Anda di halaman 1dari 6

Berubah

Namaku Michele Averyl Ramadhanti. Aku berada di kelas 2 SMA. Aku sekolah di
SMA swasta yang mana sekolah itu ada SMP dan SD nya. Aku adalah seorang siswi yang
termasuk pendiam ketika bersama orang yang tidak dekat denganku atau saat bersama orang
yang baru kukenal. Aku tidak suka bergabung dengan percakapan orang lain ataupun bermain
dengan orang lain secara tiba – tiba. Orang – orang berkata padaku bahwa aku mempunyai
sifat yang cuek atau jutek jika ada seseorang laki – laki yang mendekatiku atau bahkan hanya
berbicara di sekolah maupun melalui chat atau pesan di aplikasi yang bernama line yang
berguna untuk chatting tanpa menggunakan pulsa melainkan hanya menggunakan internet.
Jika ada seseorang yang memberiku pesan lewat HP pasti aku membalasnya secara singkat
yang mana menurutku apa adanya saja dan apa yang ada di otakku.
Suatu hari setelah 1 minggu aku menaiki kelas 2 SMA, ada seorang anak laki – laki
yang memberiku pesan. Namanya adalah Muhammad Jaya Saville, ia biasa dipanggil dari
nama tengahnya yaitu Jay.
“eh”, katanya.
Dan seperti yang kukatakan sebelumnya aku hanya menjawab sesuai apa yang ada di
otakku. “apa?’
“lu anak IPS 1 kan?”, tanyanya.
“iya” balasku. Aku heran, aku bertanya – tanya mengapa ia tidak tahu padahal kita
berada di kelas yang sama? tetapi Aku berusaha untuk tidak mengira dan berpikir bahwa itu
hanyalah cara awal untuk dapat berbicara denganku. Ya, bisa saja itu hanya karena baru
masuk ke kelas yang berbeda yang dimana kita akan bertemu orang – orang baru. Tetapi,
kemudian aku kembali berheran – heran, darimana ia mendapatkan id line – ku? Namun aki
berpikir bisa saja ia mendapatkannya dari grup chat kelasku. Tetapi mengapa ia ingin
berbicara padaku?
Kemudian aku bertanya kepadanya, “kok lo tau id line gue?”
Ia menjawab, “iya kan ada di grup kelas chele.” Oh ternyata benar dari grup kelas,
kataku dalam hati.
“oh iya haha”, jawabku dengan polos.
“kok lu pendiem banget sih di kelas?” tanyanya.
“ngga ah ga diem banget, biasa aja.”
“cuman jarang ngomong aja sama orang baru. Tapi kalau udah deket pasti ngga”,
tambahku.
“masa sih? Tapi kok gua belum pernah denger suara lu?”
“gue aja ga pernah denger suara gue haha” jawabku dengan bercanda.
“hah masa lu ga pernah denger suara lu sendiri sih aneh juga lu ya hahahah”
“engga lah bercanda hahah”
“ya berarti lo gak pernah ada pas gue ngomong atau ngga ya emang lo ga deket aja
sama gue”, kataku.
“yeh boleh juga candaan lu”, katanya
“ooh begitu ya chele”
“berarti gua harus deket sama lu dulu dong? Boleh dong gua deket sama lu?”,
tambahnya.
“ini lu modus apa gimana haha”
“yaaaa, pengen banget gua modusin lu hahahah”
“ga deh canda, iya boleh lah”
Sejak itu, kami pun entah mengapa menjadi lebih dekat di chat maupun di sekolah
dari hari ke – hari. Dan sejak kami menjadi dekat, aku mulai menyukai Jay sedikit. Aku akan
bercerita sedikit tentang si Jay ini. Jadi, dia sudah menjadi murid sekolah ini sejak dia SMP,
sementara aku menjadi murid sekolah ini baru saat aku masuk SMA yaitu sejak kelas 1 SMA.
