Anda di halaman 1dari 15

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS KARAKTER

N
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya pendidikan karakter ini dirumuskan guna membentuk bangsa
yang kuat dan berkarakter, bermartabat serta diegani di dunia internasional. Untuk
mendapatkan bangsa dan negara yang semacam itu perlu penerapan pendidikan
karakter yang benar. Semua elemen kenegaraan dan bangsa harus ikut andil dalam
pelaksanaan pendidikan karakter ini. Berbagai ranah baik itu pendidikan maupun
yang lainnya harus ikut membangun karakter bangsa secara utuh.
Dari adanya wacana dan semangat membentuk pribadi bangsa yang
berkarakter, muncullah berbagai variasi dari pendidikan karakter ini. Kita tahu bahwa
dalam pendidikan karakter terdapat banyak nilai-nilai yang wajib untuk ditumbuhkan,
dikembangkan, dan dilaksanakan. Nilai-nilai yang terdapat dalam pendidikan karakter
diantaranya adalah jujur, disiplin, toleransi, cinta tanah air, dsb. Dari nilai-nilai
tersebut terbentuklah banyak model pembelajaran karakter ini. Sehingga perlu kerja
keras untuk dapat menumbuhkan dan melaksanakan nilai-nilai karakter dalam
kehidupan sehari-hari.
Di dunia pendidikan misalnya, maraknya tawuran antar sesame pelajar dan
antar mahasiswa, ini juga telah menjadi kebiasaan yang tak lagi tabu di kalangan
mereka hingga mendadak menjadi sebuah trend setter tersendiri yang menjelma
sebagai identitas baru akan eksistensi diri mereka, para pelajar dan mahasiswa.

Eksploitasi hak antar sesama bangsa dan sebagainya juga banyak mewarnai
pemberitaan media, bahkan hampir saja tersaji dan menghiasi layar kaca pemberitaan
televisi di setiap harinya. Belum lagi di arus bawah, pada level masyarakat umum,
maraknya kasus mutilasi, pembunuhan berencana dengan pengabaian hak-hak asasi
manusia dan kasus-kasus lain, ini juga seakan-akan telah menjadi sebuah kelaziman
tersendiri oleh bangsa ini yang menjamur dikota-kota besar hingga pelosok desa.
Ironisnya para pemangku jabatan seakan-akan tak lagi perduli akan kemorat-maritan
nasib bangsanya sendiri.

Maka oleh sebagian kalangan, keterpurukan dan kebobrokan kondisi bangsa


Indonesia di semua lini, ini terjadi antara lain karena semata-mata dianggap telah
membiasnya karakter dan kepribadian bangsa hingga tak lagi dilihat sebagai bangsa
yang maju, mandiri, bermartabat dan berwibawa di mata internasional, dan ini oleh
sebagian kalangan, secara prinsip di klime antara lain karena telah mundur dan
terbelakangnya faktor pendidikan moral dan spiritual yang diberlakukan pemerintah
kepada bangsanya sendiri. Fakta ini secara jelas disinyalir dengan masih berjalan
stagnan -kalau tidak mau dibilang mundur- akan rating atau peringkat system
pendidikan yang di raih bangsa ini bila di komparasikan dengan kemajuan system
pendidikan bangsa-bangsa lain didunia yang melesat naik secara drastis jauh
melampaui rating system pendidikan bangsa Indonesia, negara kita tercinta ini yang
hanya mampu menempati peringkat 64 dari 65 negara di dunia seperti yang baru-baru
ini santer di beritakan.
Dalam model pembelajaran pendidikan karakter terdapat beberapa variasi
seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa terdapat pendidikan nilai karakter dengan
basis kasih sayang, media massa, IT, agama, dsb. Dari adanya berbagai basis yang
dapat digunakan untuk pembelajaran nilai karakter, dalam makalah ini penulis akan
memaparkan mengenai salah satu basis pembelajaran dari nilai-nilai karakter. Dimana
pembelajaran nilai-nilai karakter dengan basis ini dirasa paling pokok, mendasar, dan
efektif untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter, mengontrol perilaku dan membentuk
karakter bangsa. Pembelajaran pendidikan agama islam berbasis karakter akan penulis
bahas pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari pendidikan karakter ?
2. Bagaimana prinsip dari pendidikan agama islam berbasis karakter?
3. Apa dalil yang menjelaskan tentang pendidikan agama islam berbasis karakter?
4. Bagaimana tujuan dan fungsi dari pendidikan agama islam berbasis karakter?
5. Bagaimana implementasi pendidikan agama islam berbasis karakter?
6. Bagaimana kelebihan dan kelemahan dari pendidikan agama islam berbasis
karakter?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari pendidikan karakter.
2. Untuk mengetahui pengertian dan prinsip dari pendidikan agama islam berbasis
karakter.
3. Untuk mengetahui dalil yang menjelaskan tentang pendidikan agama islam
berbasis karakter.
4. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi dari pendidikan agama islam berbasis
karakter.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pendidikan agama islam
berbasis karakter.
D. Manfaat

Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita dapat
mengetahui lebih dalam tentang Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter yang
bisa menambah dan memperluas wawasan kita tentang Agama Islam yang nantinya
dapat digunakan untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi untuk kedepannya.
BAB II

LANDASAN TEORI

A.Pengertian Pendidikan Karakter

1.Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, terdapat dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu
paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek
berarti ilmu pendidikan.Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik berasal dari
kata Yunani paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”.
Dengan kata lain, pendidikan merupakan suatu aktivitas untuk mengembangkan
seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia, beliau mengatakan
bahwa “Pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intelek) dan jasmani anak didik.”Lebih jelasnya, berikut akan dipaparkan mengenai
pengertian pendidikan menurut para ahli:

a. Soegarda Poerbakawatja dalam “Ensiklopedi Pendidikan” menguraikan pengertian


pendidikan sebagai “semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk
mengalihkan pengetahuannya, pengalamanya, kecakapannya serta
keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkannya agar dapat
memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah”.
b. b.Menurut Sully, “Pendidikan ialah menyucikan tenaga tabi’at anak-anak, supaya
dapat hidup berbudi luhur, berbadan sehat serta berbahagia”.
c. Herbert Spencer mengungkapkan bahawa, “pendidikan ialah menyiapkan manusia,
supaya hidup dengan kehidupan yang sempurna”.

Dari beberapa definisi diatas, maka pendidikan dapat difahami sebagai bentuk
aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina
potensi-potensi pribadinya, baik pribadi rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani)
maupun jasmaninya (panca indera dan keterampilan-keterampilan).
Pentingnya sebuah pendidikan dijelaskan dalam Al-Qur‟an QS Al-Alaq ayat 1-5:
ِ ِ َ ُّ‫) ا ْق َرأْ َو َرب‬2( ‫) َخلَ َق اإْلِ نْ َس ا َن ِم ْن َعلَ ٍق‬1( ‫ك الَّ ِذي َخلَ َق‬
ْ ‫) َعلَّ َم اإْلِ نْ َس ا َن َم ا ل‬4( ‫) الَّذي َعلَّ َم ب الْ َقلَ ِم‬3( ‫ك اأْل َ ْك َر ُم‬
‫َم‬ ْ ِ‫ا ْق َرأْ ب‬
َ ِّ‫اس ِم َرب‬

)5( ‫َي ْعلَ ْم‬

Artinya :Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.
Dari ayat ini jelas, bahwa agama Islam telah mendorong umatnya senantiasa belajar
dan menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis dan diteruskan dengan
belajar berbagai macam ilmu pengetahuan lainnya.
2.      Karakter
Istilah karakter, kata karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein”,
“kharax”, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia “karakter”, Yunani character, dari
charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus Poerwadaminta,
karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan orang lain. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia
karakter diartikan sebagai watak, tabiat, pembawaan, kebiasaan.

Sedangkan secara terminologi, istilah karakter diartikan sebagai sifat manusia pada
umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor
kehidupannya sendiri.Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi
ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Definisi dari “The stamp of individually or group
impressed by nature, education or habit. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Sedangkan Imam Ghazali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak,
yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri
manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi. Hermawan Kertajaya,
mendefinisikan karakter sebagai “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu.Ciri
khas tersebut adalah asli, dalam artian tabiat atau watak asli yang mengakar pada kepribadian
benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang
bertindak, bersikap, berujar, serta merespon sesuatu.
Berikut merupakan beberapa pengertian karakter :

1. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti “watak, tabiat, pembawaan,
kebiasaan.

