Anda di halaman 1dari 30

MORFOLOGI DAN PERKEMBANGAN DESAIN KOTA

PADA ERA INDUSTRIALISASI

Doni Fireza1)
1
Program Studi Arsitektur, Universitas Agung Podomoro, Jakarta
email: doni.fireza@podomorouniversity.ac.id

ABSTRAK
Kota dan seluruh aspek yang terkait di dalamnya, sebagai wadah tempat hidup manusia
merupakan suatu artifak yang paling merasakan dampak perkembangan revolusi industri.
Perubahan besar ini secara langsung atau tidak langsung membentuk morfologi kota yang
khas akibat pengaruh industri atau lebih dikenal dengan industrial city.
Dalam tulisan ini dipaparkan kajian historis akan pengaruh perubahan peradaban manusia
akibat industrialisasi terhadap perkembangan desain dan bentuk kota. Pembahasan meliputi
antara lain; (1) dampak revolusi industri terhadap kehidupan manusia di perkotaan, (2)
antisipasi kota dalam merespon dampak industrialisasi, (3) teori-teori baru yang
diaplikasikan pada perancangan kota, (4) konsep utopia perencanaan kota sebagai antisipasi
perkembangan industri yang lebih luas. (5) kajian ini bagi perencanaan dan perancangan
kota di Indonesia.

Keywords : Morfologi Kota, Era Industrialisasi, Perancangan Kota

1. PENDAHULUAN hidup manusia merupakan suatu artifak


yang paling merasakan dampak
Peradaban manusia dalam
menciptakan mesin-mesin atau alat-alat
mekanis dalam membantu kehidupannya perkembangan revolusi industri. Mulai
tercatat dalam sejarah dengan munculnya dari proses sosial budaya yang mengikuti
revolusi industri. Revolusi yang tidak saja atau lebih tepat dikatakan beradaptasi
mempengaruhi kehidupan manusia di dengan paradigma baru industrialisasi,
Inggris tempat dimulainya revolusi ini, kehidupan ekonomi baru, hingga
tapi juga hingga ke seluruh dunia dan penyesuaian-penyesuaian elemen-elemen
mempengaruhi banyak aspek. Dari sebuah infrastruktur dan perangkat lunak kota
penemuan sederhana yang monumental agar dapat merespon era baru ini dengan
oleh James Watt pada tahun 1765 dengan baik.
mesin uapnya, ternyata membawa ide-ide Semua proses-proses ini secara
dan dampak-dampak yang terasa hingga langsung atau tidak langsung membentuk
saat ini, termasuk pada pembentukan kota. suatu morfologi kota yang khas dan dapat
Kota dan seluruh aspek yang dikatakan suatu bentuk, pola atau bahkan
terkait di dalamnya, sebagai wadah tempat desain baru dari suatu kota dengan
pengaruh industri atau lebih dikenal

Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 55


dengan industrial city atau pada skala Proses pembentukan kota pertama
kecil dikenal juga istilah company town. yang timbul dari industrialisasi adalah
Adaptasi dan penyesuaian atau bahkan munculnya pabrik-pabrik di dalam kota
terobosan baru dalam pembentukan kota yang dulunya merupakan kota lama masa
muncul seiring dengan kondisi dan situasi lalu.
kota dan manusia yang berubah akibat
revolusi ini. Beberapa ide-ide utopia pun
muncul merespon trend industrialisasi
yang merebak saat itu dan bagaimana ide-
ide tersebut dapat menyikapi dampak-
dampak lanjutan yang ditimbulkan oleh
industrialisasi tersebut.
Salah satu yang mengalami
dampak dari industrialisasi tersebut adalah
aspek lingkungan dan proses-proses
Gambar 1. Potret factory town di
ekologis di dalamnya. Kota, sebagai
bagian dari ekologi manusia dan Inggris. Awal masuknya pabrik ke dalam
lingkungan hidup tidak lepas dari efek- kota menyebabkan permukiman-
efek yang muncul akibat euphoria yang permukiman baru yang seragam seperti
ditimbulkan oleh kepraktisan-kepraktisan ini muncul dan dibangun dekat dengan
dari berkembangnya teknologi mekanis pabrik sebagai antisipasi urbanisasi
yang mengubah hidup manusia menjadi besar-besaran. (Sumber : Gallion, 1950
lebih mudah. Dan kesadaran akibat
p. 68)
dampak ini pulalah yang memicu
munculnya konsep-konsep baru dalam Dampak yang terjadi adalah
penanganan kota lama atau bahkan urbanisasi besar-besaran memasuki kota.
pembangunan kota-kota baru yang Penduduk masuk ke dalam kota sebagai
bertujuan lebih mempunyai nilai usaha pemenuhan kebutuhan pekerja yang
keberlanjutan yang sudah mulai dilupakan banyak bagi pabrik-pabrik yang tumbuh di
manusia saat itu. tengah kota.
Pada masa awal perkembangan
industrialisasi di awal abad ke-19,
2. REVOLUSI INDUSTRI DAN
morfologi awal pada kota-kota tersebut
DAMPAK-DAMPAKNYA
menyebabkan kota-kota tersebut menjadi
Selepas penemuan mesin uap oleh factory town.
Watt pada 1765, manusia mempunyai
semacam kekuatan baru dalam melakukan
kegiatan dalam hidupnya. Abad ke-19
dimulai, dan dikenal sebagai fajar dari
Abad Mesin. Pada saat itulah segala
macam barang yang pada awalnya
diproses dengan tangan atau manual
digantikan dengan sistem-sistem mekanis
yang menekankan pada produksi massal.

Kondisi Sosial Penduduk dan Awal Gambar 2. Stasiun KA Kings Cross,


Perkembangan Kota London. Produk desain perbaikan
transportasi kota industri. Tampak
tipologinya sudah menggunakan baja tapi
masih dikombinasikan dengan masonry.
(Sumber : www.washington.edu)
56 | Jurnal Architecture Innovation
Kondisi sosial penduduk akibat industri tersebut terpusat pada area
daripada tingkat urbanisasi yang tinggi waterfront (Gallion, 1950).
menjadi sangat merosot karena kota
menjadi terbebani, sehingga permukiman
slum mulai muncul. Kota-kota menjadi
padat dengan manusia dari kelas pekerja.
Kebutuhan terhadap fasilitas kelas
pekerja yang makin banyak mulai
meningkat. Faktanya, kota yang pada
awalnya merupakan kota yang
mementingkan unsur picturesque akibat
era renaissance dan barok pada
perancangan kotanya tidak siap dalam
menghadapi shock sosial tersebut.
Beberapa antisipasi terhadap
kondisi sosial kota tersebut mulai Gambar 3. Perkembangan awal kota
diterapkan. Penduduk-penduduk baru hasil Paris akibat revolusi industri. Terdapat
urbanisasi yang mengelompok di dekat pembentukan sistem transportasi yang
pabrik-pabrik di dalam kota mulai baru dengan membuat ring road dan
diwadahi dengan perancangan kota baru jalan-jalan lurus sebagai sarana
dengan tema factory town. mempermudah transportasi. (Sumber :
Perancangan kota saat itu (awal Gallion, 1950 p. 78)
abad ke-19) dengan tema factory town
dimulai dengan mengkondisikan kota Selanjutnya, perkembangan
dengan pabrik-pabrik di dalam kota. Ini perancangan factory town adalah
berarti kota yang tumbuh dari keberadaan bagaimana mengakomodasipenduduk-
pabrik-pabrik membutuhkan jalur penduduk dari kelas pekerja yang banyak
transportasi yang baru dan sanggup muncul di kota tersebut. Perubahan bentuk
menjalankan lalu lintas bahan dasar dari menjadi factory town dan proses
pertambangan menuju pabrik pengolahan urbanisasi yang tinggi menimbulkan
dan kemudian kembali pada konsumen. tipologi perumahan baru yang dibuat dekat
Jalur transportasi yang muncul dan dengan pabrik sebagai permukiman para
sekaligus sebagai lambang perkembangan pekerja. Bangunan dibuat seragam karena
industri adalah munculnya jaringan rel munculnya teknologi prefabrikasi.
kereta api di dalam kota-kota pabrik Bangunan-bangunan perumahan dibuat
tersebut. dua lantai, dengan halaman yang sempit,
Rel kereta api menembus kota-kota dankehidupan lingkungan yang monoton.
tersebut membuat jalur-jalur jaringan Tipologi permukiman kelas pekerja
kerja. Pabrik dan jaringan rel kereta api dengan model ini banyak terdapat di
menjadi jantung kota dan sistem urat nadi Inggris, dengan bentuk rumah deret.
kota yang kemudian membentuk sistem
organisasi kota yang baru. Kemudian
perkembangan jalur transportasi tersebut
berkembang sampai pelabuhan. Hubungan
pabrik – rel kereta api – pelabuhan
(pengapalan hasil pabrik) membuat
kecenderungan perkembangan kota

Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 57


Antisipasi Kota terhadap Perkembangan Haussmannization pada Kota-kota
Industrialisasi Lama di Eropa
Desain kota pada awal Selain pembuatan jalur-jalur
perkembangan industrialisasi ditekankan lingkar luar yang menggunakan fasilitas
pada antisipasi bentuk kota akibat lama, terjadi suatu morfologi baru dalam
perkembangan transportasi untuk penyediaan transportasi dalam kota, yaitu
kelancaran bahan baku dan jadi ke dalam dengan membuat jalan-jalan lurus di
dan ke luar pabrik dan pemenuhan dalam kota lama. Perancangan kota
permukiman bagi kelas pekerja. Jalur dengan aksi ini cukup radikal terjadi pada
transportasi yang baru dirancang akhir abad ke-19 dan sempat menjadi
disesuaikan dengan kemajuan teknologi semacam trend perbaikan kota lama pada
saat itu dengan munculnya kereta api. saat itu. Selain sebagai usaha perbaikan
transportasi kota, tindakan tersebut juga
dapat dikatakan sebagai revolusi dalam
perancangan kota.

Gambar 5. Skematik desain boulevard Paris.


Gambar 4. Skema Haussmannization. Unsur peningkatan kualitas lingkungan
Dimana kota medieval dengan jalan menjadi prioritas dengan penanaman pohon
berlikunya ditembus oleh perencanaan di sepanjang jalan, dan sistem drainase yang
jalan lurus. (Sumber : Kostof, 1991) baik. (Sumber : Kostof, 1991)

Kemajuan teknologi yang pesat Perancangan jalan-jalan lurus


pada saat itu juga berpengaruh pada tersebut lebih kepada reaksi dari kondisi
perkembangan desain kota yang lebih pada kota yang sudah semakin padat akibat
elaborasi teknologi. Jalan-jalan lingkar urbanisasi sehingga kota semakin kumuh
yang berlapis-lapis pada kota-kota lama dan semrawut. Dengan tujuan untuk
seperti Paris, Vienna dan Moscow, memperbaiki keindahan kota, maka pada
mengelaborasi teknologi untuk kota-kota lama seperti Paris dan Madrid
mentransfer benteng-benteng medieval dilakukan tindakan tersebut.
menjadi jalan-jalan lingkar dengan Haussmannization adalah istilah yang
konstruksi yang mendukung kelancaran digunakan untuk menyebut tindakan
transportasi kereta kuda. Jalan-jalan pembuatan boulevard-boulevard baru
lingkar tersebut difungsikan untuk tersebut, diawali oleh perbaikan
perbaikan sistem transportasi kota, yaitu transportasi kota Paris oleh Baron
sebagai jalur lalu lintas bahan material Haussmann pada masa Napoleon III di
pabrik dari luar kota menuju pabrik di akhir-akhir abad ke- 19.
dalam kota, selain lewat rel kereta api.

