PENCERNAAN docPENCERNAAN
PENCERNAAN docPENCERNAAN
PENCERNAAN
OLEH
SISWANTO
Pendahuluan :
Semua aktivitas hewan selama hidup, yang meliputi pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan
produksi (kerja, anak, susu, daging atau telur dan lain-lainnya) memerlukan energi dan gizi lain yang
diperoleh dari bahan pakan. Bahan pakan biasanya merupakan campuran dari protein, karbohidrat,
lemak, air, mineral dan vitamin. Bahan pakan demikian hanya terdapat dalam bahan berasal dari mahluk
hidup. Oleh karena itu hewan tingkat tinggi (termasuk mamalia dan unggas) sangat tergantung pada
mahluk hidup lainnya (hewan dan tumbuh-tumbuhan), dalam hal pakan yang diperlukannya.
Bahan pakan itu biasanya merupakan campuran zat-zat protein, lemak, karbohidrat, air, mineral
dan vitamin. Oleh karena tidak semua zat dapat diserap secara langsung dari dinding usus, maka harus
dipersiapkan dengan melalui pemecahan mekanis dan enzimatis secara extraseluler dalam lumen
saluran pencernaan (tractus digestivus). Hal itu dilaksanakan dalam proses pencernaan, yang meliputi
semua aktivitas saluran pencernaan dan kelenjar pembantunya (glandula accessoria). Perombakan
bahan pakan ke dalam zat-zat yang dapat berdifusi dan berasimilasi, terutama dilakukan oleh enzim-
enzim yang diekskresikan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh berbagai kelenjar yang bermuara
atau berlokasi di dindingnya.
Hewan dan alat tubuhnya (termasuk alat pencernaannya) berkembang dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya serta bahan pakannya. Dengan demikian, kita kenal beberapa golongan hewan
yang berbeda berdasarkan sumber bahan pakannya. Pada mamalia kita kenal : Karnivora (anjing,
kucing) merupakan hewan pemakan daging, sehingga sumber bahan pakannya adalah hewan lain.
Herbivora (sapi, kuda) merupakan hewan pemakan tumbuh-tumbuhan. Dalam golongan herbivora ini
dibedakan golongan herbivora berlambung tunggal (kuda, keledai) dan herbivora berlambung komplex
atau ruminansia (sapi, kerbau). Omnivora (babi) merupakan hewan pemakan segala bahan pakan yang
berasal dari hewan atau tumbuh-tumbuhan.
- Ruminansia (sapi, domba) dengan lambung komplex dan fermentasi mikrobial yang extensif terhadap
bahan nabati dalam rumen sebelum pencernaan enzimatis ; dan
Domestikasi dapat mengubah bahan pakan yang biasa dimakan, meskipun omnivora makan
tanaman dan bahan berasal dari hewan, pencernaannya terutama bersifat enzimatis seperti pada
karnivora. Ternak babi karena domestikasi lebih bersifat sebagai herbivora, sehingga terdapat
pencernaan mikrobial yang menyolok terhadap bahan nabati dalam usus tebal (intestinum crassum),
karena ransum yang diberikan mengandung lebih banyak bahan pakan nabati. Sedangkan herbivora
yang telah mengalami domestikasi terbagi 2 yaitu
- Herbivora berlambung tunggal (monogastrik), dengan pencernaan enzimatiz di bagian muka dan
fermentasi mikrobial di bagian belakang saluran pencernaan.
1. Aktivitas Makan
Aktivitas makan meliputi prehensi, salivasi, mastikasi, deglutisi, digesti, absorpsi dan exkresi
(defekasi).
2
1.1 Prehensi
Aktivitas mengambil pakan dan memasukkannya dalam mulut disebut prehensi. Pada hewan
berkaki dua (biped), tangan merupakan alat utama, tetapi tidak demikian halnya pada hewan berkaki
empat (Quadriped). Hewan bercakar menahan mangsanya dengan kaki muka, tetapi tidak
mempergunakannya untuk membawa pakan ke dalam mulutnya. Misalnya anjing dan kucing sering
menahan pakannya dengan kaki muka, tetapi memasukkannya ke dalam mulut dengan gerakan kepala
dan rahang.Pada semua hewan ternak, bibir, gigi dan lidah merupakan alat prehensi utama, namun
kepentingannya tidak sama. Pada kuda bibir atas lebih menonjol peranannya pada tugas prehensi. Oleh
karena itu bibir atas kuda sangat peka, kuat dan dapat bergerak. Pada waktu merumput bibir itu
menempatkan rumput diantara gigi pemotong (incisor) yang menggigit putus rumput itu. Bila rumput itu
disabitkan, rumput yang lepas itu dikumpulkan oleh bibir dengan bantuan lidah. Pada sapi alat prehensi
utama adalah lidah. Bibirnya kurang mudah bergerak. Lidah sapi yang panjang dan kuat serta kasar
dapat bergerak dan mampu dijulurkan ke luar mulut dan mudah dibelitkan sekeliling rumput, yang
kemudian ditarik ke antara gigi seri (di bawah) dan bantalan gigi atau dental pad ( di atas) dan
diputuskan.
Domba mempunyai bibir atas yang bercelah, sehingga dapat merumput sampai dekat tanah.
Gigi seri (incisor) dan lidah merupakan alat prehensi utama, tetapi lidah itu tidak dijulurkan waktu
merumput. Bibir atas kambing tidak bercelah. Kambing lebih sering menjangkau daun-daunan diatas
tanah. Secara alamiah babi menyungkur tanah dengan moncongnya dan membawa pakan yang
diperolehnya ke dalam mulut terutama dengan gerakan bibir bawah yang meruncing. Babi piaraan bila
tidak menyungkur tanah, melakukan prehensi dengan gigi, lidah dan gerakan kepala yang khas. Bahan
pakan yang masuk ke dalam saluran pencernaan disebut ingesta.
Cara minum hewan karnivora dan herbivora berbeda. Anjing dan kucing penyendok air dengan
ujung belas lidahnya, sedang jenis hewan piara lainnya memasukkan cairan ke dalam mulut dengan
jalan menyedot. Bibir tertutup, kecuali sekitar lubang mulut di muka yang terletak di bawah air. Lidah
menciptakan tekanan negatif dalam mulut, kerjanya seperti piston sebuah pompa dan tersedotlah air
masuk ke dalam mulut. Susu dalam puting susu bertekanan sedikit lebih tinggi daripada tekanan
atmosfer, sehingga susu itu dipaksa mengalir ke dalam mulut yang tekanannya lebih rendah daripada
atmosfer karena kerja lidah.
1.2 Salivasi
Bahan pakan yang masuk ke dalam mulut dicampur dengan cairan ludah (saliva) dan proses ini
disebut salivasi atau insalivasi. Ludah merupakan hasil sekresi kelenjar ludah (glandula salivarius).
Saliva campuran yang diperoleh dari mulut adalah zalir yang tidak berwarna dan sedikit keruh,
mengandung sejumlah kecil elektrolit, protein dan a-amilase (pada beberapa hewan), juga sel-sel lepas
dari mukosa pipi dan limfosit dari jaringan limfoid dalam mulut dan tekak (pharynx). Ludah seperti juga
getah cerna lainnya terbentuk dari darah.
1.3 Mastikasi
Mastikasi atau pengunyahan ialah pemecahan pakan secara mekanis dalam mulut.
Penggerusan terjadi diantara gigi-gigi geraham (molair).
Mastikasi ini penting karena :
1. Pakan dihancurkan, sehingga memberikan bidang permukaan yang lebih luas bagi kerja enzim atau
mikroorganisme.
2. Pakan tercampur dengan saliva, sehingga bolus lebih mudah ditelan (pelumasan).
Arti mastikasi itu tidak sama bagi masing-masing golongan hewan. Pada karnivora, mastikasi
dilakukan kurang sempurna, karena bahan pakannya tidak memerlukan mastikasi yang sempurna. Lain
halnya pada herbivora yang bahan pakannya bersifat kasar dan berbongkah (amba), sehingga mastikasi
sangat penting artinya. Pada ruminansia pengunyahan pakan yang cermat dilakukan selama
remastikasi. Pada omnivora arti mastikasi menduduki tempat antara karnivora dan herbivora.
Gerak utama gigi geraham bawah hewan adalah vertikal, terutama pada karnivora. Pada
herbivora selain itu ada gerakan lateral. Macam pakan dan arah gerak gigi geraham menentukan
perbedaan ukuran dan bentuk gigi. Pada karnivora dan omnivora yang gerakan gigi gerahamnya vertikal,
lebar gigi geraham atas dan bawah sama dan gigi-geliginya sederhana. Pada herbivora yang
gerahamnya vertikal dan lateral, gigi rahang atas lebih besar daripada rahang bawah, dan mastikasi
hanya terjadi pada salah satu sisi pada suatu waktu. Sebagai akibat gerakan lateral gigi geraham bawah,
maka gigi geraham aus dengan permukaan berbentuk pahat. Permukaan miring gigi geraham itu
tersusun atas bahan-bahan yang berbeda kekerasannya, sehingga permukaan itu kasar dan ini
4
menambah efisiensi pengunyahan. Bagian yang menonjol dan keras tersusun dari dari bahan email. Gigi
seri bukanlah alat pengunyah, melainkan alat pelepas, pemotong dan pencabik pakan.
Herbivora banyak menghabiskan waktunya untuk mengunyah, seekor kuda mengunyah selama
1¼ jam untuk ± 2 kg jerami, yang menghasilkan 60-65 beli (gumpalan pakan). Selain ada gerak geraham
ada gerak lidah dan pipi yang menjaga agar pakan tetap ada di antara gigi-gigi moler dan lambat laun
mendorong pakan ke belakang untuk ditelan. Mastikasi adalah gerakan volunter, meskipun demikian
otot-otot daging yang bersangkutan dirangsang secara reflektoris oleh adanya pakan dalam mulut, jadi
juga secara involunter. Mastikasi tergantung pada stimulasi sensoris, norvus (n.) cranialic V (n.trigemini)
merupakan saraf aferen. Impuls-impuls eferen berjalan melalui cabang motoris, saraf ini ke elevator
rahang dan musculus (m.) mylohyoid, melalui n. cranialis VII (n. facialis) ke m. digestricus dan otot-otot
bibir dan pipi, dan melalui n. cranialis XII (n.hypoglossal) ke otot- otot lidah.
1.4 Deglutisi
Deglutisi atau menelan adalah lewatnya pakan dari mulut, melalui pharynx dan esofagus, ke
lambung dan meliputi serangkaian peristiwa yang terkoordinasi dalam berbagai daerah disitu. Permulaan
deglutisi, sebagai perbuatan volunter, tetapi menjadi reflex selama pelaksanaannya.
Proses menelan itu ada 3 fase :
1. dari mulut ke pharynx
2. dari pharynx ke esofagus
3. dari esofagus ke lambung
Setelah mastikasi dan insalivasi secukupnya, pakan itu didorong lidah ke belakang mulut dan
melalui isthmus facium masuk ke dalam pharynx dan esofagus. Pada pharynx saluran pencernaan
bertemu dengan saluran pernafasan, karena itu pakan harus cepat lewat agar tak ada pakan yang
terhirup ke dalam saluran pernafasan.