2.    Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Dekdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun
berkarakter, adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, dan berwatak.
3.    Menurut Ditjen Mandikdasmen-Kementrian Pendidikan Nasional, karakter adalah cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
baik dalam lingkup keluarga,masyarakat,  bangsa  dan  negara. Individu  yang  ber arakter 
baik  adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap
akibat dari keputusan yang ia buat.
4.    W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang
ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.
5.    Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau  dari titik  tolak
etis  atau  moral,  misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-
sifat yang relatif tetap.
6.    Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya
mempunyai watak, mempunyai kepribadian.
7.    Wyne mengungkapkan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang
berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu
seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang
berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai
orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan
personality(kepribadian) seseorang.
8.    Alwisol menjelaskan pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah laku dengan
menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter
berbeda dengan kepribadian kerena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun
demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang
ditujukan kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan
mengorganisasikan aktifitas individu.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knowing), sikap
moral (moral feeling) dan perilaku moral (moral behavior).Karakter didukung oleh
pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik dan melakukan perbuatan
kebaikan.
Karakter didapatkan dan dapat dilihat dari refleksi sikap seseorang dalam
kehidupannya, jika ia banyak berbuat kebaikan maka ia dinilai berkarakter baik, dan
sebaliknya orang yang berbuat jahat dinilai berkarakter buruk. Semua penilaian tersebut tak
lepas dari cara pandang orang lain terhadap sikap-sikap yang ditunjukan oleh diri orang yang
bersangkutan.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat difahami, bahwasannya pendidikan karakter
ialah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai
kepada para siswanya. Dan individu yang berkarakter baik ialah individu yang berusaha
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa
dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi
(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaannya).
Dalam kaitannya dengan hal ini, maka sikap/karakter atau budi pekerti telah
mengandung lima rumusan atau jangkauan atau integritas sebagai berikut:
1.        Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan
2.        Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri
3.        Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga
4.        Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa
5.        Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar

B. Prinsip dari Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter

Menurut T. Lickona, E. Schaps dan C. lewis (2003), pendidikan karakter harus


didasarkan pada sebelas prinsip berikut:

1)   Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter

2)   Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan


dan perilaku.

3)   Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter
4)   Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

5)   Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukan perilaku yang baik.

6)   Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai
semua siswa, membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses.

7)   Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para siswa.

8)   Mengfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung
jawab untuk mendidik karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

9)   Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif
pendidikan karakter.

10)  Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun
karakter.

11)  Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru karakter, dan
manesfetasi karakter positif dalam kehidupan siswa.

C.Dalil Pendidikan Karakter

Salah satu ayat yang menerangkan tentang pendidikan karakter adalah Q.S Luqman
ayat 12-24, Walaupun terdapat banyak ayat Al-Qur’an yang memiliki keterkaitan dengan
pendidikan karakter, namun Q.S Luqman ayat 12-14 karena ayat ini mewakili pembahasan
ayat yang memiliki keterkaitan makna paling dekat dengan konsep pendidikan karakter.
Allah SWT berfirman:

‫ َوإِ ۡذ قَ َال‬.‫َولََق ۡد ءَاتَۡينَا لُ ۡق َٰم َن ٱ ۡل ِح ۡكَمةَ أ َِن ٱ ۡش ُك ۡرلِلَّ ۚ ِه َو َمن يَ ۡش ُك ۡر فَِإمَّنَا يَۡش ُكُر لِنَ ۡف ِس ِۦۖه َو َمن َك َفَر فَِإ َّن ٱللَّهَ َغيِن ٌّ مَحِ يد‬

‫نس َن بِ َٰولِ َد ۡيِه مَحَلَ ۡتهُ أ ُُّمهُۥ َۡوهنًا َعلَ ٰى‬


َٰ ‫ص ۡينَا ٱ لإ‬ ََ ٌ ِّ ‫لُ ۡق َٰم ُن لِ ۡبٱنِ ِۦه َو ُه َو يَعِظُهُۥ يَٰبُيَنَّ اَل تُ ۡشِر ۡكبِٱللَّ ۖ ِه إِ َّن‬
ِ ۡ َّ ‫ وو‬.‫ٱلش ۡرَك لَظُ ۡلم َع ِظيم‬

ِ ۡ ِ َ ‫صلُهۥ يِف عام ۡي ِن أ َِن ٱ ۡش ُك ۡر يِل ولِ ٰولِ َد ۡي‬ِ


ُ‫ك إيَلَّ ٱ لَمصري‬ ََ َ َ ُ َٰ ‫ َو ۡه ٍن َوف‬.
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah
kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kelaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”
Pendidikan karakter membentuk manusia Indonesia yang cinta ta-nah air, rela untuk berjuang, berkorban serta
kesiapan diri dalam mem-berikan bantuan kepada pihak-pihak yang membutuhkan.maka ada beberapa
bentuk pendidikan karakter yang sangat perlu diajarkan di sekolah, di antaranya: Jujur,Disiplin,Percayadiri,Peduli,
Mandiri,Gigih,Tegas,Bertanggung  jawab, Kreatif, Bersikap kritis.Bentuk-bentuk pendidikan karakter ini
dapat ditemukan dalam al-Quran sebagai pedoman hidup umat Islam sepanjang zaman yang mengatur semua
aspek kehidupan, yaitu dalam QS.Al-Mu’minun(23):1-11.

