Anda di halaman 1dari 20

1.

Definisi
Pneumotoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru yang terjadi
sewaktu udara atau gas lain masuk ke ruang pleura yang mengelilingi paru
(Elizabeth, 2015). Penumotorak adalah penyakit yang diakibatkan adanya
udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price & Wilson, 2016).
Pneumothorak merupakan suatu keadaan terdapatnya udara di dalam rongga
paru pleura (Arif Mustaqqin, 2018). Pneumothorak adalah adanya udara dalam
rongga pleura. Akibatnya jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura
yang terisi oleh cairan (Kozier & Erb’s, 2019). Dari definisi tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa pneumothorak adalah keadaan adanya udara dalam
rongga pleura akibat robeknya pleura sehingga bisa mengakibatkan kolaps.

2. Etiologi
Penyebab dari pneumotoraks ini bisa dilihat dari beberapa jenis
pneumotoraks tadi mulai dari cedera tumpul tau cedera tajam, bisa juga akibat
penyakit paru dasar yang terjadi sebelumnya serta dapat pula diakibatkan
karena adanya luka yang disengaja untuk pemeriksaan diagnostik.

3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya pneumotorak dapat dibagi atas :
1. Penumotorak Traumatik
Pneumotorak traumatik yaitu pneumotrak yang terjadi akibat penetrasi
ke dalam rongga pleura karena luka tembus, luka tusuk, luka tembak atau
tusukan jarum. Pneumotorak traumatik dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Pneumotorak traumatik non iatrogenik


Peumotorak traumatik bukan latrogenik adalah penumotorak yang terjadi
karena jejas kecelakaan misalnya : jejas dada terbuka / tertutup,
barotrauma.
b. Pneumotorak trauma iatrogenik
Pneumotorak yang terjadi akibat tindakan medik seperti : trakeostomi,
intubasi endotrakea, kateterisasi vena sentralis, atau biopsi paru.
2. Pneumotorak spontan
Pneumotorak spontan adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu pneumotorak yang terjadi secara tiba-tiba dan tak
terduga atau tanpa penyakit paru-paru yang mendasarinya, pneumotorak
spontan ini dapat menjadi 2 yaitu :
a. Pneumotorak spontan primer
Pneumotorak spontan primer adalah suatu penumotorak yang terjadi
adanya penyakit paru yang mendasari sebelumnya umumnya pada
individu sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan aktivitas belum
diketahui penyebabnya. lebih sering pada laki-laki muda sehat
dibandingkan wanita, timbul akibat ruptur bulla kecil (1-2 cm) subpleural,
terutama di bagian puncak paru.
b. Pneumotorak spontan sekunder
Pneumotorak spontan sekunder adalah suatu penumotorak yang terjadi
adanya riwayat penyakit paru yang mendasarinya (pneumotorak, asma
bronkial, TB paru, tumor paru dll). Akan tetapi penyakit tersering yaitu
pada pasien bronchitis dan emfisema yang mengalami ruptur emfisema
subpleura atau bulla, adanya penyakit dasar lain seperti TB paru, asma
lanjut, pneumonia, abses paru atau ca paru Pada klien pneumotorak
spontan sekunder bilateral, dengan resetasi torakoskopi dijumpai metatasis
paru yang primernya berasal dari sarkoma jaringann lunak di luar paru.

Berdasarkan urutan peristiwa yang merupakan kelanjutan dari robekan


pleura, yaitu:
3. Pneumotorak terbuka
Pada pneumotorak tipe ini, terdapat gangguan pada dinding dada berupa
hubungan langsung antara ruang pleura dan lingkungan atau terbentuk
saluran terbuka yang dapat menyebabkan udara dapat keluar masuk
dengan bebas ke rongga pleura selama proses respirasi. Hal ini
dikarenakan tekanan di dalam rongga pleura sama dengan tekanan
atmosfir (Elizabeth, 2015).pada saat inspirasi tekanan menjadi negatif dan
ada waktu ekspirasi tekanan menjadi positif.