58 | Jurnal Architecture Innovation


Haussmannizationmenggunakan
prinsip-prinsip jalan-jalan diagonal dan
lurus pada kota Paris pada jaman
renaissance dan barok berkembang,
dengan tujuan pembangunan yang
berbeda. Tujuan utama Haussmannization,
adalah perbaikan transportasi kota seiring
dengan pertumbuhan kota Paris yang
semakin lebar, untuk menghubungkan kota
lama yang dikelilingi oleh benteng-
benteng medieval, dengan perluasan kota Gambar 6. Boulevard di Paris.
yang berada di luar benteng. Pada kota Dilengkapi dengan deretan pohon di kiri
Paris, perancangan jalan baru ini dikenal kanannya. (Sumber : Kostof, 1991)
dengan Champs Elysees dan Place de
l’Etoile yang mempunyai tipologi yang dilengkapi jalur trem yang berada
khas dengan jalan yang lebar dan ditengah-tengah jalur kendaraan. Selain
dilengkapi dengan deretan pohon pada dua itu, arsitektur bangunan yang kemudian
sisinya. menjadi street picture tetap dibiarkan
menjadi arsitektur lama, tanpa mendapat
Perbedaan yang mencolok dalam
penyesuaian dengan kemajuan teknologi
desain boulevard atau avenue baru ini
saat itu.
adalah perhatian utama pada keindahan
kota dan kesehatan masyarakat kota serta
sistem sanitasi yang baik. Dengan
demikian, Haussmanization membuat
terobosan baru dalam perancangan jalan-
jalan kota di Paris dengan membuat :
1. Sistem drainase yang baik, dengan
membuat banyak saluran-saluran air
(gorong-gorong) pada bawah jalan-
jalan lurus tersebut, sehingga drainase Gambar 7. Haussmannization di Madrid.
jalan-jalan lama kota medieval Dibuat pada akhir abad ke-19. (Sumber :
menjadi lebih baik. Lampugnani, 1980)
2. Pemasukkan unsur-unsur pohon pada
sepanjang jalan lurus, untuk Tipologi Awal Arsitektur Kota akibat
mendapatkan keindahan kota yang Industrialisasi
baru, selain perbaikan arsitektur
Perkembangan perancangan kota
bangunan yang terpotong oleh jalan
akibat industrialisasi pada akhir abad ke-
baru tersebut dimana bangunan
19 dan awal abad ke-20 setelah perbaikan
tersebut sekaligus menjadi street
jaringan transportasi (pembuatan rel kereta
picture boulevard tersebut.
api, ring road, dan Haussmannization)
Haussmannization yang banyak masih seputar pada bagaimana
diterapkan di Paris terus berkembang mengantisipasi tingkat urbanisasi yang
hingga kota-kota medieval yang juga semakin tinggi. Antisipasi awal yang
terpengaruh urbanisasi akibat membentuk tipologi arsitektur kota adalah
industrialisasi. Kota Madrid di Spanyol pembangunan banyak permukiman kelas
juga mengadopsi teknik ini dengan pekerja (semacam apartemen) yang padat,
membuat jalur-jalur boulevard baru, hanya rapat.
saja pada kota Madrid, boulevard tersebut

Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 59


Tipologi bangunan ini lebih dapat
dikatakan sebagai tipologi rumah petak
yang bertumpuk. Pembangunan yang cepat
sangat dibutuhkan, dan tidak memakan
ruang kota yang banyak. Oleh sebab itu,
desain yang dihasilkan adalah deretan flat-
flat yang masif di pusat kota.
Perkembangan desain rumah petak
juga mengalami perubahan, yaitu desain
denah yang terjadi akibat kondisi Gambar 9. Model Dumbbell di New York.
kebutuhan lingkungan. Morfologi rumah
Perkembangan tipe rumah petak setelah
petak dapat diurutkan sebagai berikut
(Gallion, 1950) : tipe yang rapat berkembang menjadi seperti
ini. Terdapat ruang terbuka di tengah
1. Railroad Plan, terdapat di New York
dan muncul pada awal sampai bangunan. (Sumber : Hall, 1988 p. 39)
pertengahan abad ke-19. Dinding tiap
petak menempel satu sama lain. dumbbell plan ini diperbaiki lagi dengan
Kondisi ini membuat unit-unit yang memperbesar ruang terbukanya.
ada di dalamnya tidak mendapatkan
Selanjutnya, dumbbell plan
udara dan sinar matahari yang cukup.
dilarang digunakan kembali (akibat tidak
memenuhi standar kesehatan lingkungan),
dan kemudian dimunculkan denah baru
dengan ruang terbuka yang sangat lebar
dan jika petak-petak tersebut digabung,
maka akan menghasilkan atrium yang
luas.
Perkembangan tipologi
permukiman (dwellings) untuk kelas
pekerja ini juga berkembang di kota-kota
industri di Eropa seperti London dan
Berlin. Perkembangan teknologi dalam
konstruksi juga berpengaruh dalam
Gambar 8. Rumah petak di Berlin. Tipologi
pembentukan tipologi bangunan seperti
bangunan seperti ini muncul di pusat-pusat ini. Kebutuhan perumahan yang banyak
kota, sebagai akibat kebutuhan tempat dan mendesak, memunculkan teknologi
tinggal yang tinggi. Terlihat unsur kesehatan prefabrikasi pada bahan bangunan
belum dipentingkan, karena kurangnya berkembang dengan cepat. Sehingga
ventilasi dan cahaya. (Sumber : Hall, 1988 bangunan yang seragam banyak
memenuhi pusat-pusat kota industri pada
p. 32)
masa tersebut. Arsitektur kota yang
ditimbulkan cenderung monoton, gelap
2. Dumbbell Plan, akibat kebutuhan sanitasi
dan seragam, karena bahan bangunan dan
dan cahaya, maka di New York muncul
teknologi yang digunakan cenderung
desain berikutnya dengan bentuk seperti
seragam. Unsur kesehatan lingkungan
barbel, dengan ruang terbuka di
belum terlalu menjadi hal yang
tengahnya. Sehingga dalam penempelan
dipentingkan dalam perencanaan
tiap petak terdapat atrium yang kecil untuk
permukiman tersebut.
masuknya udara dan cahaya. Selanjutnya,

60 | Jurnal Architecture Innovation


Tipologi akibat teknologi terjadi
juga di Amerika. Munculnya teknologi
baja sebagai rangka bangunan menjadikan
kota-kota industri di dunia banyak
memiliki bangunan-bangunan tinggi yang
pertama. Salah satu tipologi yang khas
adalah arsitektur kota di Chicago.
Bangunan tinggi di kota-kota
industri seperti di Chicago juga
terpengaruh oleh kondisi meningkatnya
harga lahan di kota tersebut yang mulai
terjadi di awal abad ke-20, sehingga Gambar 11. Desain sekitar The Mall
kebutuhan perumahan yang banyak Washington. Terpengaruh The City Beautiful
mengakibatkan munculnya bangunan- Movement dengan poros-poros serta
bangunan apartemen yang tinggi. monumen-monumannya.

3. PERANCANGAN KOTA AKIBAT


ERA INDUSTRIALISASI
Perancangan kota pada kota-kota
lama setelah era pembenahan transportasi
berkembang pada masing-masing kota di
setiap benua. Kota-kota di Eropa yang
sebelumnya merupakan kota medieval dan
kota neo-klasik (renaissance dan barok),
berkembang secara horizontal untuk
membuat suburban-suburban yang baru.
Setelah era perancangan kota untuk antisipasi
kebutuhan transportasi industri, praktis kota-
kota di Eropa tidak berkembang di dalam jalur
lingkar luarnya.
Beberapa ahli perancangan kota,
berpendapat bahwa serangkaian tindakan
antisipasi terhadap kebutuhan transportasi
Gambar 10. Chicago Tribune. Tipologi yang baru seperti yang dilakukan oleh
Haussmann belum dapat dikatakan sebagai
pencakar langit yang banyak di bangun di
perencanaan atau perancangan kota
Amerika pada awal abad ke-20. (Sumber : (Gallion, 1950). Dengan berjalannya
www.washington.edu) waktu, kota semakin berkembang,
penyesuaian- penyesuaian terhadap
Perkembangan rangka baja sebagai bagian kondisi tersebut tidak dapat menyelesaikan
dari struktur bangunan yang belum masalah yang dihadapi kota karena land-
berkembang tersebut mengakibatkan use kota yang ada tidak berubah. Faktor
masih perlunya dibungkus oleh masonry. tersebut yang akhirnya memicu beberapa
Sehingga bentuk bangunannya terlihat proses perancangan kota yang fokus pada
kaku dan rigid. Selain itu, pembungkusan unsur pembenahan land-use atau pada
dengan masonry tersebut untuk mitigasi perancangan kota-kota baru. Gerakan-
bencana kebakaran. gerakan ini terjadi di Eropa dan Amerika.

Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 61


Perancangan kota di Eropa berkembang di Kondisi ini berakibat langsung
luar jalur lingkar luarnya, yang berupa pada perancangan kota karena setiap kota
kota-kota satelit atau suburban dari kota- yang ditunjuk sebagai tuan rumah World
kota induknya. Perkembangan Fair berlomba untuk membuat kotanya
perancangan kota dalam inti kota induknya menjadi lebih indah dengan memamerkan
yang signifikan lebih terlihat pada kota- hasil-hasil industrialisasi pada arsitektur
kota di Amerika, khususnya kota-kota dan perancangan kota. Sebagai pencetus
yang berkembang akibat pertumbuhan gerakan keindahan kota, World Fair juga
industri yang pesat. mempunyai kontribusi yang besar pada
usaha mambuat kota yang sebelumnya
monoton (seperti kondisi kota kolonial di
Reinkarnasi Perancangan Neo-Klasik: Amerika) menjadi lebih luas, besar, marak
The City Beautiful Movement dan indah seolah-olah World Fair ini tidak
Gerakan keindahan kota ini lebih pernah berakhir.
marak terjadi di Amerika. Pada dasarnya, The City Beautiful Movement
ide the city beautiful movement bersumber menekankan pada perencanaan yang
pada perencanaan kota di Eropa pada abad kolosal, dan proporsi yang monumental.
ke-19, dengan boulevard dan Idiom-idiom yang dapat dilihat pada
promenadnya, seperti rekonstruksi Paris gerakan ini adalah :
oleh Haussmann dan pembuatan ring road
1. Poros-poros yang terbentang ke segala
di Vienna (Hall, 1988 p. 174).
arah.
The City Beautiful Movement yang
2. Plaza-plaza yang besar
dilakukan di Amerika dapat dikatakan
dipicu oleh diselenggarakannya World 3. Jalan-jalan yang lebar dan ditanami
Fair di Chicago pada 1893. Saat itu World jajaran pohon di pinggirnya.
Fair adalah sarana yang penting bagi kota-
4. Pembuatan banyak monumen yang
kota industri untuk mempromosikan banyak dengan desain yang
produknya. Dengan demikian, World Fair menonjolkan kekuatan industri.
juga merupakan sarana yang ampuh untuk
membuktikan kejayaan suatu kota dalam The City Beautiful movement dapat
menguasai industri. dikatakan reinkarnasi dari Grand Design
masa Renaissance. Hal ini sangat terlihat
dari idiom-idiom yang diterapkan pada
perancangan kota, dan merupakan gaya
perancangan kota dari Ecole des Beaux
Arts di Paris. Para perancang kota yang
dominan pada kota-kota yang mengalami
era gerakan keindahan kota merupakan
alumni dari sekolah desain ini.