Dulu, ketika jay masih SMP, ia pernah disukai oleh salah satu teman dekatku dan
kemungkinan sekarang pun ia masih sedikit menyukainya. Namanya adalah Putri. Bahkan Ia,
jay, dan aku saat ini berada di kelas yang sama. Di kelas pernah beredar gossip yang cukup
lama bahwa Putri pernah berpacaran dengan Jay sewaktu SMP. Tetapi ada pula yang
memberitahu bahwa mereka tidak berpacaran tetapi Putri hanya menyukai Jay saja. Aku pun
bingung ingin percaya yang mana karena ada pula bukti yang meyakinkan bahwa ibunya Jay
adalah guru SMP dan begitu pula dengan ibunya Putri yang bahkan ibu mereka berdua sangat
dekat. Dan lagi kata orang, dulu ketika SMP mereka sering pulang bersama yang dikarenakan
oleh dekatnya orangtua mereka dan rumah mereka yang jaraknya dekat satu sama lain.
Aku pernah menanyakan tentang putri kepadanya, “ciee, dulu pas SMP lo pernah
sama putri ya?”
“idih apa sih ngga pernah tuh.”
“dianya aja yang suka sama gua”, Jawabnya dengan muak karena sering ditanyai
pertanyaan seperti itu.
“ooh, ternyata lo ga pernah pacaran sama dia toh.”, Kataku.
“emang kenapa chele, lu cemburu yaa? Hahah”, canda Jay
“ih apa sih ge-er banget deh.”
“haahahahah iya deh iya.”, jawabnya dengan tertawa.
Di sekolah, Jay memasuki ekstrakuliler futsal. Sebenarnya, ia lebih menyukai
badminton atau bulu tangkis, tetapi karena di sekolah tidak ada ekskul badminton maka ia
masuk ekskul futsal. Saat di kelas, ia sering kali membuat orang–orang tertawa bahkan
sampai seisi kelas dibuat tertawa olehnya karena memang sifatnya yang humoris itu. Aku pun
sampai tertawa terbahak-bahak karenanya. Dan itu membuat rasa sukaku bertambah karena
nyatanya aku lebih menyukai orang yang humoris daripada yang romantis.
Satu bulan pun berlalu, tiba-tiba ketika pulang sekolah hari jumat pada tanggal 5
September, Jay memanggilku saat aku sedang berkumpul dan mengobrol dengan teman-
teman sambil menunggu ojek online yang sudah ku pesan.
“ehh michele! Sini deh.”, Jay memanggilku dari jauh
“hah iya? apa? Kenapa?”, tanyaku sambil jalan menghampirinya.
“buset banyak banget nanyanya haha”
“yee lagian tiba-tiba manggil begitu sih mana nyuruh gue nyamperin lu lagi, harusnya
kan lu yang ke gue”
“hehe iyadeh maaf, tapi seriusan nih penting bagi gua hahah menyangkut hidup dan
mati gua hahahah gadeng.”
“hahaha yaudah ada apa jay? Jadi kepo nih gue”
Seketika itu, Jay terlihat sangat gugup dan terlihat bingung ingin mengatakan sesuatu
pada saat yang sama. Akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya kepadaku, “eh gua mau
ngomong sesuatu sama lu”
“iya yaudah bilang aja”, jawabku.
“jadi gini, sebenernya gua suka sama lu dari awal masuk kelas dan gua juga gatau
kenapa gua bisa suka. Gua suka sama lu walaupun awalnya lu emang jutek banget sama gua.
Tapi dulu lu bilang kalau udah deket pasti ga gitu dan ternyata bener. Kita jadi sering chat
tiap hari dan kalo gak ada chat dari lu tuh rasanya hampa banget. Gua tau ini lebay tapi
emang gitu kenyataanya. Jadi, gimana? lu mau gak jadi cewe gua?”
Aku terdiam dan bingung memikirkan bagaimana caraku menjawabnya. Di dalam
hatiku, rasanya panas sekali, deg-degan yang muncul di hatiku pun semakin lama semakin
kencang. Rasanya aku ingin berteriak dengan perasaan senang sekali karena orang yang
kusukai akhirnya menyukaiku juga.