4. Pneumotorak tertutup
Pada pneumotorak tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas
terbuka pada dinding dada) sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar.
Tekanan didalam rongga pleura yang awalnya mungkin positif namun lambat
laun berubah menjadi negatif karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya.
Pada kondisi ini paru belum mengalami re-ekspansi sehingga masih ada
rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya sudah kembali negatif. Pada
waktu terjadinya gerakan pernafasan, tekanan udara di rongga pleura tetap
negatif.
5. Tension pneumotoraks
Tension pneumotoraks dapat terjadi apabila terdapat tekanan gerakan
udara satu arah dari paru ke ruang pleura melalui lubang kecil di struktur paru.
Pada keadaan ini, udara keluar dari paru dan masuk ke ruang pleura sewaktu
inspirasi. Akan tetapi, udara tersebut tidak dapat kembali ke paru pada waktu
ekspirasi karena lubang kecil kolaps sat paru mengempis. Kondisi ini
memmungkinkan udara masuk ke rongga pleura dari cabang trakeobronkus
yang rusak. Makin lama volume dan tekanan udara di dalam rongga pleura
makin tinggi akibat penumpukan udara di dalam rongga pleura (Elizabeth,
2015) dan akibatnya paru akan kolabs total (Price & Wilson, 2016).

4. Manifestasi Klinis
a. Dispnea (jika luas)
b. Nyeri pleuritik hebat
c. Trakea bergeser menajauhi sisi yang mengalami pneumotorak
d. Takikardia
e. Sianosis (jika luas)
f. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
g. Perkusi hipersonor diatas pneumotorak
h. Perkusi meredup di atas paru-paru yang kollaps
i. Suara napas berkurang pada sisi yang terkena
j. Premitus vokal dan raba berkurang

5. Patofisiologi
Pleura secara anatomis merupakan satu lapis mesoteral, ditunjung oleh
jaringan ikat,pembuluh-pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening,
rongga pleura dibatasi oleh 2 lapisan tipis sel mesotelial, terdiri atas pleura
parietalis yang melapisi otot-otot dinding dada, tulang dan kartilago,
diafragma dan menyusup kedalam pleura dan tidak sinsitif terhadap nyeri.
Rongga pleura individu sehat terisi cairan (8-10 ml) dan berfungsi sebagai
pelumas diantara kedua lapisan pleura.
Tekanan di dalam rongga pleura negatif selama siklus respirasi
berlangsung. Tekanan negatif tersebut disebabkan pengembangan dada.
Jaringan paru mempunyai kecenderungan menjadi kolaps karena sifat elastik
(elastic recoil). Bila ada kebocoran antara alveoli dengan rongga pleura, udara
akan berpindah dari alveoli ke dalam rongga pleura sampai terjadi tekanan
yang sama atau sampai kebocoran tertutup sehingga paru akan kolaps
(menguncup) karena sifat paru yang elastik. Hal yang sama terjadi bila
terdapat hubungan langsung (kebocoran) antara dinding dada dengan rongga
pleura. Pneumotoraks spontan primer (PSP) terjadi karena rupture blep
subpleura, biasanya terletak di apeks. Patogenesisnya belum jelas, diduga
disebabkan tekanan transpulmoner di apeks lebih besar daripada bagian
bawah paru. Penyebab lainnya karena kelainan kongenital, inflamasi bronkial
ataupun ruptur trakeobronkial. Hidrothorak dapat timbul dengan cepat setelah
terjadinya pneumothoraks pada kasus-kasus trauma/perdarahan intrapleura
atau perfosari esofagus (cairan lambung masuk kedalam rongga pleura).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Rontgen
- Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan bayangan radiolusen
yang tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern) dengan batas paru
berupa garis tipis yang berasal dari pleura visceral. Gambaran paru
yang kolaps kea rah hilus dengan radiolusen kesebelah perifer tampak
membesar saat posisi ekspirasi;
- Foto lateral dekubitus pada sisi yang sehat dapat membantu dalam
membedakan pneumotoraks dengan kista atau bulla. Pada
pneumotoraks udara bebas dalam rongga pleura lebih cenderung
berkumpul pada bagian atas sisi lateral;
- Jika pneumotoraks luas, akan menekan jaringan paru kearah hilus atau
paru menjadi kolaps di daerah hilus atau paru menjadi kolaps di daerah
hilus dan mendorong mediastinum kea rah kontralateral. Selain itu sela
iga menjadi lebih lebar. Udara dalam ruang pleura menjadi lebih
radiolusen dibandingkan paru-paru yang bersebelahan dengan
pneumotoraks tersebut.
b. Analisa Gas Darah
Memberikan gambaran terjadinya hipoksia atau tidak
c. EKG

