Anda di halaman 1dari 14

KISI - KISI UTS PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

1. Fungsi penggunaan alat2 laboratorium


a. Inkubator
Inkubator adalah alat yang digunakan untuk menginkubasi atau mengerami suatu biakan.
Inkubator menyediakan kondisi temperatur yang optimum untuk mikroorganisme bisa melakukan
pertumbuhan. Inkubator memiliki alat pengatur suhu, sehingga temperatur dapat diatur sesuai biakan
yang akan diinkubasi. Inkubator memanfaatkan panas-kering seperti oven. Pada beberapa jenis
inkubator, kelembapan disediakan dengan memberikan air di dalam inkubator selama periode
pertumbuhan mikroba. Lingkungan yang basah memperlambat dehidrasi pada medium sehingga
menghindari kondisi lingkungan yang bias (Cappuccino & Sherman, 2001).
b. Equipment
1.Ose / Jarum Inokulum (inoculating loop)

Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk ditanam/ ditumbuhkan ke media baru.
Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika
terkena panas. Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau  inoculating
loop/transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebut inoculating needle/Transfer needle. Inoculating
loop cocok untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok
digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating.
c. Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube)

Di dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan menumbuhkan
mikroba.Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi dapat berupa kapas,
tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil. Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat
diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring
(slants agar). Untuk membuat agar miring, perlu diperhatikan tentang kemiringan media yaitu luas
permukaan yang kontak dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebar dan hindari jarak
media yang terlalu dekat dengan mulut tabung karena memperbesar resiko kontaminasi. Untuk alasan
efisiensi, media yang ditambahkan berkisar 10-12 ml tiap tabung.
d.Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask)

Berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan. Labu Erlenmeyer dapat digunakan
untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung akuades, kultivasi
mikroba dalam kultur cair, dll. Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat
ditampungnya yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dsb.
e. Beaker Glass
Beaker glass merupakan alat yang memiliki banyak fungsi. Di dalam mikrobiologi, dapat
digunakan untuk preparasi media media, menampung akuades dll.
f.Gelas ukur (Graduated Cylinder)

Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu erlenmeyer, gelas ukur memiliki
beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya.
g.Cawan Petri (Petri Dish)

Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang
ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai
macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-
20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml.
h.Batang L (L Rod)

Batang L bermanfaat untuk menyebarkan cairan di permukaan mediaagar supaya bakteri yang
tersuspensidalam cairan tersebut tersebar merata. Alat ini juga disebut spreader.
i.Tabung Durham (Durham Tube)

Tabung durham yaitu tabung yang memiliki bentuk yang sama dengan tabung reaksi tetapi
memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding tabung reaksi. Berfungsi untuk menampung hasil
fermentasi mikroorganisme berupa gas. Dalam penggunaannya, maka tabung durham itu ditempatkan
terbalik di dalam tabung reaksi yang lebih besar dan tabung ini kemudian diisi dengan medium cair.
Setelah seluruhnya disterilkan dan medium sudah dingin, maka dapat dilakukan inokulasi. Jika bakteri
yang ditumbuhkan dalam media tersebut memang menghasilkan gas, maka gas akan tampak sebagai
gelembung pada dasar tabung durham.
j.Termometer (thermometer)

Termometer adalah batang kaca yang panjangnya 300 mm, diameter 6-7 mm berisi air raksa
dan gas, serta dilengkapi dengan skala derajat Celcius. Berfungsi untuk mengukur suhu suatu larutan
atau ruang inkubator. Prinsip kerjanya yaitu mengukur suhu sesuai laju air raksa di dalam
thermometer.
1.Pembakar Bunsen (Bunsen Burner)

Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah pembakar
bunsen. Api yang menyala dapat membuat aliran udara karena oksigen dikonsumsi dari bawah dan
diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran udara tersebut. Untuk sterilisasi jarum ose atau
yang lain, bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru
(paling panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau metanol.

m.Hot plate stirrer dan Stirre bar

Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk menghomogenkan suatu
larutan dengan pengadukan. Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga
mampu mempercepat proses homogenisasi. Pengadukan dengan bantuan batang magnet Hot plate dan
magnetic stirrer seri SBS-100 dari SBS® misalnya mampu menghomogenkan sampai 10 L, dengan
kecepatan sangat lambat sampai 1600 rpm dan dapat dipanaskan sampai 425oC.

n. Autoklaf (Autoclave)

Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda
menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit.
Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan
meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh microorganisme.
Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh
bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies yang sama,
endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri
tersebut. Endospora dapat dibunuh pada suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada tekanan
atmosfer normal. Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel
vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C.
Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121
°C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf
akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa
semua objek bersuhu 121 °C untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika
cairan dalam volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk mencapai suhu sterilisasi. Performa autoklaf diuji dengan indicator biologi, contohnya
Bacillus stearothermophilus.
Sementara itu, untuk mengecek alat autoklaf masih bekerja baik atau tidak, diperlukan
pengetesan menggunakan indikator biologi. Indikator biologi yang lazim digunakan adalah
endospora Bacillus stearothermophilus. Spora bakteri tersebut dipakai karena sporanya dapat resistan
terhadap panas. Apabila setelah sterilisasi masih ditemukan spora bakteri tersebut, berarti alat autoklaf
sedang bermasalah. Cara pengecekan dimulai dengan menaruh strip yang mengandung spora bakteri
dengan material yang disterilisasi pada autoklaf. Setelah proses sterilisasi selesai, tiap strip
ditempatkan di dalam medium cair.  Apabila terjadi perubahan warna pH indikator pada medium cair,
berarti proses sterilisasi tidak berjalan sukses.

o. Penangas air (Water bath)

Penangas air besfungsi untuk menyimpan media agar (yang digunakan untuk analisa dengan
teknik tuang / pure plate ) supaya media tetap dalam kondisi leleh/cair, bisanya suhu diatur pada
kisaran 40-45oC. Untuk menjaga air pada penangas air tidak terkontaminasi mikro organisme maka
perlu ditambahkan citric acid 0.3% dan potassium sorbat 0.1%.

p. pH Meter

pH meter berfungsi untuk mencek derajat keasaman / pH media, karena derajat keasaman
sangan berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba.

q.Timbangan digital / neraca digital


Neraca digital berfungsi untuk menimbang media dan juga sample atau contoh uji saat
preparasi.
r.Biological Safety Cabinet / Laminar Air Flow

Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF) adalah alat
yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola pengaturan dan penyaring
aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan.
Microbiological safety cabinet (MSC) adalah suatu tempat atau ruangan yang didesain untuk
memproteksi suatu pekerjaan dari kontaminasi, contohnya adalah transfer box atau laminar flow.
Selain itu, MSC berguna untuk menciptakan keadaan yang aseptis pada saat pembuatan medium atau
manipulasi objek mikroorganisme. Alat MSC mempunyai berbagai tipe sirkulasi udara, setidaknya
ada tiga tipe. Salah satu tipenya, udara yang telah terfiltrasi dialirkan ke seluruh MSC agar tercipta
sirkulasi udara yang baik, kemudian dikeluarkan melalui suatu exhaust air. Sirkulasi udara bersih
tersebut dapat mencegah kontaminasi pada saat melakukan kegiatan pembuatan medium atau
manipulasi objek mikroorganisme (Collins & Lyne, 2004).

s.Colony counter

Alat ini berguna untuk mempermudah perhitungan koloni yang tumbuh setelah diinkubasi di
dalam cawankarena adanya kaca pembesar. Selain itu alat tersebut dilengkapi dengan skala/ kuadran
yang sangat berguna untuk pengamatan pertumbuhan koloni sangat banyak. Jumlah koloni pada
cawan Petri dapat ditandai dan dihitung otomatis yang dapat di-reset.

q.Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope)


Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya. Dengan
mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada
umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter lebih kecil dari 0,1 mm.
r.Mikroskop stereo (Zoom Stereo Microscope)

Mikroskop ini berfungsi untuk melihat objek yang membutuhkan perbesaran tidak terlalu
besar. Di Laboratorium Mikrobiologi, mikroskop stereo biasanya digunakan untuk mengamati secara
detail bentuk koloni dan jamur.