Kemudian Jay berkata, “kalo lu masih bingung atau masih mau mikirin lagi, boleh
kok gak sekarang jawabnya. Di chat juga boleh.”
“erm.. ya-yaudah deh kalau gitu lanjut di-di chat saja ya hehe”, kataku dengan gagap.
Kemudian di saat yang sama ojek-ku datang.
“gue pu-pulang dulu ya ojek gue udah sampe nih hehe”, kataku sambil tersenyum
malu.
“ohh iyaa sana gih daripada lama terus lu diomelin, dadaah, gua tunggu yaa di chat”,
katanya sambil melambaikan tangannya kepadaku dan tersenyum.
“iyaa oke daaah”, aku pun pergi meninggalkannya.
Kemudian aku menaiki ojek itu dan jalan menuju rumah. Sepanjang jalan aku
memikirkan apa yang baru saja terjadi saat pulang sekolah tadi. Aku memikirkan kalau aku
menerimanya, apa yang akan terjadi di sekolah? dan juga apa yang akan terjadi dengan putri
nanti?
Sampai memasuki rumah pun aku masih tetap memikirkannya. Kemudian, setelah
dipikir-pikir lagi aku sudah menemukan jawabannya. Lalu, aku segera membuka HPku dan
tiba-tiba namanya pun muncul di notifikasi HPku. Tepat sekali ketika aku ingin mencari
namanya. Dia memulai percakapan dengan kata “hai”
“haloo”, balasku
“santai aja gak mesti sekarang kok jawabnya.”
“nggak kok gue mau jawab sekarang”, Jawabku dengan yakin.
“oh ya? Demi apa si? Wah gua jadi deg-degan nih haha”
“nih ya, jadiiiiii.... jawaban gue..... jeng jeng jeng”, kataku bercanda
“ihh apadah lu mah, jadi tambah deg-degan kan gua” katanya
“hahahahahahaha”
“iyadeh” jawabku.
“mana? lama banget gua tungguin”
“iya itu barusan gue jawab jaaaaay”
“lah??? yg ‘iyadeh’ itu?”
“iyaak”
“lah demi apa si hahah gua gak sadar sumpah gua kira lu jawab yang gua bilang itu”
“hahahah ada-ada aja deh lu”
“berarti kita udah beneran pacaran nih? horeee” katanya
“iyaa nih. Lah kenapa lu?hahah”
“seneng ni gua diterima heheh”
“aduh jadi enak bikin orang seneng”
“hahahah apa kata lu dah” katanya sambil tertawa.
Kemudian, hari senin pun tiba. Ketika aku masuk kelas, seharusnya aku merasa biasa
saja seperti layaknya hari-hari biasa tetapi sekarang terasa aneh dan deg-degan. Aku berpikir
bagaimana nanti ketika aku bertemu dengan Jay dan mengobrol dengannya, dan aku juga
memikirkan bagaimana nanti kalau teman-temanku menyadari bahwa aku berpacaran
dengannya. Dan ternyata benar terjadi. Saat memasuki kelas teman-temanku menanyakan
apakah kami berpacaran atau tidak. Aku hanya bisa tertawa kecil dan tidak tahu ingin
mengatakan apa. Dan pasti Putri juga mengetahuinya. “aduh bagaimana ya dengannya”
tanyaku dalam hati. Ternyata dia biasa saja dan mengucapkan selamat kepadaku, entah
sebenarnya ia kesal, sedih atau memang sudah tidak menyukainya. Walaupun, ya, memang ia
pernah mengatakan bahwa ia sudah tidak menyukainya lagi tetapi tidak ada yang tahu kan
yang sebenarnya.
Awalnya sejak itu kami menjadi bahan obrolan orang-orang di kelas maupun di kelas
lain. Bahkan kemungkinan adik kelas pun ada yang mengetahuinya. Mungkin karena Jay
berteman dengan orang-orang populer di sekolah meskipun ia tidak se-populer teman-
temannya yang lain. Tetapi setelah itu sudah normal kembali.
