Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DEMAM TYPOID
Oleh:
Faradella Niken Andarike, S.Kep
2014901058
2. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C.
ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid
dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid
dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama
lebih dari 1 tahun.
3. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid
dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat
ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian
kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai
jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu
masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung
empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan
oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan
bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam
typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid,
jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas- batas normal
bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau
infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna
untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid
seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,
tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi
demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari
beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan satu laboratorium
berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan
teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang
baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia
berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit. Biakan darah terhadap
salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada
minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif
kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa
lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba. Bila klien sebelum pembiakan darah
sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media
biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
d. Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid.
7. Penataksanaan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila
ada komplikasi perdarahan.
c. Diet
Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.
d. Obat-obatan.
Klorampenikol
Tiampenikol
Kotrimoxazole
Amoxilin dan ampicillin
8. Pencegahan
Nyeri
Asuhan Keperawatan Teoritis Demam Typoid
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, satatus pekawinan, tangga masuk rumah sakit, nomor
register dan diagnosa medik.
2. Keluhan utama : Keluhan utama Typoid adalah panas atau demam yang
tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, anoreksia, diare, serta
penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang : Peningkatan suhu tubuh karena masuknya
kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
4. Riwayat penyakit dahulu : Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
5. Riwayat psikososial dan spiritual : Biasanya klien cemas, bagaimana koping
mekanisme yang digunakan. Gangguan dalam beribadat karena klien tirah
baring total dan lemah.
6. Pola-pola fungsi kesehatan :
a) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan
muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak
makan sama sekali.
b) Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah
baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan,
hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam
tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak
keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan
tubuh.
c) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar
tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah data dikumpulkan selanjutnya dianalisa untuk menentukan diagnosa
keperawatan. Beberapa diagnosa keperawatan adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhi.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan out put yang berlebihan.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan bedrest total
5. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
6. Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen
endogen.
7. Diare berhubungan dengan infeksi pada saluran intestinal.
8. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
9. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan adanya
salmonella pada tinja dan urine.
10. Konstipasi berhubungan dengan invasi salmonella pada mukosa intestinal.
C. Intervensi/Perencanaan Keperawatan
Perencanaan merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat
untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang telah
teridentifikasi. Perencanaan keperawatan disusun meliputi menetapkan tujuan
dan kriteria evaluasi sebagai berikut :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhi
Tujuan : suhu tubuh normal
Kriteria : suhu tubuh antara 360c-370c, Nadi dan RR dalam batas normal,
klien mengatakan badan tidak panas lagi
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan pasien tentang hipertermia. Rasional : Pemahaman
tentang hipertermi membantu memudahkan tindakan.
b. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang penngkatan suhu
tubuh. Rasional : agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari
peningkatan suhu dan membantu mengurangi kecemasan yang timbul
c. Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat.
Rasional : untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan
membantu mengurangi penguapan tubuh.
d. Batasi pengunjung. Rasinal : Agar klien merasa tenang dan udara di
dalam ruangan tidak terasa panas.
e. Observasi TTV tiap 4 jam sekali. Rasional : Tanda- tanda vital merupakn
acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
f. Anjurkan pasien minum 2.5 liter/24 jam. Rasional : Peningkatan suhu
tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
g. Berikan kompres hangat. Rasional : Untuk membantu menurunkan suhu
tubuh
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antibiotik dan
antipiretik.
Rasional : antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik untuk
mengurangi panas.
1. Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Padang
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Bp. T
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Alamat : Padang
Hubungan dengan pasien : Ayah
Catatan Masuk Rumah Sakit
Tanggal Masuk : 15-12-2019
Jam Masuk : 07.30 WIB
Tanggal pengkajian : 15-12-2019
Jam pengkajian : 08.30 WIB
No CM : 02xxxx
Bangsal : Anggrek
Diagnosa Masuk : Demam Tifoid
2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan anaknya panas kurang lebih 5 hari.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga pasien mengatakan anaknya panas 5 hari dan diare, nafsu makan
berkurang, mual dan muntah, nyeri pada ulu hati saat bergerak.
P : Nyeri pada abdomen
Q : ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada epigastrium
S : 6 (sedang)
T : Berkala tak menentu
3. Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti typoid.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit typoid.
3. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Klien lemah
2. Kesadaran : Compos Mentis GCS = 15 E : 4 M : 5 V : 6
3. Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg RR : 20 x/menit N : 102 x/menit S : 38
0C
4. BB : 26 Kg
4. Pemeriksaan Persistem :
a) Sistem Pernafasan
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum pergerakan paru kanan
dan kiri normal dengan frekuensi 20 kali/ menit .
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, pada sinus prontalit maksilanus nyeri tekan
tidak ada Perkusi : Bunyi resonan pada lapang dada.
Auskultasi : Vesikuler
b) Sistem Kardiovaskuler:
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada pembesaran dada kanan atau kiri
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, dengan frekuensi nadi 102 x/ menit
Perkusi : Tidak terdengar suara pekak
Auskultasi : Terdengar suara jantung S1 (lub) dan S2 (dub), Gallop (-), Murmur
(-).
c) Sistem Persyarafan
1) Nervus olfaktorius : Penciuman Normal
2) Nervus optikus : Penglihatan klien normal dan jelas
3) Nervus okulomotorius. : Pergerakan bola mata klien normal dan klien tidak
juling
4) Nervus trochlearis : Normal
5) Nervus trigeminus : Normal
6) Nervus abdusen : Sensasi wajah baik dan normal
7) Nervus fasialis : Gerakan otot wajah klien baik
8) Nervus vestibulokoklealis : Normal
9) Nervus glasofaringius : Rasa ; Normal
10) Nervus vagus : Reflek menelan baik
11) Nervus aksesorius : Gerakan otot baik
12) Nervus Hipoglosus : Gerakkan lidah baik
d) Sistem Pencernaan
Inspeksi : Bentuk mulut simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada abdomen atas atau bagian ulu hati skala 5
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 20 x/m
e) Sistem Perkemihan
Inspeksi : Klien mengatakan bentuk alat kelaminnya normal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada vesita urinaria
f) Sistem Pengindraan
(1) Mata
Inspeksi : Bentuk simetris, konjungtiva berwarna merah muda penglihatan
baik, tidak ada alat bantu penglihatan.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
(2) Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
(3) Pendengar
(4) Inspeksi :
Bentuk simetris terdapat serumen, dengan pendengaran baik
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
(5) Pengecap
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, bibir simetris dan tidak terlihat bercak
putih atau kotor. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada leher dan reflek
menelan
(6) Peraba
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Klien bisa membedakan antara panas dan dingin
6. Pengobatan
1. RL : 20 tetes/menit
2. Cefotaxime : 3 x 1 gr/iv
3. Ranitidin : 3 x 4 gr/iv
4. Ondansetron : 3 x 1 gr/iv
5. Paracetamol : 3 x 1 tablet
6. Antrain : 2 x 1 amp/iv
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : Proses perjalanan Hipertermi
Klien mengatakan demam sudah penyakit
6 hari TTV : TD : 110/80 mmHg
RR : 20 x/menit N : 102 x/menit
S : 38 0C
Do :
Klien terlihat lemah dan gelisah
2 Ds : Peningkatan asam Nyeri epigastrium
Klien mengatakan nyeri pada ulu lambung
hati P : Nyeri pada abdomen
Q : ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada epigastrium
S : 6 (sedang)
T : Berkala tak menentu
Do:
Klien terlihat meringis Klien
gelisah
3 Klien mengatakan nafsu makan Anoreksia Perubahan pola
berkurang, terasa mual dan nutrisi kurang
dari kebutuhan
muntah Do :
tubuh
- Klien tampak mengeluh dan
meringis - BB sebelum masuk 48
kg
- BB Sesudah masuk 46 kg
- Klien hanya menghabiskan 4-6
sendok makan
C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi penyakit.
2. Nyeri epigastrium berhubungan dengan asam lambung yang meningkat
3. Anoreksia berhubungan dengan perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
D. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria Hasil
1 Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan Pengaturan suhu 4. Untuk mengetahui
inflamasi penyakit. perawatan selama 1 x 24 1. Pantau ttv status suhu.
