PENDIDIKANTEORI – TEORI
MOTIVASI DAN TEORI
KEPEMIMPINAN
AKUNTANSI MANAJERIAL
2015 / 2016
Teori Kepemimpinan
berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam
melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian
persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi
semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan semakin besar
antara lain : Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul
sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam
setiap masa. Sebab-sebab munculnya pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi
melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
tuntutan lingkungan.
Oleh karena itu, dalam proses kepemimpinan telah muncul beberapa teori
kepemimpinan. Teori kepemimpinan dalam organisasi telah berevolusi dari waktu ke waktu
ke dalam berbagai jenis dan merupakan dasar terbentuknya suatu kepemimpinan. Setiap teori
sempurna. Hal ini menganalisis sebagian besar teori terkemuka dan mengeksplorasinya.
Dalam teori kepemimpinan ada beberapa macam teori, diantaranya Great Man Theory, Teori
Sifat, Teori Perilaku, Teori Situasional Hersey & Blanchard dan Teori Contingency (Teori
Kemungkinan).
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin
ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar
pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil,
sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang
dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di
dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-
76) adalah:
a. Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas,
pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, dan orientasi masa depan.
b. Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi
pendengar yang baik, kapasitas integratif.
c. Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi,
keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi
pendengar yang baik, kapasitas integratif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan dan dianggap sebagai teori yang
sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung
didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin justru sangat
Teori perilaku disebut juga dengan teori sosial dan merupakan sanggahan terhadap
teori genetis. Pemimpin itu harus disiapkan, di didik dan dibentuk tidak dilahirkan begitu saja
(leaders are made, not born). Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan
dan pendidikan serta dorongan oleh kemauan sendiri. Teori ini tidak menekankan pada sifat-
sifat atau kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin tetapi memusatkan pada bagaimana
cara aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi orang lain dan hal ini dipengaruhi
Dasar pemikiran pada teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang
individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan.
Teori ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku, dan
bukan dari sifat-sifat (traits) soerang pemimpin. Alasannya sifat seseorang relatif sukar untuk
diidentifikasikan.
pengetahuan, nikai-nilai, dan pengalaman mereka (kekuatan pada diri pemimpin). Sebagai
contoh, pimpinan yang yakin bahwa kebutuhan perorangan harus dinomorduakan daripada
kebutuhan organisasi, mungkin akan mengambil peran yang sangat direktif (peran perintah)
dalam kegiatan para bawahannya. Demikian pula seorang bawahan perlu dipertimbangkan
Teori kepemimpinan situasional, teori ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan
didasarkan pada saling berhubungannya diantara hal-hal berikut: Jumlah petunjuk dan
pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan
oleh pimpinan dan tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam
mengawasi bawahan secara ketat. Perilaku mendukung adalah bagaimana seorang pemimpin
menjalin hubungan dengan anak buahnya serta keterlibatan mereka dalam pengambilan
keputusan.
Kematangan anak buah adalah kemampuan yang dimiliki oleh anak buah dalam
menyelesaikan tugas dari pimpinan, termasuk didalamnya adalah keinginan atau motivasi
Menurut teori ini pemimpin haruslah situasional, setiap keputusan yang dibuat
didasarkan pada tingkat kematangan anak buah, ini berarti keberhasilan seorang pemimpin
Ada kalanya teori sifat dan teori perilaku tidak sepenuhnya berfungsi dan berpengaruh
terhadap efektifitas kinerja para karyawan. Teori kemungkinan menjelaskan tentang berbagai
macam kepemimpinan yang berhubungan dengan situasi tertentu.. Ada lima pendekatan
(1967). Menurut model ini, Dengan perkataan lain, tinggi rendahnya prestasi kerja satu
kelompok dipengaruhi oleh system motivasi dari pemimpin dan sejauh mana pemimpin dapat
pemimpin dapat mengendalikan dan mempengaruhi situasi tertentu, ditentukan oleh tiga
digunakan untuk menilai konsep dibatasi oleh sepasang kata sifat yang
2. Struktur tugas (task structure). Derajat struktur dari tugas yang diberikan
kepada kelompok untuk dikerjakan. Ciri ini ditaksir melalui empat skala
terkait dalam kedudukannya. Besar kecilnya variable ini diukir dengan suatu
checklist, yang disusun oleh Hunt, yang terdiri dari 18 butir pertanyaan, yang
Dalam kelompok interkasi dituntut koordinasi yang ketat dari para anggota kelompko
dalam melaksanakan tugas-tugas utama mereka. Para anggota kelompok saling tergantung
dalam arti bahwa sulit untuk menentukan koordinasi seseorang dalam mencapai tujuan
kelompok.
Kelompok koaksi juga bekerja sama pada satu tugas bersama. Namun setiap anggota
kelompok berdiri dan prestasi kerjanya tergantung pada kecakapan, keterampilan dan
motivasinya sendiri.
Kelompok konteraksi terdiri dari orang-orang yang bekerja sama untuk tujuan
perundingan dan perujukan dari tujuan dan pandangan yang saling bertentangan.