TAFSIR QS. AL-MU’MINUN (23): 1-11

‫ين ُه ْم‬ ِ َّ‫) وال‬٢( ‫اشعو َن‬


‫ذ‬ ِ ‫) الَّ ِذين هم يِف صالهِتِم خ‬١( ‫قَ ْد أَْفلَح الْم ْؤ ِمنُو َن‬
َ َ ُ َ ْ َ ُْ َ ُ َ
‫ين ُه ْم‬ ‫ذ‬ِ َّ‫)وال‬٤( ‫اعلُو َن‬ ِ َ‫) والَّ ِذين مُهْلِ َّلز َك ِاة ف‬٣( ‫ع ِن اللَّ ْغ ِو مع ِرضو َن‬
َ َ َ َ ُ ُْ َ
‫ت أَمْيَانُ ُه ْم فَِإنَّ ُه ْم‬ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫) إِال َعلَى أ َْز َواج ِه ْم ْأو َما َملَ َك‬٥( ‫ل ُفُروج ِه ْم َحافظُو َن‬
‫ين‬ ِ َّ‫) وال‬٧( ‫) فَم ِن ابتغى وراء َذلِك فَأُولَئِك هم الْعادو َن‬٦(‫ومني‬
‫ذ‬ ِ ُ‫َغير مل‬
َ َ ُ َ ُ ُ َ َ َ ََ َ َ ْ َ َ َ ُْ
)٩( ‫ىصلَ َواهِتِ ْم حُيَافِظُو َن‬ َ َ‫ين ُه ْم َعل‬ َ َ
ِ َّ‫) وال‬٨( ‫هم ألمانَاهِتِم وعه ِد ِهم راعو َن‬
‫ذ‬ ُ َ ْ َْ َ ْ َ ْ ُ
)١١( ‫س ُه ْم فِ َيها َخالِ ُدو َن‬ ‫و‬ ‫د‬
َ َْ ْ ‫ر‬‫ف‬ِ ْ‫) الَّ ِذين ي ِرثُو َن ال‬١٠( ‫أُولَئِك هم الْوا ِرثُو َن‬
ََ َ ُُ َ
Artinya: (1) Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (2) (yaitu) orang-orang yang khusyu’
dalam shalatnya, (3) Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna, (4) Dan orang-orang yang menunaikan zakat, (5) Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, (6)
Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki,maka sesungguhnya mere-ka dalam hal
ini tiada tercela. (7) Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui
batas. (8) Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan  janjinya. (9) Dan
orang-orang yang memelihara shalatnya. (10) Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (11)
(yakni) yang akan mewa-risi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.
Hadits nabi yang berkaitan dengan konsep pendidikan karakter adalah hadits yang
diriwayatkan oleh imam Bukhari-Muslim sebagai berikut,
‫مِل‬
َ َ‫قال أسامة بن زيد رضي اهلل عنهما مسعت رسول اهلل صلى اهلل عليه و سلم يقول يُ ْؤتَى بِالع اَ ِ ي‬
‫وم‬
‫ف بِ ِه أ َْه ُل النَّا ِر‬ ِ ِّ ِ‫ور احْلِم اَُر ب‬ ‫الْ ِقيام ِة َفي ْل َقى يِف النَّا ِر َفَتْن َدلِق أَْقتَاب ه َفي ُد هِب‬
ُ ‫الر َحى َفيُطْي‬ ُ ‫ور اَ َكم اَ يَ ُد‬ ُ َ ُُ ُ ُ ََ
)‫وف َو الَ آتِْي ِه َو ا ْن َهى َع ِن الْ ُمْن َك ِر َو آتِْي ِه (متفق عليه‬ِ ‫ول ُكْنت آمر بِالْمعر‬
ُ ْ َ ُ ُ ُ ُ ‫ك؟ َفَي ُق‬ َ َ‫َفَي ُق ْولُو َن َما ل‬
Artinya    : “Usamah bin Zaid ra. berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Akan
dihadapkan  orang  yang  berilmu  pada  hari  kiamat, lalu keluarlah semua isi perutnya, lalu
ia  berputar-putar dengannya, sebagaimana himar yang ber-putar-putar mengelilingi tempat
tambatannya. Lalu penghuni neraka disuruh mengelilinginya seraya bertanya: Apakah
yang  menimpamu?  Dia menjawab:  Saya pernah menyuruh orang pada kebaikan, tetapi saya
sendiri tidak mengerjakan-nya, dan saya  mencegah  orang  dari  kejahatan,  tetapi saya
sendiri yang mengerjakannya”. (Muttafaq Alaih)
Sebenarnya karakter juga bisa diartikan sebagai tabiat, yang bermaknakan perangai
atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan atau bisa diartikan sebagai watak, yaitu
sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau kepribadian.
Orang yang berlaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang
berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur dan suka menolong dikatakan
sebagai orang yang berkarakter mulia (Amirulloh Syarbini,2012:15). Dalam al-Quran,
manusia adalah makhluk dengan berbagai karakter. Dalam kerangka besar manusia
mempunyai dua karakter yang saling berlawanan, yaitu karakter baik dan buruk.
Sebagaimana firman Allah dalam surat asy-Syam ayat 8-10.