Gerakan mulut dan lidah penting dalam deglutisi, karena setelah mastikasi dan insalivasi belus
pakan di bawa ke garis tengah antara lidah dan palatum durun ke dalam posisi yang cocok untuk
deglutisi. Pada saat itu pakan berkontak dengan reseptor-reseptor dalam membrana mukosa bagian
posterior mulut dan dinding posterior pharynx, dan impuls-impuls dari reseptor-reseptor itu melalui
n.glossopharyngealis, cabang laryngealis superior dari n.vagus dan cabang maxillaris dari n. trigemini
pergi ke pusat deglutasi dalam medulla. Lapisan epithelium squamosa ber-stratifikasi mampu menahan
trauma mekanis yang disebabkan oleh bahan-bahan pakan yang keras.
5
saluran itu pendek dan sederhana, sedang pada herbivora sangat lebih panjang dan komplex. Lambung
herbivora non-ruminansia (kuda, kelinci) relatif sederhana dan mirip lambung karnivora, sedang usus
tebalnya sangat lebih komplex dan lebih besar daripada usus tebal karnivora. Lambung ruminansia
sangat besar dan komplex, sedang pada usus tebal herbivora non- ruminansia.
Ke dalam saluran pencernaan bermuara sejumlah besar kelenjar yang menghasilkan getah
cerna dan mempunyai fungsi dalam pencernaan (mengandung enzim). Kelenjar-kelenjar itu ada yang
berlokasi dalam dinding salurang pencernaan dan ada yang berlokasi di luar dinding itu, misalnya
kelenjar ludah, pankreas dan hati.
Saluran pencernaan terdiri atas 4 lapisan :1. Membrana mukosa, yang membatasi lumen,
2. Submukosa, 3. Lamina muskularis, terbagi atas serabut otot sirkuler (sebelah dalam) dan serabut
otot longitudinal (sebelah luar), 4. Lamina fibrosa (peritoneum), merupakan lapisan luar.
2.1.1 Mulut
Mulut dan gigi-geliginya berfungsi :
1. Mengunyah pakan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
2. Merasakan dan mengecap pakan, karena adanya "taste bud" pada beberapa hewan.
3. Mencerna pakan dengan bantuan saliva.
4. Sebagai alat prehensi.
Bentuk mulut dan gigi geliginya pada berbagai hewan berbeda. Dari mulut, bahan pakan ditelan
melalui pharynx, masuk ke dalam esofagus.
2.1.2 Esofagus
Esofagus atau kerongkongan membentang dari tekak (pharynx) ke lambung, melewati rongga
dada (thorax) dan menembus diafragma. Pada hewan dinding esofagus itu tersusun atas 4 lapisan :
lamina fibrosa, lamina muskularis, submukosa dan membrana mukosa (selaput lendir). Pada banyak
hewan (sapi, domba dan anjing) serabut-serabut otot bergaris membentuk otot-otot sirkuler dan
longitudinal sepanjang esofagus, tetapi pada hewan lain (babi), proporsi yang bervariasi dari bagian
kaudal esofagus terdiri dari otot polos. Pada kuda dan ruminansia ada kelenjar-kelenjar dalam
membrana mukosa esofagus di bagian ujung tekak. Biasanya esofagus itu tertutup pada pertemuan
pharyngo-oesophagei oleh otot sphincter oesophagei cranialis dan meskipun secara anatomis tidak ada
sphincter pada pertemuan gastro-oesophagei, tetapi dapat didemonstrasikan akan adanya sphincter
fisiologis (fungsional) yang intrinsik.
Innervasi saraf motoris yang utama pada esofagus berasal dari n.vagus. Gerakan esofagus
yang berkaitan dengan deglutisi adalah gelombang peristaltik yang bergerak dari sphincter pharyngo-
oesophagei ke pertemuan gastro-oesophagoi. Kontraksi peristaltik sejati dari esofagus hanya dapat
ditimbulkan oleh gerakan menelan; dan kontraksi demikian disebut sebagai peristalsis primer dari
esofagus. Stimulasi esofagus lokal oleh masuknya bolus atau benda asing dalam lumen esofagus akan
menimbulkan pula gerakan peristaltik dan ini dikenal sebagai peristalsis sekunder. Arti peristalsis
sekunder adalah bila gelombang primer yang ditimbulkan oleh deglutisi hanya berhasil melewatkan bolus
ke dalam bagian atas esofagus, maka bolus itu akan menyebabkan serangkaian kontraksi reflex yang
mendorong terus bolus itu. Peristalsis yang berlawanan (gerakan anti-peristaltik) dapat terjadi dalam
6
esofagus dan terjadi pada waktu ber-sendawa (eruktasi) dan regurgitasi isi lambung ke dalam esofagus.
Meskipun mekanisme utama dari gerakan bolus sepanjang esofagus adalah gelombang peristaltik,
bekerja pula tekanan buccopharyngei dan gravitasi. Tekanan buccopharyngei terutama mengalirkan
cairan.
7
Daerah Mucosa Lambung Kuda Daerah Mucosa Lambung Babi
8
muda lainnya mungkin sama dengan pepsin. Semua proteinase mempunyai kemampuan untuk
menggumpalkan susu tetapi kerjanya terhadap kasein melewati jalan yang dilalui rennin.
Dengan menggumpalnya susu dalam lambung, makin lama gumpalan tertahan dalam lambung,
makin lama pula pepsin dapat bekerja terhadap protein susu itu. Renninogen diaktifkan oleh HCl. Lipase
lambung terdapat sedikit dalam getah lambung. Pada ruminansia tidak ada lipase lambung itu. Kerja
lipase pada umumnya adalah menghidrolisis lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol, tetapi dalam
lambung lemak masih dalam bentuk bukan emulsi,jadi diragukan kemampuan lipase lambung untuk
menghidrolisis lemak dalam lambung, kecuali bila sudah ada dalam bentuk emulsi (seperti susu
misalnya) pada waktu dimakan. Pencernaan lemak terutama terjadi diusus oleh lipase pankreas.
HCl merupakan bagian penting getah lambung dan dihasilkan oleh sel-sel parietalis kelenjar
fundus. Pada herbivora jumlah HCl dalam lambung lebih sedikit daripada karnivora atau omnivora dan di
samping itu terdapat asam lain, seperti asam asetat, butirat dan laktat, yang terbentuk karena kerja
bakteria terhadap karbohidrat.
Fungsi HCl dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. mengaktifkan pepsinogen dan renninogen
2. bekerja sama dengan pepsin dalam pencernaan protein
3. sedikit menghidrolisis sakharosa
4. bertindak sebagai bahan antiseptik lambung
Mukus lambung berasal dari kelenjar-kelenjar kardia dan pilorus, sel-sel utama leher kelenjar
fundus dan epithelia permukaan. Mukus berfungsi melindungi dan melunasi membrana mukosa
lambung.
9
Waktu makanan masuk ke dalam lambung, terjadi sekresi yang melimpah. Bila rasa lapar telah
terpenuhi, komponen psychis atau sefalik dari proses sekresi menurun dan sekresi getah lambung
seterusnya adalah karena fase gastrik. Pada gastrik sekresi lambung ini disebabkan oleh 2 macam
stimuli, mekanis dan humoral.
a. Stimulasi mekanis
Bila membrana mukosa lambung tersentuh oleh makanan, terjadinya pengeluaran getah lambung,
terutama sekresi pepsin sebagai akibat stimulasi reflex dari ujung afferent n.vagus dalam mukosa
lambung dan duodenum. Keluarnya getah lambung dapat disebabkan oleh stimulasi kelenjar-
kelenjar lambung melalui mekanisme saraf atau oleh bertambahnya aliran darah ke kelenjar itu.
b. Stimulasi Humoral
Pavlov dan Edkins telah menunjukkan bahwa kelenjar- kelenjar lambung itu dapat dirangsang oleh
bahan-bahan kimia yang ada dalam makanan atau yang dihasilkan selama pencernaan lambung.
Edkins percaya bahwa hasil pencernaan yang bertindak atas membrana mukosa pilorus
menyebabkan timbulnya suatu zat yang disebut gastrin, yang bila diserap ke dalam darah akan
men-stimulasi kelenjar fundus untuk bersekresi. Mekanisme humoral artinya bekerja melalui
peredaran darah. Getah lambung yang diperoleh selama fase gastrik sebagai response terhadap
stimulasi gastrin mempunyai keasaman yang tinggi tetapi aktivitas pepsin rendah. Pelepasan pepsin
terutama ada di bawah kontrol saraf, dan tak ada stimulasi hormon. Distensi pilorus lambung
menghasilkan suatu stimulus yang diteruskan secara humoral untuk sekresi HCl. Diperkirakan yang
bertindak sebagai agent humoral adalah juga gastrin.
3. Fase Intestinal
Adanya fase intestinal dalam sekresi lambung, dibuktikan sebagai berikut : pada seekor anjing dibuat
sebuah kantung dari seluruh lambung anjing, oesophagus dihubungkan langsung dengan duodenum
dan nn.vagi dipotong. Ketika anjing itu diberi makan, maka makanan langsung masuk ke dalam usus
dan dalam tempo 1 jam getah lambung akan keluar secara melimpah. Ada sesuatu bahan yang
terbentuk selama pencernaan, masuk peredaran darah dari usus dan merangsang kelenjar lambung
untuk bersekresi. Jadi di sini ada pula mekanisme humoral. Fase sefalik (sarafi) menghasilkan 45%,
fase gastrik 45% dan fase intestinal 10% dari sekresi total per hari.
10
Akumulasi asam dalam lambung menghambat produksi HCl, karena pelepasan gastrin dari
antrum pilorikum dihambat bila pH turun di bawah 2,5. Bila lemak atau gula masuk dalam jumlah yang
banyak, sekresi dan gerak lambung dihambat. Effek penghambatan ini juga diperoleh dari duodenum bila
dimasukkan asam, larutan hipotonis atau lemak, dan zat penghambat yang kuat (enterogastrone) yang
telah ditemukan dalam mukosa duodenum, yang dibawa ke lambung oleh darah. Dalam lambung hewan
herbivora bekerja pula bakteria dan enzyme tumbuhan. Bila konsentrasi asam HCl meningkat, kerja
mereka dihambat.
11
pada aktivitas motor dan sekretoris tractus terutama karena vasokonstriksi dan karena pelepasan
epinephrine dan norepinephrine (adrenalin dan noradrenalin) dari gld. adrenalis.
Pada kebanyakan hewan lambung itu berongga tunggal dan posisinya memungkinkannya untuk
menerima atau menolak bahan yang masuk dan melakukan berbagai proses pencernaan lambung
terhadap bahan tersebut. Lambung bertindak sebagai reservoar bahan makanan dan membentuk bagian
dari mekanisme regulasi berkaitan dengan penerusan ingesta ke intestinum tenue untuk mengalami
tingkat pencernaan selanjutnya.
Selama pencernaan lambung, dinding lambung menjadi tempat gerakan-gerakan otot yang
penting, yang aksinya menghancur- lumatkan makanan, mencampurnya dengan getah lambung dan
sewaktu-waktu mendorongnya ke dalam duodenum. Gelombang peristalsis mulai di tengah lambung dan
bergerak ke arah pylorus. Pada kelinci, anjing dan manusia, tipe gerakan lambung tersifat oleh
peristalsis corpus ventriculi serta systole dan diastole bagian pylorus. Fundus dan bagian atas corpus
ventriculi tidak menunjukkan gelombang peristalsis, tetapi otot-otot daging di daerah itu menunjukkan
adanya kontraksi tonis. Dikenal beberapa jenis kontraksi lambung lainnya. Aktivitas otot-otot daging
lambung adalah otonom, dalam hal ini menyerupai otot jantung.