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumototrak bergantung pada jenis pneumotorak yang
dialaminya, derajat kolaps,berat ringannya gejala, penyakit dasar, dan
penyulit yang terjadi saat melaksanakan pengobatan yang meliputi :

a. Tindakan dekompresi
Membuat hubungan antara rongga pleura dengan lingkungan luar dengan
cara:
Menusukkan jarum melalui dinding dada hingga ke rongga pleura,
dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah
menjadi negatif. Hal ini disebabkan karena udara keluar melalui jarum
tersebut. Cara lainnya adalah melakukan penusukan ke rongga pleura
memakai transfusion set.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil :
1) Penggunaan pipa wter Sealed drainage (WSD)
Pipa khusus (kateter thoraks) steril, dimasukkan ke rongga pleura
dengan perantara troakar atau dengan bantuan klem penjepit (pen)
pemasukan pipa plastic (kateter thoraks) dapat juga dilakukan melalui
celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit dari seala iga ke-4
pada garis klavikula tengah. Selanjutnya, ujung sealng plastik di dada
dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastic lainyya. Posisi
ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di bawah
permukaan air supaya gelembung udara dapat mudah keluar melalui
perbedaan tekanan tersebut.
2) Pengisapan kontinu (continous suction)
Pengisapan dilakukan secara kontinu apabila tekanan intrapleura
tetap positif. Pengisapan ini dilakukan dengan cara memberi tekanan
negatif sebesar 10-20 cmH2O. Tujuannya adalah agar paru cepat
mengaembang dan segera terjadi perlekatan antara pleura visceral
danpleura parietalis
3) Pencabutan drain
Apabila paru telah mengambang maksimal dan tekanan negatif
kembali, drain dapat dicabut. Sebelum dicabut, drain ditutup dengan
cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap
mengembang penuh, drain dapat dicabut.

c. Tindakan bedah
Pembedahan dinding thoraks dengn cara operasi, maka dapat dicari
lubang yang kmenyebabkan terjadinya pneumotorak, lalu lubang tersebut
di jahit. Pada pembedahan,jika dijumpai adanya penebalan pleura yang
menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka dapat dilakukan
pengelupasan atau dekortisasi. Pembedahan paru kembali dilakukan bila
ada bagian paru yang mengalami robekan atau bila ada fitsel dari paru
yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat
dipertahankan kembali
8. Komplikasi
a. Tension Pneumotoraks
Terjadi peningkatan progresif tekanan intrapleural yang menimbulkan
kolaps paru yang progresif dan diikuti pendorongan mediastinal dan
kompresi paru kkontralateral, biasanya kondisi kegawatan.
b. Pio-Pneumotorak
Pneumotoraks disertai empiema secara bersamaan pada satu sisi paru.
Infeksinya berasal dari mikroorganisme yang membentuk gas atau dari
robekan septik jaringan paru atau esophagus kearah rongga pleura
c. Hidro-Pneumotoraks
Merupakan pneumotoraks yang umumnya diisi pula dengan cairan,
dimana cairan ini biasanya bersifat serosa, serosanguine atau kemerahan.
9. Pathway