2. Pengertian & Prosedur Pengecatan Kuman/Bakteri


Pewarnaan / pengecatan bakteri adalah Pemberian zat warna pada suatu sel/objek praktikum
(bakteri) menggunakan zat warna khusus
Tujuannya :
• Sel-sel dapat terlihat dengan jelas
• Pemeriksaan mikroskopis bakteri
• Untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop
• Memperjelas ukuran dan morfologi bakteri
• Menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari bakteri
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan :
1. Fiksasi
2. Peluntur zat warna
3. Zat warna penutup (counterstain)
FIKSASI
FUNGSI FIKSASI :
* Merekatkan/melekatkan bakteri pada gelas obyek
* Membunuh bakteri secara cepat tanpa merusak struktur & morfologi selnya
* Mencegah terjadinya kontaminasi/penularan
CARA FIKSASI :
* Membuat lapisan suspensi kuman di atas gelas obyek kemudian dikeringanginkan dan dilewatkan
beberapa kali di atas api bunsen
PELUNTUR ZAT WARNA adalah suatu senyawa yang menghilangkan warna dari sel yang telah
diwarnai.
FUNGSI :
* Menghasilkan kontras yang baik pada bayangan mikroskop
ZAT WARNA PENUTUP adalah suatu zat warna basa yang berbeda warnanya dengan zat warna
mula-mula yang digunakan. Umumnya digunakan pada pewarnaan differential/bertingkat.
FUNGSI Counterstain :
* Memberikan warna pada sel yang berbeda warnanya dengan zat warna mula-mula
Alasan penggunaan zat warna :
Mikroorganisme (bakteri) tidak dapat mengadsorbsi/membiaskan cahaya
Pewarnaan yang berdasarkan ikatan zat warna dengan sitoplasma bakteri, memiliki 2 sifat yaitu :
Positif dan Negatif
Pewarnaan bersifat positif :
* Zat warna dapat berikatan dengan sitoplasma bakteri
* Di bawah mikroskop bakteri akan tampak berwarna sesuai dengan zat warna yang digunakan
* Zat warna yang digunakan HARUS bersifat basa supaya dapat berikatan dengan sitoplasma
bakteri yang
cenderung bersifat asam
* Contoh zat warna :
Crystal violet  berwarna ungu
Safranin  berwarna merah
Methylene Blue  berwarna biru
Carbol fuchsin  berwarna merah
Malachite Green  berwarna hijau ; larut dalam air
Neisser AB & Neisser C  larut dalam air
Jenis pewarnaan bersifat positif ada 3 : sederhana, differential, dan khusus.
Pewarnaan sederhana (simple staining)
* Menggunakan 1 macam zat warna basa
* Zat warna yang digunakan : Safranin , Methylene blue
* Tujuan : Untuk mengetahui morfologi & susunan bakteri secara cepat
Apabila menggunakan safranin maka di bawah mikroskop bakteri akan tampak berwarna merah
Apabila menggunakan methylene blue maka di bawah mikroskop bakteri akan tampak berwarna
biru (Lihat ppt slide 11, 12 dan 13 untuk contoh pewarnaan guys)
Pewarnaan differential, ada 2 : gram dan acid fast
TUJUAN :
* Untuk mengetahui & membedakan sifat –sifat bakteri berdasarkan afinitasnya terhadap zat warna
misal : sifat Gram, sifat tahan asam (Acid Fast)
* Untuk mengetahui morfologi & susunan bakteri
* Menggunakan lebih dari 1 macam zat warna basa
Pewarnaan Gram :
* Penemu : Christian Gram
FUNGSI :
* Untuk membedakan bakteri Gram positif & Gram negatif berdasarkan afinitas dinding sel
terhadap zat warna
* Menggunakan 2 macam zat warna basa :
1. Kristal Violet (warna ungu) sebagai zat warna utama (main stain)
2. Safranin (warna merah) sebagai zat warna pembanding (counter stain)
* Menggunakan zat kimia :
1. Alkohol 95-96% sebagai decolorizing agent (peluntur)
2. Lugol (KI3) 3% zat yang membantu pengikatan zat warna crystal violet dengan sitoplasma
bakteri
Sifat bakterinya ada 2 : gram positif dan gram negative
Gram positif :
* Memiliki struktur dinding sel peptidoglikan yang tebal
* Mampu mempertahahankan zat warna crystal violet pada saat proses pelunturan
* Bakteri akan tampak berwarna ungu
Gram negative :
* Memiliki struktur dinding sel peptidoglikan yang tipis
* Tidak dapat mempertahahankan zat warna crystal violet pada saat proses pelunturan
* Mengikat zat warna safranin (zat warna pembanding)
* Bakteri akan tampak berwarna merah
Pewarnaan acid fast :
Dikembangkan pertama kali oleh Paul Erlich (1882)
Meneliti Mycobacterium tuberculosis
Ziehl Neelsen (Pewarnaan Ziehl Neelsen)
FUNGSI :