Gambar 12. Salah satu penerapan TheCity


Beautiful Movement. Perbaikan grid yang
lama (kiri) menjadi pembangunan bangunan
monumental di blok-bloknya (kanan).
(Sumber : Kostof, 1991)

62 | Jurnal Architecture Innovation


Dalam The City Beautiful monumental pada kawasan menara Eiffel
movement, peancangan kota difokuskan yang merupakan unsur yang paling
pada tema civic center, karena kondisi monumental sebagai lambang dari
kota yang sudah mulai padat akibat kejayaan industri.
urbanisasi yang disebabkan industrialisasi.
Perancangan ruang publik bagi masyarakat
ini adalah diperbanyaknya ruang-ruang
terbuka dengan desain lansekap tradisional
(mengikuti gaya regionalnya) disertai
dengan pemakaian air mancur di taman
dan plaza.
Salah satu kota kolonial Amerika
yang terpengaruh oleh gerakan ini dan
merupakan contoh pengaruh Beaux Arts
yang kuat adalah kota Washington.
Perencanaan kota Washington memang
merupakan suatu gabungan dari
perencanaan kota kolonial Amerika –
dengan gridnya yang khas – digabungkan
dengan jalan-jalan (boulevard dan avenue)
yang lurus yang memotong pola grid di Gambar 13. The Mall, Washington DC.
dalam kota. Akibat industrialisasi terjadi
perkembangan urban park. The Mall
Washington direncanakan dengan
gaya Eropa yang khas sesuai keinginan Pernah di desain dengan gaya taman
para dewan kota. Dan usaha ini (dimulai Inggris, tapi dikembalikan ke gaya Beaux
pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke- Arts dengan pertimbangan formalitas
20) khusus dilakukan dengan mencari desain.
desain kota yang terbaik dari Eropa.
The City Beautiful Movement yang
Hasilnya adalah L’Enfant Plan yang
kembali ke Eropa sebelum Perang Dunia I,
menggunakan mall yang sangat lebar
ternyata menjadi alat untuk menunjukkan
(sekitar 240 meter) dan merupakan
kekuasaan penguasa negara-negara Eropa
perancangan kota yang sangat
yang saat itu sedang berjaya seperti Hitler
monumental, dimana di area ini terdapat
dan Mussolini. esain kota juga
monumen-monumen sejarah Amerika
menunjukkan kejayaan suatu ras dan
Serikat seperti Lincoln Memorial, Obelisk,
keunggulannya dalam indutri perang.
serta bangunan-bangunan penting seperti
Pemikiran fasisme juga mempengaruhi
The White House dan Capitol House.
desain kota, seperti di Jerman, dengan
The City Beautiful movement aksis yang tegas dan bangunan yang
sebenarnya tidak saja diterapkan di monumental, seperti perancangan North-
Amerika. Di Paris sendiri, sebagai sumber South Axis (Grossestrasse) di Berlin oleh
awal pengaruh gerakan ini, the city Albert Speer.
beautiful movement diterapkan secara

Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 63


Lingkungan Hidup Manusia sebagai
Asas Perancangan : The Garden City

Gambar 15. Oldham Garden, 1910.


Bentuk rencana kota taman dengan garis-
garis kurvilinearnya seperti taman Inggris.
(Sumber : Sutcliffe (ed), 1981 p. 37)
Gambar 14. Diagram Garden City dari
Ebenezer Howard. Menunjukkan posisi
kota inti dengan kota satelitnya. (Sumber :
Hall, 1988 p. 92)

The Garden City Movement


berawal dari sebuah pemikiran yang
disebabkan karena menurunnya kualitas
lingkungan kota khususnya lingkungan
permukiman yang diakibatkan oleh Gambar 16. Salah satu penerapan diagram
industrialisasi besar-besaran di Eropa. Garden City pada kota Letchworth.
Konsep yang dimunculkan oleh Ebenezer (Sumber : Gallion, 1950 p. 95)
Howard ini berawal dari kota London
dimana saat itu (sekitar tahun 1890-an)
menjadi kota dengan penduduk terbanyak Garden City direncanakan dengan
di dunia dengan 5,61 juta jiwa dengan pembatasan-pembatasan seperti :
masalah-masalah sosial seperti kepadatan penduduk dengan jumlah 32.000 jiwa, luas
perumahan, sewa tanah yang mahal, wilayah seluas 400 hektar (kurang lebih
masalah transportasi yang buruk dan sebesar satu setengah kali London di era
persaingan perebutan tempat yang sangat medieval) (Hall, 1988). Secara garis besar,
tidak sehat. desain lansekap kota taman dikelilingi
oleh sabuk hijau seluas 2.000 hektar yang
berisi daerah pertanian, institusi milik kota
seperti penjara anak-anak, rumah
pemulihan dan sebagainya. Pembatasan-
pembatasan seperti ini ditujukan agar kota
dapat mempertahankan daya dukungnya
terhadap masyarakat.

64 | Jurnal Architecture Innovation


Desain rencana kota pada garden
city jelas terpengaruh oleh desain lansekap
dari taman-taman Inggris. Disebabkan
oleh kondisi kota induk yang sudah padat,
rusak lingkungannya dan membuat
manusia sebagai pekerja semata, maka
konsep perancangan kota taman ini
ditujukan untuk mengembalikan fitrah
manusia yang dekat dengan alam.
Picturesque plan, adalah dasar
perancangan dari rencana tapak. Ini berarti
bahwa pola-pola jalan yang ada dibentuk
kurvilinear, sehingga terdapat perspektif-
perspektif yang menarik. Pola-pola jalan
di garden city juga terpengaruh pola-pola
kurvilinear dari taman-taman Inggris.
Dengan demikian, terdapat keinginan
untuk mengkondisikan bangunan-
bangunan yang ada di dalamnya seperti
berada di tengah taman.
Untuk peningkatan kualitas
lingkungan, maka diantara kota-kota
taman yang juga sebagai kota satelit dari
kota inti, maka dibangun sabuk hijau yang
dapat berupa taman dan area pertanian. Gambar 18. New Earswick. Variasi dari
Manfaat dari sabuk hijau ini adalah untuk desain Garden City, dengan gaya
membatasi pemekaran kota yang tidak enclosed space medieval menjadi taman.
terkendali seperti yang terjadi pada kota- (Sumber : Hall, 1988 p. 95)
kota industri.
Kota-kota yang dibangun pada
awal abad ke-20, kebanyakan mengikuti
skema yang dibuat oleh Howard. Sabuk
hijau (biasanya area pertanian) menjadi
pelindung yang permanen bukan sekedar
sebagai area cadangan untuk ekspansi dari
kota intinya. Dengan demikian kota-kota
taman tersebut ditujukan untuk menjadi
kota yang mandiri dan berkelanjutan
walaupun konsekuensinya penduduknya
akan menjadi penduduk komuter bagi kota
intinya.
Gambar 17. Tipologi rumah di Garden Perkembangan kota-kota taman ini
City. Rumah-rumah dibangun tanpa tidak terbatas di Eropa saja, tapi juga
meluas hingga Amerika dan Asia (Jepang
pagar, dan terdapat jalur-jalur hijau di
bahkan Indonesia), walau masuknya
tepi jalan. (Sumber : Sutcliffe (ed), 1981 desain ini ke negara-negara di Asia ini
p. 129) bukan akibat respon daripada
industrialisasi, tetapi lebih pada eksplorasi
desain saja.

Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 65


Sedangkan di Amerika, desain dari
lay out dari kota-kota satelit ini masih
terpengaruh oleh desain klasik dari kota-
kota kolobial. Penggunaan grid-grid khas
kota Amerika masih terasa. Hanya saja,
pengaruh taman Inggris mulai terasa,
dengan garis-garis gridnya dibuat
kurvilinear.

Bentuk-bentuk Baru dari Perancangan


Tapak sebagai Kontribusi dari Era
Industrialisasi
Perancangan tapak, juga
merupakan faktor yang terpengaruh oleh Gambar 20. Prinsip desain kapling pada
munculnya era industrialisi. Pada Garden City yang dikemukakan pada
dasarnya, perkembangan perancangan sekitar tahun 1910-an. (Sumber : Sutcliffe
tapak muncul akibat gejala-gejala (ed), 1981 p. 55)
perancangan kota-kota satelit baru atau
suburban-suburban baru akibat pelebaran
kota. Sistem Pengkaplingan
Sistem-sistem perancangan kota – Land Subdivision
yang ada pada saat sekarang ini banyak Naiknya harga lahan,
yang merupakan hasil dari morfologi mengakibatkan munculnya kepentingan
perancangan tapak pada masa pasca akan bentuk-bentuk hak milik dari tanah.
industrialisasi sebagai respon dari naiknya Pada pembangunan suburban baru atau
harga lahan baru disamping faktor pada kota-kota satelit yang baru,
kemajuan teknologi di bidang bahan perencanaan yang dilakukan mau tidak
bangunan yang mempengaruh gaya mau harus mempertimbangkan nilai jual
arsitektur. dan potensi dari lahan yang akan
dikembangkan.
Dengan munculnya berbagai kota
metropolitan, maka terjadi peningkatan
persaingan akan kebutuhan lahan (Gallion,
1950 p.254). Pentingnya perencanaan
land-use sebagai unsur utama perancangan
kota – sebagai pelajaran dari morfologi
kota sebelum kota industri –
membutuhkan rencana yang jelas pada
pembagian lahan sesuai fungsi tertentu.
Pengkaplingan adalah salah satu usaha
untuk membuat suatu rencana dasar dari
Gambar 19. Penerapan Garden City di penggunaan tanah tersebut. Selain itu,
Indonesia. Terjadi di kawasan pengkaplingan lahan juga adalah metode
permukiman dekat Gedung Sate, untuk merubah rencana kota menjadi suatu
produk bentuk kota yang nyata (Gallion,
Bandung. (Sumber : Diessen, 1988)
1950 p. 257).