Teori Motivasi
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau
mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk
menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah
sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang bersifat
intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang
tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan
lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang
melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk
memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat
menjadi seperti apa. Berikut akan dijelaskan macam macam teori motivasi
1. Teori X dan Y
pengambilan keputusan, terumuskan dalam dua model yang dia namakan Theori X dan
Theori Y. Teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih suka diperintah,
dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan keamanan atas segalanya.
Teori ini juga menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak
suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun
menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus
terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan
perusahaan. Lebih lanjut menurut asumís teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini
Untuk menyadari kelemahan dari asumí teori X itu maka McGregor memberikan
alternatif teori lain yang dinamakan teori Y. asumís teori Y ini menyatakan bahwa orang-
orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat dipercaya, tidak seperti yang diduga oleh teori
X. Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan
sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena
mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan.
Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung
jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengarahkan segala
potensi diri yang dimiliki dalam bekerja. Secara keseluruhan asumsi teori Y mengenai
manusia adalah sebagai berikut:
1 Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan Kepada orang.
Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di antara
keduanya tidak ada perbedaan, jika keadaan sama-sama menyenangkan.
2 Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan organisasi.
3 Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara
luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.
4 Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan social, penghargaan dan aktualisasi diri
tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
5 .Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika dimotivasi secara tepat.
Frederick Herzberg menyatakan bahwa ada faktor-faktor tertentu di tempat kerja yang
menyebabkan kepuasan kerja, sementara pada bagian lain ada pula faktor lain yang
menyebabkan
ketidakpuasan.
Dengan kata
lain kepuasan
dan
ketidakpuasan
kerja
berhubungan satu sama lain.
Faktor-faktor tertentu di tempat kerja tersebut oleh Frederick Herzberg diidentifikasi
sebagai hygiene factors (faktor kesehatan) dan motivation factors (faktor pemuas).
Dua faktor ini oleh Frederick Herzberg dialamatkan kepada faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik, dimana faktor intrinsik adalah faktor yang mendorong karyawan termotivasi, yaitu
daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik yaitu
daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja.
Teori ini merupakan pengembangan dari teori hirarki kebutuhan Maslow. Dan juga
berhubungan erat dengan teori tiga faktor sosial McClelland.
Hygiene Factors
Hygiene factors (faktor kesehatan) adalah faktor pekerjaan yang penting untuk adanya
motivasi di tempat kerja. Faktor ini tidak mengarah pada kepuasan positif untuk jangka
panjang. Tetapi jika faktor-faktor ini tidak hadir, maka muncul ketidakpuasan. Faktor ini
adalah faktor ekstrinsik untuk bekerja. Faktor higienis juga disebut sebagai dissatisfiers atau
faktor pemeliharaan yang diperlukan untuk menghindari ketidakpuasan. Hygiene factors
(faktor kesehatan) adalah gambaran kebutuhan fisiologis individu yang diharapkan untuk
dipenuhi. Hygiene factors (faktor kesehatan) meliputi gaji, kehidupan pribadi, kualitas
supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi, kebijaksanaan dan
administrasi perusahaan.
Motivation Factors
Menurut Herzberg, hygiene factors (faktor kesehatan) tidak dapat dianggap sebagai
motivator. Faktor motivasi harus menghasilkan kepuasan positif. Faktor-faktor yang melekat
dalam pekerjaan dan memotivasi karyawan untuk sebuah kinerja yang unggul disebut sebagai
faktor pemuas. Karyawan hanya menemukan faktor-faktor intrinsik yang berharga pada
motivation factors (faktor pemuas). Para motivator melambangkan kebutuhan psikologis
yang dirasakan sebagai manfaat tambahan. Faktor motivasi dikaitkan dengan isi pekerjaan
mencakup keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan
pertumbuhan dalam pekerjaan
5. Teori Tiga Kebutuhan (McClelland)
Yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting
yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
• Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
• Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan
soscialneed-nya Maslow)
• Need for Power (dorongan untuk mengatur)
Pengertian Kepemimpinan transaksional
Burns mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang
memotivasi bawahan atau pengikut dengan minat-minat pribadinya.
Kepemimpinan transaksional juga melibatkan nilai-nilai akan tetapi nilai-nilai itu
relevan sebatas proses pertukaran (exchange process), tidak langsung menyentuh
substansi perubahan yang dikehendaki. Kudisch, mengemukakan kepemimpinan
transaksional dapat digambarkan sebagai :
a. Mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin dan
bawahannya.
b. Intervensi yang dilakukan sebagai proses organisasional untuk mengendalikan
dan memperbaiki kesalahan.
c. Reaksi atas tidak tercapainya standar yang telah ditentukan.
Jadi kepemimpinan transaksional merupakan sebuah kepemimpinan dimana
seorang pemimpin mendorong bawahannya untuk bekerja dengan
menyediakan sumberdaya dan penghargaan sebagai imbalan untuk motivasi,
produktivitas dan pencapaian tugas yang efektif.