* Untuk membedakan antara bakteri tahan asam (Acid Fast) dan tidak tahan asam (Non Acid Fast)
* Menggunakan 2 macam zat warna basa :
1. Karbol fuksin (warna merah) sebagai zat warna utama (main stain)
2. Methylene blue (warna biru) sebagai zat warna pembanding (counter stain)
* Menggunakan zat kimia pelarut organik :
Alkohol asam (alkohol + HCl) sebagai decolorizing agent (peluntur)
* Hanya diperuntukkan untuk genus :
1. Mycobacterium
2. Actinomycetes
3. Nocardia
Alasannya karena dinding selnya mengandung lipida yang sangat tinggi dan terlihat seperti lapisan
lilin
Menggunakan Teknik Pemanasan Preparat
Merenggangkan pori dinding sel / lapisan mycolic acid bakteri yang bersifat tahan asam sehingga
diharapkan zat warna Karbol Fuksin dapat masuk kedalam sel bakteri & berikatan dengan
sitoplasma bakteri
* Bakteri yang dinding selnya memiliki lapisan lilin / lapisan mycolic acid akan mempertahankan
zat warna Karbol Fuksin pada saat proses pelunturan dengan alkohol asam sehingga warna sel
bakteri akan terlihat berwarna merah.
BAKTERI ACID FAST / BAKTERI TAHAN ASAM (BTA)
* Bakteri yang dinding selnya tidak memiliki lapisan lilin / lapisan mycolic acid tidak dapat
mempertahankan zat warna Karbol Fuksin pada saat proses pelunturan dengan alkohol asam
sehingga sel bakteri tidak terwarnai dan saat diberikan zat warna pembanding (counter stain)
Methylene Blue maka sel yang tidak terwarnai tadi akan mengikat Methylene Blue sehingga bakteri
akan terlihat berwarna biru
BAKTERI NON ACID FAST / BAKTERI TIDAK TAHAN ASAM
Contoh bakteri Acid Fast adalah :
Mycobacterium leprae & Mycobacterium tuberculosis
Pewarnaan khusus, ada 2 : Pewarnaan spora dan neisser
TUJUAN :
* Untuk mengetahui struktur sel yang dimiliki bakteri spora (Metode Schaeffer-Foulton) flagela
inti sel granula metakromatik (Pewarnaan Neisser)
Pewarnaan spora :
* Penemu : Schaeffer Foulton
FUNGSI :
* Untuk melihat spora (endospora) bakteri
* Menggunakan 2 macam zat warna basa :
1. Malachite Green (warna hijau) sebagai zat warna utama (main stain)
2. Safranin (warna merah) sebagai zat warna pembanding (counter stain)
* Letak spora : central, sub terminal, terminal
* Diameter spora : lebih kecil atau lebih besar dari diameter bagian vegetatif bakteri
* Bentuk spora : bulat atau oval
* Bakteri yang dapat membentuk spora : Clostridium sp. dan Bacillus sp.
Proses pewarnaan menggunakan teknik pemanasan untuk merenggangkan dinding spora yang
diharapkan zat warna Malachite Green dapat menembus dinding spora  warna spora hijau
* Malachite Green adalah zat warna yang larut dalam air sehingga pada saat proses pencucian
dengan air maka zat warna Malachite Green akan lepas dari sel vegetatif namun tidak dapat
melepaskan zat warna Malachite Green pada spora bakteri
* Setelah sel vegetatif melepaskan zat warna Malachite Green maka dilakukan pemberian zat warna
Safranin sehingga sel vegetatif akan mengikat Safranin yang berakibat  bagian sel vegetatif
berwarna merah
Pewarnaan Neisser :
TUJUAN :
* Untuk melihat Granula Metakromatik bakteri
* Menggunakan 2 macam zat warna basa :
1. Neisser AB
2. Neisser C
Jenis zat warna yang larut dalam air sehingga TIDAK dilakukan proses pencucian dengan air
Bakteri patogen yang memiliki Granula Metakromatik adalah Corynebacterium diphteriae
Granula Metakromatik tampak berwarna biru gelap & sitoplasma bakteri akan tampak kuning
kecoklatan
Pewarnaan Negatif :
Penemu : Burrie, maka disebut pewarnaan Burrie
* Pewarnaan jenis ini bukan untuk mewarnai sel bakteri NAMUN untuk mewarnai latar belakang
bakteri / lingkungan di sekitar bakteri (tampak berwarna hitam)
* Pada pewarnaan jenis ini bakteri akan tampak tidak berwarna (transparan) karena zat warna
negatif tidak dapat menembus dinding sel bakteri
* Pewarnaan ini menggunakan Teknik Ulas
* Pewarnaan ini menggunakan zat warna asam yakni Tinta Bak (warna hitam)
* Kesalahan yang sering terjadi dalam proses pewarnaan ini :
1. Preparat terlalu tebal sehingga lingkungan sekitar bakteri terlalu gelap & bakteri tidak dapat
terlihat
2. Preparat terlalu tipis sehingga tidak terjadi kontras warna antara lingkungan di sekitar bakteri
dengan bakteri tersebut