Pnemothoraks

P. Tertutup P. Tension P. Terbuka


Cedera tumpul ↓ ↓
↓ Kelanjutan dari P. Tertutup Trauma dada penetrasi
Rusuk yang trauma dada penetrasi ↓
fraktur menusuk ↓ Membuka ruang intra
Terputusnya dan merobek Udara memasuki ruang pleura kedalam tekanan
kontinuitas tulang mebran pleura pleura pada saat inspirasi atmosfer
dan jaringan ↓ dan tidak dapat keluar pada ↓
↓ Udara memasuki saat ekspirasi Udara terhisap kedalam
Neuroseptor membran pleura ↓ ruang intra pleural
mengeluarkan zat ↓ Akumulasi udara dalam ↓
kimia bradikinin Terjadi kolaps rongga dada Peningkatan tekanan
↓ pada alvelous ↓ intra pelural
Menurunnya Kompresi organ-organ ↓
ambang nyeri mediatinum Paru menjadi kolaps

Penurunan ekspansi paru

Nyeri Akut

Ketidakefektifan
Pola Nafas

Resiko Infeksi Intervensi WSD Mobilitas terbatas

Hambatan
Pasien dan keluarga mobilitas fisik
sering bertanya

Kurang menerima
informasi

Ansietas
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Identitas klien yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur ,
jenis kelamin, alamt rumah, agama tau kepercayaan, suku bangsa, bangsa
yang dipakai, status pendidikan, dan pekerjaan klien/ asuransi keseahtan.
Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada,
dan keluhan susah untuk melakukan pernapasan
b. Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama
semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat,
tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Selanjutnya
dikaji apakah ada riwayat trauma yang mengenai rongga dada seperti
peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang menyebabkan
peningkatan tekanan udara dan terjadi tekanan di dada yang mendadak
menyebabkan tekanan dalam paru meningkat, kecelakaan lalu lintas
biasanya menyebabkan trauma tumpul di dada atau tusukan benda tajam
langsung menembus pleura.
c. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti Tb
paru di mana sering terjadi pada pneumotorak spontan
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang mungkin menyebabkan pneumotorak seperti
kanker paru, dan lain-lain
e. Riwayat Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi perasaan klien terhadap penyakitnya,
bagaiman cara mengatasinya, serta bagaimana prilaku kien pada tindakan
yang dilakukan terhadap dirinya.
2. Pemeriksaan Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Dikaji apakah klien mengerti tentang penyakitnya dan bagaimana
pengambilan keputusan saat sakit.
b. Pola nutrisi metabolik
Pada pasien pneumotorak bisa mengalami penurunan nafsu makan karena
nyeri pada dada/nyeri telan.
c. Pola eliminasi
Kaji pola BAB atau BAK apakah ada perubahan atau tidak pada pasien
pneumotorak.
d. Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada pola aktivitas pasien dengan pneumotorak akan terganggu
karena nyeri.
e. Pola tidur dan istirahat
Pada pasien pneumotorak biasanya mengalami gangguan pola tidur akibat
sesak atau nyeri pada bagian dada.
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
Pada pasien pneumotorak biasanya tidak megalami kelainan (normal).
g. Pola persepsi dan konsep diri
Kaji adanya perasaan tidak berdaya dan putus asa, emosi labil dan
kesulitan untuk mengekspresikan.
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
Kaji apakah pasien dengan pneumotorak mengalami gangguan dalam
menjalankan perannya sehari-hari.
i. Reproduksi dan seksualitas
Kaji adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas atau
pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas.
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Adanya perasaan cemas, takut, tidak sabar ataupun marah, perasaan tidak
berdaya, putus asa, respon emosional klien terhadap status saat ini, mudah
tersinggung, mekanisme koping yang biasa digunakan dan orang yang
membantu dalam pemecahan masalah.
k. Sistem kepercayaan
Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu atau tidak.