12
Beberapa penelitian berkesimpulan :
1. Setiap jumlah air yang diminum hewan itu tidak berakibat buruk pada pencernaan lambung.
2. Peningkatan kandungan air dalam ingesta lambung tidak lebih dari 10% diatas kandungan air normal.
3. Kebanyakan dari air itu segera keluar dari lambung.
4. Bila lambung penuh, air memasuki isi lambung itu pada permukaannya saja. Sedikit air yang dapat
menerobos ke extremitas kiri.
5. Hanya bila lambung berisi sedikit makanan, massa itu dirembesi oleh air yang diminum.
Sensasi lambung :
Kesimpulan hasil penelitian pada manusia adalah sebagai berikut :
1. Rasa sakit fisiologi pada lambung adalah "hunger pang"
13
2. Stimulasi pada mukosa lambung normal tidak menghasilkan sensasi sentuh.
3. Membrana mukosa lambung mempunyai receptor-receptor panas dan dingin tetap receptor itu
lebih banyak dan lebih peka pada pharynx dan esofagus. Membrana mukosa rumen dan
reticulum sapi tak peka terhadap sentuhan dan tekanan.
14
(rumen berfungsi) mulai pada umur 2-3 minggu, bila dilepas di padangan (pasture). Pada domba
lambung itu mencapai berat dewasanya pada kira- kira umur 5-6 hari. Pada kambing lambung itu
berkapasitas 1/2 - 3 liter pada 10 minggu setelah disapih.
15
2.1.14 Pergerakan kompartmen lambung komplek
Ke-4 bagian lambung dilapisi tunika serosa dan lapisan muskuler. Saraf-saraf intrinsik teranyam
antara bagian-bagian (kompartmen), karena itu kontraksi yang terjadi pada salah satu bagian akan
16
mempengaruhi kontraksi bagian-bagian lain, posisi relatif bagian-bagian itu dan lubang antara bagian-
bagian yang berurutan. Pergerakan-pergerakan itu menghasilkan gerakan pencampuran dan gerakan ke
atas dari bahan-bahan dalam rumen, kembalinya digesta ke mulut untuk ruminansi dan eruktasi gas.
Reticulum dan rumen di-innervasi oleh nervus vagus dan kontraksi ke-2 bagian itu biasanya
terkoordinasi. Suatu saat rumen akan berkontraksi sendiri tanpa didahului kontraksi retikulum. Retikulum
berkontraksi dalam 2 tingkat. Pada tingkat pertama retikulum berkontraksi sampai setengah besar
relaxasi, kemudian relax dan diikuti oleh kontraksi yang lebih kuat, sesudah itu relax lagi. Kontraksi
difase ini berlangsung selama ± 10 detik dan berlangsung lebih sering selama makan daripada selama
istirahat. Sebagai akibat kontraksi retikulum itu bahan-bahan cairan tertumpah ke dalam rumen.
Kontraksi rumen mulai selama kontraksi retikulum fase kedua. Ada 2 macam kontraksi, yaitu tipe
A dan tipe B. Tipe A berkaitan dengan gelombang maju dan tipe B dengan gelombang mundur. Tipe A :
pada hewan yang dipuasakan pertama kali ada kontraksi diphase dari retikulum. Sebelum ini selesai
bagian anterior dan posterior dari saccus dorsalis rumen berkontraksi. Sebelum saccus dorsalis selesai
berkontraksi, saccus ventralis berkontraksi mula-mula bagian anterior kemudian bagian pasterior. Ketika
kontraksi ini sedang berlangsung kantong buntu yang ventral berkontraksi. Seluruh serie itu berlangsung
11 - 18 detik. Pada waktu makan pola gerakan itu sama, tapi rangkaian waktunya lebih lama. Kontraksi
saccus dorsalis yang mengikuti kontraksi retikulum tertunda beberapa detik dan saccus ventralis tak
mulai berkontraksi sampai saccus dorsalis selesai berkontraksi. Kontraksi saccus dorsalis setelah makan
berlangsung selama seluruh waktu kontraksi pada keadaan puasa, yaitu sampai 15 detik. Kontraksi
saccus ventralis berlangsung kira-kira selama waktu yang sama. Kalau kontraksi ini selesai terjadilah
kontraksi dari "ventral blind sac". Singkatnya pada hewan puasa kontraksi itu hampir seiring, tapi pada
hewan makan kontraksi itu berurutan satu persatu. Kontraksi ini mengakibatkan mengalirnya bahan ke
omasum, pengeluaran (expulsi) bahan dari retikulum, membanjirnya bahan dari posterior, mendesak ke
atasnya dan bercampurnya bahan dari kantong ventral dan mengalirnya digesta dari rumen ke dalam
retikulum yang relax.
Tipe B : gerakan tipe B ini mulai dengan kontraksi "ventral blind sac", kemudian bagian posterior
dan anterior dari saccus dorsalis dan akhirnya saccus ventralis utama. Rangkaian gerakan tipe B
biasanya terjadi segera setelah rangkaian gerakan tipe A, tetapi dapat terjadi bebas. Kontraksi makan
pada makanan yang kasar berlangsung sampai 24 jam dan kuat gerakannya. Dengan makanan pellet
kontraksi itu lemah dan berlangsung selama 1 - 2 jam. Kontraksi- kontraksi tipe B adalah response reflex
dari stimulasi pada rumen, serabut-serabut afferent dan efferent ada dalam n.vagus. Umumnya
response itu berkaitan dengan eruktasi (sendawa). Pengembangan yang cepat (distensi) dari rumen
akan melenyapkan kontraksi tipe B, tetapi sedikit pengaruhnya pada pola tipe A.
Ruminasi terjadi selama kontraksi tipe A, bila kontraksi retikulum terdahulu memaksa ingesta
pada lubang esofagus ke retikulo-rumen. Suatu gerakan inspirasi dengan glottis tertutup menyebabkan
turunnya tekanan intra-thoracis, jadi sehubungan dengan relaxasi sphincter oesophagio-rumen, maka
suatu kontraksi retikulum memaksa belus digesta ke dalam esofagus bagian caudal. Gerak regurgikasi
(anti-peristalsis) membawa digesta itu ke mulut untuk remastikasi dan redeglutisi. Pergerakan itu
dikoordinasi melalui reflex vagus sebagai respon atas stimulasi tactil (raba) pada dinding retikulum.
Kontraksi retikulo-rumen dapat dihambat oleh terbentuknya digesta dengan pH rendah.
17
2.1.15 Sulcus Oesophagei
Anak ruminansia bila menyusu, susunya langsung mengalir masuk abomasum. Menutupnya
sulcus sehingga terbentuknya pipa saluran adalah akibat reflex vagus dan ujung-ujung saraf efferent
yang terletak dalam mulut dan pharynx. Reflex sulcus oesophagei ini meliputi juga dilatasi lubang
reticulo-omasum dan terbukanya kanalis omasum sehingga susu dapat mengalir melalui omasum ke
dalam abomasum.
Susu dapat menyebabkan tertutupnya sulcus oesophagei pada pedet lebih tua dari 3 minggu,
tetapi air tidak. Garam Na terutama Na bikarbonat (60 ml dari 10% larutan) menyebabkan tertutupnya
sulcus sampai umur 2 tahun. Garam Cu tidak effektif pada sapi, tetapi effektif pada domba, sebaliknya
garam Na tidak effektif pada domba. Perbedaan antara domba dan sapi belum diketahui apa sebabnya.
2.1.16 Omasum
Fungsi utama omasum adalah mengurangi bentuk padat isinya menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil. Diperkirakan juga kerja utama omasum adalah memeras isinya dan mengeluarkan cairannya,
di samping itu ada absorpsi (mineral dan vitamin). Bahan yang masuk omasum berasal dari retikulum.
Aliran bahan dari retikulum dan rumen domba ada sebesar 300 ml/jam atau 7 1/hari. Bahan yang
18
meninggalkan omasum mempunyai kandungan bahan kering tidak lebih dari 8%. Aliran dan sifat bahan
yang meninggalkan omasum sebagai berikut :
1. Sejumlah kecil cairan yang tak mengandung bahan dapat merembes dan menetes pada waktu
kontraksi-kontraksi retikulum.
2. Semburan 20 - 30 ml yang mengandung sejumlah bahan nabati yang halus, yang terjadi pada waktu
tak tertentu antara kontraksi-kontraksi retikulum.
3. Pelejitan bongkah-bongkah bahan padat secara perlahan yang dibanjur sejumlah kecil cairan.
Volume isi abomasum dan rumen mempunyai pengaruh kontrol atas aliran melalui omasum.
Karena kapasitas omasum yang terbatas, omasum tak dapat menahan bahan padat ataupun cair lebih
lama.
Konsentrasi asam lemak volatil dan bikarbonat menurun dari rumen ke abomasum, sedang
konsentrasi chlorida meningkat. Rupanya ada pertukaran ion-ion chlorida dengan bikarbonat dan asam
lemak volatil dalam omasum. Konsentrasi yang rendah dari Na dan K menunjukkan adanya unsur-unsur
ini dalam omasum.
2.1.17 Abomasum
Abomasum adalah bagian lambung komplex yang men-sekresi getah cerna. Sekresi daerah
fundus mengandung pepsinogen dan HCl, sedang sekresi daerah pilorus sedikit dan reaksinya netral.
Getah fundus cair seperti air tetapi mengandung sejumlah kecil mukus. Kandungan bahan padat 1%
antara lain hidrogen dan ion-ion Na yang saling bergantian. Sekresi getah lambung dari daerah fondus
diperkirakan sebesar 4-6 l/hari, sedang sekresi dari pilorus sebesar 500 ml/hari.
Asiditas isi abomasum tak berubah banyak, biasanya sekitar pH 3. Abomasum merupakan
sumber gastrin, sehingga diperkirakan fase humoral dari sekresi penting artinya dan pelepasan gastrin
dapat dirangsang oleh serabut-serabut cholinergik. Fase cephalik tidak penting pada masuknya isi
omasum ke dalam abomasum dan pada konsentrasi VFA dalam isi itu. Distensi duodenum dan
masuknya asam ke dalam duodenum menghambat sekresi fundus.
Gelombang kontraksi yang kuat melewati antrum pilorikum, tetapi bagian korpus abomasum
tinggal diam. Makanan mengalir ke dalam duodenum biasanya terjadi dalam semburan sebesar 30-40 ml
setiap kali. Serankaian semburan dapat terjadi selama 10-15 menit diikuti periode istirahat. Aliran ke
19
duodenum berkurang segera setelah makan,bila bagian terbesar dari makanan berupa hay (hijauan
kering).
Aliran makanan melalui abomasum dan sekresi getah abomasum terintegrasi sehingga volume
isi abomasum meskipun berubah, dapat dipertahankan pada asiditas yang konstan. Integrasi keluar
masuknya bahan dari dan ke abomasum dengan sekresi lambung dapat ditunjukkan sebagai berikut :
1. Kekuatan dan frekuensi kontraksi retikulum berkurang bila isi abomasum meningkat.
2. Aliran digesta ke abomasum terjadi setelah setiap kontraksi retikulum.
3. Peningkatan volume isi rumen meningkatkan aliran keluar dari omasum.
4. Aliran keluar dari omasum ke abomasum dan dari abomasum ke duodenum dipengaruhi oleh jumlah
bahan dalam organ penerima.
