Anda di halaman 1dari 33

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020

MODULER
PPH FINAL PASAL 4 AYAT 2

Dosen Pengampu:
SRI ANDRIANI, SE., M.Si

RAHMA ARIFAH MUFLIKHAH


18520108
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarokatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan
kepada kami dengan tepat waktu.

Penyusun membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan, dengan membaca makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
tentang Perpajakan. Makalah ini dapat dipergunakan bagi pelajar, mahasiswa atau
siapa saja yang ingin mengetahui tentang Perpajakan, dengan segenap ketulusan
hati, kami mengucapkan banyak terima kasih.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah masih banyak kekurangan,


oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk perbaikan makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Malang, 19 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
Pembahasan................................................................................................................3
1. Pengertian PPh Final Pasal 4 ayat 2.........................................................................3
2. Dasar Aturan PPh Final Pasal 4 ayat 2.....................................................................3
3. Subjek Pajak PPh Final Pasal 4 ayat 2.....................................................................4
4. Objek Pajak PPh Final Pasal 4 ayat 2.......................................................................5
5. Cara Menghitung PPh Final Pasal 4 ayat 2............................................................15
6. Contoh Kasus dan Penyelesaian PPh Final Pasal 4 ayat 2.....................................16
7. Cara Menyetor PPh Final Pasal 4 ayat 2................................................................16
8. Cara Melapor PPh Final Pasal 4 ayat 2..................................................................21
9. Integrasi Pajak Penghasilan dengan ajaran/hukum Islam......................................27
Pertanyaan dan Pembahasan..................................................................................28
Daftar Pustaka..........................................................................................................31

ii
PEMBAHASAN

1. Pengertian PPH FINAL PASAL 4 AYAT 2

PPh Pasal 4 ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2) atau disebut juga PPh final
adalah pajak yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas beberapa
jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final. PPh Pasal 4
Ayat 2/PPh Final adalah pajak penghasilan atas jenis penghasilan-penghasilan tertentu yang
bersifat final dan tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan terutang.Istilah final di sini
berarti bahwa pemotongan pajaknya hanya sekali dalam sebuah masa pajak dengan
pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak yang tepat waktu dan
pertimbangan lainnya.

2. Dasar Aturan PPH FINAL PASAL 4 AYAT 2

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 34 TAHUN 2016

TENTANG

PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS


TANAH DAN/ATAU BANGUNAN, DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI
ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :
a. bahwa dalam rangka percepatan pelaksanaan program pembangunan pemerintah untuk
kepentingan umum, pemberian kemudahan dalam berusaha, serta pemberian perlindungan
kepada masyarakat berpenghasilan rendah, perlu mengatur kembali kebijakan atas Pajak
Penghasilan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, dan perjanjian pengikatan jual beli atas tanah
dan/atau bangunan beserta perubahannya;
b. bahwa dalam rangka pengaturan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran

3
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2008 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang
Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pajak Penghasilan
Atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli Atas Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya;
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4893);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Peraturan pemerintah tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan, dan perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan
beserta perubahannya.

3. Subjek Pajak PPH FINAL PASAL 4 AYAT 2


Mengutip Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan
(PPh), subjek pajak PPh terdiri dari tiga yaitu orang pribadi, badan dan warisan. Subjek pajak
tersebut juga digolongkan menjadi dua yaitu subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar
negeri. Berikut ini yang dimaksud dengan subjek pajak dalam negeri: 4
1) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia.
2) Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.
3) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
4) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
Berikut ini yang dimaksud dengan subjek pajak luar negeri:
1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
2) Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
3) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia
4) Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat di Indonesia, yang memperoleh penghasilan
dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.