66 | Jurnal Architecture Innovation


1. Permainan garis sempadan bangunan
(GSB) baik setback atau set forward
untuk memberikan variasi sekuens.
2. Perancangan khusus pada kapling-
kapling sudut.
3. Set back pada bangunan yang saling
berhadapan di tempat-tempat tertentu
dengan diberikan taman di muka
masing-masing bangunan tersebut.
4. Pengolahan kapling-kapling pada
persimpangan jalan; untuk gerbang
kawasan, dengan orientasi bangunan
pada persimpangan.
Selain itu, dalam sistem
pengkaplingan, kebutuhan akan ruang
terbuka yang lebih luas dan lebih banyak
Gambar 21. Sistem Kapling di Queens, juga berkembang. Kondisi ini banyak
NY. Salah satu bentuk perkembangan ditemukan pada kawasan-kawasan
perancangan kota. Pengkaplingan pada suburban dari kota inti. Ruang terbuka
perumahan di kota-kota industri muncul tersebut, ada yang berupa ruang terbuka
pada awal abad ke-20. (Sumber : Gallion, hijau, atau hanya sebagai ruang terbuka
1950 p. 120) public diantara bangunan-bangunan
rumah petak sebagai bagian dari
Pengkaplingan lahan pada kebutuhan komunal dan lingkungan.
pembangunan kota-kota baru terjadi
karena pengkondisian lahan menjadi
komoditas ekonomi. Dengan pemikiran
seperti ini, maka lahan yang sudah dibagi-
bagi tersebut dikenal dengan istilah
kapling atau lot. Oleh karena itu, pada
rencana pembangunan kota-kota baru
dengan konsep garden city, kapling dan
desain unit-unit rumah yang ditawarkan
memiliki nilai jual yang mempunyai Gambar 22. Interior Garden Court,
tingkat spekulasi tinggi. Long Islands, AS. Unsur perancangan
tapak yang baru muncul adalah
Pembangunan unit-unit perumahan pembuatan taman sebagai bagian dalam
pada kapling-kapling dan blok-blok di dari cluster. Digunakan sebagai publik
kota taman yang marak pada awal abad space dari rumah petak tersebut.
ke-20, menyebabkan terjadi suatu inovasi (Sumber : Gallion, 1950 p. 124)
desain yang juga berpengaruh pada
morfologi desain kapling-kapling tersebut
dalam garden city. Bentuk-bentuk desain yang banyak
muncul adalah ruang terbuka (baik berupa
Beberapa prinsip baru perancangan taman, lapangan rumput) yang dibuat
kota taman dan suburbannya yang ditengah-tengah blok kapling dikelilingi
dimunculkan untuk menambah nilai jual oleh bangunan-bangunan rumah petak.
dan kekayaan dari desain kapling-kapling Lapangan ini menjadi backyard dari
tersebut, antara lain : bangunan-bangunan tersebut, karena

Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 67


frontyard dari bangunan-bangunan rumah
petak adalah jalan-jalan lingkungan.

Sistem Jalan pada Kota-kota Baru


Pada kota-kota lama (medieval dan
neo-klasik), jalan sebagai unsur dari suatu
kota relatif terbatas pada dua bentuk, yaitu
: jalan-jalan berliku-liku di medieval dan
jalan-jalan lurus di kota-kota neo-klasik. Gambar 24. Modifikasi sistem grid pada
Sedangkan pada kota-kota taman dan
suburbannya, desain jalan mengalami perencanaan jalan. Memberikan karakter
proses perubahan, yaitu ketika yang lebih pada perspektif, tanpa
perancangan jalan yang baru tersebut mengganggu keberadaan blok-blok
adalah alat untuk memberikan karakter kapling.
yang khas pada setiap jalan.
Beberapa sistem jalan
dimunculkan, baik adopsi dari sistem-
sistem jalan dari kota-kota lama, maupun
sistem jalan yang baru. Munculnya sistem
jalan yang baru ini merupakan
kebangkitan kembali terhadap pendapat
bahwa gerak atau sirkulasi yang paling
ekonomis, nyaman dan mudah untuk
bermanuver yaitu gerakan dari pejalan
kaki. Dengan demikian muncul ide-ide
perbaikan jalan untuk pejalan kaki
(pedestrianisasi) pada lingkungan
perkotaan.
Sistem Grid Gambar 23. Greenbelt, Maryland. Kota
Sistem grid banyak dipakai pada dengan sabuk hijau berupa ruang terbuka
awal-awal perancangan kota baru. Tapi hijau disekelilingnya. (Sumber : Gallion,
terdapat kelemahan dari sistem ini, yaitu 1950 p. 144)
jalannya cenderung sempit dan terlalu jauh
dalam pencapaian untuk perawatan jalan. Mengurangi sifat monoton dari bentuk
Dengan demikian, pada kota-kota satelit paralel dari jalan yang diwujudkan pada
dan suburbannya, maka sistem grid ini bentuk curved grid.
dimodifikasi dengan membuat desain grid Sistem Culdesac dan Loop
yang kurvilinear. Penerapannya banyak
pada kota-kota dengan konsep garden city. Masalah ekonomi berpengaruh
Keuntungan dengan membuat desain pada desain jalan agar lebih rasional.
kurvilinear adalah : Dengan demikian muncul usaha untuk
mengurangi panjang jalan dibandingkan
- Tetap memberikan kesan picturesque dengan lebarnya. Untuk tetap
pada perspektif pejalan kaki. mempertahankan kesan picturesque yang
- Desain kurvilinear ini sangat artifisial dan sekuens perspektif, maka
akomodatif dengan sistem dimunculkan sistem culdesac dan loop.
pengkaplingan dan memberikan
karakter tambahan pada kapling.

68 | Jurnal Architecture Innovation


Sistem culdesac digunakan untuk
mengkonsolidasikan ruang terbuka dan
untuk mengurangi persimpangan-
persimpangan jalan. Selain itu, culdesac
juga memberikan kesan enclosure pada
lingkungan, sehingga kesan
neighbourhood menjadi lebih terasa.
Sementara sistem loop adalah variasi dari
culdesac dan digunakan untuk mengurangi
persimpangan-persimpangan jalan. Sistem
loop juga digunakan untuk mengurangi
kebutuhan gerakan “putar balik”, yang
kemudian menyediakan sirkulasi yang Gambar 25. Greenhills, Ohio. Kota
kontinyu dan memudahkan aksesibilitas dengan sabuk hijau banyak dibangun di
dari pemdam kebakaran dan servis
Amerika Serikat. Dan biasanya didesain
lainnya.
dengan pembatasan-pembatasan
Kota dengan Sabuk Hijau - Greenbelt penghuni dan kapasitas pada fasilitas
Town
umumnya. (Sumber : Gallion, 1950 p.
Perkembangan dari pertimbangan 145)
kualitas lingkungan yang baik bagi
kehidupan manusia terus berlangsung Pemerintah kemudian turut campur
dengan mencari bentuk-bentuk desain kota dalam pencarian bentuk desain yang tepat
baru. Kota taman, dengan desain bagi manusia. Di Amerika, usaha dari
kurvilinear dan keberadaan green open pemerintah federal untuk mencari bentuk
space yang bermacam-macam bentuk saat perpaduan dari kota yang modern dan
itu mampu untuk meredam problem lingkungan hidup menghasilkan desain
lingkungan yang dihadapi oleh kehidupan greenbelt town yang dimulai pada tahun
manusia. 1935.
Dalam perkembangan perancangan
tapak, pembuatan sabuk hijau mengelilingi
kota merupakan suatu cara baru yang
dinilai efektif pada masa tersebut untuk
membatasi pemekaran kota dan
meningkatkan kualitas lingkungan dari
kota-kota tersebut. Walaupun pada
dasarnya greenbelt town bukanlah hal
yang baru, karena telah pernah diterapkan
pada abad ke-19 di kota Moscow, Rusia.
Kota dengan sabuk hijau ini
ditujukan bagi masyarakat sekitar kota
inti. Desain lay out tetap bersumber pada
ide Garden City dari Howard.
Perbedaannya dari kota taman adalah
Gambar 26. Skema La Ville Radieuse. bahwa kota dengan sabuk hijau ini tidak
didesain sebagai kota mandiri (Gallion,
Dengan konsep membangun kota baru
1950). Kota ini lebih seperti desa yang
pada tapak yang kosong, karena menurut berisi perumahan-perumahan atau bahkan
Corbusier, kota-kota saat ini tidak
dibangun berdasarkan pada pola geometris
yang jelas. (Sumber : Hall, 1988 p. 208)
Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 69
asrama karyawan dari fasilitas industri di kompleks. Masalah harga lahan,
kota inti. kepadatan, land use, dan masalah
transportasi kendaraan – akibat mulainya
Setiap kota dikelilingi oleh sabuk
indutri mobil – menjadikan konsep-konsep
ruang terbuka permanen yang dapat
yang ditawarkan susah untuk diterapkan.
berupa peternakan atau taman. Dan
fasilitas di dalamnya hanya terbatas pada Sekitar awal tahun 1920-an dimulai visi
fasilitas sosial dari penduduknya seperti utopia, dan manifesto tentang bagaimana
sekolah, toko-toko dan area rekreasi. bentuk kota yang futuristik.
Greenbelt town dapat dikatakan Utopia dalam perancangan kota
sebagai reaksi dari kebutuhan perumahan dapat dikatakan dimulai oleh Le Corbusier
akibat depresi setelah Perang Dunia I. pada 1922 dengan La Ville
Setelah perang, ekonomi dunia ambruk Contemporaine, yaitu kota kontemporer
dan membuat dunia indutri menjadi susah dengan pembatasan pendudk hanya
untuk berkembang. Pembangunan di sebanyak 3 juta. Perancangan kota ini
perkotaan dikembalikan kepada kondisi bukan untuk kota industri tapi lebih pada
pedesaan adalah salah stu solusi yang “kota persimpangan” yang berbentuk
mungkin diterapkan. metropolis dengan banyak fungsi-fugsi
yang variatif. Kota kontemporer ini
Di Amerika, setelah krisis ekonomi
didesain berbentuk taman yang sangat
tahun 1929 akibat The Great Depression,
besar. Kotanya sendiri merupakan menara
kebijakan New Deal dari Presiden F.D
pencakar-pencakar langit yang dikelilingi
Roosevelt mengeluarkan program
oleh ruang terbuka.
pembangunan kota-kota greenbelt.
Konsep Corbusier terus
berkembang, yang kemudian
4. KONSEP UTOPIA DALAM menghasilkan LA Ville Radieuse, yaitu
PERANCANGAN KOTA kota radial yang merupakan gaya
Perancangan kota yang sifatnya Corbusier yang khas mengenai teori urban
utopis bermula dengan munculnya mahzab desain.
rasionalisme dalam arsitektur, yang Corbusian city, mempunyai
merupakan fokus utama dari aliran ini kekhasan tersendiri mengenai bentuk-
(Lampugnani, 1980). Pada dasarnya, bentuk geometri. Seperti pada La Ville
konsep-konsep utopia dalam perancangan Contemporaine digunakan grid geometri
kota bukanlah hal yang baru dalam ortogonal dan gedung-gedung pencakar
perancangan kota. Pada zamannya, langit dengan single slab. Sedangkan pada
Haussmann dengan program boulevardnya La Ville Radiuese, digunakan jajaran
dan Soria y Mata dengan kota linearnya di bangunan-bangunan yang panjang.
Spanyol merupakan terobosan dalam
Perhatian Corbusier terhadap
perancangan kota.
kualitas lingkungan juga terwakili dengan
Dalam perencanaan kota, konsep- desain-desain utopisnya seperti setiap
konsep yang ditawarkan oleh Howard dan apartemen harus mempunyai ventilasi dan
Unwin juga dapat dikatakan sebagai insulasi, banyaknya ruang hijau antara
konsep utopia pada zamannya. Hanya saja, bangunan-bangunan tingkat tinggi,
konsep-konsep tersebut dapat diwujudkan pemisahan akses mobil – dengan jalur
dan cukup berhasil memberikan solusi yang lebar-lebar – dengan pedestrian –
pada permasalahan perkotaan saat itu. dengan jalur yang akrab.
Kontribusi aliran rasionalisme
dalam perancangan kota yang utopis
dimulai ketika kondisi kota sudah sangat

