belajar secara berlkelompo
E. Hipotesis Penelitian
dan hasil belajar kognitif siswa kelas X SMK Negeri 1 Somba Opu
Kabupaten Gowa