4. Objek pajak PPH FINAL PASAL 4 AYAT 2

a. Pajak Penghasilan Atas Penghasilan berupa Bunga Deposito dan Tabungan serta
Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
1) Objek Pajak
Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat
Bank Indonesia dipotong Pajak Penghasilan yang bersifat final. Termasuk dalam pengertian
bunga di atas adalah bunga yang diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan yang
ditempatkan di luar negeri melalui bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
atau cabang bank luar negeri 5
di Indonesia. Ketentuan di atas tidak berlaku terhadap orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri
yang seluruh penghasilannya dalam 1 (satu) tahun Pajak termasuk bunga dan diskonto tidak
melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak.
1) Tarif
Pengenaan Pajak Penghasilan atas bunga dari deposito dan tabungan serta
diskonto Sertifikat Bank lndonesia adalah sebagai berikut :
dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, terhadap Wajib Pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto atau dengan tarif
berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku, terhadap Wajib Pajak luar
negeri.
2) Pengecualian
Pemotongan pajak atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta
diskonto Sertifikat Bank Indonesia tidak dilakukan terhadap :
• bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia sepanjang jumlah
deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank lndonesia tersebut tidak melebihi Rp
7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-
pecah;
• bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau
cabang bank luar negeri di Indonesia;
• bunga deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat Bank Indonesia yang diterima atau
diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;
• bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan rumah
sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat
sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni
sendiri.
b. Pajak Penghasilan Atas Penghasilan berupa Bunga Obligasi
1) Objek Pajak
Obligasi adalah surat utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu lebih
dari 12 (dua belas) bulan.
6
• Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang baik dalam
mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh
Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya, yang terdiri atas Surat
Perbendaharaan Negara dan Obligasi Negara.
• Bunga Obligasi adalah imbalan yang diterima dan/atau diperoleh pemegang Obligasi dalam
bentuk bunga dan/atau diskonto.
• Atas penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak berupa Bunga Obligasi
dikenai pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
2) Tarif
Besarnya Pajak Penghasilan atas penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh
Wajib Pajak berupa Bunga Obligasi adalah:
a. bunga dari Obligasi dengan kupon sebesar:
• 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap; dan
• 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak
berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap, dari jumlah bruto bunga
sesuai dengan masa kepemilikan Obligasi;
b. diskonto dari Obligasi dengan kupon sebesar:
• 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap; dan
• 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak
berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap, dari selisih lebih harga jual
atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan;
c. diskonto dari Obligasi tanpa bunga sebesar:
• 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap; dan
• 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak
berganda bagi Wajib Pajak luar

7
negeri selain bentuk usaha tetap, dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
perolehan Obligasi; dan
d. bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan sebesar:
• 5% (lima persen) untuk tahun 2014 sampai dengan tahun 2020; dan
• 10% (sepuluh persen) untuk tahun 2021 dan seterusnya.

3) Pemotong Pajak
penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk, atas
bunga dan/atau diskonto yang diterima pemegang Obligasi dengan kupon pada saat jatuh tempo
Bunga Obligasi, dan diskonto yang diterima pemegang Obligasi tanpa bunga pada saat jatuh
tempo Obligasi; dan/atau
perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau pembeli, atas bunga dan
diskonto yang diterima penjual Obligasi pada saat transaksi.

4) Pengecualian
Ketentuan di atas tidak berlaku dalam hal penerima penghasilan berupa Bunga
Obligasi adalah:
 Wajib Pajak dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf h
Undang-Undang PPh; dan
 Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia
 Penghasilan berupa Bunga Obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak bank yang
didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia, dikenai Pajak Penghasilan
berdasarkan tarif umum sesuai Undang-Undang PPh.

c. Pajak Penghasilan Atas Diskonto Surat Perbendaharaan Negara


Surat Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disebut SPN adalah Surat Utang
Negara yang berjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga
secara diskonto.
Diskonto SPN adalah selisih lebih antara :

8
 nilai nominal pada saat jatuh tempo dengan harga perolehan di Pasar Perdana atau di Pasar
Sekunder; atau
 harga jual di Pasar Sekunder dengan harga perolehan di Pasar Perdana atau di Pasar
Sekunder,
tidak termasuk Pajak Penghasilan yang dipotong.

1) Objek Pajak
Atas penghasilan tertentu dari Wajib Pajak berupa Diskonto SPN dikenakan
pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final.