70 | Jurnal Architecture Innovation


5. PENUTUP
Tidak pernah ada yang baru dalam
arsitektur, khususnya bagi perancangan
kota. Pola morfologi perancangan kota
dalam era industrialisasi (pasca revolusi
industri) ternyata hampir mirip dengan
pola morfologi kota pada masa pra
industrialisasi.
Pola yang terjadi dikemukakan
seperti siklus sebagai berikut :
Shock budaya – era kegelapan dan
Gambar 27. Penerapan Corbusian city. masalah – kebangkitan untuk pencerahan
Laville Radieuse diterapkan pada dan solusi – puncak kebudayaan – kembali
pada shock budaya.
perencanaan kembali kota Nedre
Normalm, Stockholm. Adaptasinya Pada masa pra industrialisasi,
dengan membangun barisan bangunan terjadi urut-urutan peradaban sebagai
berikut :
tinggi yang panjang (warna hitam) yang
digunakan untuk tempat tinggal penduduk. Keruntuhan kekaisaran Romawi dan
Dimana disekelilingnya adalah ruang munculnya orang-orang barbar (shock
budaya) – kemudian muncul jaman
terbuka. (Sumber : Gallion, 1950 p. 378)
medieval (sebagai era kegelapan) – disusul
oleh kebangkitan dari era kegelapan
Desain Corbusier yang modern in dengan masa Renaissance – dan kemudian
sejalan juga dengan konsep yang menuju puncaknya pada masa Barok –
dikeluarkan oleh Kongres Internasional yang disusul oleh shock budaya seperti
Arsitek Modern (CIAM), yang Revolusi Perancis, dan awal masa
mempunyai trend desain yaitu untuk Revolusi Industri.
mencapai keseimbangan kebutuhan
individual dan komunal. Konsep yang Sedangkan pada masa industrialisasi,
ditawarkan antara lain (Lampugnani, 1980): siklus yang sama kembali terulang dengan:

- Dominasi lansekap di seluruh Revolusi industri (shock budaya) –


bangunan, yaitu area hijau untuk urbanisasi, kepadatan kota dan kerusakan
rekreasi dan kehidupan. lingkungan – masa reinkarnasi
perancangan neo-klasik dan perhatian
- Pertimbangan terhadap kondisi cuaca, kembali pada lingkungan – puncak
yaitu dengan memaksimalkan insulasi kebudayaan dengan konsep utopis –
dan ventilasi. kemudian shock budaya lagi dengan
- Pemisahan dan pengaturan terhadap 4 terjadinya Perang Dunia II. Semuanya
fungsi utama kota ; tempat tinggal, menghasilkan morfologi perkotaan
bekerja, rekreasi dan transportasi. masing-masing.
- Prioritas terhadap perubahan tempat Pada masa saat ini, pasca PD II,
kerja yang manusiawi, fasilitas dapat dikatakan siklus tersebut berulang,
rekreasi yang banyak, pemisahan lalu ketika era kegelapan terjadi akibat
lintas kendaraan dengan pedestrian, kepadatan kota dan rusaknya lingkungan
perubahan akses, dsb. akibat eksploitasi sumberdaya. Masa
solusi sudah mulai dimunculkan dengan
jargon sustainable development yang
semakin marak. Saat ini, dunia sedang

Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 71


menunggu atau bahkan mengalami shock akibat siklus diatas, maka penting bagi
budaya dengan masuknya era informasi para pemangku kepentingan kota-kota
yang pesat seperti sekarang. Jika memang Indonesia untuk dapat bersiap-siap dengan
kondisi era informasi global ini menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi masalah
shock budaya seperti siklus diatas, maka yang disebabkan shock budaya yang akan
saat ini kita sedang menanti era kegelapan muncul.
yang baru. Morfologi perkotaan dan
tipologi-tipologi yang dihasilkan akan
terus berlangsung. Sama dengan siklus 6. DAFTAR PUSTAKA
kebudayaan sebelumnya yang masing-
masing menghasilkan suatu morfologi Bacon, E. N. (---), Design of Cities,
tersendiri. Viking.

Siklus yang sama dalam skala yang Gallion, Arthur B. dan Simon Eisner,
lebih kecil kurang lebih terjadi di (1950), The Urban Pattern; city
Indonesia pasca perang kemerdekaan. planning and design, D. Van
Shock budaya yang terjadi di era revolusi Nostrand Company, Inc, New York.
fisik dalam mempertahankan kemerdekaan
kemudian disusul oleh masalah baru Hall, Peter, (1988), Cities of Tomorrow,
sebagai negara baru yang harus Blackwell Publishers, Cambridge.
membangun bangsa dan negerinya. Masa
solusi dimulai dengan pembangunan kota- Lynch, Kevin, (1981), A Theory of Good
kota baru di Indonesia antara lain City Form, The MIT Press,
Kebayoran Baru dengan konsep yang baik Cambridge.
dan dikerjakan dengan baik. Kemudian
tiba masa puncak kebudayaan dimana Lampugnani, Vittorio Magnano, (1980),
pertumbuhan ekonomi yang pesat Architecture and City Planning in
membuat kota-kota di Indonesia menjadi the Twentieth Century, Van
kota yang gemerlap, pembangunan disana Nostrand Reinhold, New York.
sini, kota-kota satelit yang bermunculan
hingga para pelaju yang menjadi Mumford, Lewis, (1961), The City in
penggerak ekonomi kota. History, Haurtcort, Brace & World,
Tetapi kemudian kembali muncul Inc, New York.
lagi tanda-tanda shock budaya yang baru
disaat kota makin padat, dan kenyataan Sutcliffe, Anthony (ed.), (1981), British
bahwa infrastruktur dan prasarana kota- Town Planning – (Themes in
kota di Indonesia belum siap dalam urban history), Leicester University
menghadapi era dimana definisi kota Press, Leicester
modern adalah kota yang nyaman, sehat,
dan aman bagi warganya. Seperti
penyediaan ruang terbuka hijau yang
cukup, transportasi publik yang memadai
dan terintegrasi, serta ruang-ruang biru
yang menjadi potensi bagian dari ekologi
kota yang sehat ternyata masih belum
dipenuhi dengan baik oleh kota-kota
Indonesia yang sedang berkembang ini.
Oleh karena itu, dengan
mempelajari sejarah perkembangan kota di
dunia dan morfologi kota yang terbentuk

72 | Jurnal Architecture Innovation


PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN
KAMPUNG WISATA LABUAN BAJO

Sita Evita Komalasari1), Nilam Atsirina Krisnaputri2), Arya Silvester3)


1,3
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Indonesia
2
Universitas Agung Podomoro
email: nilam.ak@podomorouniveristy.ac.id

ABSTRAK

Peran serta masyarakat dalam Pengembangan Kampung Wisata Labuan Bajo adalah merupakan
salah satu kunci keberlangsungan pembangunan berkelanjutan. Masyarakat yang digolongkan
berdasarkan perannya adalah terdiri dari sektor publik yaitu pemerintah, masyarakat umum, tenaga
ahli, community worker, dan organisasi/lembaga serta sektor privat yaitu pengembang/investor.
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif-kualitatif untuk menghasilkan
pembobotan tingkat kepentingan peranan sektor dan perannya dalam pengembangan Kampung
Wisata Labuan Bajo. Analisa ini dilakukan berdasarkan tugas dan fungsi sektor secara umum,
observasi lapangan dan studi literatur yang ada. Dalam penelitian ini diketahui sektor mana saja
yang memiliki tingkat kepentingan mulai dari sangat berperan, berperan hingga kurang berperan
dalam tahapan pengembangan Kampung Wisata Labuan Bajo. Kemudian setelah itu menghasilkan
peran sektor tersebut terhadap pengembangan Kampung Wisata Labuan Bajo.

Kata Kunci—Kampung Wisata Labuan Bajo, Peran Serta Masyarakat, dan Tingkat Kepentingan

1. PENDAHULUAN Kota Labuan Bajo yang memiliki


bandar udara kecil menjadi tujuan pertama
Kampung Wisata Labuan Bajo singgahnya para wisatawan untuk memulai
merupakan salah satu perwujudan mempersiapkan kegiatan wisatanya di
pengelolaan kawasan perkampungan Pulau Flores. Fenomena tersebut
nelayan di Perkotaan Labuan Bajo yang menyebabkan muncul banyaknya usaha
ada di Kabupaten Manggarai Barat – Nusa perdagangan dan jasa yang melayani para
Tenggar Barat, Kepulauan Flores. wisatawan seperti penginapan/hotel,
Kampung nelayan Labuan Bajo yang restoran, pertokoan dan jasa travel wisata.
terbentuk karena adanya kegiatan nelayan Tak sedikit pula para nelayan yang
berkembang tanpa arahan dan pengaturan memiliki modal juga membuka usaha
secara khusus dari pemerintah. perdagangan dan jasa tersebut.
Perkampungan nelayan kini kian Perdagangan dan jasa yang berada di
berkembang dan bertambah pula dengan sekitar perkampungan nelayan
seiringnya kebutuhan masyarakat menyediakan jasa dengan harga yang
pendatang dari daerah lain yang mencari relatif murah, sehingga menarik pasar
penghasilan sebagai nelayan di Labuan wisatawan asing dan domestik untuk
Bajo. Kondisi fisik lingkungan menetap di seputaran perkampungan
permukiman yang cukup kumuh dan tidak nelayan Labuan Bajo.
beraturan ini sangat bertolak belakang
dengan potensi keindahan alam kepulauan
Flores disekitarnya.

Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 73


Melihat potensi wisata yang cukup suatu rasa identitas bersama
tinggi di Labuan Bajo muncul upaya (Koentjaraningrat dalam Istianah, 2012).
pengaturan konsep wisata di Labuan Bajo Semua warga masyarakat
yang saling terintegrasi mulai dari sistem merupakan manusia yang hidup bersama,
lingkungan, sistem sosial masyarakat dan hidup bersama dapat diartikan sama
sistem ekonomi wilayah setempat. Untuk dengan hidup dalam suatu tatanan
mewujudkan konsep tersebut, perlu adanya pergaulan dan keadaan ini akan tercipta
peran serta/ parstisipasi masyarakat yang apabila manusia melakukan hubungan,
mendukung keberhasilan pengelolaan Mac lver dan Page dalam Istianah (2012),
Kampung Wisata Labuan Bajo. memaparkan bahwa masyarakat adalah
suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, dari
wewenang dan kerja sama antara berbagai
2. KAJIAN LITERATUR
kelompok, penggolongan, dan pengawasan
Pengembangan Kampung Wisata Labuan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan
Bajo manusia.