(10)‫اها‬
َ ‫َوَت ْق َو‬ ‫ور َها‬ َ ‫)قَ ْد أَ ْفلَ َح َم ْن َز َّك‬9( ‫اها‬
َ ‫)فَأَل َْه َم َها فُ ُج‬8( ‫اها‬ َ ‫اب َم ْن َد َّس‬
َ ‫َوقَ ْد َخ‬
Artinya:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah
orang yang mengotorinya”. (Q.S. Asy-Syam: 8-10)

D.Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

Setelah membahas mengenai prinsip pengembangan dari pendidikan karakter, dapat


dilanjutkan dengan membahas mengenai tujuan dan fungsi dari pendidikan karakter berbasis
religi. Tujuan dan fungsi ini nantinya akan menjadi tolak ukur bagi berlangsungnya
pelaksanaan atau implementasi pendidikan karakter berbasis religi/ agama. Tujuan dari
pendidikan nilai karakter berbasis religi/ agama pada dasarnya sama dengan tujuan
diadakannya pendidikan karakter, hanya saja terdapat tujuan dari perspektif agama itu sendiri
mengenai pendidikan karakter. Tujuan pendidikan karakter tersebut diantaranya adalah
membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, toleransi,
bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila. Selain itu terdapat tujuan lain yakni :

1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan


warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan
nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa;
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan; dan
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman,
jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan (dignity).
Selain tujuan tersebut, pendidikan karakter berbasis religi memiliki tujuan yang sesuai
dengan nilai keagamaan. Tujuan pendidikan karakter berbasis religi yang dapat mewujudkan
tujuan nasional tersebut diantaranya adalah :
a. Membentuk peserta didik yang mampu memahami ajaran-ajaran agama dan berbagai ilmu
yang dipelajari serta melaksanakannya dalam kehidupan sehari hari
b. Mempersiapkan peserta didik agar memiliki budi pekerti atau akhlak mulia,
c. Dapat menguasai ilmu dengan baik dan bermanfaat untuk orang lain

Pendidikan karakter berbasis religi tidak hanya memiliki tujuan saja, melainkan juga
berfungsi bagi keberlangsungan karakter bangsa. Sebelum mengetahui fungsi dari pendidikan
karakter berbasis religi, dalam hal ini akan terlebih dahulu diuraikan mengenai fungsi-fungsi
pendidikan karakter dimana fungsi ini ditunjang dengan fungsi pendidikan karakter berbasis
religi/ agama sebagai filter paling kuat bagi perilaku individu. Fungsi-fungsi yang muncul
pada hakikatnya sama, memiliki suatu fungsi yang membentuk peserta didik, individu,
manusia, masyarakat yang berkarakter, bernilai moral, bermartabat, beragama, beriman,
bertaqwa, berilmu/ berpendidikan, dan menjadi bangsa yang bersatu. Fungsi dari pendidikan
karakter yakni :

1. mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik
memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter
dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan,
masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
2. pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi
berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang
mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
3. perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat
4. penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Berdasarkan hal tersebut, dapat diuraikan bahwa fungsi pendidikan karakter berbasis
religi diantaranya adalah menumbuhkan, membentuk, mengembangkan, dan melaksanakan
potensi diri seorang individu (peserta didik) menjadi seorang individu yang berperilaku baik,
santun, patuh dan taat terhadap peraturan bermasyarakat dan beragama. Selain itu, pendidikan
karakter berbasis religi juga berfungsi sebagai pengaman atau penyaring (filter) pada setiap
perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari. Agama/ religi ini dianggap sebagai penyaring
yang paling hakiki dan efektif. Sehingga dengan fungsi pendidikan karakter berbasis religi
ini, akan sangat diharapkan adanya perubahan pada diri seorang individu untuk dapat
bertindak sesuai nilai-nilai moral, karakter dan agama. Ketiganya berlangsung secara
seimbang dan saling melengkapi, dari itulah sikap, perilaku setiap individu untuk menjadi
sesuai dengan nilai-nilai karakter akan lebih kuat dan konsisten dengan pengetahuan dan
pemahaman keagamaan yang kokoh dalam dirinya. Diperkuat dengan pernyataan bahwa
terdapat hubungan antara karakter dengan agama dimana karakter identik dengan akhlak,
sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi
seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan
dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma norma agama, hukum,
tata karma, budaya, dan adat istiadat. Untuk pembelajaran di Perguruan Tinggi, dua mata
kuliah (Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan) yang termasuk mata kuliah
pengembangan kepribadian diarahkan untuk pembentukan karakter para mahasiswa sehingga
melahirkan para sarjana yang berakhlak mulia dan pada akhirnya akan menjadi para
pemimpin bangsa yang juga memiliki karakter mulia.

E. Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan Karakter

Kelebihan dan kelemahan dari pendidikan berbasis agama/ religi ini pada
dasarnya tidak terlihat secara jelas di permukaan. Akan tetapi dapat sedikit diuraikan
dengan melihat pada implementasi dalam pembahasan sebelumnya. Dari pembahasan
mengenai implementasi dari pendidikan nilai karakter berbasis agama/ religi ini dapat
dianalisiskan bahwa kelebihan dari pendidikan karakter berbasis agama ini adalah
keefektifan dalam mencapai tujuan karakter bangsa yang bermoral dan bertmatabat serta
beriman pada Tuhan Yang Maha Esa. Keefektifan dalam mencapai itu semua dapat
terwujud dengan kolaborasi yang baik antarkomponen yang meliputi pimpinan,
masyarakat, peserta didik, sekolah, orang tua, dsb. Kelebihan yang lain yakni adanya rasa
yang tumbuh dalam diri seseorang untuk dapat berperilaku sesuai dengan karakter bangsa
tanpa melupakan keyakinannya bahwa Tuhan selalu melihat apa yang dilakukan manusia.
Ini menjadi suatu sistem pengendalian tersendiri bagi setiap individu dalam melakukan
kehidupan sehari-hari yang berkarakter bangsa dan beriman serta bertaqwa pada Sang
Pencipta. Berdasarkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan karakter
berbasis religi ini, secara tidak langsung akan menunjukkan kelebihan dari pendidikan
tersebut dengan tetap pada prinsipnya atau dalam arti dalam pelaksanaannya tidak dengan
diselewengkan.
Selain kelebihan, pendidikan karakter berbasis agama ini juga memiliki
kelemahan. Dimana masih sering dijumpai tenaga pendidik yang belum dapat
menanamkan dan melaksanakan nilai karakter dan religi dalam dirinya. Dari hal itulah,
akan sulit pula menanamkan nilai-nilai karakter dan religi dalam diri seorang peserta
didik yang diampunya. Bahkan sering dalam satuan pendidikan/ sekolah, pendidikan
keagamaan menjadi salah satu aspek kognitif. Hal tersebut mengartikan bahwa masih
terdapat kemungkinan lemahnya nilai-nilai religi yang real/ nyata. Sebab, dengan aspek
kognitif tersebut peserta didik cenderung belajar nilai-nilai agama untuk memperoleh
nilai bukan atas dasar ingin bertindak sesuai dengan nilai-nilai religi. Apabila pendidikan
keagaaman sebagai penunjang pendidikan karakter hanya sebatas memenuhi aspek
kognitif, maka penerapan pendidikan karakter dan pendidikan agama/ religi tidak dapat
berjalan efektif dan sesuai dengan tujuan.

Anda mungkin juga menyukai