5. Volume dan asiditas getah abomasum dipengaruhi oleh volume bahan dalam korpus abomasum dan
oleh kandungan asam lemak dalam bahan yang masuk abomasum.
6. Sekresi asam dalam getah abomasum dihambat bila pH isi abomasum turun ke daerah pH 2 dan bila
asam masuk ke dalam duodenum.
Semua itu merupakan kerangka sistem kontrol yang mengatur lalu lintas makan sejauh
duodenum dan asiditasnya.
Kapiler-kapiler limfe membawa zat-zat pakan dari mukosa intestinum, termasuk lacteal villi bermuara ke
dalam pembuluh-pembuluh limfe yang lebih besar dalam submukosa yang menembus lapisan
muskularis intestinum tenue ke dalam pembuluh-pembuluh lacteal mensentericum yang berhubungan
dengan lymphonoduli mesenterium. Pembuluh-pembuluh lacteal mesenterium bermuara ke dalam
cisterna chili yang melanjut ke ductus thoracicus, terus ke dalam vena cava anterior dan masuk ke
jantung. Gliserida dan asam-asam lemak berantai panjang, protein tertentu (terutama gamma-globulin
selama 24 jam awal hidup) dan cholesterol diabsorpsi oleh sistema lymphatica. Kecepatan aliran limfe
meningkat setelah makan.
Kapiler-kapiler darah membrana mukosa intestinum, termasuk yang dalam villi, bergabung
membentuk venulae dan venae yang bermuara ke dalam vena porta via cabang-cabang mesenterium.
Vena porta masuk hati dan darahnya bercampur dengan darah dari arteria hepatica. Vena hepatica
membawa darah dari hati ke vena cava posterior. Bahan-bahan yang diabsorpsi darah terdiri atas air,
garam-garam anorganis, asam-asam amino, monosakarida, glycerol dan asam-asam lemak berantai
pendek. Aliran darah yang cepat menjamin efficiensi absorpsi senyawa-senyawa yang kecil berat
molecule-nya ini. Kecepatan aliran darah meningkat setelah makan, tetapi peningkatannya lebih kecil
daripada peningkatan aliran limfe.
Usus tebal terdiri atas caecum (usus buntu), colon, rektum dan anus. Terdapat variasi yang
besar dalam ukuran organ ini bagi berbagai hewan. Herbivora mempunyai caeca yang sangat besar.
Organ ini paling besar terdapat pada herbivora non- ruminansia, seperti kuda, dan fermentasi bahan-
bahan nabati terjadi di sini. Absorpsi hasil-hasil fermentasi, air dan elektrolit terjadi dalam caecum dan
colon, dan isinya lambat laun memperoleh konsistensi yang lebih padat. Isi caecum diangkut ke dalam
dan sepanjang colon secara berselang- selang dan terus ke dalam rectum. Intestinum crassum tidak
mempunyai villi, tetapi terdapat sel-sel piala yang mensekresi mukous. Lapisan otot longitudinal tidak
utuh, terbagi atas 3 pita atau taenia coli sepanjang intestinum. Meskipun membrana mukosa intestinum
crassum tidak mempunyai villi, tetapi telah beradaptasi untuk absorpsi pada herbivora.
21
2.1.19 Gerakan Intestinum Tenue
Gerakan intestinum tenue dapat digambarkan gerakan mengaduk dan mendorong. Ada 3 tipe
utama dari gerakan intestinum itu, yaitu segmentasi, penduler dan peristalsis, di samping itu masih ada
gerakan-gerakan lain yang merupakan modifikasi ataupun kombinasi gerakan utama.
1. Segmentasi
Ini merupakan gerakan intestinum yang sangat penting. Selama segmentasi, suatu massa
makanan yang terdapat sepanjang intestinum, terbagi ke dalam potongan-potongan ovoid yang lebih
kecil, karena konstriksi-konstriksi yang terjadi pada interval yang teratur sepanjang massa itu. Sejenak
kemudian masing-masing potongan ini terbagi dan potongan yang berdekatan bergabung membentuk
potongan baru, demikian seterusnya. Hasil utama segmentasi adalah pengadukan bahan makanan
dengan getah pencernaan dan secara berulang meng- expose campuran itu kepada mukosa yang
absorptif. Gerakan maju sedikit dari ingesta juga mengikuti segmentasi.
2. Gerakan Penduler
Pencampuran isi intestinum secara lokal dengan getah cerna juga disebabkan oleh gerakan
berayun atau penduler dari relung-relung usus. Mungkin gerakan penduler ini sama dengan segmentasi.
3. Peristalsis
Mekanisme utama bagi bergerak majunya isi intestinum yang semisolid adalah peristalsis yang
menciptakan cincin kontraksi yang mendorong isi usus ke dalam daerah relaxasi. Hukum intestinum
menyatakan bahwa suatu stimulus pada setiap tempat di intestinum menyebabkan kontraksi di atas dan
relaxasi di bawah tempat itu. Umumnya dianggap bahwa dilatasi intestinum itu disebabkan oleh distensi
22
intestinum oleh ingesta yang bergerak maju. Gelombang kontraksi dan relaxasi bergerak sepanjang usus
sebagai gelombang peristalsis yang membawa ingesta ke arah ujung bawah tractus. Arah normal dari
gerakan peristalsis adalah ke arah anus.
Pada dasarnya peristalsis adalah suatu reflex lokal, yang meliputi receptor-receptor mukosa,
plexi intrinsik dan lapisan otot polos intestinum. Distensi dinding intestinum adalah stimulus normal yang
paling effektif untuk menimbulkan gerakan menjalar itu dan itulah sebabnya dinding intestinum selalu
dalam keadaan tegang atau kontraksi partial. Dari mukosa intestinum ditemukan zat serotonin yang
mungkin dihasilkan oleh granula sel argentaffine. Serotonia diperkirakan adalah zat yang memulai reflex
peristalsis. Villi mukosa juga memperlihatkan gerakan-gerakan memendek dan memanjang selama
pencernaan makanan dan ini membantu proses absorpsi.
Pada usus tebal, di antara pita otot (taenia coli), hanya ada otot sirkuler yang berselang-seling
membentuk daerah- daerah kontraksi dan relaxasi. Daerah kontraksi (penebalan) itu dikenal sebagai
haustrae dan berfungsi menahan bahan faeces (tinja) dalam sacculasi itu sampai sebagian besar airnya
diserap. Tinja yang dikeluarkan biasanya mempertahankan bentuk sakulasi kolon itu. Stimulasi serabut-
serabut parasimpatis biasanya menghasilkan aktivitas motor kolon yang meningkat. Sebaliknya stimulasi
simpatis menghambat gerakan kolon.
1. Gerakan Caecum
Pada karnivora, digesti dan absorpsi makanan hampir selesai ketika ingesta mencapai katup
ileocaecum dan yang masuk caecum terutama adalah air dan hasil-hasil exkresi. Dalam colon dan
caecum terjadi absorpsi air dan elektrolit yang intensif dan terdapat proliferasi bakteria yang nyata,
sehingga bakteria dan bagian-bagiannya turut membentuk faeces. Gerakan caecum bertugas untuk
mencampur ingesta agar absorpsi air dan elektrolit dari usus besar terlaksana secara maximal. Pada
anjing dan kucing distensi caecum oleh masuknya ingesta menimbulkan gelombang antiperistalsis dalam
colon yang berjalan ke belakang ke arah caecum untuk mendorong kembali isi colon. Selama proses ini
katup ileocolon tinggal tertutup.
2. Gerakan Colon
Bahan yang belum dicerna dan diabsorpsi dalam usus halus diteruskan melalui sphincter
ileocaecum ke dalam intestinum crassum. Relaxasi sphincter ini terjadi ketika gelombang peristalsis
mendekat dan terjadi kontraksi ketika gelombang benar-benar sampai pada sphincter, mencegah
regurgitasi bahan caecum dan colon ke dalam ujung ileum. Dalam colon dan caecum hanya terdapat
sedikit gerakan, gerakan itu terutama untuk mencampur agar memudahkan peranan usus besar sebagai
wadah fermentasi dan daerah absorpsi, khususnya pada herbivora.
23
melalui muscularis mucosa dan bermuara ke dalam crypte. Sekresi kelenjar Brunner itu berupa cairan
mukous jernih kental dengan pH 7 - 8, kandungan bikarbonat tinggi dan mengandung enzim. Getah
duodenum itu dapat menetralisasi asam lambung yang masuk duodenum, tetapi tugas utamanya adalah
melindungi bagian pertama intestinum dari asam lambung. Sekresi diatur dengan mekanisme humoral
dan sarafi. Bertindak sebagai hormon mungkin sekretin. Stimulasi vagus menyebabkan peningkatan
sekresi. Enzim amilase, lipase, sakarase dan laktase terdapat dalam getah itu, meskipun mungkin
mereka berasal dari sel-sel epithelia yang lepas ke dalam getah itu.
Gelung usus yang terpisah bila dirangsang secara mekanis (misalnya dengan balon atau pipa
karet) akan menghasilkan sedikit getah, zalir keruh mengandung bahan padat pucat kuning yang kecil-
kecil. Pada anjing getah itu isotonis dan elektrolit utamanya adalah Na, chlorida dan bikarbonat. Sekresi
intestinum akan mencerna berbagai bahan karena adanya berbagai enzim, tetapi sebenarnya enzim
intestinum adalah intracelluler dan dibebaskan dari sel-sel mukosa yang mengalami desquamasi
(perlepasan).
Regulasi sekresi usus belum jelas, diperkirakan ada mekanisme humoral dan saraf. Hormon
enterokrinin telah diisolasikan dari mukosa intestinum. Enzim-enzim dalam getah usus berasal dari sel-
sel mukosa yang rusak (jadi sebenarnya bukan sekresi), sangat penting artinya karena getah pankreas
dan lambung tidak cukup untuk memecah ingesta secara sempurna. Sekresi mukosa yang alkalis dari
colon tak mengandung enzim dan fungsinya terutama sebagai bahan pelindung dan pelumas.
24
menghasilkan sekresi yang mengandung glycoprotein mucin. Sel-sel mukous tidak menghasilkan enzim.
Gld. salivarius menghasilkan saliva karena sel-sel sekretorisnya ber-sekresi secara spontan sebagai
respons terhadap stimuli sarafi atau hormonal. Stimulasi sarafi yang paling penting bagi sekresi pada
kebanyakan hewan. Kelenjar ludah itu di-innervasi oleh saraf-saraf autonom sympathicus dan
parasympathicus sebagai saraf-saraf efferent dan bekerja secara synergis. Serabut- serabut saraf
sympathicus semua adalah adrenergis dan di- distribusikan ke pembuluh-pembuluh darah dalam
kelenjar dan ke sel-sel sekretoris.
Serabut-serabut saraf parasymphaticus adalah cholinergis. Impuls-impuls afferent dari mulut,
pharynx dan daerah olfactorius dihantarkan oleh n.trigemini dan n. glossopharyngealis ke pusat-pusat
salivarius. Sistem-sistem afferent tambahan dari bagian-bagian tubuh lainnya juga berhubungan dengan
pusat-pusat sekresi ludah di medulla oblongata, sehingga dapat mempengaruhi sekresi ludah. Selama
aktivitas sekresi, dihasilkan suatu enzim yang melepaskan suatu zat vasodilator dari plasma, yaitu
bradykinin.