CATATAN PENTING :
Pewarnaan yang menggunakan metode pemanasan preparat : Acid Fast & Spora
Pewarnaan yang menggunakan metode pelunturan: Gram (alkohol 95-96%) & Acid Fast (alkohol
asam)
Pada pewarnaan dengan metode pemanasan : selama pemanasan preparat tidak boleh kering & tidak
boleh mendidih
Semua jenis pewarnaan terdapat tahap pencucian dengan air (pergunakan air kran) , kecuali pada
pewarnaan Neisser
Staphylococcus sp.  Gram positif, coccus, umumnya bergerombol seperti buah anggur
Streptococcus sp.  Gram positif, coccus , umumnya berjajar membentuk rantai
Escherechia coli  Gram negatif, batang / bacill kecil, umumnya sendiri-sendiri
Bacillus subtilis  Gram positif , mempunyai spora ( tampak transparan pada pewarnaan Gram),
batang besar, umumnya berjajar membentuk rantai
Mycobacterium tuberculosis  Batang panjang kurus, Acid Fast / Tahan Asam, umumnya
bergerombol atau sendiri - sendiri
Mycobacterium leprae  Batang panjang kurus, Acid Fast / Tahan Asam, umumnya bergerombol
membentuk formasi melingkar seperti potongan melintang cerutu (globi / globus) / sendiri – sendiri
Preparat yang ditemukan bakteri bentuk batang Tahan Asam disimpulkan sebagai BTA positif

