Disusun Oleh :
1. Margaretha Magdalena Chresia
2. Hari Pramono
3. Eny Luviana
4. Evie Anggraeyni
5. Kokom Ratnaningsih
6. Rostina Sitorus
7. Suprojo
8. Dwi Basuki Rahmat
9. Ayep Wijaya
10. Yoga Sapta .
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
o Bakteri
o Virus
o Jamur
o Clamida
o Alergi atau iritasi dengan bahan-bahan kimia.
C. PATOFISIOLOGI.
Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva
terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama
oleh karena adanya tear film, pada permukaan konjungtiva yang berfungsi
melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui
saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lysine,
lysozyne, Ig A, Ig G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila ada
kuman pathogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi
konjungtiva yang disebut konjungtivitis.
2. Konjungtivitis Purulen.
Dapat Disebabkan :
Gonorrhoe dan Nongonorrhoe akibat pneumokok, streptokok,
meningokok, stafilokok, dsb.
Tanda Klinik :
Konjungtivitis akut, disertai dengan sekret yang purulen.
Adalah konjungtivitis yang hiperakut dengan sekret purulen yang
disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoika. Proses peradangan hiperakut
konjungtiva dapat disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoika, yaitu kuman
bukan yang berbentuk kokkus, gram ngatif yang sering menjadi penyebab
uretritis, pada pria dan vaginitis atau bartolinitis pada wanita. Infeksi ini
dapat terjadi karena adanya kontak langsung antara Neisseria Gonorrhoika
dengan konjungtiva.
Dibedakan Atas 3 Stadium, Yaitu :
a. Stadium Infiltrat.
Berlangsung selama 1-3 hari. Dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang,
bleparospasme. Konjungtiva palpebra hiperemi, bengkak, infiltrat
mungkin terdapat pseudomembran diatasnya. Pada Konjungtiva bulbi
terdapat injeksi konjungtiva yang hebat, kemotik, sekret sereus kadang-
kadang beradarah.
b. Stadium Supuratif atau Purulenta.
Berlangsung selama 2-3 minggu. Gejala-gejala tak begitu hebat lagi.
Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tak begitu tegang.
Bleparospasme masih ada. Sekret campur darah, keluar terus menerus
apabila palpebra dibuka yang khas adalah sekret akan keluar dengan
mendadak (memancar muncrat) oleh karena itu harus hati-hati bila
membuka palpebra, jangan sampai mengenai mata pemeriksa.
c. Stadium Konvalesen (Penyembuhan) Hypertropi Papil.
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tak begitu hebat lagi. Palpebra sedikit
bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltrat. Injeksi konjungtiva
bulbi, injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret jauh
berkurang.
Gejala / Gambaran Klinis :
Penyakit gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa inkubasi dapat
terjadi beberapa jam sampai 3 hari.
Keluhan utama : mata merah, bengkak dengan sekret seperti nanah yang
kadang-kadang bercampur darah.
Pemeriksaan Laboratorium :
Kerokan konjungtiva atau getah mata yang purulen dicat dengan
pengecatan gram dan diperiksa dibawah mikroskop. Didapatkan sel-sel
polimorfonuklear dalam jumlah banyak sekali. Kokus gram negatif yang
berpasang-pasangan seperti biji kopi yang tersebar diluar dan didalam sel.
Diagnosis :
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan klinik.
Pengobatan :
· Gonoblenore Tanpa Penyulit Pada Kornea.
Topikal :
Salep mata Tetrasiklin HCl 1 % atau Basitrasin yang diberikan minimal 4
kali sehari pada neonatus dan diberikan sedikitnya tiap 2 jam pada
penderita dewasa, dilanjutkan sampai 5 kali sehari sampai terjadinya
resolusi. Sebelum memberikan salep mata, mata harus dibersihkan terlebih
dahulu.
Sistemik :
Pada orang dewasa diberikan Penisillin G 4,8 juta IU intra muskuler dalam
dosis tunggal ditambah dengan Probenesid 1 gram per-oral, atau Ampisillin
dalam dosis tunggal 3,5 gram per-oral. Pada neonatus dan anak-anak
diberikan injeksi Penisillin dengan dosis 50.0000 – 100.0000 IU/Kg BB.