Beberapa kelenjar ludah mempunyai kemampuan untuk ber-sekresi tanpa adanya stimulasi dan
sekresi semacam ini disebut sebagai sekresi spontan. Hal ini merupakan suatu mekanisme untuk
mempertahankan kebasahan membrana mukosa mulut dan pharynx. Mungkin kelenjar-kelenjar kecil
dalam mukosa pipi (buccalis) men-sekresi sejumlah kecil saliva secara spontan dan terus menerus.
Sebaliknya pada ruminansia gld. parotis dianggap ber-sekresi spontan. Variasi dalam komposisi getah
cerna pada tingkat produksi yang berbeda, merupakan sifat semua sekresi pencernaan. Beberapa theori
telah mencoba menjelaskan gejala ini.
1. Sel-sel sekretoris mengeluarkan cairan dengan komposisi yang berbeda.
2. Tipe-tipe sel yang berbeda dalam kelenjar itu dapat mensekresi getah yang berbeda, masing-masing
dengan komposisi yang tetap, tetapi bervariasi kecepatannya.
3. Sel-sel kelenjar men-sekresi getah dengan komposisi yang tetap dan mengalami perubahan-
perubahan bila diperlakukan oleh sel-sel lain, misalnya sel-sel yang melapisi saluran kelenjar itu.
25
3.1.2 Kelenjar ludah ruminansia
Ada 3 kelompok kelenjar yaitu :
1. Parotis dan molaris inferior. Merupakan kelenjar serous murni dan bersekresi terus-menerus. Dapat
di-stimulasi secara reflex dari mulut, dan rumen. Saliva tidak selalu mukous, isotonis dengan plasma,
alkalis dan ter-buffer dengan baik.
2. Kelenjar-kelenjar kecil di bawah pipi, palatum (langit- langit) dan pharynx. Sekresinya sedikit bila tak
di- stimulasi. Saliva dari palatum sangat mukous (kental).
3. Submaxillaris dan sublingualis. Sekresi hanya terjadi selama makan dan sangat sedikit selama
ruminasi. Saliva-saliva mukous, atau campuran, hipotonis dan kurang terbuffer dengan baik.
Kedua kelenjar parotis tidak sama dan dapat berbeda berat sampai 50%. Diperkirakan laju
sekresinya juga berbeda. Gld.parotis bersekresi terus menerus, tetapi bervariasi alirannya dan sangat
cepat terutama waktu makan dan ruminasi, dari 5-15 1/hari (pada domba) serta bereaksi alkalis dan 20-
80 1/hari pada sapi. Gld. parotis tidak secara langsung berada di bawah kontrol saraf sympathis dan
parasympathis, tetapi dipengaruhi oleh stimulasi oesofagus dan sphincter cardia. Stimulasi psychis
menghasilkan sedikit saliva, tetapi asam asetat atau cairan rumen pada lidah menghasilkan sekresi
ludah yang banyak. Peristiwa itu terjadi pada waktu regurgitasi bolus.
26
3.1.3 Pengaruh Makanan
Makanan berserat yang kering meningkatkan sekresi saliva. Makanan berdaun yang succulent
(banyak mengandung air) menghasilkan sekresi sedikit dan pada umumnya volume sekresi saliva
secara reflex berkaitan dengan kekasaran bahan makanan di lambung-lambung muka. Pada ruminansia
dewasa, campuran makanan atau bahan berserat kasar yang telah dilumatkan, bahan-bahan yang
melarut dan saliva ditelan denga aksi reflex yang dicetuskan oleh adanya bolus makanan dalam
pharynx. Glottis tertutup, pharynx memberi jalan lewatnya bolus ke oesophagus yang terbuka karena
relaxasi sphincter oesophagei cranialis. Bolus didorong menuruni esofagus oleh gerak peristalsis masuk
ke dalam kantong dorsal bagian anterior rumen karena relaxasi sphincter gastro-oesophagei yang
fungsional. Beberapa bagian makanan yang padat segera masuk ke dalam retikulum. Makanan yang
lebih ringan dan lebih berat berkumpul dalam rumen, tetapi tidak sampai penuh, biasanya ada kumpulan
gas di atas massa makanan itu. Bentuk, berat dan konsistensi bolus ber- variasi, tergantung pada jenis
makanannya. Pada sapi yang makan penuh, mungkin hanya sedikit cairan yang bebas dalam rumen.
Pada sapi yang berpuasa terdapat banyak cairan bebas. Rumen membutuhkan sejumlah besar air untuk
menjalankan fungsinya secara normal.
tergantung pada defisiensi dari makanan atau darah. Supplementasi PO 4 meningkatkan jumlah
mikro-organisme. PO4 bersama HCO3 merupakan buffer yang penting. Terdapat 300 - 500 gr
NaHCO3/hari dalam saliva dan bila tak ada buffer, pH dalam rumen menjadi 2,7 - 3,0 karena
VFA yang dihasilkan, bisa menyebabkan kembung. pH normal rumen sekitar 6,5 - 7,5. pH
normal saliva = 8,2 - 8,4 dan mempunyai tekanan permukaan yang rendah = 47 dyne/cm
(tekanan permukaan air = 71 dyne/cm), membuat saliva merupakan zat pembentuk busa
(mencegah kembung).
5. Tak ada aktivitas diastase (amilase) atau proteolisis.
6. Mengandung sedikit VFA (2-8 m M/hari).
27
7. Mengandung sampai 25 mg Na%. Dalam keadaan kurang garam, K mengganti Na tetapi tak
seluruhnya, misalnya bila Na jatuh dari 178 menjadi 46 m.eq/l karena 1000 m.eq/l Na telah
diambil melalui fistula parotis, maka K naik dari 21 menjadi 140 m.eq/l. (karena aldosterone).
8. 70% dari N2 dalam saliva adalah urea dan konsentrasinya 0,5 - 0,75 dari konsentrasi dalam
darah. Ini berarti bahwa 0,7 - 0,99 gram N2 masuk ke dalam rumen melalui saliva dan
merupakan 10% dari kebutuhan maintenance pada domba yang beratnya 45 kg. N 2 dalam saliva
28
pepsin, lipase dan amilase pankreas juga terdapat dalam darah dan konsentrasinya akan bertambah
besar bila saluran pankreas diblok (disumbat).
29
dipekatkan 2-6 kali dalam kandung empedu, sedang babi, domba, kambing dan sapi relatif menghasilkan
sedikit empedu hepatis yang pekat yang mengalami sangat sedikit pemekatan dalam kandung empedu.
Pembentukan dan sekresi empedu oleh hati adalah proses aktif yang dilaksanakan oleh sel-sel
hati dan merupakan proses yang sinambung serta dibawah kontrol humoral, kimiawi dan sarafi. Sekretin
dan zat-zat yang menyebabkan pelepasan sekretin, semuanya akan men-stimulasi sekresi empedu,
sehingga getah pankreas dan empedu biasanya disekresikan secara sejajar selama tingkat mula makan.
Choleretica atau stimulant sekresi empedu adalah garam-garam empedu sendiri, yang bekerja langsung
pada hati. Garam empedu disintesis oleh hati dan disekresikan dalam empedu. Setelah memasuki
daerah absorpsi usus halus, garam empedu itu hampir seluruhnya direabsorpsi dan dikembalikan ke hati
dalam darah partal. Jadi ada absorpsi garam empedu secara aktif melawan tingkat konsentrasi dan
absorpsi itu hanya terjadi dalam ileum. Recycling garam empedu ini dikenal sebagai sirkulasi
enterohepatis dan terutama bertanggungjawab untuk mempertahankan sekresi empedu selama makan.
30
dan lebih diperbesar oleh absorpsi air dalam kandung empedu. Biliverdin merupakan pigment empedu
utama dalam empedu ruminansia. Tetapi Garner menunjukkan bahwa bilirubin secara normal
diexkresikan dalam empedu ke intestinum sapi, dan kesukaran untuk mendemonstrasikan adanya
bilirubin mungkin karena cepatnya teroxidasi menjadi biliverdin dan senyawa semacam lainnya. Bilirubin
yang diextraksi dari plasma dapat dipisahkan dalam 3 komponen dengan mempergunakan teknik
chromatographi, yaitu :
- pigment I (bilirubin yang terikat pada albumin plasma)
- pigment II (bilirubin monoglucuronide), dan pigment III (bilirubin diglucuronide).
Kondisi icterus (penyakit kuning) menunjukkan akumuladi bilirubin yang berlebihan sampai
terdapat dalam jaringan, terutama jaringan lemak, dalam icterus obstructiva ada hambatan pada aliran
empedu, misalnya oleh batu empedu, dan oleh karena itu pigment II dan III yang terbentuk dari bilirubin
tak dapat dipindahkan. Pembentukannya oleh hati dapat terhambat dan pigment I ber-akumulasi dalam
plasma dan jaringan. Bila terjadi kerusakan sel hati sebagai akibat penyakit atau keracunan, sel-sel
hepar tak mampu mengubah bilirubin menjadi pigment II dan III serta mengeluarkannya, dan pigment ini
berakumulasi dalam jaringan. Icterus haemolytica disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan
karena destruksi erythrocyte, sehingga kemampuan hati untuk mengubah bilirubin menjadi pigment II
dan III terlampaui.
Pigment empedu adalah hasil buangan dan diexkresikan dalam empedu ke dalam lumen
intestinum dan bercampur dengan ingesta. Bilirubin glucuronide barangkali tinggal utuh dalam usus
halus, tetapi mengalami reduksi melalui serentetan urobilinogen dalam colon, yang membentuk urobilin
yang berwarna coklat oranye bila kena cahaya dan udara, dan memberi warna faeces yang karakteristik.
Sejumlah urobilinogen diabsorpsi dan diexkresikan lagi dalam empedu.
Komposisi empedu terdiri atas 2 fraksi, sekresi garam empedu dan sekresi elektrolit yang
bercampur dalam berbagai proporsi. Sekresi garam empedu komposisinya konstan dan mengandung
garam-garam empedu sebagai anion dan natrium sebagai kation. Sekresi elektrolit serupa dengan
komponen zalir sekresi pankreas dan mengandung bikarbonat dan chlorida. Bila volume sekresi empedu
meningkat, konsentrasi chlorida turun dan konsentrasi bikarbonat meningkat bersesuaian dengan
meningkatnya pH. Oleh karena itu empedu membentuk cadangan alkali yang membantu me-netralisasi
chymus asam dari lambung ketika memasuki duodenum.
4 Pencernaan
Kebanyakan bentuk pakan yang dimakan oleh hewan sangat komplex dan tidak larut untuk
dapat diserap oleh darah dan getah bening (limfe) tanpa mengalami pencernaan. Glukose, garam-garam
yang larut, air dan beberapa bahan lain tidak perlu dicerna terlebih dahulu. Faktor-faktor pencernaan
adalah mekanis, sekretoris, kimiawi dan mikrobiologis sifatnya. Faktor mekanis yang utama adalah
mastikasi, deglutisi, regurtasi, muntah, gerak lambung serta usus, dan defekasi. Faktor sekretoris adalah
aktivitas kelenjar- kelenjar pencernaan. Faktor kimiawi ialah enzim-enzim yang dihasilkan oleh kelenjar
pencernaan, enzim-enzim nabati dari pakan, dan zat kimia (seperti HCl dan elektrolit) yang dihasilkan
oleh kelenjar pencernaan. Faktor mikrobiologis adalah bakteria dan protozoa, misalnya pada ruminansia.