3. Pengertian & Fungsi Media Pembiakan Kuman/Bakteri

Nama medium Fungsi dan Hasil Pertumbuhan


Gram Negative (GN) Broth dan Menumbuhkan Salmonella dan Shigella, menghambat
Selenite Broth kuman enterik lainnya
Salmonella -Shigella (SS) Agar Menumbuhkan Salmonella dan Shigella, menghambat
kuman enterik lainnya
MacConkey Agar Menumbuhkan kuman Gram negatif, menghambat kuman
Gram positif
Membedakan antara kuman yang meragi laktosa (koloni
merah) dan yang tidak meragi laktosa (koloni tak berwarna)
Eosin-Methylene Blue (EMB) Agar Kuman yang meragi laktosa dan rnenghasilkan asam dalam
jumlah besar (misalnya Escherichia coli) akan membentuk
koloni yang memiliki kilap logam (metallic sheen)
Triple Sugar Iron (TSI) Agar Menunjukkan pola penggunaan karbohidrat:
Slant alkali/butt alkali = tidak meragi glukosa (pasti bukan
Enterobacteriaceae)
Slant alkali/butt asam = meragi glukosa, tidak meragi
laktosa dan sukrosa
Slant asam/butt asam = meragi glukosa serta laktosa
dan/atau sukrosa
Gelembung gas = kuman menghasilkan gas dalam peragian
karbohidratnya
Warna hitam = kuman menghasilkan H2S
Simmon 's Citrate Kuman yang bisa menggunakan natrium sitrat sebagai satu-
satunya sumber karbohidrat akan bisa tumbuh dan
mengubah warna medium menjadi biru, kuman-kuman lain
tidak bisa tumbuh
Alkaline Peptone Water (APW) Menumbuhkan Vibrio dan menghambat kuman-kuman
lainnya
Thiosulphate Citrate Bile Sucrose Vibrio cholerae membentuk koloni kuning karena meragi
(TCBS) Agar sukrosa, Vibrio parahemolyticus membentuk koloni hijau
karena tidak meragi sukrosa
Blood Agar dan Chocolate Agar Ada tiga jenis hemolisis yang bisa terjadi :
Hemolisis alpha = hemolisis sebagian, ditandai dengan
warna kehijauan di sekitar koloni (paling bagus pada
chocolate agar) Hemolisis beta = hemolisis lengkap,
ditandai dengan terbentuknya daerah transparan di sekitar
koloni
Hemolisis gamma = non-hemolisis, tidak tampak perubahan
di sekitar koloni
Mannitol Salt Agar (MSA) Staphyloccccus aureus menghasilkan wama kuning karena
meragi manitol, Staphylococcus yang lain tidak
menghasilkan perubahan warna karena tidak meragi
manitol