· Gonoblenore Dengan Penyulit Pada Kornea.
Topikal :
Dapat dimulai dengan salep mata Basitrasin setiap jam atau Sulbenisillin
tetes mata, disamping itu diberikan juga Penisillin konjungtiva.
Sistemik :
Pengobatan sistemik diberikan seperti pada gonoblenore tanpa ulkus
kornea.
3. Konjungtivitis Flikten.
Merupakan peradangan terbatas dari konjungtiva dengan pembentukan satu
atau lebih dari satu tonjolan kecil, berwarna kemerahan yang disebut flikten.
Penyebab : alergi terhadap
o Tuberkulo protein, pada penyakit TBC.
o Infeksi bakteri : koch weeks, pneumokok, stafilokok, streptokok.
o Virus : herpes simpleks.
o Toksin dari moluskum kontagiosum yang terdapat pada margo palpebra.
o Jamur pada kandida albikans.
o Cacing : ascaris, tripanosomiasis.
o Infeksi fokal : gigi, hidung, telinga, tenggorokan dan traktus urogenital.
Konjungtivitis 2 macam :
a. Konjungtivitis Flikten.
Tanda radang tak jelas, hanya terbatas pada tempat flikten, sekret hampir tak
ada
b. Konjungtivitis Kum Flikten.
Tanda radang jelas, sekret mukos, mukopurulen, biasanya karena infeksi
sekunder pada konjungtivitis flikten.
Keluhan :
Lakrimasi, fotofobia, bleparospasme. Oleh karena dasarnya alergi, maka cepat
sembuh tetapi cepat kambuh kembali, selama penyebabnya masih ada di dalam
tubuh.
5. Konjungtivitis Vernal.
Dinamakan psring catarh karena banyak ditemukan pada musim bunga di
daerah yang mempunyai empat musim.
Keluhannya mata sangat gatal, terutama berada pada lapangan terbuka yang
panas terik. Sering menunjukkan alergi terhadap tepung sari dan rumput-
rumputan.
E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut
dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-
sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada
pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
F. DIAGNOSIS.
Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pada
pemeriksasan klinik di dapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata
dan edema konjungtiva.
G. PENGOBATAN.
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena
bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika
(Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat
jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk
mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan
antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya
dexametazone 0,1 %).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS
A. BIODATA.
Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis kelamin, suku /
bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, penanggung
jawab.
B. RIWAYAT KESEHATAN .
Riwayat Kesehatan Sekarang.
Keluhan Utama :
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan
disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva,
purulen / Gonoblenorroe.
Sifat Keluhan :
Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah
meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur
tentu keluhan timbul.
Keluhan Yang Menyertai :
Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus Gonoblenorroe.
C. PEMERIKSAAN FISIK.
Data Fokus :
Objektif : VOS dan VOD kurang dari 6/6.
Mata merah, edema konjungtiva, epipora, sekret banyak keluar terutama pada
konjungtivitis purulen (Gonoblenorroe).
Subjektif : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata) gatal, panas.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan konjungtiva,
ditandai dengan :
- Klien mengatakan ketidaknyamanan (nyeri) yang dirasakan.
-.Raut muka /wajah klien terlihat kesakitan (ekspresi nyeri).
Kriteria hasil:
- Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi :
- Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
- Ajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam dan
teratur.
- Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri.
- Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang.
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic.
Rasionalisasi :
o Dengan penjelasan maka klien diharapkan akan mengerti.
o Berguna dalam intervensi selanjutnya.
oIMerupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan
mengurangi stressor yang berupa kebisingan.
o Menghilangkan nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri.
Evaluasi :
Mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri.
Mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang tidak terganggu.
Menunjukkan perasaan rileks.
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakitnya, ditandai dengan :
- Klien mengatakan tentang kecemasannya.
- Klien terlihat cemas dan gelisah.
Kriteria hasil :
- Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan tenang.
Intervensi :
- Kaji tingkat ansietas / kecemasan.
- Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
- Beri dukungan moril berupa do’a untuk klien.
Rasionalisasi :
o Bermanfaat dalam penentuan intervensi.
o Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya
o Memberikan perasaan tenang kepada klien.
Evaluasi :
- Mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk mengurangi ansietas.
- endemonstrasikan pemahamaan proses penyakit.