Sepanjang saluran pencernaan terdapat rangkaian (seri) aktivitas motoris dan sekrestoris yang
terkoordinasi oleh pengaruh saraf dan hormon. Hal itu mengatur proses pencernaan. Gerakan ingesta
31
dan pencampurannya dengan getah pankreas serta usus tergantung pada kelakuan usus halus
(intestinum tenue) yang dikoordinasi oleh aktivitas saraf intrinsik dan extrinsik. Umumnya perubahan
kimiawi yang terhadi dalam proses pencernaan adalah karena kerja enzim. Enzim merupakan katalisator
organis yang dihasilkan oleh jasad hidup (organisme). Enzim merupakan protein dan aksi enzim
tergantung pada pH, dan komposisi sekresi pencernaan (getah cerna) memastikan tercapainya pH
optimal bagi hidrolisis enzimatis pada daerah-daerah saluran pencernaan yang sesuai. Fungsi utama
proses pencernaan ialah mempersiapkan bahan pakan agar dapat diabsorpsi (diserap), yang terutama
terjadi pada usus halus dan juga pada rumen (pada hewan ruminansia), sehingga bahan pakan dapat
dicerna dan diabsorpsi secara maximal.
haemotopoesis. Lambung bukanlah organ yang harus ada, meskipun demikian tidak adanya lambung
32
peptidase
Getah pankreas aminopeptidase proamino tripsin peptida asam amino
peptidase
Getah pankreas lipase - - lemak gliserida, as am
lemak
Getah pankreas maltase - - maltase glukose
Getah pankreas sakarase - - sakarase glukose, fruktose
Getah pankreas amilase - - amilum dextrin, maltose
Getah pankreas nuklease - - as nukleat nucleotida
Succus aminopeptida - - pepton, asam amino
entericus roteose
Succus dipeptidase - - pepton asam amino
entericus
Succus maltase - - maltose glukose
entericus
Succus laktase - - maltose glukose
entericus
Succus sakarase - - sakarase glukose, fruktose
entericus
Succus nuclease - - nucleic acid purina
entericus dan basa
Succus nucleotidase - - nucleic acid
entericus
33
2. Curahan saliva yang melimpah,
3. Gerak otot daging yang terkoordinasi untuk mencapur, membalik memutar dan mendorong aliran
digesta dalam lambung,
4. Proses pencernaan enzymatis yang tergantung pada sekresi dalam abomasum dan intestinum
tenue,
5. Tempat fermentasi kedua caecum dan colon yang membesar.
Bahan amilum dan gula dari makanan ruminansia yang mudah difermentasikan segera hilang
dalam rumen dan tidak mencapai intestinum tenue atau hanya sedikit. Protein makanan mengalami
degradasi bakterial dan sedikit yang mencapai abomasum dan intestinum tenue. Bakteria dan protozoa
yang tumbuh atas substrat makanan itu dan residu makanan lewat dan masuk ke dalam abomasum,
bagian lambung yang mensekresi asam, dan hewan memperoleh sebagian besar asam-asam aminonya
dari pencernaan mikroorganisme ini.
Fermentasi cellulose, suatu proses yang lebih lambat, jarang sempurna dalam rumen dan residu
makanan yang terus ke abomasum dan intestinum tenue mengandung jumlah yang cukup untuk dapat
dicerna. Fase kedua dari fermentasi karbohidrat yang terjadi dalam intestinum crassum dibatasi oleh
substrat yang memasuki organ ini, yang terutama berupa cellulose dan bagian-bagian lain dari serat
nabati. Sekresi ke dalam lumen usus memberi sumber nitrogen dalam bentuk mukus. Kuda mempunyai
kelebihan daripada ruminansia karena dapat memperoleh glukose dari amilum dan asam-asam amino
dari protein makanan dengan pencernaan hidrolisis di dalam intestine. Pencernaan hidrolitis lebih
ekonomis daripada pencernaan fermentatif ditinjau dari sudut energi. Sebaliknya pencernaan cellulose
dan hemicellulose dalam intestinum crassum kuda tidak begitu sempurna seperti dalam rumen. Protozoa
yang ada dalam caecum dan colon, dan beberapa tipe bakteria yang terdapat dalam isi caecum, tidak
ditemukan dalam faeces, hilang entah kemana dalam intestinum crassum. Mungkin kebanyakan dari
mereka mati dan mengalami disintegrasi sewaktu isi usus bergerak ke caudal. Asam-asam amino yang
berasal dari protoplasmanya mungkin mengalami deaminasi fermentatif dan terbentuklah ammonia dan
VFA.
Retikulum dapat dianggap sebagai lanjutan rumen di sebelah anterior yang berhubungan bebas
melalui plica ruminoreticularis. Isi retikulum adalah zalir dan bahan-bahan padat yang mengambang.
Ingesta yang lebih padat dari rumen dicegah masuknya ke dalam retikulum oleh plica ruminoreticularis,
yang berfungsi sebagai sebuah pintu air di antara kedua organ itu. Pada interval yang teratur selama
sehari, bagian- bagian isi rumen dan retikulum dikembalikan ke dalam mulut (regurgitasi) untuk
remastikasi dan reinsalivasi. Proses ini disebut ruminasi. Sewaktu ada dalam retikulo-rumen ingesta itu
dicampur aduk secara kuat dan diperas oleh pergerakan retikulo-rumen.
Isi retikulum dan rumen domba sebesar 4-6 kg. Isi ke-2 organ itu pada sapi dewasa yang makan
kenyang sampai 30-60 kg. Harga-harga ini bervariasi dengan makanan, waktu makan dan kecepatan
fermentasi dalam rumen. Rumen itu tak pernah kosong, pada waktu berpuasa isi rumen makin cair.
Bahan kering yang tercampur dengan baik juga bervariasi, tetapi pada hewan yang diberi makan secara
teratur kira-kira ada 10-15% dari berat basah. Pada hewan yang merumput fermentasi dalam retikulo-
rumen berlangsung 8 jam sehari. Bakteria dan protozoa rumen hidup pada makanan yang dimakan dan
menyebabkan perubahan- perubahan kimiawi yang extensif. Hasil-hasil fermentasi yang larut sebagian
34
besar diabsorpsi dan bahan yang meninggalkan rumen terdiri atas campuran residu makanan, bakteria,
protozoa dan beberapa hasil fermentasi yang larut dalam cairan penyangga (buffer). Ada aliran saliva
yang terus menerus berubah ke dalam ke 2 organ itu dan ada aliran bahan yang terus menerus dari
retikulo rumen ke omasum dan seterusnya ke caudal ke abomasum dan intestinum.
1. Bakteria
Banyak sekali spesies bakteria dalam rumen, secara mikroskopis diperoleh sekitar 33 tipe yang
berbeda. Bryant (1959) menemukan sekitar 29 genera dan 63 spesies bakteria dalam rumen. Umumnya
mereka merupakan bakteria anaerob dan apathogen. Bakteria anaerob yang tak membentuk spora
paling banyak, meskipun ada bakteria anaerob pembentuk spora maupun bakteria yang dapat tumbuh di
luar kondisi anaerob, seperti sterptococcus bovis dan genus lactobacillus. Bakteria usus seperti
escherichia coli dan salmonella terdapat dalam rumen dan jumlahnya sangat terbatas. Bakteria patogen
yang membentuk spora tipe D dapat masuk ke dalam rumen. Dalam rumen bakteria tersebut dapat
dirombak atau terbunuh. Bila selamat dan masuk ke dalam usus, bakteria itu akan cepat berkembang
biak dan dapat menimbulkan penyakit.
Bakteria dalam rumen dengan bantuan enzim-enzimnya melaksanakan proses fermentasi.
Bakteria Butyrivibrio fibrisalvens dan Bacterioides ruminicola dapat memfermentasi saponin, glikosida,
polisakarida dan berbagai gula. Hasil akhir fermentasi dapat berupa asam-asam lemak volatil, CO 2
hidrogen dan metan.
35
2. Protozoa
Sejumlah spesies protozoa dalam rumen, terutama merupakan ciliata, lainnya adalah flagellata.
Ciliata dari famili Isotrichidae (holotrichs) mempunyai genus Isotricha dan Dasytricha. Sedangkan famili
Ophryoscolecidae (oligotricha) mempunyai species yang sangat bervariasi dalam bentuk, ukuran dan
organelnya. Genusnya yang sudah dikenal.Entodinium, Diplodinium, Epidinium dan Ophrycolex.
Protozoa rumen bersifat anaerob penuh dan memperoleh energi dari hasil fermentasi
karbohidrat. Hasil akhir metabolismenya adalah asam asetat, asam butirat, asam laktat, CO 2 dan H2.
Selain itu diproduksi pula dalam jumlah kecil asam propionat. Holotrichus lebih banyak menghasilkan
asam laktat dan asam-asam lemak lain (non-volatil). Umumnya holotrichs memfermentasi karbohidrat
yang larut dalam air. Sedangkan Oligotricha sedikit memanfaatkan karbohidrat yang larut dan lebih
menyukai butiran-butiran amilum (pati). Spesies oligotricha banyak yang mampu memfermentasi
selulose, hemiselulose dan pektin.
4.3.3 Fermentasi Karbohidrat
Populasi bakteria dalam rumen bisa sampai 109 sel per-gram, selain itu ada pula populasi
protozoa yang bercilia dan berflagella (sedikit). Ada beberapa bentuk (species) bakteria, tetapi bentuk
yang penting adalah bentuk Coccoid (90% dari populasi bakteria). Kecepatan fermentasi karbohidrat
dalam rumen bervariasi dengan avaibabilitasnya (kehadirannya). Gula yang larut cepat difermentasikan,
zat pati kurang cepat, sedang komponen struktural jaringan tanaman, cellulose dan hemicellulose
lambat. Umur tanaman dan tingkat lignifikasi penting dalam menentukan seberapa jauh komponen
Komposisi rumput umumnya bervariasi dengan umur tanaman dan antara species. Karbohidrat
yang ada terutama hexosa, sakarose dan fruktoasan (25% bahan kering pada permulaan musim panas,
tetapi hanya 4-5% pada musim semi). Dari ke-3 komponen itu fruktoasan yang terbesar dalam rumput
muda. Hemicellulose adalah polysaccharida dinding sel yang larut dalam alkali encer, tetapi tidak larut
dalam air, yang dapat dihidrolisis menjadi gula dan unit-unit asam-gula (pentosa dan hexosa). Lignin
didepositkan antara mikrofibril dan serabut-serabut cellulose. Pencernaan lignin, bila ada meliputi tidak
lebih dari 15% lignin yang dimakan.