3. Pengkajian Data Dasar (Dongoes, 2010)


a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Dispnea dengn aktivitas atau istirahat
b. Sirkulasi
Tanda :
1) Takikardi
2) Frekuensi TAK teratur/ disritmia
3) S3/S4 atau irama gallop (gagal jantung sekunder terhadap efusi)
4) Nadi apikal berpinah oleh adanya penyimpangan mediastinal dengan
tegangan pneumotorak)
5) Tanda hormon (bunyi renyah sehubungan dengan denyut
jantung,menunjukkan udara dalamm mediatinum)
6) TD : hipotensi atau hipertensi
c. Integritas EGO
Tanda : ketakutan,kegelisahan.
d. Maknanan atau cairan
Tanda : adanya pemasangan IV sena sentral atau infus tekanan
e. Nyeri atau kenyamanan
Gejala :
1) Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan,batuk
2) Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan pneumotorak
spontan, tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebabkan keleher, bahu, abdomen efusi pleura).
Tanda :
1) Berhati-hati pada area yang sakit
2) Perilaku distraksi
3) Mengkerutkan wajah
f. Pernapasan
Gejala :
1) Kesulitan bernafas
2) Batuk, riwayat bedah dada atau trauma, infeksi paru, Ca
3) Pneumotorak sebelumnya, ruptur episematus bulla spontan, bleb sub
pleural
Tanda :
1) Pernapasan, peningkatan frekuensi (takipnea)
2) Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesoris pernapasan pada
dada leher, retraksi iterkostal, ekspirasi abdominal kuat
3) Bunyi napas menurun atau tidak ada
4) Premitus menurun (sisi yang terlibat)
5) Perkusi pada ; Hipersonan di atas area bersih udara
6) Observasi dan palpasi dada; gerakan dada tidak sama (pardoksik) bila
trauma atau kempes, penurunan pengembangan torak
7) Kulit ;pucat, cianosis, berkeringat, krepitas sub kutan
8) Mental ; ansietas, gelisah, bingung,pengsan
g. Keamanan
Gejala :
1) Adanya trauma dada
2) Radiasi atau kemoterapi untuk keganasan

4. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen Biologis
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
No. Diagnosa Keperawatan NOC

1 Ketidakefektifan pola nafas Definisi: Inspirasi dari/ atau eksirasi yang tidak Status Pernafasan
memberi ventilasi adekuat.
- Frekuensi pernafasan dalam batas normal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Irama pernafasan baik/normal
selama 1x 2 jam. Diharapkan masalah dapat - Kedalaman inspirasi ringan dari kisaran normal
teratasi dengan kriteria : - Suara auskultasi nafas normal
- Kepatenan jalan nafas baik
- Kapasitas vital dalam batas normal
- Saturasi oksigen baik
- Tidak ada Penggunaan otot bantu nafas
- Tidak ada Gangguan ekspirasi
- Tidak ada Pernafasan cuping hidung
- Tidak ada Dispneau saat istirahat ataupun
beraktivitas
- Tidak ada Gangguan kesadaran
2 Nyeri Akut Definisi :Pengalaman sensori dan emosional Kontrol Nyeri
tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan aktual ataupun potensial - Menggunakan tindakan pengurangan nyeri
atau yang digambarkan sebagai kerusakan tanpa analgesic
(Internasional Assosiation fot the Study of - Menggunakan analgesik yang di
Pain; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari rekomendasikan
intensitas ringan hingga berat dengan akhir - Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri
yang dapat di antisipasi atau diprediksi. pada profesional Kesehatan