2) Tarif
Besarnya Pajak Penghasilan atas penghasilan berupa Diskonto SPN adalah :
 20% (dua puluh persen), bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT); dan
 20% (dua puluh persen) atau tarif sesuai ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) yang berlaku bagi Wajib Pajak penduduk/berkedudukan di luar negeri, dari
Diskonto SPN.

3) Pemotong Pajak
Pemotongan Pajak dilakukan oleh :
• Penerbit SPN (emiten) atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayar, atas Diskonto
SPN yang diterima pemegang SPN saat jatuh tempo; atau
• Perusahaan efek (broker) atau bank selaku pedagang perantara maupun selaku pembeli, atas
Diskonto SPN yang diterima di Pasar Sekunder.

4) Pengecualian
Pemotongan pajak tidak dilakukan atas Diskonto SPN yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak:
 Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
 Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
 Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan,
selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.

9
d. Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa Bunga Simpanan yang dibayarkan oleh
Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi

1) Objek Pajak
Penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi yang
didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final.

2) Tarif
Besarnya Pajak Penghasilan atas Penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi yang didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi adalah:
 0% (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp240.000,00
(dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan; atau
 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan
lebih dari Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan.

3) Pemotong Pajak
Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota koperasi
orang pribadi, wajib memotong Pajak Penghasilan yang bersifat final tersebut.

e. Pajak Penghasilan Atas Penghasilan berupa Hadiah Undian

1) Objek Pajak
Atas penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apapun
dipotong atau dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat final.

2) Tarif
Besarnya Pajak Penghasilan yang wajib dipotong atau dipungut atas penghasilan
berupa hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apapun adalah 25% (dua puluh lima
persen) dari jumlah bruto hadiah undian.

10
3) Pemotong Pajak
Penyelenggaran undian wajib memotong atau memungut PPh Final atas Hadiah
Undian.

f. Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Penjualan Saham di Bursa Efek

1) Objek Pajak
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari
transaksi penjualan saham di bursa efek dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat final

2) Tarif
Besarnya Pajak Penghasilan adalah 0,1% (satu per seribu) dari jumlah bruto nilai
transaksi penjualan
 Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan Pajak Penghasilan sebesar 0,5% (setengah
persen) dari nilai saham perusahaan pada saat penutupan bursa diakhir tahun 1996.
 Dalam hal saham perusahaan diperdagangkan di bursa efek setelah 1 Januari 1997, maka
yang dimaksud dengan nilai saham adalah nilai saham ditetapkan sebesar harga saham pada
saat penawaran umum perdana.

4) Pemotong Pajak
Penyelenggara bursa efek wajib memungut Pajak Penghasilan setiap transaksi
penjualan saham di bursa efek.

g. Pajak Penghasilan atas Penghasilan Perusahaan Modal Ventura dari Transaksi


Penjualan Saham atau Pengalihan Penyertaan Modal Pada Perusahaan Pasangan
Usahanya

1) Objek Pajak
Atas penghasilan perusahaan modal ventura dari transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangan usahanya dikenakan pajak penghasilan
yang bersifat final. Perusahaan Pasangan Usaha tersebut adalah perusahaan yang memenuhi
syarat sebagai berikut :
11
 merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang melakukan kegiatan dalam sektor-sektor
usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; dan
 sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

1) Tarif
Besarnya Pajak Penghasilan atas penghasilan perusahaan modal ventura di atas
adalah 0,1% (satu perseribu) dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal.
Dalam hal transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal tersebut
dilakukan melalui bursa efek, maka pengenaan Pajak Penghasilannya dilakukan sesuai dengan
ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang Pajak Penghasilan
atas penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek.