Hasil fermentasi karbohidrat yang komplex itu adalah campuran asam-asam lemak yang mudah
menguap (VFA), CO 2 dan methane. Dalam rumen proporsi VFA adalah asam asetat (60-70%), asam
propionat (15-20%) dan asam butirat (10-15%) pada hewan yang diberi makan hijauan kering atau jerami
lainnya. Konsentrasi asam propionat dalam rumen paling besar bila makanan mengandung sejumlah
besar zat pati atau gula yang larut dan paling sedikit pada hewan yang diberi makan jerami yang rendah
mutunya. Sebaliknya asam asetat akan meningkat bila kandungan bahan kasar meningkat. Bahan pakan
yang dicerna dalam rumen terdapat dalam medium cairan yang berasal dari air yang diminum, air yang
terkandung dalam makanan dan saliva. Kandungan bahan kering bervariasi antara 8-14% tergantung
pada makanan dan waktu setelah makan. Retikulo-rumen itu anaerob dan digesta dipertahankan pada
temperatur yang sama 37-39°C, yang baik bagi suasana fermentasi. Hasil akhir fermentasi terus
menerus diabsorpsi, ada aliran substrat yang tetap dan pHnya meskipun berubah atas berbagai
36
makanan dipertahankan antara 6,0 - 6,7. Sejumlah besar saliva yang alkalis menjamin kapasitas
penyanggaan (buffer) yang baik.
Berbagai ragam bakteria dan protozoa dengan substrat spesifik yang berbeda terdapat dalam
digesta retikulo-rumen. Beberapa hanya memfermentasi karbohidrat yang larut dan substrat lain yang
larut tersebar dalam fase cairan, sedang lainnya berkelompok atau melekat pada bahan padat. Protozoa
menelan partikel-partikel kecil. Cendawan (fungi) juga terdapat pada bahan padat dalam rumen, tetapi
kepentingannya belum diketahui. Energi yang diperoleh dari proses fermentasi digunakan oleh mikro-
organisme untuk fungsi cellulair, sinthesis protein dan pertumbuhan. Protein makanan secara extensif
dihidrolisis dan sementara beberapa asam amino digunakan oleh bakteria dan protozoa untuk sinthesis
protein bagi tubuhnya, bagian terbesar difermentasi yang menghasilkan NH 3. Kebanyakan, tetapi tidak
semua bakteria rumen mempunyai kemampuan mempergunakan NH3 sebagai satu-satunya sumber N
dalam sinthesis protein.
(CH4). Nitrogen dan oksigen terdapat sedikit sekali. Methane dibentuk pada reduksi CO 2 oleh bakteria
methanogenis. Hidrogen, formate dan succinate merupakan donator hidrogen bagi reaksi ini, itulah
sebabnya tak ditemukan dalam rumen, meskipun semuanya dikenal sebagai hasil methabolisme
berbagai bakteria rumen. Pada sapi methane membentuk 20-40% dari gas total yang terdapat dalam
rumen, tetapi CO2 dapat bervariasi dari 20-65% pada sapi yang diberi makan sekali dalam 24 jam.
Biasanya CO2 membentuk 60% dari gas dalam rumen pada hewan yang diberi makan ad libitum. CO2
timbul selama fermentasi karbohidrat dan deaminasi asam-asam amino. Segera setelah makan terjadi
peningkatan pembentukan gas sampai 20 l dalam 30 menit pada sapi, tetapi kemudian menurun sampai
5 - 10 l dalam 30 menit setelah 4 jam.
berantai pendek. Beberapa peptida dan asam amino dapat langsung masuk sel bakteria, tetapi
kebanyakan bakteria rumen mampu mensinthesis protein selnya dengan mempergunakan ammonia
sebagai sumber N utama, meskipun perlu adanya sulfur dan struktur carbon yang dibutuhkan dalam
proses ini.
Konsentrasi ammonia dalam rumen dipengaruhi oleh :
1. jumlah dan solubilitas protein makanan
2. jumlah urea yang masuk bersama saliva
37
3. kecepatan absorpsi ammonia dari rumen
Dalam cairan rumen ada aktivitas urease, sehingga urea yang masuk segera dihidrolisis menjadi
ammonia dan CO2. Peningkatan jumlah gula dan zat pati dalam makanan mengurangi konsentrasi
ammonia dalam rumen, karena karbohidrat larut yang cepat difermentasi itu, menyediakan energi yang
diperlukan bagi sinthesis protein protoplasma sel bakteria dari ammonia secara cepat.
Kebanyakan N dalam bahan nabati yang dimakan ruminansia terdapat dalam bentuk protein,
tetapi asam-asam amino dan amida (asparagine dan glutamine) dan senyawa-senyawa N-non- protein
lainnya, juga ada. Dalam beberapa tanaman muda bentuk NPN yang larut dalam air (termasuk nitrat)
terdapat sampai 30% dari N total. Protein dan yang mengalami donaturasi dalam hijauan kering (hay)
dan protein butiran cereal, meatmeal dan bungkil lainnya yang telah mengalami pemanasan, akan lebih
lambat mengalami pemecahan. Beberapa N tanaman tak dapat dipecahkan oleh enzim mikrobia karena
batas fisik yang dihasilkan oleh lignin dalam serabut-serabut tanaman atau karena ikatan kimiawi dalam
serabut itu. Senyawa- senyawa N yang kurang mudah dipecahkan ini, dapat melewati rumen tanpa
fermentasi ini disebut sebagai nitrogen makanan tak terpecah (UDN = Undegraded dietary nitrogen) atau
protein by-pass atau protein terlindung (protected protein).
(thiamine) dapat disinthesis kurang jelas. Kebanyakan thiamine yang ada dalam rumen larut dan
bersamaan dengan vitamin B lainnya dapat di-absorpsi dari rumen. Satu-satunya deficiensi vitamin B
yang dikenal pada ruminansia dewasa berkaitan dengan kurangnya cobalt dalam makanan. Co
merupakan grup prosthetik dari cyanocobalamin (vitamin B12) yang disinthesis oleh bakteria dalam
rumen. Kekurangan cobalt menyebabkan tidak cukupnya sinthesis vitamn B12 dalam rumen,
menyebabkan kekurangan nafsu makan dan pertumbuhan yang lambat pada ruminansia muda.
mudah menguap (VFA) dan ammonia dari caecum ke arah caudal. Aktivitas intestinum crassum sebagai
organ absorpsi sangat besar.
5 Absorpsi
Absorpsi merupakan suatu proses pengalihan zat-zat makanan yang tercerna dari lumen saluran
pencernaan (usus) ke dalam darah dan/atau limfe. Zat-zat yang diabsorpsi itu diangkat ke jaringan-
jaringan untuk proses degradasi, sintesis atau penimbunan. Beberapa obat tertentu (misalnya
strychnine) dapat diabsorpsi dari permukaan epitelia mulut, pharynx dan esofagus. Absorpsi pada
lambung hewan monogastrik sangat terbatas. Pada galibnya zat-zat makanan belum siap untuk
diabsorpsi. Protein baru sebagian terdegradasi, lemak terhidrolisis sedikit dan pencernaan karbohidrat
belum sempurna.
Mukosa usus merupakan pintu masuk bagi hasil-hasil akhir pencernaan. Gangguan dalam
aktivitasnya dapat mempunyai pengaruh yang luas pada metabolisme hewan itu. Bila laktase tidak ada,
laktose tidak akan terpecah menjadi monosakarida dan terbuang keluar tubuh. Absorpsi Ca dapat
39
meningkat bila vitamin D ada dalam lumen usus. Volume total sekresi getah cerna dapat beberapa kali
lipat volume makanan dan air yang masuk. Ini juga harus direabsorpsi oleh epithelia usus.
Mukosa usus juga merupakan pintu masuk bagi bakteria, virus, racun dan toxin ke tubuh hewan.
Oleh karena itu perlu mekanisme proteksi. Zat-zat beracun dapat ditolak dengan muntah dari lambung,
sebelum masuk ke dalam usus. Isi lambung yang sangat asam dapat merupakan benteng yang efektif
terhadap bakteria pathogen.
Selain fungsi absorpsi, mukosa usus halus juga men-sekresi air, elektrolit, protein plasma dan
lipid ke dalam lumennya. Usus itu sebenarnya permeabel dalam 2 arah. Ketidakberesan absorpsi atau
sekresi akan mengganggu proses normal yang seimbang dan menimbulkan malfungsi (gangguan fungsi)
dengan derajat kehabatan yang bervariasi.
Garam-garam anorganik biasanya tidak diabsorpsi dari lambung. Namun beberapa obat-obatan
tertentu dapat diabsorpsi dari lambung pada beberapa hewan. Usus halus merupakan lokasi utama bagi
absorpsi pada karnivora dan omnivora. Usus tebal sebagai organ absorpsi, mempunyai arti terbatas
pada karnivora dan manusia, kecuali bagian awal kolon yang menjadi tempat berlangsungnya absorpsi
air.
Pada semua hewan herbivora, usus tebal itu telah beradaptasi menjadi tempat absorpsi
terutama pada herbivora berlambung tunggal. Namun pada ruminansia, usus tebal kurang artinya,
karena pencernaan dan absorpsi terjadi terutama di saluran pencernaan bagian muka.
Pada hewan ruminansia epithelia yang melapisi rumen, retikulum dan omasum terdiri atas
lapisan dasar kolumner dan sel- sel di atasnya transitional dan kuboidal. Tipe kuboidal menjadi sel-sel
yang pipih dan mengalami keratinisasi dan banyak sel-sel yang berkeratin berbentuk tak karuan pada
lapisan-lapisan atas pada permukaan. Sel-sel kolumner basal berhubungan erat dengan kapilaria darah
yang menembus papillae. Ruminansia muda yang tetap minum susu tidak berhasil mengembangkan
papillae secara normal. Juga cairan rumen tidak menyebabkan perkembangan papillae. VFA yang
terbentuk dalam rumen dapat menghasilkan perkembangan papillae, mungkin karena beberapa
metabolisme asam-asam ini terjadi dalam epithelia rumen. Butirat lebih effektif daripada propionat dan
propionat lebih effektif daripada asetat dalam merangsang pertumbuhan papillae. VFA meningkatkan
aliran darah ke rumen.
40
2. Transport aktif atau absorpsi dengan proses yang tergantung pada fungsi spesifik sel-sel epitelia.
Bagi sejumlah besar zat, epitel usus itu tidak permeabel, maka berkembanglah sejumlah sistem
transport spesifik untuk mengabsorpsinya. Semua sel mempunyai mekanisme untuk
menggerakkan zat-zat makanan lewat membrana sel. Akan tetapi sel-sel mukosa usus
mempunyai kepentingan tambahan karena zat-zat makanan yang diabsorpsi bukan hanya untuk
memenuhi kebutuhan energi bagi sel-sel sendiri, melainkan juga untuk bagian tubuh lainnya.
Mekanisme transport aktif ini mampu mempercepat proses absorpsi berlipat ganda
daripada difusi sederhana yang relatif lebih lambat. Selama proses transport aktif zat-zat
makanan digerakkan lewat membrana sel epithel melawan suatu derajat elektrokimia, sehingga
diperlukan energi. Gerakan melawan suatu derajat konsentrasi dan inhibisi absorpsi oleh
blokade reaksi-reaksi yang menghasilkan energi di dalam sel, merupakan bukti paling penting
bagi adanya transport aktif.
Proses absorpsi sebagian besar tergantung pada struktur senyawa yang diabsorpsi dan
pada struktur membrana. Enzim- enzim dapat bertindak sebagai penghantar dalam mekanisme
transport aktif itu. Meskipun transport aktif merupakan proses paling penting dalam absorpsi
hasil-hasil pencernaan, ternyata transport berperantara oleh beberapa penghantar yang dapat
bergerak, penting dalam gambaran absorpsi total.