Kampung Wisata Labuan Bajo Hakekat hidup dalam suatu


adalah salah satu model pengelolaan kehidupan bersama atau masyarakat ialah
kawasan perkampungan nelayan yang organisasi kepentingan-kepentingan
berkondisi kumuh di pesisir Labuan Bajo. perseorangan, pengetahuan sikap orang
Pengembangan Kampung Wisata Labuan yang satu terhadap yang lain dan
Bajo ini berorientasi pada konsep pemusatan orang-orang kedalam
pembangunan ekonomi yang berwawasan kelompok-kelompok tertentu untuk tindak-
lingkungan dan sistem ekologi dalam tindakan bersama.
pembangunan berkelanjutan. Kriteria Raymond Firth dalam Istianah
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (2012) menyatakan bahwa hubungan-
dalam kaitannya pengelolaan kampung hubungan yang timbul dari kehidupan
nelayan melihat dari kriteria mata bersama dapat dilihat sebagai suatu
pencaharian, sumber pendapat masyarakat, rencana atau suatu sistem yang biasa
dan daya saing dan kegiatan ekonomi disebut dengan struktur sosial; struktur
progresifnya. Sedangkan kriteria ekologi sosial itu meliputi segala: (1) relasi sosial
dalam pembangunan berkelanjutan adalah di antara para individu; dan (2) perbedaan
kondisi fisik, karakteristik sosial, potensi individu serta kelas sosial menurut peranan
ekonomi, dan daya asimilasi budaya sosial mereka.
setempat.
Kelas sosial dalam masyarakat
Peran Masyarakat dapat dibagi menjadi beberapa golongan
Masyarakat dalam istilah bahasa dilihat dari segi peran dan kebutuhannya.
Inggris adalah society yang berasal dari Dalam penelitian ini yang berkaitan
kata Latin socius yang berarti (kawan). dengan pengembangan Kampung Wisata
Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Labuan Bajo adalah penggolongan
Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan sosial/masyarakat yang berkaitan dengan
berpartisipasi). Masyarakat adalah pembangunan berkelanjutan.
sekumpulan manusia yang saling bergaul, Pembangunan berkelanjutan
dalam istilah ilmiah adalah saling memiliki konteks yang sangat rumit dan
berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat berhubungan dengan berbagai macam
mempunyai prasarana melalui warga- aspek seperti teknologi yang maju,
warganya dapat saling berinteraksi. kebijakan yang mendukung, perbedaan
Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan etis, dan perilaku manusia. Dalam
hidup manusia yang berinteraksi menurut pembangunan berkelanjutan terdiri dari
suatu sistem adat istiadat tertentu yang beberapa tahapan yang dimulai dari tahap
bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh pembuatan keputusan, penerapan

74 | Jurnal Architecture Innovation


keputusan, penikmatan hasil, dan evaluasi  Setiap orang mempunyai hak atas
kegiatan (Cohen dan Uphoff, 1980). informasi lingkungan hidup yang
Secara lebih rinci, pembangunan baik dan sehat.
berkelanjutan berarti memiliki tahapan
 Setiap orang mempunyai hak ats
pernyataan mengikuti kegiatan, memberi
informasi lingkungan hidup yang
masukan berupa pemikiran, tenaga, waktu,
berkaitan dengan peran dalam
keahlian, modal, dana atau materi, serta
pengelolaan lingkungan hidup.
ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-
hasilnya (Sahidu, 1998). Salah satu faktor  Setiap orang mempunyai hak untuk
yang berperan penting dalam perwujudan berperan dalam pengelolaan
tahapan pembangunan berkelanjutan lingkungan hidup, sesuai dengan
adalah institusi lokal. perundang-undangan yang berlaku.
Institusi lokal menurut Uphoff Sedangkan kewajiban setiap orang
(1986), adalah terdiri dari sektor publik dalam pembangunan berkelanjutan adalah:
(public sector), sektor partisipasi
 Setiap orang berkewajiban
(participatory sector) dan sektor privat
memelihara pelestarian fungsi
(private sector). Publik sektor adalah
lingkungan hidup, mencegah serta
terdiri pemerintah, sektor partisipasi adalah
menanggulangi pencemaran dan
terdiri dari masyarakat atau organisasi
perusakan lingkungan hidup.
tertentu, dan sektor privat adalah terdiri
dari pengembang/investor/pebisnis dan  Setiap orang yang melakukan usaha
organisasi jasa pelayanan. dan/ kegiatan, berkewajiban
Kemudian, menurut Priasukmana memberikan informasi yang benar
dan Mulyadin (2001) yang merujuk pada dan akurat mengenai pengelolaan
Undang-undang Otonomi Daerah No. 22 lingkungan hidup.
Tahun 1999 yang memfokuskan Sustainable Communities
pembangunan di daerah perdesaan tahapan
Sustainable Communities adalah
pelaksanaan pembangunan sebuah
komunitas atau sektor yang berperan
desa/kampung wisata adalah sebagai
dalam terwujudnya pembangunan
berikut:
berkelanjutan. Sutainable Communities
1. Perencanaan (Survey Lapangan, menurut Gruder, et all (2007) adalah
penyusunan rencana tapak, terdiri dari pemerintah, publik (masyarakat
penyusunan anggaran dan sumber umum),pengembang / investor, lembaga /
anggaran, dan perencanaan SDM). organisasi non-profit, evaluasi, dan
2. Pelaksanaan Pembangunan external partners (agen kepemerintahan).
(Pembangunan prasarana dan Kemudian menurut Roberts (2007), secara
pelaksanaan pembangunan). rinci Sustainable Communities dibagi
3. Pengelolaan (Recruitting sumber menjadi berbagai macam disiplin seperti
daya manusia, pengorganisasian, dan arsitek, planner, urban designer, teknisi,
promosi). surveyor, pemimpin masyarakat,
4. Evaluasi (penelitian, pengembangan community workers, ekonom, pakar
dan pelaporan. lingkungan dan permukiman.
Berdasarkan hasil kajian teori
Peran serta masyarakat dalam tersebut diatas maka diketahui indikator,
pembangunan berwawasan lingkungan kriteria dan sub kriteria, yang dimana
juga diatur dalam Undang-undang tercantum dalam Tabel 1 berikut ini.
Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997
mengenai hak setiap orang dalam
pembangunan berkelanjutan yakni :

Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 75


Tabel 1. Indikator dan Kriteria Penelitian
No. Indikator Kriteria Sub-kriteria
Pengembangan Kondisi fisik
Pembangunan Kampung Karakteristik sosial
1
Berkelanjutan Wisata Labuan Potensi ekonomi
Bajo Daya asimilasi budaya
Pemerintah
Masyarakat umum
Tenaga ahli
Masyarakat Sektor publik
2. Community worker
yang berperan
Organisasi/lembaga
masyarakat
Sektor privat Pengembang/investor
Pembuatan
-
keputusan
Penerapan
Tahap keputusan -
3 Pembangunan
Berkerlanjutan
Penikmatan
Hasil
- Gambar 1. Lokasi Kampung Nelayan Bajo
Evaluasi - Sumber : www.maps.google.com
Sumber : Hasil Tinjauan Pustaka, 2013

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


3. METODE PENELITIAN
Sektor yang Berperan
Model dan Metode Penelitian
Dalam kaitannya mewujudkan
Penelitian ini adalah merupakan pengembangan Kampung Wisata Labuan Bajo,
penelitian yang bersifat menggali tentunya membutuhkan sektor yang berperan.
kemungkinan peran serta masyarakat yang Sektor tersebut berdasarkan teori yang ada
dapat diterapkan dalam rangka adalah terdiri dari sektor publik (Pemerintah,
mewujudkan strategi pengembangan. Masyarakat umum, Tenaga ahli, Community
Sehingga diperoleh dengan cara membahas worker, Organisasi/lembaga masyarakat) dan
potensi masyarakat dalam berperan, sektor privat (Pengembang/investor). Berikut
merupakan tugas dan fungsi secara umum
dengan cara melalui observasi lapangan
masing-masing sektor :
dan studi literatur serta menggunakan
teknik analisa deskriptif-kualitatif. 1. Pemerintah
Kepemerintahan yang berperan sangat
penting terhadap pengembangan
Deskripsi Lokasi Kampung Wisata Labuan Bajo adalah
Lokasi penelitian ini adalah berada Bappeda Kabupaten Manggarai Barat,
karena berdasarkan tugas dan fungsinya,
di kawasan kampung nelayan Labuan
Bappeda adalah organisasi yang memiliki
Bajo. Kampung nelayan Labuan Bajo ini kewenangan dalam melaksanakan
berada di Kota Labuan Bajo, Kabupaten penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
Manggarai Barat, Provinsi NusaTenggara daerah. Namun, dikarenakan
Timur di kepulauan Flores. Batas Kepemerintahan Kabupaten Manggarai
administrasi wilayah penelitian yaitu : Barat masih memiliki usia yang muda,
sehingga perancangan dan pengaturan
 Sebelah Utara: Kelurahan Batucermin daerah hanya fokus dilakukan oleh
 Sebelah Barat: Pulau Badjo Bappeda. Namun bantuan secara teknis
tetap dilakukan oleh dinas-dinas yang
 Sebelah Timur: Kelurahan Waekelambu berkaitan dengan tugas dan fungsinya.
 Sebelah Selatan: Kelurahan Gorontalo 2. Kondisi sosial masyarakat umum di
kawasan kampung nelayan Labuan Bajo
Untuk lebih jelas, lokasi dan batas memiliki karakteristik yang cukup baik.
administrasi lokasi penelitian dapat dilihat Memiliki rasa gotong royong, tenggang
pada Gambar 1. rasa dan saling membantu. Hal tersebut
terlihat pada kegiatan keseharian

76 | Jurnal Architecture Innovation


masyarakat setempat seperti saling 5. Organisasi/lembaga
bekerjasama untuk memperoleh hasil
Organisasi atau lembaga adalah suatu
tangkapan ikan, membagi daerah
kelompok orang yang memiliki tujuan
tangkapan ikan, dan saling membantu
bersama. Organisasi/lembaga yang ada di
dalam mengarahkan wisatawan. Selain
Kabupaten Manggarai Barat masih
itu, masyarakat juga saling bekerjasama
merupakan lembaga yang ada dibawah
untuk mendapatkan kebutuhan akan listrik
kepemerintahan seperti organisasi
dan air bersih, bekerjasama dalam
koperasi desa dan organisasi lingkungan
penggunaan MCK umum dan pengelolaan
hidup.
sampah.
6. Pengembang/investor
3. Tenaga Ahli (Arsitek, Perancang Kota,
Teknisi, Ekonom, Pakar Perumahan dan Pengembang/investor yang juga disebut
Surveyor) dengan pebisnis dengan mencari
keuntungan merupakan sektor yang cukup
Tenaga ahli merupakan bagian dari
berpengaruh di Kabupaten Manggarai
individu/organisasi yang berperan dalam
Barat. Pengembang/investor pada
membantu pemerintah Kabupaten
umumnya memiliki program-program
Manggarai Barat untuk merencanakan
yang lebih menarik dan berkembang
pembangunan daerah. Tenaga ahli juga
sehingga dapat turut mengatur atau
berfungsi sebagai penjembatan aspirasi
mengelola beberapa unit lahan/kawasan.
masyarakat dan jendela ilmu bagi
Dengan memiliki modal yang cukup
stakeholder yang berkaitan. Tenaga ahli
pengembang/investor menanam usahanya
dapat terdiri dari berbagai disiplin ilmu
di wilayah penelitian adalah berupa
dan keahlian, tergantung dari kebutuhan
hotel/penginapan, restoran dan
Pengembangan Kampung Wisata Labuan
supermarket. Karena memiliki pasar
Bajo. Dengan beberapa kemampuannya
wisatawan yang cukup, selain
tenaga ahli juga dapat berperan dalam
menguntungkan usaha bisnisnya, sektor
merancang kebijakan-kebijakan sehingga
tersebut juga menguntungkan pagi
dalam suatu perencanaan sedikit banyak
penduduk setempat di kampung nelayan
dapat menampung beberapa aspirasi
Labuan Bajo untuk mendapat lapangan
masyarakat dengan lebih mudah.
pekerjaan.
4. Community worker
Community worker adalah seseorang / Peran Sektor Terhadap Pengembangan
individu yang dilatih dan di didik untuk
Kampung Wisata Labuan Bajo
dapat bekerja pada agensi kesejahteraan
sosial atau yang berkaitan dengan Peran sektor dapat dibagi sesuai
penyusunan program –program fungsi dengan kebutuhan dalam pengembangan
sosial baik perseorangan, keluarga, Kampung Wisata Labuan Bajo.
kelompok sosial dan/ atau Pengembangan Kampung Wisata didasari oleh
komunitas/golongan besar. Pada umumya konsep pembangunan berkelanjutan yang
community worker adalah berupa yayasan terdiri dari aspek fisik lingkungan, sosial-
atau lembaga. Community worker yang budaya dan ekonomi.
ada di Kabupaten Manggarai Barat adalah
berupa panti asuhan.