2) Pengecualian
Atas penghasilan perusahaan modal ventura dari transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangan usaha yang tidak memenuhi ketentuan
di atas dikenakan Pajak Penghasilan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Pajak
Penghasilan.
Mengingat perlakuan Pajak Penghasilan atas penghasilan dalam Peraturan
Pemerintah ini berbeda dengan perlakuan atas penghasilan lainnya, maka kepada perusahaan
modal ventura diwajibkan untuk melakukan pembukuan yang terpisah atas penghasilan maupun
biaya yang berkaitan dengan penghasilan dari transaksi penjualan saham ini.

h. Pajak Penghasilan Atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Negeri

1) Objek Pajak
Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final.
2) Tarif
Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan sebesar 10% (sepuluh persen).
12
3) Pemotong
Pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk selaku pembayar dividen.

i. Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Jasa Konstruksi

1) Objek Pajak
Atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang
bersifat final.

2) Tarif
Tarif Pajak Penghasilan untuk usaha Jasa Konstruksi adalah sebagai berikut:
 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
memiliki kualifikasi usaha kecil;
 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang
tidak memiliki kualifikasi usaha;
 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa selain
Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;
 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan
 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
Dalam hal Penyedia Jasa adalah bentuk usaha tetap, tarif Pajak Penghasilan tersebut tidak
termasuk Pajak Penghasilan atas sisa laba bentuk usaha tetap setelah Pajak Penghasilan yang
bersifat final.
Besarnya, Pajak Penghasilan yang dipotong atau disetor sendiri adalah:
 jumlah pembayaran, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, dikalikan tarif Pajak
Penghasilan di atas; atau
 jumlah penerimaan pembayaran, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, dikalikan taril
Pajak Penghasilan di atas dalam hal Pajak Penghasilan disetor sendiri oleh Penyedia Jasa.
 Jumlah pembayaran atau jumlah penerimaan pembayaran di atas merupakan bagian dari
Nilai Kontrak Jasa Konstruksi.

13
3) Pemotong
 Pajak Penghasilan yang bersifat final di atas:
 dipotong oleh Pengguna Jasa pada saat pembayaran, dalam hal Pengguna Jasa merupakan
pemotong pajak; atau
 disetor sendiri oleh Penyedia Jasa, dalam hal pengguna jasa bukan merupakan pemotong
pajak.

j. Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau
Bangunan

1) Objek Pajak
Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yaitu:
 penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak,
lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain selain pemerintah;
 penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain yang disepakati
dengan pemerintah guna pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan untuk
kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratankhusus;
 penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain kepada pemerintah
guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan
khusus.

2) Tarif
PPh yang dikenakan atas :penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak,
pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain
selain pemerintah; dan penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain
yang disepakati dengan pemerintah guna pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan
untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus; adalah sebesar 5% (lima
persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
.

14
3) Pemotong
Pemotongan dilakukan oleh penyewa dalam hal penyewa adalah Badan
Pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
kerjasama operasi, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan orang pribadi yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Dalam penyewa adalah orang pribadi atau bukan Subjek Pajak, selain yang
tersebut di atas, PPh disetor sendiri oleh yang menyewakan.
Orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong Pajak Penghasilan adalah :
 Akuntan, arsitek, dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) kecuali PPAT
tersebut adalah Camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas;
 Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan;
 yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dalam negeri.