4. Macam2 uji yg digunakan pada identifikasi bakteri (teori ada di buku praktikum)
1. Bentuk Kuman dan Sifat Gram
Sediaan dicat Gram untuk mengetahui bentuk dan sifat Gram kuman.
• Kuman Gram positif berwama biru tua/ungu karena tercat oleh crystal violet.
• Kuman Gram negatif berwarna merah karena tercat oleh safranin.
• Bentuk kuman bisa berupa batang lurus, batang bengkok, bulat (kokus), atau pleiomorfik
(ada berbagai bentuk kuman dalam satu sediaan).
2. Kebutuhan Oksigen
Sebagai langkah awal identifikasi kuman yang tidak diketahui, kuman ditanam pada dua lempeng
medium universal (misalnya blood agar plate) dan diinkubasikan pada suasana aerob dan
anaerob. Interpretasi hasilnya adalah sebagai berikut:
• Kuman tumbuh di plate aerob tetapi tidak tumbuh di plate anaerob kuman obligat aerob
• Kuman tumbuh di plate anaerob tetapi tidak tumbuh di plate aerob kuman obligat
anaerob
• Kuman tumbuh di kedua plate (aerob dan anaerob) kuman fakultatif anaerob
3. Uji Katalase
Uji ini mendeteksi adanya enzim katalase. Kuman yang memiliki enzim ini dapat mengubah
H202 (hidrogen peroksida) menjadi H 20 dan 02. Perlu diketahui bahwa enzim katalase terdapat
dalam sel darah merah. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam mengambil koloni dari lempeng
agar darah supaya tidak ada medium yang ikut terbawa.
Ada dua teknik untuk melakukan uji katalase. Cara pertama adalah dengan meneteskan H 202
3% ke dalam tabung yang berisi biakan cair kuman. Cara kedua adalah dengan menaruh kuman
pada gelas objek dan meneteskan H202 3% ke atasnya. Metode pertama (dengan tabung) lebih
aman secara teknis. Pada waktu gelembung gas terbentuk dan memecah, sebenarnya terbentuk
aerosol yang tidak tampak oleh mata telanjang, dan kuman yang diperiksa akan ikut terhambur
ke udara dalam aerosol tersebut. Aerosol ini lebih mudah terhambur pada teknik yang
menggunakan gelas objek.
Interpretasi hasil uji katalase adalah sama untuk kedua metode tersebut:
• Katalase positif timbul gas seketika.
• Katalase negatif tidak timbul gas, atau baru timbul setelah 20-30 detik.
4. Hemolisis
Kuman mengadakan hemolisis untuk memperoleh nutrisi (misalnya Fe) dari hemoglobin.
Adanya hemolisis ditandai oleh perubahan warna medium di sekitar koloni.
• Hemolisis alfa degradasi hemoglobin tidak sempurna terbentuk wama kehijauan di
sekitar koloni. Hemolisis ini lebih nyata pada chocolate agar daripada blood agar, karena
chocolate agar mengandung eritrosit yang sudah di-lisis-kan sehingga hemoglobinnya keluar
(ini yang menyebabkan warna coklat).
• Hemolisis beta degradasi total hemoglobin wama medium menjadi hilang di sekitar
koloni, terbentuk daerah jernih tak berwarna. Hemolisis ini lebih nyata pada blood agar.
• Hemolisis gamma tidak terjadi hemolisis tidak terjadi perlu bahan wama medium
di sekitar koloni.
5. Uji Koagulase
Uji ini mendeteksi adanya enzim koagulase yang berfungsi menggumpalkan plasma yang
ada di sekitar kuman (untuk apa?). Ada dua teknik untuk melakukan uji koagulase:
a. Dengan gelas objek
1. Bagilah gelas objek menjadi dua daerah. Teteskan satu tetes air atau PZ steril
pada masing-masing daerah tersebut.
2. Ambillah koloni kuman yang akan diperiksa dan buatlah suspensi kuman pada
kedua daerah itu.
3. Tambahkan satu tetes plasma pada satµ suspensi, aduk rata. Tambahkan satu tetes air
atau PZ steril pada suspensi satunya, aduk fata.
4. Miringkan gelas objek ke sana ke mari. Amatilah ada/tidaknya koagulasi pada suspensi.
5. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya koagulasi suspensi dalam 10-15 detik
setelah penambahan plasma. Suspensi yang tidak diberi plasma harus tetap tampak
keruh secara merata. Jika suspensi yang tidak diberi kuman juga menunjukkan
koagulasi, maka hasil uji ini tidak dapat diinterpretasikan.
6. Hasil yang negatif perlu dikonfirmasikan dengan uji koagulase dengan tabung.
b. Dengan tabung
1. Siapkan 0,5 ml plasma dalam tabung reaksi.
2. Ambillah koloni kuman yang akan diperiksa dan buatlah suspensi dalam plasma
tersebut.
3. lnkubasikan tabung pada suhu 35°C selama empat jam.
4. Amatilah ada/tidaknya koagulasi dengan cara memiringkan tabung perlahan-lahan.
JANGAN mengocok atau memiringkan tabung dengan kasar, karena hal ini dapat
menghancurkan koagulasi yang sudah terbentuk.
5. Jika tampak ada koagulasi, maka hasilnya dilaporkan positif. Jika tidak tampak ada
koagulasi setelah inkubasi selama empat jam , maka tinggalkan tabung pada suhu
kamar selama 18 jam dan periksa kembali. Jika masih tidak ada koagulasi, hasilnya
dinyatakan negatif.
lnterpretasi hasil:
• Koagulase positif terjadi koagulasi (penggumpalan).
• Koagulase negatif tidak terjadi koagulasi.
6. Uji Kepekaan Antibiotika
Kepekaan terhadap antibiotika diuji dengan metode difusi cakram (Kirby-Bauer). Mula-mula
dibuat suspensi kuman yang diperiksa dalam Mueller-Hinton Broth dengan kekeruhan 0,5
McFarland . Suspensi ini digoreskan secara merata pada permukaan Mueller-Hinton Agar Plate
dan ditempeli cakram antibiotika yang diujikan. Setelah inkubasi secara aerob pada 37°C selama
16-18 jam, hasil biakan dibaca sebagai berikut:
• Kuman yang sensitif terhadap antibiotika yang diujikan akan menunjukkan zona hambatan
pertumbuhan kuman, yaitu daerah yang tidak ditumbuhi kuman di sekitar cakram
antibiotika.
• Kuman yang resisten terhadap antibiotika yang diujikan tidak menunjukkan zona hambatan
pertumbuhan kuman, sehingga koloni kuman tampak tumbuh sampai ke tepi cakram
antibiotika.
7. Uji Oksidase
Uji ini mendeteksi adanya enzim sitokrom oksidase. Dalam uji ini digunakan reagen tetra-
metil-p-fenilen-diamin di-hidro-klorida. Reagen ini berubah warna menjadi biru gelap jika
bereaksi dengan enzim sitokrom oksidase.
Ada dua teknik untuk melakukan uji oksidase. Cara pertama adalah dengan meneteskan 2-3
tetes reagen pada koloni yang dicurigai pada lempeng agar. Cara kedua adalah dengan
membasahi secarik kertas saring dengan reagen, lalu mengambil koloni yang dicurigai
dan mengusapkannya pada kertas saring tersebut. Uji oksidase dengan cara kedua
(kertas saring) lebih disukai karena reagen uji oksidase bersifat toksik dan akan
membunuh kuman yang diuji.
Jika reagen dituangkan pada lempeng agar, sejumlah besar koloni bisa mati sehingga tidak
bisa diperiksa lagi.
Uji oksidase tidak boleh dilakukan dengan menggunakan ose yang terbuat dari stainless
steel atau nikhrom karena dapat memberikan hasil positif palsu.
Interpretasi hasil uji oksidase adalah sama untuk kedua metode tersebut:
• Oksidase positif timbul warna biru tua dalam sepuluh detik.
• Oksidase negatif tidak timbul warna biru tua.
• Jika warna biru tua baru muncul setelah 10-60 detik, pemeriksaan ini harus diulangi.
8. Motilitas
Kuman ditanam pada medium semisolid yang mengandung agar dalam konseotrasi rendah (lihat
halaman 11). Hasil biakan dibaca sebagai berikut:
• Kuman yang motil menunjukkan pertumbuhan keluar dari garis penanaman, kadang-kadang
sampai membentuk kekeruhan di seluruh bagian medium.
• Kuman yang non-motil hanya tumbuh pada garis penanaman. dan medium di sekitar garis
tersebut tetap tampak jernih.
9. Uji Indol
Kuman ditanam dalam broth yang mengandung asam amino tryptophan. Setelah diinkubasikan,
kedalam biakan diteteskan reageo Ehrlich atau reageo Kovac.
• Indol positif terbentuk cincin merah di permukaan biakan .
• lndol negatif tidak terbentuk cincin merah di permukaan biakan .