Tabel 2. Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan Kampung Wisata Labuan Bajo
Pengembangan Kampung Wisata Labuan Bajo
Sektor
Fisik/lingkungan Sosial Ekonomi Budaya

- Penyusunan kebijakan - Pelaksanaan program - Pelaksanaan program - Peningkatan potensi


mengenai perencanaan penyuluhan tentang penyuluhan tentang daerah agar memiliki
Kampung Wisata Kampung Wisata pengelolaan hasil ciri khas.
Labuan Bajo. Labuan Bajo. tangkapan ikan.
Pemerintah
- Penyusunan Peraturan - Pelaksanaan program - Pelaksanaan program
Daerah tentang penyuluhan tentang koperasi desa.
Kawasan Kampung pembangunan - Mendorong kegiatan
Wisata Labuan Bajo. berkelanjutan. usaha Masyarakat

Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 77


Pengembangan Kampung Wisata Labuan Bajo
Sektor
Fisik/lingkungan Sosial Ekonomi Budaya

- Penyusunan Peraturan - Pelaksanaan program melalui berbagai


Zonasi Kawasan penyuluhan tentang kegiatan di bidang
Kampung Wisata kawasan wsiata terpadu. Pengelolaan Sumber
Labuan bajo. Daya Pesisir dan Pulau-
- Penyusunan Rencana Pulau Kecil yang
dan Program berdaya guna dan
Pengelolaan Pesisir dan berhasil guna
Laut.
- Pelaksanaan program-
program peningkatan
Pelayanan Infrastruktur.
- Pengawasan terhadap
kelestarian lingkungan
hidup di Pesisir Labuan
Bajo
- Membantu dan - Berdiskusi bersama - Mendukung kegiatan - Mendukung dan
mendukung pemerintah community worker dan ekonomi sebagai bagian melaksanakan program-
mengenai penerapan organisasi/lembaga dari program-program program yang telah
kebijakan-kebijakan masyarakat mengenai yang telah dirancang dirancang oleh
pada pengembangan keputusan-keputusan oleh pemerintah. pemerintah mengenai
Kampung Wisata hasil proses penerapan - Melaksanakan dan ciri khas budaya yang
Labuan Bajo bersama konsep desain oleh mentaati peraturan serta telah disepakati
community worker dan investor dan tenaga ahli. kebijakan yang bersama.
organisasi/lembaga - Melaksanakan program- dikeluarkan pemerintah - Mengebangkan
masyarakat. program yang telah tentang pengelolaan kebudayaan setempat
- Melakukan perawatan dirancang oleh ekonomi.
pelayanan infrastruktur pemerintah .
yang sudah ada. - Melaksanakan dan
- Sadar akan kepentingan mentaati peraturan serta
pembangunan kebijakan yang
Masyarakat umum
berkelanjutan. dikeluarkan pemerintah
- Memberikan aspirasi, mengenai
kritik dan saran yang pemberdayaan
membangun terkait masyarakat.
penyusunan kebijakan
pembangunan Kampung
Wisata Labuan Bajo.
- Melaksanakan dan
mentaati peraturan serta
kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah
tentang pelestarian
fisik/lingkungan.
- Menjaga kelestarian
lingkungan.
- Penyusunan kebijakan - Melaksanakan dan - Merancang kegiatan - Memberi saran/kritik,
mengenai perencanaan mentaati peraturan serta ekonomi yang mengenai ciri khas
Kampung Wisata kebijakan yang mendukung budaya masyarakat
Labuan Bajo. dikeluarkan pemerintah pembangunan Kampung setempat.
- Membantu pemerintah tentang terkait dengan Wisata Labuan Bajo. - Melaksanakan dan
dalam bentuk bidang keahliannya. - Melaksanakan dan mendukung program-
penyusunan penelitian - Menjalankan proses mentaati peraturan serta program yang telah
terkait Kampung Wisata penerapan konsep kebijakan yang dirancang oleh
Labuan Bajo seperti desain bersama dikeluarkan pemerintah pemerintah.
prediksi jumlah masyarakat setempat, tentang pengelolaan
Tenaga ahli penduduk, prediksi community worker, ekonomi.
perkembangan ekonomi, pemerintah , dan
penggalian potensi. investor melalui diskusi
- Penyediaan dan dan penyuluhan.
pengembangan
teknologi pengelolaan
yang ramah lingkungan
- Pengawasan terhadap
kelestarian lingkungan
hidup di Pesisir Labuan
Bajo
- Membantu dan - Berdiskusi bersama - Mendukung kegiatan - Mendukung dan
mendukung pemerintah masyarakat setempat ekonomi sebagai bagian melaksanakan program-
mengenai penerapan dan organisasi/lembaga dari program-program program yang telah
kebijakan-kebijakan masyarakat mengenai yang telah dirancang dirancang mengenai ciri
pada pengembangan keputusan-keputusan oleh pemerintah. khas budaya yang telah
Kampung Wisata hasil proses penerapan - Melaksanakan dan disepakati bersama.
Labuan Bajo bersama konsep desain oleh mentaati peraturan serta
Community worker masyarakat setempat investor dan tenaga ahli. kebijakan yang
dan organisasi/lembaga - Melaksanakan dikeluarkan pemerintah
masyarakat. program-program yang tentang pengelolaan
- Melakukan perawatan telah dirancang oleh ekonomi.
pelayanan infrastruktur pemerintah .
yang sudah ada. - Melaksanakan dan
- Sadar akan kepentingan mentaati peraturan serta
pembangunan kebijakan yang

78 | Jurnal Architecture Innovation


Pengembangan Kampung Wisata Labuan Bajo
Sektor
Fisik/lingkungan Sosial Ekonomi Budaya

berkelanjutan. dikeluarkan pemerintah


- Memberikan aspirasi, mengenai
kritik dan saran yang pemberdayaan
membangun terkait community worker.
penyusunan kebijakan
pembangunan Kampung
Wisata Labuan Bajo.
- Melaksanakan dan
mentaati peraturan serta
kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah
tentang pelestarian
fisik/lingkungan.
- Menjaga kelestarian
lingkungan.
- Memanfaatkan dan
merawat dengan baik
teknologi pengelolaan
yang ramah lingkungan
- Membantu dan - Berdiskusi bersama - Mendukung kegiatan - Mendukung dan
mendukung pemerintah masyarakat setempat ekonomi sebagai bagian melaksanakan program-
mengenai penerapan dan community worker dari program-program program yang telah
kebijakan-kebijakan mengenai keputusan- yang telah dirancang dirancang mengenai ciri
pada pengembangan keputusan hasil proses oleh pemerintah. khas budaya yang telah
Kampung Wisata penerapan konsep - Melaksanakan dan disepakati bersama.
Labuan Bajo bersama desain oleh investor dan mentaati peraturan serta - Mengebangkan
masyarakat setempat tenaga ahli. kebijakan yang kebudayaan setempat
dan community worker. - Melaksanakan dikeluarkan pemerintah
- Melakukan perawatan program-program yang mengenai pengelolaan
pelayanan infrastruktur telah dirancang oleh ekonomi.
yang sudah ada. pemerintah .
- Sadar akan kepentingan - Melaksanakan dan
pembangunan mentaati peraturan serta
berkelanjutan. kebijakan yang
- Memberikan aspirasi, dikeluarkan pemerintah
Organisasi/lembaga
kritik dan saran yang mengenai
masyarakat
membangun terkait pemberdayaan
penyusunan kebijakan organisasi/lembaga
pembangunan Kampung masyarakat.
Wisata Labuan Bajo. - Turut mendukung
- Melaksanakan dan pemasaran Kampung
mentaati peraturan serta Wisata Labuan Bajo
kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah
tentang pelestarian
fisik/lingkungan.
- Menjaga kelestarian
lingkungan.
- Memanfaatkan dan
merawat dengan baik
teknologi pengelolaan
yang ramah lingkungan
- Mendukung tenaga ahli - Melaksanakan dan - Mendukung kegiatan - Mendukung program-
dan pemerintah dalam mentaati peraturan serta ekonomi sebagai bagian program yang telah
melakukan proses kebijakan yang dari program-program dirancang mengenai ciri
kegiatan pengembangan dikeluarkan pemerintah yang telah dirancang khas budaya yang telah
Kampung Wisata terkait oleh pemerintah. disepakati bersama.
Labuan Bajo. pengembangan/invetasi. - Melaksanakan dan - Membiayai pengelolaan
- Melakukan perawatan - Membantu dan mentaati peraturan serta budaya setempat
pelayanan infrastruktur mendukung tenaga ahli kebijakan yang
yang sudah ada. mengenai proses dikeluarkan pemerintah
- Sadar akan kepentingan penerapan konsep mengenai
pembangunan desain. pengembangan dan
berkelanjutan. - Penyedia lapangan investasi.
- Melaksanakan dan pekerjaan - Memberikan bantuan
mentaati peraturan serta - Pebiayaan pendidikan pembiayaan dalam
Pengembang/investor kebijakan yang masyarakat umum pengembangan
dikeluarkan pemerintah dalam rangka turut Kampung Wisata
tentang pelestarian mencerdaskan bangsa Labuan Bajo
fisik/lingkungan. - Membantu dalam
- Menjaga kelestarian kegiatan pemasaran
lingkungan saat proses Kampung Wisata
konstruksi. Labuan Bajo
- Turut membantu dalam
perencanaan
pengambangan
Kampung Wisata
Labuan Bajo yang
terpadu dengan wisata
lain disekitarnya.
- Pemodalan

Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 79


Pengembangan Kampung Wisata Labuan Bajo
Sektor
Fisik/lingkungan Sosial Ekonomi Budaya

pembuatan/penyusunan
sains dan teknologi
pengelolaan yang ramah
lingkungan
Sumber : Hasil Analisa, 2013