5. Cara Menghitung PPH PASAL 4 AYAT 2


1. Lembaga menerima penghasilan dari pihak ketiga, yaitu badan atau orang pribadi atas
penghasilan tersebut maka lembaga akan dipungut/dipotong pajak PPh Pasal 4 Ayat 2.
2. Lembaga memberi penghasilan pada pihak ketiga, yaitu badan atau orang pribadi atas
penghasilan tersebut maka lembaga wajib memungut/memetong pajak PPh Pasal 4 Ayat
Tarif Pajak Penghasilan PPh Pasal 4 ayat 2
 Bunga dep/Tabungan/Obligasi/SUN bunga koperasi transaksi derevatif sebesar utang PPh
4(2) = 20% x Penghasilan Bruto.
 Sewa tanah/bangunan ke orang pribadi atau badan sebesar utang PPh 4(2) = 10% x
Penghasilan Bruto.
 PP 46/2013 tentang pengusaha dengan penghasilan tertentu lainnya sebesar utang PPh 4(2)
= 1% x Penghasilan Bruto.
Contoh Perhitungan PPh Pasal 4 ayat 2
Atas persewaan tanah dan/atau bagunan senilai 90jt rupiah
1. Perhitungan NORMAL:
Yayasan Bina Bangsa membayar sewa kantor kepada tuan amir sebesar 90jt rupiah besarnya
PPh Pasal 4 ayat 2 yang harus dipotong oleh yayasan bina bangsa adalah 90 jt rupiah dikali
10% = 9jt rupiah jadi yang dibayarkan kepada tuan amir adalah 90jt rupisah dikurangi 9jt
rupiah sebesar 81jt rupiah.
15
2. Perhitungan Gross up
Apabila pemilik tanah dan/atau bagunan kantor tuan A ingin harga sewa sebesar
90jt rupiah tanpa potongan pajak maka yayasan bina bangsa harus melakukan mekanisme
perhitungan atas harga sewa sebagai berikut:
=100/90 x harga sewa
=100/90 x 90jt
= 100jt
Maka dalam surat perjanjian sewa harus dicantumkan harga sewa sebesar 100jt
rupiah dan memotong PPh 4(2) sebesar 10% = 10jt rupiah.
Sebaiknya tetap menggunakan perhitungan normal karena jika menggunakan perhitungan
gross up akan membebani pajak lembaga.

6. Contoh Kasus dan Penyelesaian PPH FINAL PASAL 4 AYAT 2


Pada 30 maret 2016, bank permadani membayarkan bunga deposito kepada
nasabah. Deposito berjangka waktu 1 bulan senilai 600jt rupiah, bunga 6% setahun atas
pembayaran bunga tersebut dipotong PPh final sebesar?
Jawab :
20% x 6% x 600.000.000 x 1/12 = 600.000

7. Cara Menyetor PPH FINAL PASAL 4 AYAT 2


Cara membayar pajak secara online melalui aplikasi e-billing online pajak
1. Anda pengguna pemula? Untuk membuat akun pada aplikasi OnlinePajak, klik
tombol “Mulai Sekarang” pada halaman beranda website OnlinePajak. Setelah itu,
masukan alamat email, password dan nomor telepon pada kolom yang tersedia. Kemudian,
klik “Daftar”.

16
Sebelum lanjut melakukan pembayaran pajak, pastikan Anda sudah memiliki angka pajak
terutang yang akan dilunasi.
2. Masuk menu “Setor/e-Billing & PajakPay”.

3. Buat ID Billing. Untuk membuat ID Billing tanpa melakukan proses hitung otomatis di
OnlinePajak, klik tombol “+ TAMBAH”. Anda juga bisa memilih berbagai jenis pajak
yang ingin Anda bayarkan seperti PPh 21, PPN, PPh 23, maupun PPh Final. Tidak
menemukan jenis pajak yang Anda butuhkan? klik “Pajak Lainnya”.

4. Masukan nominal pajak yang ingin Anda


bayarkan dan klik “Buat”.

17
Selanjutnya, Anda akan diarahkan ke halaman pembayaran. Pada, kolom “Pilihan
Pembayaran” terdapat dua pilihan metode yakni melalui PajakPay atau metode lainnya. Jika
Anda memutuskan untuk menggunakan metode lain, maka Anda membutuhkan ID Billing
yang telah Anda proses.
5. Pastikan Anda telah mencentang jenis pajak yang ingin dibayarkan. Jika sudah benar,
klik “Lanjutkan Pembayaran”.

18
6. Selanjutnya, Anda akan masuk ke halaman “Detail Pembayaran”. Di halaman ini, Anda bisa
menambah kontak untuk mengirim konfirmasi pembayaran. Caranya klik pilihan “Tambah
Kontak” pada kolom “Pengaturan Kontak”. Setelah memasukkan nama, alamat email serta
nomor telepon kontak yang ingin ditambahkan, klik “TAMBAHKAN”

7. Selanjutnya, klik “BAYAR”. Jika saldo PajakPay Anda tidak mencukupi, segera lakukan
penambahan dana. Untuk panduan top up.

