Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE DI RUANG MELATI 1 RSUD RA KARTINI JEPARA


Disusun guna memenuhi tugas program profesi ners
Stase Keperawatan Anak

Disusun oleh:
Sukma Dewi
62019040059

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DIARE

A. PENGERTIAN
Diare adalah buang air besar tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Hasan, 2013).
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau buang air
besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya (Vivan, 2010).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume keenceran, serta
frekuensinya lebih dari 3 kali sehari (Hidayat, 2010).
B. ETIOLOGI
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
 Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan
anak. Di samping itu bisa terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
 Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
 Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang
terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
(Menurut Hidayat, 2008)
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Suratmaja (2010), tanda dan gejala diare yaitu BAB lebih dari 3 kali,
dengan konsistensi lembek, ada/tanpa darah. Gejala awal diare adalah anak gelisah,
menjadi cengeng, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare. Hal tersebut dapat
menyebabkan dehidrasi, karena banyak kehilangan air dan elektrolit. Gejala muntah
dapat timbul sebelum dan sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung
turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila
pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit akhirnya tampak dehidrasi yaitu
berat badan turun, turgor kulit menurun, mata dan ubun–ubun cekung, selaput lendir
dan mulut ikut kering. Bila dehirasi berat maka volume darah akan berkurang dengan
demikian nadi akan cepat dan kecil, denyur jantung cepat, tekanan darah menurun,
kasadaran menurun yang akhirnya terjadi syok .
D. PATHOFISIOLOGI
Menurut Vivan (2010), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari
gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan
sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja,
sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis
metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan
toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi
permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi
cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk
mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada
sindrom malabsorbsi. Peningkatan motilitas intestinal dapat mengakibatkan
gangguan absorbsi intestinal.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam yaitu:
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri kambuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah

E. PATHWAYS
faktor infeksi F malabsorbsi F makanan
KH,Lemak,Protein psikolo
g
Masuk dan ber meningkat Tek toksin tak dapat
kembang dlm osmotik diserap cemas
usus

Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus
Menurunnya kesempatan
usus menyerap makanan

DIARE

inflamasi pada Frek. BAB meningkat distensi abdomen


mukosa usus

Kehilangan cairan & elekt


Merangsang sel-sel berlebihan
endotel hipotalamus Mual dan muntah

Kekurangan Volume Cairan


Mengeluarkan
asam arakidonat
nafsu makan

Memicu pengeluaran BB menurun


prostaglandin

Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari
Memacu kerja Kebutuhan Tubuh
thermostat Hipertermi
hipotalamus suhu >
37,5oC
(Vivan 2010)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Widjaja (2010), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
pasien diare adalah:
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet cilinictest
bila terdapat toleransi glukosa.
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan
PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas
darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan)
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektronik terutama kadar natrium, kalium dan fosfat dalam
serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuatitatif, terutama pada penderita diare kronik.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Hidayat (2010) :
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang
cepat dan akurat, yaitu:
a. Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila
dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat
diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul
Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare
akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi
dengan segala akibatnya.
b. Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus
sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Derajat dehidrasi
ringan, sedang, berat dapat dinilai dengan Skor Mourice King.
Menilai tingkat dehidrasi ringan sedang berat dengan menggunakan
Skor Maurice King, sebagai berikut :
Keterangan:
 Nilai 0-2 : dehidrasi ringan
 Nilai 3-6 : dehidrasi sedang
 Nilai 7-12: dehidrasi berat

2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan :
a. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh.
b. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak
yang berantai sedang atau tak jenuh.
3. Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:
a. Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
b. Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
c. Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan
dengan pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Hidayat, 2010)
Adapun hal-hal yang dikaji meliputi :
a. Identitas Klien
a) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor medical record.
b) Identitas klien
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku dan gaya hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Bab cair lebih dari 3x.
2) Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan BAB
cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat
bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin
didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat,
volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.
3) Riwayat Keperawatan Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, dll.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga
tentang penyakit klien dan lain-lain.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah, kesadaran turun
2) Pengukuran tanda vital meliputi : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan
suhu tubuh.
3) Keadaan sistem tubuh
a) Mata : cekung, kering, sangat cekung
b) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan tidak bisa minum
c) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt
karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
d) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
e) istem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik,
suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.
f) Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam).

5) DIAGNOSAKEPERAWATAN.
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output yang berlebihan.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
6) INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujun dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


Keperawatan (NOC)
1 Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan.
cairan berhubungan 3x24 jam diharapkan - Pertahankan intake dan
dengan kehilangan pasien tidak kekurangan output yang akurat
volume cairan cairan. - Monitor status hidrasi dan
NOC : Status nutrisi intake kelembapan membran
makanan dan minuman. mukosa.
Kriteria Hasil: - Monitor masukan makanan
a. Mempertahankan - Kolaborasi obat dengan
urine output sesuai dokter.
dengan usia BB (urine - Monitor berat badan.
normal).
b. Tekanan darah nadi
suhu dalam batas
normal.
c. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi (skala
dehidrasi 5) tidak ada
keluhan, elastisitas
turgor kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan.
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
nutrisi dari kebutuhan
keperawatan 3x24 jam - Kaji adanya alergi makanan
tubuh berhubungan
dengan output yang diharapkan nutrisi pasien - Kolaborasi dengan ahli gizi
berlebihan
terpenuhi. untuk menentukan jumlah
NOC : Status nutrisi intake kalori dan nutrisi yang
makanan dan cairan. dibutuhkan pasien.
Kriteria Hasil: - Monitor jumlah nutrisi
a. Adanya peningkatan kandungan kalori.
berat badan sesuai - Berikan informasi tentang
dengan tujuan. kebutuhan nutrisi.
b.Berat badan ideal sesuai - Kaji kemampuan pasien
dengan tinggi badan. untuk mendapatkan nutrisi
c. Mampu menidentifikasi yang di butuhkan.
kebutuhan nutrisi.
d.Tidak ada tanda-tanda
mal nutrisi.
3 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Pengaturan suhu
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam - Monitor suhu minimal tiap 2
proses penyakit diharapkan mengalami jam
keseimbangan - Monitor suhu basal secara
termoregulasi. kontinyu sesui dengan
NOC : Termogulasi kebutuhan.
kriteria hasil : - Monitor TD, Nadi, dan RR
a. Suhu tubuh dalam - Monitor warna dan suhu kulit
rentang normal 35,9 C – - Monitor tanda- tanda
37,5 hipertermi
b. Nadi dan RR dalam - Berikan obat antipiretik
rentang normal sesuai dengan kebutuhan
c. Tidak ada perubahan - Lepasakan pakaian yang
warna kulit berlebihan dan tutupi pasien
d. Tidak ada pusing dengan hanya selembar
pakaian.  

DAFTAR PUSTAKA
Hasan, R. (2013). Buku kuliah : Ilmu kesehatan anak I. jakarta: ilmu
kesehatan anak .
Hidayat, A. (2010). pengantar ilmu keperawatan anak. jakarta: salemba
medika.
NANDA. (2018). definisi dan klasifikasi 2018-2020. jakarta: EGC.
Suraatmaja. (2010). gastroenterologi anak. jakarta: sugung seto.
vivan. (2010). Asuhan neonatus bayi dan anak balita. jakarta: salemba
medika.
Widjaja. (2010). Kesehatan Anak : mengatasi diare dan keracunan pada
balita. jakarta: kawan pustaka.

Anda mungkin juga menyukai