Tingkat Kepentingan Sektor berdasarkan pengembang/investor memiliki andil kedua


Tugas dan Fungsi setelah pemerintah, hal ini dikarenakan ada
kemungkinan pengembang/investor
Menganalisa tingkat kepentingan
bekerjasama dalam pendaanaan yang
sektor berdasarkan fungsi bertujuan untuk
bersifat BOT (Build Operate Transfer)
mengetahui seberapa besar peran sektor
artinya pengembang memiliki kuasa penuh
terhadap tahapan pembangunan
dalam pengelolaan dan manajerial di 20
berkelanjutan dalam Pengembangan
tahun pertama. Oleh karena itu, pihak
Kampung Wisata Labuan Bajo. Analisa
pengembang memiliki hak penuh mulai
ini dilakukan dengan menggunakan analisa
dari perancangan dan pengelolaan.
deskriptif-kualitatif yang didasarkan oleh
studi literatur dan observasi lapangan. Selanjutnya yang memiliki andil
Untuk mempermudah penilaian tentang dalam pengambilan keputusan adalah
tingkat kepentingan peran sektor adalah tenaga ahli, dikarenakan tenaga ahli
dengan menggunakan pembobotan/skoring memiliki otoritas dalam penentuan-
pada peran sektor terhadap tahapan penentuan kebijakan yang sesuai dengan
pembangunan berkelanjutan. Berikut pengembangan aspek lingkungan, sosial
adalah diagram tingkat peran masyarakat dan kebudayaan masyarakat setempat.
berdasarkan bentuk perannya dalam Berbeda dengan bentuk peran
Pengembangan Kampung Wisata Labuan masyarakat dalam pembuatan keputusan,
Bajo : pada bentuk peran masyarakat dalam
penerapan keputusan menunujukkan
bahwa tenaga ahli lebih memiliki andil
daripada pengembang/investor. Karena
segala jenis dan bentuk penerapan
pengembangan Kampung Wisata Labuan
Bajo adalah dihitung berdasarkan analisa
pembangunan berkelanjutan oleh tenaga
ahli. Tenaga ahli mampu memprediksi
kebutuhan sekarang dan masa yang akan
datang agar Kampung Wisata Labuan Bajo
Gambar 2. Tingkat Kepentingan Peran terus bertahan sesuai dengan kaidah
Serta Masyarakat berdasarkan Bentuk pembangunan berkelanjutan. Selain itu,
Perannya dalam Pengembangan Kampung tenaga ahli merupakan salah satu alat daya
Wisata Labuan Bajo. tampung aspirasi masyarakat sehingga
Sumber : Hasil Analisa, 2013 mampu memberikan usulan tujuan,
kebijakan, startegi dan program Kampung
Wisata Labuan Bajo.
Berdasarkan Gambar 2. diatas
maka dalam pengembangan Kampung Kemudian masyarakat umum,
Wisata Labuan Bajo, sektor yang paling community worker dan lembaga/organisasi
berperan secara keseluruhan adalah memiliki tingkat yang sama dalam segala
Pemerintah. Dalam pembuat keputusan, bentuk peran serta pengembangan

80 | Jurnal Architecture Innovation


Kampung Wisata Labuan Bajo. Hanya saja
terdapat perbedaan tingkatan antar bentuk
peran kesertaan masyarakat. Kelompok ini
memiliki andil yang lebih besar dalam
mengevaluasi pemerintah, tenaga ahli dan
pengembang daripada penerapan
keputusan dan pembuat keputusan.
Kelompok ini dapat memberikan masukan,
kritik dan saran yang dapat memajukan
keberhasilan pengembangan Kampung
Wisata Labuan Bajo.
Gambar 4. Tingkat Kepentingan Peran
Sedangkan bentuk peran Serta Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan
masyarakat dalam penikmatan hasil adalah Pembangunan Kampung Wisata Labuan
seluruh sektor yang berkaitan dalam Bajo
pengembangan Kampung Wisata Labuan Sumber : Hasil Analisa, 2013
Bajo baik dimulai dari tahap perencanaan,
pembangunan, pengelolaan dan
pemanfaatan hasil. Berdasarkan Gambar 4
menunjukkan bahwa tahap pelaksanaan
Selanjutnya adalah tingkatan peran pembangunan sektor yang memiliki
serta masyarakat dalam tahapan tingkatan peran yang sama adalah
pengembangan Kampung Wisata Labuan pemerintah, tenaga ahli dan
Bajo. pengembang/investor. Sedangkan sektor
yang lain berfungsi sebagai pendukung
pelaksanaan pembangunan. Kemudian,
berdasarkan Gambar 5 pada tahap
pengelolaan pemerintah memiliki peranan
yang paling tinggi. Dalam hal ini
pemerintah memiliki andil dalam
pembuatan kebijakan dan peraturan
tentang pengelolaan.

Gambar 3. Tingkat Kepentingan Peran


Serta Masyatakat pada Tahap Perencanaan
Kampung Wisata Labuan Bajo
Sumber : Hasil Analisa, 2013

Pada tahap perencanaan secara


keseluruhan dalam pemerintah memiliki
andil yang paling besar, selanjutnya sektor
yang berperan cukup tinggi setelah Gambar 5. Tingkat Kepentingan Peran
pemerintah adalah tenaga ahli. Serta Masyatakat pada Tahap Pengelolaan
Berdasarkan diagram pada Gambar 3 Kampung Wisata Labuan Bajo
diatas, tenaga ahli tidak begitu berperan Sumber : Hasil Analisa, 2013
dalam penyusunan anggaran dan sumber
anggaran. Tenaga ahli hanya sebatas
membantu merumuskan kebutuhan Sedangkan sektor yang memiliki
anggaran namun keputusan penyediaan tingkatan paling rendah dalam peranan
alokasi dana/anggaran adalah merupakan pengembangan Kampung Wisata Labuan
tugas pemerintah. Bajo adalah tenaga ahli, karena tenaga ahli

Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 81


merupakan sektor yang secara tidak diantara keduanya yaitu tenaga ahli lebih
langsung memberi peran dalam memiliki andil dalam mengevaluasi
pengembangan kampung ini. Tenaga ahli pengembangan Kampung Wisata Labuan
dalam tahap pengelolaan dapat membatu Bajo, sedangkan pengembang/investor
dalam menyusun strategi-strategi lebih memiliki andil dalam menentukan
pengelolaan secara global melalui keputusan.
penelitian-penelititian. Selanjutnya sektor yang memiliki
tingkat kepentingan peran pengembangan
Kampung Wisata Labuan Bajo yang paling
kecil adalah masyarakat umum, community
worker, dan organisasi/lembaga.

5. KESIMPULAN

Masyarakat yang berperan teradap


pengembangan Kampung Wisata Labuan
Gambar 6. Tingkat Kepentingan Peran berdasarkan urutan tingkat kepentingan
Serta Masyatakat pada Tahap Evaluasi perannya adalah :
Kampung Wisata Labuan Bajo
Sumber : Hasil Analisa, 2013 1. Pemerintah
2. Tenaga Ahli
Pada tahap evaluasi (Gambar 6), 3. Pengembang/investor
sektor yang paling berperan adalah
pemerintah, tenaga ahli dan 4. Masyarakat Umum, community
pengembang/investor terutama pada tahap worker dan organisasi/lembaga
pengembangan dan penelitian. Sedangkan Peran pemerintah dalam
sektor lainnya memiliki peran yang cukup pengembangan Kampung Wisata Labuan
dalam evaluasi khusunya pada tahap Bajo adalah menentukan kebijakan,
pelaporan. peraturan dan program yang mendukung
Berdasarkan hasil analisa diatas keberlangsungan Kampung Wisata Labuan
diketahui bahwa tingkat kepentingan yang Bajo. Selain itu, pemerintah juga dapat
paling tinggi untuk berperan dalam memberikan lapangan pekerjaan bagi
Pengembangan Kampung Wisata Labuan masyarakat apabila terdapat pembangunan
Bajo adalah sektor pemerintah. Sektor Kampung Labuan Bajo.
pemerintah lebih banyak memiliki andil Tenaga Ahli memiliki peran yang
dalam keberlangsungan pengembangan mendukung kinerja pemerintah dalam
Kampung Wisata Labuan Bajo. Dari penyusunan kebijakan serta menyusun
sinilah pemerintah harus meramu penelitian-penelitian yang diperlukan
peraturan, kebijakan dan program yang untuk mempertahankan keberlangsungan
tepat agar masyarakat, pengguna dan kampung Wisata Labuan Bajo.
penerus keberadaan Kampung Wisata
Labuan Bajo nantinya akan teratur, terarah Pengembang/investor berperan
dan berkelanjutan. dalam melakaukan pembiayaan
pembangunan, penyediaan program, dan
Kemudian, peran yang memiliki pelaksanaan pemasaran Kampung Wisata
tingkat kepentingan perannya dalam Labuan Bajo. Pengembang/investor juga
pengembangan Kampung Wisata Labuan memiliki peran dalam penyediaan
Bajo setelah pemerintah adalah tenaga ahli lapangan pekerjaan bagi masyarakat
dan pengembang/investor. Perberdaan setempat. Secara otomatis, fenomena ini

82 | Jurnal Architecture Innovation


akan mendorong keberlangsungan Development. New York :
Kampung Wisata Labuan Bajo. International Institute for
Environment and Development
Sedangkan Masyarakat Umum,
(IIED).
community worker dan organisasi/lembaga
berperan dalam mendukung pemerintah,
tenaga ahli dan pengembang dalam Widyo, W ,W, (2004),Pembangunan
menjalankan program-program yang sudah Wilayah Permukimandengan
dan/ atau akan direncanakan. Pemberdayaan Masyarakat, studi
kasus : kawasan permukiman
Kalianak Surabaya. Diperoleh dari
6. REFERENSI
https://www.academia.edu diakses
Gruder, S. et all. (2007), Toward a pada 10 Desember 2013.
Sustainable Community : A Toolkit for
Local Government. SHWEC Pub. No.
625.SG.0701.

Indonesia. (1997). Undang Undang No. 23


Tahun 1997 . Tentang: Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Kementerian
Lingkungan Hidup Republik
Indonesia. Jakarta: Sekretarian Negara
Republik Indonesia.

Istianah, A. (2012), Pelaksanaan Upacara


Adat 1 Sura di Desa Traji Kecamatan
Parakan Kabupaten Temanggung
Jawa Tengah. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta,
Fakultas Ilmu Sosial, Pendidikan
Kewarganegaraan dan Hukum.

Moeis, S. (2008), ). Bahan Ajar :


Kelompok dalam Masyarakat.
Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan
Sosial, Jurusan Pendidikan Sejarah
Priasukmana, S., dan Mulyadin, R. M.,
(2001). Pembangunan Desa Wisata :
Pelaksanaan Undang-undang
Otonomi Daerah. Jurnal Info Sosial
Ekonomi Volume 2 No.(1), Tahun
2001 halaman 37 – 34.

Uphoff, N. Local Institutions and


Participation for Sustainable

Vol 1 | No. 1 | Maret 2017 | 83


84 | Jurnal Architecture Innovation

Anda mungkin juga menyukai