Sekitar 3 bulan berlalu,saat itu kita sudah selesai ulangan semester, kita sekelas
disuruh berkumpul di kelas oleh wali kelas kita saat pelajaran olahraga yang mana wali kelas
kita merupakan guru olahraga di sekolah ini. Disini kami pun bingung ada apa, mengapa kita
disuruh berkumpul. Aku hanya berpikir “ah mungkin karena nilai” tetapi ternyata salah. Ia
menanyakan siapa yang berpacaran di kelas ini. Saat itu, tiba-tiba aku tersentak dan kaget
sekaligus takut disuruh masuk ruang BK karena di sekolah ini ada peraturan yang dimana kita
tidak boleh berpacaran. Ia bilang kalau kita jujur, ia tidak akan membawa-bawa ke BK. Jadi,
aku pun jujur, tetapi saat pembagian rapot ia malah memberitahu ibuku bahwa aku
berpacaran dengan Jay. Setelah itu, saat ibuku pulang ke rumah, ibuku bilang kalau dia tadi
habis diberitahu oleh wali kelasku bahwa aku sedang berpacaran dengan Jay. Saat itu, aku
seperti di interogasi olehnya dan langsung disuruh putus dengan Jay bahkan aku disuruh
untuk tidak saling chat lagi. Dan ya, aku benar-benar putus dengannya meskipun awalnya
ketika aku minta putus dia sempat tidak mau. Tetapi, aku berkata kepadanya bahwa untuk
sementara ini putus saja, toh kita masih bisa chat-an kan daripada tidak sama sekali. Lalu, ia
pun setuju.
Kemudian setelah sebulan, kita memutuskan untuk berpacaran kembali walaupun aku
tahu seharusnya tidak boleh. Kita berpacaran secara diam-diam atau orang-orang bilang
backstreet. Tetapi, entah mengapa kata Jay, akhir-akhir ini aku menjadi sedikit berbeda
padahal aku merasa biasa-biasa saja atau memang aku yang tidak menyadarinya. Lalu,
setelah beberapa minggu aku memikirkannya kembali, dan aku menyadarinya bahwa
sepertinya aku memang sedikit berbeda dan menjadi sedikit posesif, aku juga tidak tahu
mengapa aku seperti itu. Seperti saat ada temanku yang belajar dengannya berdua hanya satu
meja, aku langsung kesal dan cemburu padahal mereka hanya belajar dan kejadian-kejadian
yang lainnya. Aku sangat tidak suka saat aku mengingat aku pernah cemburu seperti itu.
Tetapi, kadang-kadang ia juga membuatku bingung saat ada perempuan yang chat dengannya
ia selalu bilang kalau ia tidak mepunyai pacar, ya memang sih kita berpacaran diam-diam.
Tetapi entah mengapa rasanya sangat tidak enak dan juga rasanya dia seperti melanjutkan
chat tersebut bukannya menyudahinya. Contohnya adik kelas yang bernama taliyah. Awalnya
aku mengira kalau mereka saling chat-an hanya sehari karena hanya menanyakan sesuatu.
Tetapi, suatu saat aku mengetahui kalau ternyata mereka saling chat-an selama beberapa hari
dan si Taliyah ini pun sudah menyukainya. Lalu, aku pun kesal dengan Jay maupun Taliyah.
Aku bahkan pernah melirik ke arah Taliyah dengan tatapan yang menurutku agak sinis
walaupun aku tidak tahu bahwa ia menyadarinya atau tidak. Ternyata Taliyah menyadarinya
dan akhirnya meminta maaf kepadaku dan ia bilang bahwa ia tidak mengetahui kalau aku dan
Jay berpacaran. Dan aku pun telah memaafkannya.
Namun, setelah 2 bulan, sepertinya kita berdua saling merasa bosan satu sama lain
tetapi kita masih saling chat. Dan, dengan bodohnya aku setuju dengan rencana kita untuk
putus sebentar. Tetapi, entah mengapa dari hari ke hari, aku merasa kita menjadi semakin
jauh. Chatku dengannya semakin lama semakin singkat, dan yang sebelumnya ia langsung
membalasnya yang mana tidak ada sedetik pun, sekarang ia membalasnya setelah beberapa
menit. Bahkan pernah sesekali kita sempat tidak chat-an seharian. Aku tahu saat ini kita
hanya berteman saja, tetapi aku masih ingin dan suka berkomunikasi dengannya.