Do : Klien terlihat lemah dan gelisah jam diharapkan suhu 2. Berikan kompres 5. Untuk menurunkan
Ds : tubuh klien normal hangat basah panas klien
Klien mengatakan demam sudah 6 dengan kriteria hasil : 3. Kolaborasi 6. Untuk membantu
hari TTV : - Suhu tubuh 36 0C pemberian obat kebutuhan nutrisi
TD : 110/80 mmHg - Klien terlihat tenang Piresik dan tubuh
RR : 20 x/menit Antibiotik 7. Untuk membantu
N : 102 x/menit Terapi Cairan menurunkan panas
S : 38 0C 1. Monitoring klien
tetesan infuse 20
tetes per menit
2 Nyeri epigastrium berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri 1. Untuk mengetahui
dengan asam lambung yang tindakan keperawatan 1. Kaji skala nyeri tingkat skala nyeri
2. Berikan posisi 2. Untuk membantu
meningkat selama 3 x 24 jam.
nyaman mengurangi nyeri
DS : Diharapkan nyeri klien 3. Ajarkan penggunaan 3. Untuk membantu
Klien mengatakan nyeri pada ulu hati hilang dengan criteria teknik non mengurangi nyeri
farmakologi 4. Untuk mengurangi
DO : hasil : Skala nyeri 1 Klien 4. Kolaborasi dengan
nyeri
Klien terlihat meringis Klien gelisah terlihat santai dokter pemberian
obat analgesik
3 Anoreksi berhubungan dengan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi 1. Agar mengeathui
perubahan pola nutrisi kurang dari tindakan keperawatan 3 x 1. Kaji pola nutrisi porsi makan klien
2. Menganjurkan 2. Agar makan klien
kebutuhan tubuh 24 jam diharapkan klien
makan sedikit tapi kembali normal
DS : tidak mual dan muntah sering 3. Agar pemberian
Klien mengatakan nafsu makan dengan criteria hasil : gizi sesuai
3. Kolaborasi dengan kebutuhan tubuh
berkurang, terasa mual dan muntah Klien mau makan Klien
dokter untuk
terlihat lahap saat makan pemberian obat
DO : suplemen,
penghilang rasa
- Klien tampak mengeluh dan
sakit, Anti Mual.
meringis
- BB sebelum masuk 48 kg
- BB Sesudah masuk 46 kg
- Klien hanya menghabiskan 4-6
sendok makan
E. Implementasi dan Evaluasi
No Hari/ Tanggal No. Implementasi Evaluasi
Diagnosa
1 1 1. Memantau ttv S : Klien mengatakan demam sudah 6 hari
2. Kompres hangat basah O : Klien terlihat lemah dan gelisah, S = 38 0C
sudah diberikan Observasi A : Masalah teratasi
tetesan infuse normal P : Intervensi ditentukan
Pemberian obat sesuai dosis I : - Memberikan kompres hangat basah -
sudah diberikan Memonitoring tetesan infuse 20 tetes per menit -
Mengkolaborasi pemberian obat Anti piretik dan
Antibiotik
2 2 1. Kaji skala nyeri Berikan S : Klien mengatakan tidak nyeri ulu hati
posisi nyaman Kolaborasi O : Klien terlihat santai Skala nyeri 6
dengan dokter pemberian A : Masalah teratasi
obat analgesic P : Intervensi dihentikan
I : - Kaji skala nyeri Berkolaborasi dalam
pemberian obat analgesik Memberikan posisi yang
nyaman Skala nyeri klien 6 - Obat piretik telah
diberikan
3 3 1. Kaji pola nutrisi Kolaborasi S : klien mengatakan mual muntah lagi dan tidak
menganjurkan makan nafsu makan - Klien terlihat lemah - BB sebelum
sedikit tapi sering masuk 28 kg - BB Sesudah masuk 26 kg - Klien
Kolaborasi dengan dokter hanya menghabiskan 4-6 sendok makan
untuk pemberian obat A : Masalah belum teratasi
suplemen BB klien 46 kg P : Intervensi dilanjutkan - Mengkaji pola nutrisi
Mengkolaborasi menganjurkan makan sedikit tapi
sering Mengkolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat suplemen Menganjurkan minum air
gula secukupnya
4 1 1. Melanjutkan tindakan S : klien mengatakan sudah tidak demam lagi
memberikan kompres O : klien terlihat tenang dan terbaring santai, S = 36
hangat dingin C A : Masalah teratasi
Mengkolaborasikan P : Intervensi dihentikan
pemberian obat anti piretik
R : Klien tidak demam lagi
Klien terlihat santai Suhu
tubuh 36 0C
5 2 Mengkaji skala nyeri Memberi S : Klien mengatakan tidak nyeri ulu hati
posisi yang nyaman O : Klien terlihat santai Skala nyeri 6
Mengkolaborasi pemberian A : Masalah teratasi
obat analgesic P : Intervensi dihentikan