10. Uji Urease


Kuman ditanam dalam Stuart's Urea Broth yang berwarna kuning jemih. Medium ini
mengandung indikator dan basil biakan dibaca sebagai berikut:
• Urea positif pH biakan menjadi basa akibat degradasi urea oleh enzim urease -7 wama
biakan berubah menjadi merah.
• Urea negatif tidak terjadi perubahan pH warna biakan tetap kuning.
• Perhatikan bahwa interpretasi uji urease ini berlawanan dengan interpretasi UJI
peragian karbohidrat!
11. Uji Peragian Karbohidrat
Kuman ditanam dalam broth yang mengandung karbohidrat yang diujikan. Medium tersebut
mengandung indikator dan basil biakan dibaca sebagai berikut:
• Peragian karbohidrat positif pH biakan menjadi asam akibat produk peragian
karbohidrat warna biakan berubah menjadi kuning.
• Peragian karbohidrat negatif tidak terjadi perubahan pH warna biakan tetap
merah.
• Perhatikan bahwa interpretasi uji peragian karbohidrat ini berlawanan dengan
interpretasi UJI urease!

5.Jamur golongan dermatofitosis (teori ada di slide kuliah mikologi)


DERMATOPHYTES (DERMATOPHYTOSIS) TINEA (diduga disebabkan oleh larva cacing)
1. Tinea corporis :
 Umumnya disebabkan semua dermatophytes
 Kosmopolitan, tropis, banyak di Indonesia
 Kulit licin tak berambut, lesi lingkaran,
tepi merah, ada vesikel, bagian tengah bersisik,
dan gatal
2. Tinea capitis (kulit kepala / scalp)
3. Tinea unguium (kuku / nails)
4. Tinea pedis / athleet’s foot :
 Semua dermatophyte dapat menyebabkan
kelainan ini terutama Trichophyton
 Kosmopolitan, semua daerah,banyak di Indonesia
 Lesi pada sela jari kaki, telapak & lateral kaki
 Sering terjadi pada orang yang selalu memakai
sepatu tertutup & berkaus kaki (lembab) & selalu
basah (tukang cuci)
 Acut : gatal, merah,vesicular
 Kronis : gatal, bersisik, kulit pecah2
 Ada infeksi sekunder  pustula + nyeri
5. Tinea cruris :
 Penyebabnya semua dermatophytes
 Kosmopolitan, banyak di Indonesia
 Lesi di inguinal, paha bagian dalam & perineum,
bersisik, erytrema
6. Tinea barbae :
 Terutama oleh dermatophytes zoophilic
 Jarang ada di Indonesia
 Lesi pada dagu, wajah, sampai ke folikel rambut
EPIDERMOPHYTOSIS
• Epidermophyton floccosum
 Anthropophilic
 Tinea cruris, tinea pedis, kadang tinea unguium
 Rambut tidak terinfeksi
 Kultur :
* macroconidia 10-40µm
* dinding halus & tipis
* 2-5 segmen, cluster
NON DERMATOPHYTES
• 1. Pityriasis versicolor
• Nama umumnya PANU
• Species jamur penyebabnya adalah Malassezia furfur
• Merupakan flora normal kulit yang tumbuh
secara berlebihan
• Tumbuh dalam stratum corneum berupa kelompok
sel bulat , bertunas, dinding tebal, hifa pendek dan bengkok

6. Jamur golongan yeast (teori ada di slide kuliah mikologi)


* Merupakan jamur uniseluler
* Bentuk bulat, lonjong, ataupun oval dengan
ukuran 3-15 mikron
* Memiliki koloni halus yang mirip dengan
koloni bakteri
* Reproduksi umumnya dengan membentuk tunas
(budding), Contoh : Candida
* Dapat juga bereproduksi dengan pembelahan biner
* Terdapat 2 jenis yeast :
a. Yeast murni :
Jamur uniseluler yang tidak mampu membentuk
pseudohifa / klamidospora
b. Yeast like :
Jamur uniseluler yang mampu membentuk
Pseudohifa

7. Reproduksi jamur (ada di slide kuliah mikologi)


a) Secara seksual : plasmogamy, karyogami, meiosis SPORA
b) Secara aseksual : vegetatif / fragmentasi hifa CONIDIA

Anda mungkin juga menyukai