Sejak itu aku berpikir kalau ia benar-benar menjauhiku. Suatu hari, ia memasang
header foto yang mana di foto tersebut ada gambar bola yang bertuliskan angka 13. Lalu, aku
pun bertanya, “ciee apa tuh 13? Udah sama siapa nih?”
“lah ngga sama siapa-siapa tuh, emang pengen aja.”
“ah masa sih? Udah sih gapapa sama gue mah selo aja” kataku.
Kemudian, ia langsung mengganti header foto tersebut dengan foto lain. Dari situ pun
aku pun sudah mencurigai kalau ia berpacaran dengan orang lain. Aku sempat berpikir bahwa
saat itu aku putus dengannya pada saat tanggal 8 dan jika benar tanggal 13 ia berpacaran
dengan orang lain, itu artinya selama berpacaran denganku ia sudah mendekati perempuan itu
dong? Dan mungkin saat itu ia lebih nyaman dengannya dibandingkan denganku, maka dari
itu ia berubah dan berbeda dari biasanya.
Lalu aku pun mencari informasi bersama teman-temanku untuk mengetahui siapa
pacarnya itu. Kata orang, “cewe itu udah kayak FBI atau detektif karena mereka bisa
ngestalk orang dengan sangat detail yang pada akhirnya mereka mendapatkan apa yang
mereka cari.” Dan benar sekali, kita mendapatkan nama pacarnya itu. Namanya adalah
devany zahra lailazain. Dia merupakan adik kelasku yang mana ada beberapa temanku
berkata bahwa ia sedikit denganku. Bahkan, temannya pun pernah salah mengira sambil
memegang tanganku bahwa aku ini adalah devany. Saat itu ia malu dan meminta maaf kalau
dia salah mengenali orang. Tetapi tetap saja aku ingin tertawa mengingat kejadian itu.
Sejak itu, aku sudah berniat untuk melupakan Jay, tetapi mengapa rasanya sulit
sekali? Apa mungkin karena ia pacar pertamaku? Atau aku yang terlalu sayang padanya?
Aku pun tidak tahu. Aku berpikir bahwa ia sudah tidak menyukaiku lagi. Tetapi, salah satu
temannya pernah berkata padaku bahwa jika sudah selesai UN si Jay ingin bersamaku lagi.
Awalnya aku tersenyum dan merasa senang sedikit mengetahui ia masih mempunyai rasa
terhadapku namun aku berpikir mengapa kalau sudah selesai UN? Mengapa tidak sekarang?
Apa dia benar-benar mengatakan itu? Lalu bagaimana dengan Devany? Apa dia akan
meninggalkannya begitu saja? Aku tidak mau kalau seperti itu. Jadi, aku memutuskan untuk
tetap melupakannya walaupun sulit sekali dan membutuhkan waktu yang lama. Saat berada
di kelas 3 SMA mereka putus dan Jay berpacaran dengan teman kelas kita, dan ya! Aku
sekelas lagi dengan Jay. Sejujurnya aku muak sekali melihat mereka berpacaran di kelas
tetapi aku hanya diam saja dan fokus dengan tujuanku untuk melupakannya. Tetapi hubungan
mereka tidak bertahan lama, dan aku pun tidak tahu mengapa, Jay kembali berpacaran
dengan Devany. Hubungan mereka sempat beberapa kali putus-nyambung tetapi sampai saat
ini saat aku sudah lulus dan memasuki kuliah, mereka masih saja berpacaran. Dan ya, aku
sudah bertekad untuk tidak memedulikannya dan tetap berusaha melupakannya. Mungkin,
kamu memang bukan takdirku sejak awal. Selamat tinggal dan selamat bertemu dengan
orang-orang baru tanpaku Jay.

-Denise Avrilie Zafira-


-XI IPS 2-

Anda mungkin juga menyukai