19
8. Jika pembayaran berhasil, maka akan muncul notifikasi “Pembayaran Berhasil”.
Selanjutnya klik “OK”.

9. Setelah selesai melakukan pembayaran, Anda akan diarahkan kembali ke halaman awal.
Klik “NTPN” untuk mendapatkan Bukti Penerimaan Negara (BPN).

20
10. Anda akan mendapatkan BPN yang bisa Anda download dalam format PDF.

8. Cara melapor PPH FINAL PASAL 4 AYAT 2


 Cara Lapor Pajak online/e-filling
1. Dapatkan EFIN Pajak Buatlah EFIN pajak badan Anda terlebih dahulu di KPP tempat Anda
terdaftar. EFIN atau Electronic Filing Identification Number adalah nomor identitas
elektronik wajib pajak untuk melakukan e-Filing pajak. Selain dengan melengkapi dan
mengunduh formulir EFIN berikut, Anda juga dapat mengisinya secara online, mencetaknya,
dan membawanya ke KPP tempat perusahaan Anda terdaftar bersama persyaratan dokumen
lainnya. Proses ini hanya membutuhkan waktu kurang dari sehari, asalkan Anda telah
melengkapi semua persyaratan yang berlaku. Aktivasi Efin Pajak
2. Setelah mendapatkan EFIN, aktivasi EFIN tersebut di situs DJP Online Kemudian masukkan
NPWP, EFIN, dan email Anda. Lalu, klik tautan yang dikirimkan DJP ke email Anda untuk
verifikasi. Bila Anda belum juga, menerima email dari DJP, klik tautan “Belum menerima
link aktivasi” pada situs beranda DJP Online.

21
3. Daftarkan efin badan anda di online pajak. Aktifkan EFIN Anda di OnlinePajak agar dapat
melakukan e-Filing. Silakan ikuti langkah-langkah di bawah ini:
1) Pilih pengaturan
2) Klik Pengaturan efin

3) Pilih “sudah, saya ingin mendaftarkan e-fin badan saya”.

22
4) Lengkapi efin.

5) Klik “daftar e-fin badan sekarang”

23
 Cara lapor SPT masa online
Untuk lapor SPT masa online, Anda harus mempersiapkan SPT Masa
dan file CSV di software e-SPT DJP dan lampiran yang dibutuhkan dalam 1 file CSV, bila ada.
Jangan lupa untuk menamakan lampiran PDF Anda dengan nama file yang sama dengan CSV
Anda. Selanjutnya, ikuti panduan cara lapor pajak online untuk SPT Masa berikut ini:
1) Klik “Lapor e-filling”.
2) Plih masa pajak
3) Klik “Unggah File”.

4) Klik “klik disini untuk upload banyak file”

24
5) Pilih file CSV dan PDF yang harus diunggah secara bersamaan (pastikan nama file PDF
yang ingin dilampirkan sudah sama dengan file CSV yang ingin dilaporkan).

6) Klik “Selesai” untuk melaporkan kedua file yang telah diunggah.

25
6) Klik “Lapor” untuk melaporkan pajak Anda. Cara Lapor SPT Tahunan Badan Online Di
OnlinePajak, Anda juga dapat melaporkan SPT Tahunan Badan secara online dengan batas
waktu pelaporan setiap tanggal 30 April. Yang membedakan e-Filing CSV biasa adalah
Anda harus melampirkan laporan keuangan dalam bentuk file PDF dengan nama file yang
sama dengan file CSV Anda. Silakan ikuti beberapa langkah di bawah ini untuk e-Filing
SPT Badan Tahunan:
1. Klik “Lapor e-Filing”.