Proses transport aktif dapat dibagi dalam beberapa mekanisme:
a. Transport berperantara, interaksi senyawa yang diabsorpsi dengan suatu komponen kimia.
b. Difusi terbatas, ukuran pori kecil membatasi difusi molekuler.
c. Dimerized theory, interaksi intermolekuler dengan pengikatan hidrogen untuk meningkatkan
sifat lipophili senyawa, yang memungkinkan lewat melalui lapisan lipoid pori.
d. Lintasan dengan aliran balik yang menciptakan suatu derajat konsentrasi.
e. Transport aktif dengan penghantaran, meliputi suatu sumber energi dan biasanya
termasuk kation logam alkali.
f. Pinocytosis, pencaplokan partikel - partikel tertentu, seperti butir-butir lemak dan langsung
masuk ke dalam sel epitel. Pinositosis merupakan proses yang sangat selektif
daripada konsentrasi dalam plasma, dan yang sebagian besar ada dalam bentuk bikarbonat, karena
larutan rumen tetap sedikit diatas netralisasi. Jumlah CO 2 yang berakumulasi dalam rumen equivalent
dengan setengah jumlah asam lemak yang diabsorpsi. Asam laktat diabsorpsi dari larutan netral dan
asam, tetapi kecepatan absorpsinya sekitar sepersepuluh kecepatan absorpsi VFA. Asam laktat dalam
larutan netral menurunkan kecepatan absorpsi VFA. Konsentrasi asam laktat dalam rumen banyak, bila
41
diberi makanan yang banyak mengandung butir-butiran atau kaya akan gula. Asetat dan butirat adalah
ketogenik, sedang propionat adalah antiketogenik.
Ammonia (NH3) lebih cepat diabsorpsi daripada ion ammonium (NH4). Seberapa jauh absorpsi
itu tidak hanya tergantung pada konsentrasinya dalam rumen, tetapi juga dapat asiditas larutan dalam
rumen. Absorpsi lebih cepat pada pH 6,5 daripada pH 4,5. Tanda-tanda keracunan urea akan tampak
bila pH rumen meningkat sampai 7,3 dan tak langsung berkaitan dengan konsentrasi ammonia dalam
rumen. Konsentrasi tinggi dapat ditoleransi, asal pH di bawah netralitas .
Konsentrasi chlorida dalam rumen biasanya lebih rendah daripada yang dalam plasma. Absorpsi
chlorida terjadi melawan derajat konsentrasi. Fosfat hanya diabsorpsi sedikit, meskipun konsentrasinya
dalam rumen berlipat ganda daripada yang dalam plasma. Absorpsi Na terjadi melawan derajat
konsentrasinya dan potensi listrik, jadi merupakan proses aktif dalam epithelia rumen. Beberapa
percobaan telah memastikan adanya absorpsi aktif Na, dan K disekresikan secara aktif ke dalam rumen.
Konsentrasi K dalam rumen biasanya lebih besar daripada yang dalam plasma, sedang harga Na
biasanya lebih kecil dalam rumen daripada dalam plasma. Epithelium rumen relatif impermeabel
terhadap fosfat, meskipun sejumlah sangat kecil dapat menembus epithelium. Dalam omasum selain air,
juga diabsorpsi VFA, mineral dan vitamin, karena epithelium omasum secara histologi sama dengan
epithelium rumen. Dalam abomasum juga terjadi absorpsi VFA, karena pH sekitar 3 dan kebanyakan
dari asam itu tidak terdissosiasi, juga adanya VFA dalam abomasum merangsang sekresi getah
lambung, menunjukkan bahwa ini mungkin akibat VFA menembus epithelia abomasum.
43
mungkin karena perubahan morfologis dari mukosa intestinum yang kebanyakan berkaitan dengan umur
hewan. Immune globulin dari kolostrum diabsorpsi utuh dengan proses pinositosis pada umur awal hidup
hewan domba, babi, anjing dan pedet. Absorpsi protein utuh hampir selalu melalui jalan limfe.
44
Absorpsi dibatasi oleh kemampuan bersenyawa dengan Fe dari apoferritin (suatu protein) untuk
membentuk ferritin. Absorpsi Fe secara transport aktif kebanyakan terjadi dalam duodenum.
6 Exkresi
Exkresi merupakan proses pengeluaran sisa-sisa metabolisme keluar dari tubuh. Ekskresi dapat
dilakukan oleh tubuh dengan cara antara lain defekasi, urinasi dan pengeluaran keringat.
kreatinin. Selain ginjal, yang dapat mengeluarkan substansi-substansi yang tidak dapat menguap adalah:
1. Hati dan usus, yang mengexkresikan pigmen empedu dan logam berat
2. Kelenjar keringat, yang mengeluarkan air dan NaCl.
Jadi kecuali kedua organ tersebut diatas, tubuh hewan sangat tergantung pada ginjal untuk
mengexkresikan hasil-hasil terakhir metabolisme, dan substansi-substansi yang diabsorpsi dari usus
yang tidak dapat digunakan oleh tubuh. Ginjal mengandung sejumlah nefron, yang berperan dalam
exkresi. Tiap nefron merupakan suatu unit ginjal, yang terdiri dari badan Malpighi dan tubulus. Susunan
ginjal sangat komplex, pada kelinci ditaksir ada 1,5 x 105 nefron, dan pada manusia 1 x 10 6 nefron. Luas
membrana glomeruli dalam dua buah ginjal manusia adalah 2 m 2 dan jumlah panjang tubuli ± 60 km.
45
muskularis. Mukus (lendir) di-sekresikan sepanjang saluran pencernaan oleh sel-sel dalam mukosa dan
bertindak sebagai pelumas. Diantara lapisan muskularis dan mukosa terletak submukosa yang
mengandung kelenjar-kelenjar sekretoris.
7.1.3 Ventriculus
Dilapisi oleh epithelium kolumner yang berkeratin. Kelenjar- kelenjar tubuler bermuara pada
permukaan dan teratur dalam kelompok-kelompok. Untuk membuat permukaan penggerus yang keras
dan untuk melindungi mukosa yang lunak, dihasilkan koilin suatu komplex protein/polisakarida yang
disekresikan oleh kelenjar-kelenjar dalam lapisan submukosa. Koilin mengeras bila berkontak dengan
asam dari proventrikulus dan dihasilkan terus menerus sebagai lapisan-lapisan sejajar dengan
permukaan mukosa dan sebagai batang-batang yang tegak lurus pada permukaan mukosa.
46
Batang-batang itu menonjol dari lapisan sejajar dan membentuk "gigi empedal" yang membantu
pemecahan makanan. Ventrikulus mempunyai lapisan otot yang tebal, karena organ ini berfungsi
sebagai alat penggerus makanan. Bahan makanan dalam empedal digerus sampai cukup lumat untuk
dikeluarkan melalui sphincter ke dalam duodenum. Jonjot-jonjot mukosa di daerah ini mencegah
keluarnya partikel makanan yang besar dan grit. Pada bangsa burung pemakan biji-bijian ventrikulus itu
berkembang dengan baik, tetapi pada bangsa burung karnivora, empedal itu kecil dan tak berkembang,
sehingga dapat dianggap sebagai tambahan pada proventrikulus. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk
pencernaan yang berbeda terjadi pada species yang berbeda.
47
7.1.4 Intestinum tenue (Usus Halus).
Terdiri atas duodenum yang bergelung dan mengandung pankreas dan jejunum serta ileum yang
dilapisi epithelium kolumner simplex yang mengandung banyak sel-sel piala (Goblet cells), gambaran
seperti pada kuda. Villi terdapat sepanjang intestinum tenue dengan crypte Lieberkuhni, tetapi tak
mengandung kelenjar-kelenjar Brunner. Intestinum tenue unggas lebih pendek daripada usus halus
mammalia. Daerah permukaan untuk absorpsi diperluas oleh adanya lipatan-lipatan pada submukosa
(plica Kerkringi) dan pada mukosa (villi). Selanjutnya ada lipatan-lipatan pada permukaan epithelium villi,
yaitu mikrovilli yang makin memperluas permukaan absorpsi. Sel-sel piala dalam mukosa mensekresi
mukus, yang pada duodenum sangat tebal dan melindungi permukaan mukosa terhadap bahan asam
dari empedal. Mukus juga berperan dalam menetralkan asam itu dalam duodenum, Crypte Lieberkuhni
terletak diantara villi dan merupakan daerah dengan pembelahan mitosis yang aktif. Sel-sel epithelia
yang baru terbentuk menjadi dewasa (masak) ketika bergerak naik ke permukaan villi dan setelah
mencapai puncak dilepaskan ke dalam lumen intestinum. Migrasi itu mengambil waktu 48 jam dan sel-
sel yang dilepaskan itu secara nyata menyumbang protein endogenous dalam saluran pencernaan.
48
banyak pepsinogen secara autokatalisis. Pepsin adalah enzim yang mencerna protein, tetapi karena
dihasilkan dalam bentuk non-aktif, jaringan mukosa proventrikulus tidak dicerna.
tembolok dari netral menjadi sekitar 4,5 dalam waktu 6-8 jam. Beberapa hasil digesti dapat diabsorpsi
49
dari tembolok, tetapi hanya dengan jalan diffusi karena epithelia tembolok tak beradaptasi untuk absorpsi
secara transport aktif.
Pencernaan protein tingkat pertama terjadi dalam proventrikulus dan empedal. Bagian luar bolus
makanan cepat diasamkan, tetapi bagian dalam lebih lambat. pH optimum bagi pepsin adalah 2,0 dan
asam menghidrolisis sakarosa dan beberapa polimer fruktose. Bahan makanan hanya tinggal sebentar
dalam proventrikulus sebelum memasuki empedal, tetapi dapat keluar masuk beberapa kali. Kerja gerus
empedal dengan cepat mencampur makanan itu dengan getah lambung dan pH yang rendah mencegah
aktivitas lebih lanjut dari bakteria atau amylase saliva. Jumlah bakteria dalam ventrikulus lebih rendah
daripada bagian-bagian tractus lainnya. Makanan yang telah dilumat-lumatkan kemudian didorong ke
dalam duodenum dan digesti pepsin jalan terus sampai pH naik menjadi 6,0 - 6,5 karena netralisasi
getah pankreas. Ketiga komponen utama makanan (karbohidrat, protein, lemak) mengalami digesti pada
waktu yang sama dalam usus halus.
50
spesifik yang tergantung pada struktur asam amino sendiri (individual). Transport aktif memerlukan
energi, ion Na, oxigen dan vitamin B6 (pyridoxal phosphate)
portal, tetapi banyak dari hasil- hasil fermentasi itu, termasuk vitamin-vitamin dimanfaatkan oleh bakteria
dan tidak oleh unggas. Absorpsi air dari caeca dan kolon merupakan suatu adaptasi pada konservasi air
yang penting pada unggas. Ayam tanpa caeca minum lebih sering dan menghasilkan kotoran yang lebih
51
berair daripada normal. Diperkirakan unggas memperoleh sedikit manfaat langsung dari digesti bakteria
dalam caeca.
Faeces unggas tersusun atas residu yang tak dapat dicerna, sel-sel lepas (rusak), bakteria serta
hasil-hasil digestinya, residu sekresi pencernaan dan protein endogenous lainnya. Nilai gizinya tinggi
bagi ruminansia dan dapat pula digunakan sebagai supplement pada ransum babi dan unggas setelah
dikeringkan dan disterilisasi.
52