Ciri-ciri Kepemimpinan transaksional
a. Contingent reward
Kontrak pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang dijanjikan untuk
kinerja yang baik, mengakui pencapaian.
b. Active management by exception
Melihat dan mencari penyimpangan dari aturan atau standar, mengambil tindakan
perbaikan.
c. Pasive management by exception
Intervensi hanya jika standar tidak tercapai.
d. Laissez-faire
Melepaskan tanggung jawab, menghindari pengambilan keputusan.
Pengertian Kepemimpinan Transformasional
Istilah kepemimpinan transformasional terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan
(leadership) dan transformasional (transformational). Kepemimpinan adalah setiap
tindakan yang yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi
dan memberi arah kepada individu ataukelompok lain lain yang tergabung dalam
wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam
bekerja dengan dan atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal
sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan
target capaian yang telah ditetapkan. Sumber daya yang dimaksud yaitu sumber daya
manusia seperti pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru, dosen, peneliti, dan lain-
lain.
Ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional
Ciri pemimpin transformasional diantaranya:
a. Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan.
b. Mendorong pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan organisasi
c. Mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi.
Perbedaan Kepemimpinan Transaksional Dengan Transformasional
1. Kepemimpinan Transaksional
a. Pemimpin menyadari hubungan antara usaha dan imbalan.
b. Kepemimpinan adalah responsif dan orientasi dasarnya adalah berurusan
dengan masalah sekarang.
c. Pemimpin mengandalkan bentuk-bentuk standar bujukan, hadiah, hukuman
dan sanksi untuk mengontrol pengikut.
d. Pemimpin memotivasi pengikutnya dengan menetapkan tujuan dan
menjanjikan imbalan bagi kinerja yang dikehendaki.
e. Kepemimpinan tergantung pada kekuatan pemimpin memperkuat bawahan
untuk berhasil tawar-menawar.
2. Kepemimpinan Transformasional
a. Pemimpin membangkitkan emosi pengikut dan memotivasi mereka bertindak
di luar kerangka dari apa yang digambarkan sebagai hubungan pertukaran.
b. Kepemimpinan adalah bentuk proaktif dan harapan-harapan baru pengikut.
c. Pemimpin dapat dibedakan oleh kapasitas mereka mengilhami dan
memberikan pertimbangan individual (bentuk perhatian, dukungan, dan
pengembangan bagi pengikut), stimulasi intelektual (upaya pemimpin untuk
meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan organisasional dengan sudut
pandang yang baru) dan pengaruh ideal (membangkitkan emosi dan
identifikasi yang kuat terhadap visi organisasi) untuk pengikut.
d. Pemimpin menciptakan kesempatan belajar bagi pengikut mereka dan
merangsang pengikutnya untuk memecahkan masalah.
e. Pemimpin memiliki visi yang baik, retoris dan keterampilan manajemen untuk
mengembangkan ikatan emosional yang kuat dengan pengikutnya.
f. Pemimpin memotivasi pengikutnya bekerja untuk tujuan yang melampaui
kepentingan pribadi.
4. Teori Karismatik
Konsep kharismatik (charismatic) atau kharisma (charisma) menurut Weber
(1947) lebih ditekankan kepada kemampuan pemimpin yang memiliki kekuatan
luarbiasa dan mistis. Menurutnya, ada lima faktor yang muncul bersamaan dengan
kekuasaan yang kharismatik, yaitu : Adanya seseorang yang memiliki bakat yang
luarbiasa, adanya krisis sosial, adanya sejumlah ide yang radikal untuk
memecahkan krisis tersebut, adanya sejumlah pengikut yang percaya bahwa
seseorang itu memiliki kemampuan luarbiasa yang bersifat transendental dan
supranatural, serta adanya bukti yang berulang bahwa apa yang dilakukan itu
mengalami kesuksesan.
Karisma akan lebih dihubungkan dengan pemimpin yang menyarankan sebuah
visi yang amat tidak sesuai dengan status quo, tetapi masih dalam ruang gerak
penerimaan oleh para pengikut. Yaitu, para pengikut tidak akan menerima visi
demikian sebagai kompeten atau gila. Para pemimpin yang tidak karismatik
biasanya mendukung status quo atau hanya memberikan sedikit atau tambahan
perubahan.
Para pemimpin akan lebih mungkin dipandang sebagai karismatik jika mereka
membuat pengorbanan diri, mengambil resiko pribadi, dan mendatangkan biaya
tinggi untuk mencapai visi yang mereka dukung. Kepercayaan terlihat menjadi
komponenpenting dari karismatik, dan pengikut lebih mempercayai pemimpin
yang kelihatan tidak terlalu termotivasi oleh kepentingan pribadi daripada oleh
perhatian terhadap pengikut. Yang paling mengesankan adalah seorang pemimpin
yang benar-benar mengambil resiko kerugian pribadi yang cukup besar dalam hal
status, uang posisi kepemimpinan atau keanggotaan dalam organisasi.
Dalam hal selektivitas yang dimiliki komunikan ini diketahui bahwa seseorang akan
memilih pesan tergantung pada dua faktor:
Dengan kata lain besar kecilnya kedua faktor tersebut dapat menentukan pemilihan
komunikan terhadap pesan tertentu.