2. Pilih masa pajak.


3. Klik “unggah file”

26
6) Klik “Lapor” untuk melaporkan pajak Anda. Cara Lapor SPT Tahunan Badan Online Di
OnlinePajak, Anda juga dapat melaporkan SPT Tahunan Badan secara online dengan batas
waktu pelaporan setiap tanggal 30 April. Yang membedakan e-Filing CSV biasa adalah
Anda harus melampirkan laporan keuangan dalam bentuk file PDF dengan nama file yang
sama dengan file CSV Anda. Silakan ikuti beberapa langkah di bawah ini untuk e-Filing
SPT Badan Tahunan:
1. Klik “Lapor e-Filing”.

2. Pilih masa pajak.


3. Klik “unggah file”

26
4. Klik “Cari File”. Jika Anda menggunakan e-SPT, klik “Unggah File” pilih CSV dari SPT
1771 (SPT Tahunan Badan) dan file PDF yang ingin Anda lampirkan.
5. Pilih file CSV dan PDF yang harus diunggah secara bersamaan.

6. Klik “Selesai” untuk melaporkan kedua file yang telah diunggah.

9. Integrasi Pajak Penghasilan dengan ajaran/hukum Islam


Uraian tentang sumber penghasilan negara yang salah satunya adalah pajak yang
dipugut dari masyarakat akan menguraikan teori dan aturan yang sangat banyak bahkan sangat
detail baik mulai dari perhitungannya sampai kepada sanksi yang diberikan kepada masyarakat
yang tidka melaksanakan aturan-aturan itu.
Dalam hidup bernegara yang mempunyai kewajiban terhadap negara dan juga
umat yang beragama yang tidak kalah penting menyelesaikan kewajiban membayar zakat
sebagaimana diatur dalam Qs. An-nisa ayat 77 disebutkan artinya: “dan dirikanlah shalat dan
bayarkanlah zakat hartamu..”.

27
PERTANYAAN DAN PEMBAHASAN

1. Ada berapa subjek Pajak Pengahasilan?


a. 3
b. 2
c. 8
d. 5
Jawab : a.3
2. Subjek Pajak digolongkan menjadi berapa?
a. 5
b. 3
c. 9
d. 2
Jawab : d. 2
3. Digolongkan dalam apa saja pada subjek pajak?
a. Subjek Dalam Negeri dan Luar negeri
b. Warisan
c. Badan
d. Orang Pribadi
Jawab : a. Subjek Dalam Negeri dan Luar negeri
4. Ada berapa Objek Pajak dalam PPh Final Pasal 4 ayat 2?
a. 3
b. 4
c. 11
d. 2
Jawab : c. 11

28
5. Pengecualian apa yang terdapat pada objek Pajak bunga deposito dalam PPh Final
Pasal 4 Ayat 2?
a. Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia
b. bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau
cabang bank luar negeri di Indonesia;
c. Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
d. Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan,
selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha.
Jawab : b. bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
6. Berapa Tarif untuk bunga deposito dan tabungan?
a. 15%
b. 10%
c. 20%
d. 5%
Jawab : c. 20%
7. Ada berapa tahap untuk melakukan pembayaran atau penyetoran secara online
memalui aplikasi e-billing?
a. 15 cara
b. 7 cara
c. 10 cara
d. 9 cara
Jawab : c. 10 cara

29
8. Ada berapa tahap dalam melapor pajak secara online dengan menggunakan aplikasi e-
filling?
a. 6 cara
b. 4 cara
c. 2 cara
d. 3 cara
Jawab: d. 3 cara
9. Ada berapa tahap dalam melapor SPT masa online?
a. 9 cara
b. 7 cara
c. 8 cara
d. 10 cara
Jawab : b. 7 cara
10. Terdapat pada QS. Apa didalam al-qur’an yang berisi tentang pajak?
a. Al-baqorah
b. An- nas
c. An- nisa’
d. Al – fatihah
Jawab : c. An- nisa’

30
DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti. 2017. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat.
https://www.pajak.go.id/id/pph-pasal-4-ayat-2
https://www.online-pajak.com/tips-efiling/e-filing-cara-lapor-pajak-online-badan
https://www.online-pajak.com/tips-pajakpay/e-billing-pajak-cara-bayar-pajak-online

31

Anda mungkin juga menyukai