Tingkat nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x 2 jam. Diharapkan masalah dapat - Nyeri yang dilaporkan berkurang
teratasi dengan kriteria : - Ekspresi nyeri pada wajah tidak ada
- bisa beristirahat
- tidak ada Ketegangan otot
3 Risiko Infesksi Definisi : Rentan mengalami invasi dan Keparahan Infeksi
multiplikasi organisme patogenik yang dapat
mengganggu Kesehatan. - Kemerahan tidak ada
- Demam tidak ada
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Ketidakstabilan shuhu tidak ada
selama 1x 2 jam. Diharapkan masalah dapat - Cairan (luka) yang berbau busuk tidak ada
teratasi dengan kriteria :
INTERVENSI

No Intervensi rasional
.
1 Monitor pernafasan Untuk memastikan kepatenan jalan nafas dan kecukupan pertukaran
1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan gas
kesulitas bernafas
2. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot bantu nafas, dan retraksi
pada otot supraclaviculas dan interkosta
3. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok
atau mengi
4. Monior pola nafas (misalnya, bradipneau,
tarkineau, hiperventilasi, ernafasan kusmaul,
pernafasan 1:1, apneustik, respirasi biot, dan
pola ataxic)
5. Monitor saturasioksigen pada pasien yang
tersedia sesuai dengan protokol yang ada
6. Palasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Catat lokasi trakea
8. Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi
penurunan atau tidak adanya ventilasi dan
keberadaan suara nafas tambahan
9. Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk
kegiatan yang meningkatkan atau memperburuk
sesak nafas tersebut

2 Manajemen nyeri - Membantupasien untuk mengenal nyeri dan mengurangi


1. Lakukan pengkajian yang komprehensif yang nyerinya dalam bentuk nonfamakologis maupun farmakologis.
meliputi lokasi, karakteristik, onsert/durasi, - Memanipulasilingkunganpasienuntukmendapatkankenyamanan
yang optimal
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya dan
faktor pencetus.
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan terutama pada
merek yang tidak dapat berkomunikasi secara
efektif
3. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien
dilakukan dengan pemamtauan yang ketat
4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
mengenai nyeri
5. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup pasien (misalnya: tidur,
nafsu makan, performa kerja, perasaaan,
pengertian, hubungan, tanggung jawab peran)
6. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan dan antisipasi akan ketidaknyamanan
akibat prosedur.
7. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
8. Ajarkan teknik non farmakologis
9. Berikan penurun nyeri yang optimal dengan
resepan analgesik dari dokter.
Manajemen lingkungan: kenyamanan

1. Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam


mengelola lingkungan dan kenyamanan yang
optimal.
2. Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan
waktu untuk beristirahat
3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
mendukung
4. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
5. Pertimbangkan sumber-sumber
ketidaknyamanan, seperti balutan lembab,
posisi selang, balutan yang tertekan, seprei
kusut, maupun lingkungan yang menggangggu.
6. Posisikan pasien untuk memfasilitasi
kenyamanan

3 Resiko Infeksi Pencegahan dan deteksi dini pada pasien berisiko

Kontrol Infeksi
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Batasi jumlah pengunjung, yang sesuai.
4. Hindari kontak dekat dengan hewan peliharaan
dan penjamu dengan imunitas yang
membahayakan.
5. Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area
edema
6. Periksa kulit dan selaput lender untuk adanya
kemerahan, kehangatan ekstrim, atau drainase.
7. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup.
8. Anjurkan asupan cairan yang tepat.
Anjurkan istirahat.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: buku saku. Jakata : EGC.


Kozier & Erb, et al. 2009. Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis Edisi : 5.
Jakarta: EGC
Muntaqqin, Arif.2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.Jakarta: Salemba Medika
Nanda. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Nurjannah, I (ed). 2015. Nursing Intervention Clasification (NIC) edisi bahasa


Indonsia. Elsevier.
Nurjannah, I (ed). 2015. Nursing Outcome Clasification (NOC) edisi bahasa
Indonsia. Elsevier.

Price, S. A., Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi, Konsep Klinis dan Proses-Proses


Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai