Website: https://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/jika/
Email: jurnal.aisyah@stikesaisyah.ac.id
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 62
Suzanna
dalam hidup seseorang dalam masa penitian merupakan sesuatu yang sulit dihindari
karir/pekerjaan/sumber penghasilan yang (Stuart, 2005), seperti kehilangan harta,
tetap. Masa ini juga adalah masa dimana kesehatan, orang yang dicintai, dan
kematangan emosi memegang peranan kesempatan. Kehilangan juga
penting. Seseorang yang ada pada masa ini, mempengaruhi proses psikologis atau
harus bisa menempatkan dirinya pada kejiwaan, hal ini dikarenakan kehilangan
situasi yang berbeda; problem rumah memiliki tahapan proses kehilangan yaitu
tangga, masalah pekerjaan, pengasuhan penyangkalan, marah, penawaran, depresi,
anak, hidup berkeluarga, menjadi warga dan penerimaan. Setiap individu akan
masyarakat, pemimpin, suami/istri melalui setiap tahapan tersebut, tetapi cepat
membutuhkan kestabilan emosi yang baik. atau lamanya sesorang melalui bergantung
pada koping individu dan sistem dukungan
Usia lanjut (later maturity) merupakan
sosial yang tersedia, bahkan ada stagnasi
masa dimana mereka berada pada usia lima
pada satu fase marah atau depresi. Jika
puluh tahun lebih dan mulai menyesuaikan
individu tetap berada di satu tahap dalam
diri dengan penurunan kekuatan fisik dan
waktu yang sangat lama bahkan bertahun-
kesehatan, menyesuaikan diri dengan
tahun dan tidak mencapai tahap
situasi pensiun dan penghasilan yang
penerimaan, disitulah awal terjadinya
semakin berkurang, menyesuaikan diri
gangguan jiwa. Suatu saat apabila terjadi
dengan keadaan kehilangan pasangan,
kehilangan kembali, maka akan sulit bagi
membangun hubungan baik dengan sesama
individu untuk mencapai tahap penerimaan
usia lanjut dan pada akhirnya kesiapan
dan kemungkinan akan menjadi sebuah
menghadapi kematian.
proses yang disfungsional (Yusuf, 2015).
Kematian dan kehilangan merupakan
Peristiwa kematian diawali dengan
bagian yang tidak terlepas dari kehidupan
bereavement, yaitu suatu kehilangan karena
manusia. Kematian merupakan fakta hidup,
kematian seseorang yang dirasakan dekat
setiap manusia di dunia ini pasti akan mati.
dengan yang sedang berduka dan proses
Kematian tidak hanya dialami oleh kaum
penyesuaian diri kepada kehilangan
usia lanjut, tapi juga oleh orang-orang yang
(Papalia, 2008). Seseorang yang mengalami
masih muda, anak-anak bahkan bayi.
bereavement wajar apabila ia mengalami
Seseorang dapat meningal karena sakit, usia
grief. Menurut Papalia (2008) grief adalah
lanjut, kecelakaan, dan sebagainya. Hal ini
respon emosional yang dialami pada fase
sejalan dengan firman Allah dalam Al-
awal berduka. Menurut Yuliawati dalam
Qur’an “Dimana saja kamu berada,
(Adina, 2013) sebagian besar remaja yang
kematian akan mendapatkan kamu,
mengalami ketiadaan ayah pada usia 11
kendatipun kamu di dalam benteng yang
tahun sampai dengan 15 tahun (usia remaja)
tinggi dan kokoh” (An-nisa: 4:78). Jika
justru mengalami masalah emosi (merasa
seseorang meninggal dunia, peristiwa
kesepian, merasa kesedihan, serta merasa
kematian tersebut tidak hanya melibatkan
kurang diperhatikan). Peristiwa kematian
dirinya sendiri namun juga melibatkan
bagi remaja akan lebih buruk lagi jika
orang lain, yaitu orang-orang yang
peristiwa kematian secara tiba-tiba atau
ditinggalkannya, kematian dapat
mendadak dan tak terpikirkan oleh mereka.
menimbulkan penderitaan bagi orang-orang
Peristiwa kematian mendadak atau tidak
yang mencintai orang yang meninggal
diharapkan akan benar-benar mengejutkan
tersebut (Turner & Helms, 1995 dalam
bagi orang yang ditinggalkan, karena
Hurlock, 2007).
mereka tidak memiliki kesempatan untuk
Kehilangan adalah suatu keadaan individu menyiapkan diri secara psikologis untuk
mengalami kehilangan sesuatu yang menghadapi kehilangan karena kematian
sebelumnya ada dan dimiliki. Kehilangan orang yang dekat dengan dirinya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh adalah kemarahan, kesepian dan kerinduan,
Suprihatin (2013) bahwa grief yang muncul sedangkan pada tahap recovery reaksi yang
dapat dilihat dalam proses perkembangan muncul adalah kehidupan subjek sudah
grief yang dilalui oleh subjek yaitu pada kembali normal. Adapun faktor yang
tahap inisial respon reaksi yang muncul menyebabkan grief yang dialami yaitu
adalah shock, kehilangan, kecemasan, dan hubungan subjek dengan almarhum,
kekhawatiran. Pada tahap intermediate kepribadian, usia, jenis kelamin orang yang
reaksi yang muncul adalah kemarahan, ditinggalkan, proses kematian, dukungan
kesepian dan kerinduan, sedangkan pada dari orang-orang terdekat dan posisi subjek
tahap recovery reaksi yang muncul adalah dalam keluarga. Faktor penyebab yaitu
kehidupan subjek sudah kembali normal. kelekatan semakin subjek memiliki ikatan
yang kuat dengan almarhum, waktu yang
Para remaja berduka proses berduka yang
dibutuhkan untuk melalui grief akan
terjadi lebih sama dengan orang dewasa,
semakin lama.
namun karena pada tingkat pertumbuhan ini
para remaja sering merasakan emosi Penelitian Cahyasari (2008) menjelaskan
cenderung fluktuatif sebagai akibat dari bahwa Grief dengan reaksi berduka yang
stresnya. Remaja bisa merasakan dampak muncul yaitu: ekspresi fisik, kognittif,
yang sangat besar akibat kesedihan yang afektif dan tingkah laku yang dirasakan
mereka rasakan setelah putus hubungan, oleh informan. Dengan adanya penolakan,
perpisahan orangtua atau kematian tangisan kekecewaan, kemarahan, rasa
seseorang yang dekat dengan mereka. kehilangan, tidak mau untuk berinteraksi
Mereka bisa menutup diri, tertekan dan social lalu pada fase akhir mulai bisa
mudah marah. menerima keadaan. Adapun faktor yang
menyebabkan grief yang dialami subjek
Dalam hal ini diperlukan hubungan yang
yaitu hubungan individu dengan almarhum,
baik dengan sesama anggota keluarga yang
proses kematian, jenis kelamin orang yang
lain untuk membantu menyelesaikan
ditnggalkan, latar belakang keluarga,
masalah sehingga tidak terjadi kondisi
support system.
depresi pada remaja. Sarwono (2016).
bahwa makna kematian orang tua bagi
Berdasarkan penelitian Nurhidayati (2014)
remaja adalah kehilangan. Adapun
yang menjelaskan pengalaman dari
kehilangan yang dirasakan oleh remaja
kematian orang tua melalui wawancara
meliputi kehilangan sosok pemberi
makna kematian orang tua adalah
perhatian dan kasih sayang, kehilangan
kehilangan. Adapun temanya adalah
model, kehilangan sumber rasa aman, dan
kehilangan yang dirasakan oleh remaja
kehilangan teman berbagi. Remaja
meliputi kehilangan perhatian dan kasih
mengungkapkan perasaan kehilangannya
sayang, kehilangan figur yang dapat
dengan menangis, merasa sedih, melakukan
dijadikan sebagai panutan, kehilangan
penolakan, dan menyesal. gur pengganti
perlindungan, serta kehilangan teman
yang dapat berfungsi mengisi
berbagi, kehilangan keutuhan keluarga serta
kehilangan arah. Penelitian dilakukan oleh Felicia (2016) ini
difokuskan pada bagaimana remaja
Hal yang senada dalam penelitian
mengatasi sosial dengan berduka. Usia dan
Suprihatin (2013) yang menguraikan bahwa
jenis kelamin tidak membuat perbedaan
Grief atau proses berduka dilalui oleh
yang signifikan dalam pilihan remaja dari
informan yaitu pada tahap inisial respon
strategi coping. Hasil penelitian
reaksi yang muncul adalah shock,
menunjukkan bahwa para remaja
kehilangan, kecemasan, dan kekhawatiran.
mengadopsi strategi untuk mengatasi
Pada tahap intermediate reaksi yang muncul
kehilangan orang tua secara sosial.
Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS)
di Klinik Voluntary Counseling Test (VCT)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 64
Suzanna
Sebagian remaja menghabiskan banyak karena tidak ada lagi orang yang
waktu interaktif di sekolah, kelompok merawatnya.
drama, klub sepak bola, tim bola basket dan Kondisi panti asuhan dengan jumlah
dukungan kelompok penyuluhan sehingga pengasuh yang tidak sebanding dengan
rasa berduka dapat teralihkan. remaja di panti asuhan dapat mejadi salah
Remaja berada dalam masa peralihan dari satu faktor resiko. Remaja dipanti asuhan
kanak-kanak kemasa dewasa Menurut menjadi kurang mendapat perhatian, kasih
Marmi (2015) Dalam masa peralihan itu sayang atau bimbingan dari pengasuh
pula remaja sedang mencari identitasnya. secara mendalam. Dengan sedikit
Dalam proses perkembangan yang serba bimbingan, remaja harus mengatur hidup
sulit dan masa-masa membingungkan sendiri. Pengalaman di panti akan
dirinya, remaja membutuhkan pengertian berpengaruh terhadap konsep diri dan
dan bantuan dari orang yang dicintai dan kepribadian remaja yang tinggal disana.
dekat dengannya terutama orang tuanya. Selain jumlah pengasuh yang tidak
Sebab dalam masa yang kritis seseorang sebanding, panti asuhan sering dianggap
kehilangan pegangan yang memadai dan sebagai lembaga yang hanya menampung
pedoman hidupnya (Hurlock, dalam Adina dan memenuhi kebutuhan fisik saja
2013). Tetapi pada kenyataanya tidak sehingga kebutuhan lain seperti kebutuhan
semua remaja tinggal bersama orang tua, emosional tidak terpenuhi dengan baik.
seperti halnya remaja yang tinggal di panti Remaja dengan kehilangan orang tua
asuhan, mereka hanya mendapatkan diasumsikan memiliki masalah psikologis
lingkungan teman sebaya yang mereka yang lebih banyak jika dibandingkan
anggap sebagai tempat berbagi dan dengan remaja pada umumnya yang tinggal
pengasuh menggantikan peran orang tua dirumah, masih memiliki orang tua utuh
hanya memberikan perhatian juga dan keluarga yang dipenuhi kehangatan.
membimbing secara terbatas. Menurut Potter dan Perry (2005)
Pada remaja yang tidak memiliki orang tua kehilangan adalah suatu situasi actual
tekanan-tekanan yang dialami akan maupun potensial yang dapat dialami
semakin banyak terkait dengan tidak individu ketika berpisah dengan sesuatu
adanya orang tua sebagai sumber kasih yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
sayang, perlindungan dan dukungan. keseluruhan atau perubahan dalam hidup.
Ketiadaan orang tua merupakan kondisi Bentuk kehilangan antara lain kehilangan
yang sangat kompleks bagi remaja. obyek eksternal, kehilangan lingkungan
Margaret (Hurlock, 2007) melaporkan yang familiar, kehilangan seseorang yang
bahwa selain pemenuhan kebutuhan sangat berarti dan kehilangan kehidupan.
fisiologis, anak membutuhkan kasih sayang Seorang individu yang mengalami
bagi perkembangan psikis yang sehat. kehilangan akan menunjukkan reaksi
Diketahui juga bahwa remaja dapat emosional yang berupa reaksi berduka.
bertahan dengan baik dari situasi yang Reaksi emosional ini terjadi selama masa
menekan bila remaja mempunyai hubungan kehilangan dan dipengaruhi oleh
yang dekat dan penuh kasih sayang dengan kebudayaan atau kebiasaan individu yang
orang tua terutama ibu. Dalam kondisi dapat diwujudkan dalam berbagai cara yang
yatim atau yatim piatu, hubungan yang unik pada masing-masing orang
penuh kasih sayang dengan orang tua tidak dipengaruhi pada pengalaman pribadi,
lagi dirasakan oleh remaja, dengan kondisi ekspektasi budaya dan keyakinan spiritual
ini mereka harus tinggal di tempat selain yang dianutnya; reaksi emosional tersebut
rumah seperti yayasan atau panti asuhan dialami anak jalanan yang kehilangan orang
tua. Respon kehilangan pada remaja
tentunya akan berbeda pada situasi remaja individu tidak akan merasakan hal yang
tinggal dalam satu rumah dengan yang sama tentang kehilangan. Sebagian individu
tinggal tidak satu rumah seperti panti akan merasa kehilangan hal yang biasa
asuhan. dalam hidupnya dan dapat menerimanya
dengan sabar. Individu yang tidak mampu
Data dari Kemensos (2013) didapatkan
menerima kehilangan orang yang disayang
bahwa 8.000 panti asuhan yang mengelola
dalam hidupnya akan merasa sendiri dan
1,5 juta anak. Data Badan Pusat Statistik
berada dalam keterpurukan.
Sumsel (2014) terdapat 139 panti asuhan
yang terdiri 133 swasta dan 6 pemerintah Berdasarkan penjelasan di atas dapat
dengan 4504 jumlah anak asuh serta diketahui bahwa makna kehilangan orang
didapatkan alasan masuk bahwa kondisi tua bagi remaja berbeda dan dapat
orang tua baik ibu atau ayah yang telah berlangsung lama bahkan bertahun-tahun.
meninggal dunia. Panti asuhan merupakan Kehilangan yang dialami remaja tidak
lembaga untuk membentuk perkembangan, boleh dibiarkan berlarut-larut karena dapat
keterampilan serta kasih sayang bagi anak mengganggu kejiwaan remaja seperti stress
yang tidak memiliki keluarga serta tidak bahkan depresi sehingga tidak dapat
tinggal bersama keluarga. Salah satu panti melakukan tugas perkembangannya,
asuhan yang terdapat di Sumsel yaitu Panti terutama perkembangan emosional dan
Sosial Bina Remaja yang menerima anak sosial mereka sehingga sedikit memiliki
asuhan dengan latar belakang putus andil dalam setiap perilaku mereka. Oleh
sekolah, kehilangan orang tua dan anggota karena itu, peneliti tertarik melakukan
keluarga. penelitian mengenai “Studi Fenomenologi
Makna Kehilangan Orang Tua Bagi Remaja
Berdasarkan studi pendahuluan yang
di Panti Sosial Bina Remaja Indralaya
dilakukan peneliti di Panti Sosial Bina
Sumatera Selatan.
Remaja Sumatera Selatan dari 50 remaja
yang tinggal di panti, terdapat 15 remaja
dengan kehilangan orang tuanya akibat METODE
kematian. Kehilangan orang tua yang Penelitian menggunakan rancangan
dialami remaja penghuni panti tersebut penelitian kualitatif dengan pendekatan
disebabkan kematian karena sakit parah, fenomenologi yaitu: penelitian yang
usia lanjut, kecelakaan, dan sebagainya. menggunakan pendekatan naturalistik untuk
Adapun petikan wawancara “Dulu, saya mencari dan menemukan pengertian atau
memiliki sosok untuk mencurahkan isi hati pemahaman tentang fenomena mengenai
saya ketika saya sedih maupun ketika saya apa yang dialami oleh subjek penelitian
bahagia. Tapi, setelah ibu tiada saya tidak dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
bisa lagi bercerita kepada ibu. Terkadang kata dan bahasa dalam suatu latar yang
saya merasa sangat sedih dan merasa berkonteks khusus dan alamiah (Maleong,
kalau saya sendiri” (W.01.Hmd). “Saya 2010). Adapun jumlah informan yang telah
sangat sedih kadang menangis ketika mengalami saturasi data sebanyak 6
selesai sholat, sedih kalau teringat ayah informan. Penelitian ini dilakukan pada 10
dulu, sedih banget apalagi saya tidak bisa – 28 April 2017 di Panti Sosial Bina
menemani waktu diakhir Remaja Sumatera Selatan Indralaya KM 33
kamatiannya”(W.02. Nrml). Ogan Ilir.
Dalam penelitian Nurhidayati (2014) Pengumpulan data dalam penelitian
menguraikan bahwa kehilangan orang yang dilakukan dengan wawancara mendalam
dicintai diidentifikasi sebagai suatu (indepth interview) dan catatan lapangan
kehilangan yang sangat mendalam. Rasa (field notes). Teknik wawancara mendalam
kehilangan bersifat individual, karena setiap
Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS)
di Klinik Voluntary Counseling Test (VCT)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 66
Suzanna
mau sendiri, karna pasti aku teringat sama Berduka juga mengacu pada proses
orang tua kandung saya”.(menundukan mengalami dukacita. Mourn-ing, tampilan
kepala”. (P2) luar dukacita adalah suatu cara
mengintegrasikan kehilangan dan dukacita
Menagis, ya sedih, marah terlalu marah,
kedalam hidup individu yang berduka
cumo ngrasa dak mau sekolah, nunggu
(Varcolanis dan Marrone dalam Videbeck,
dulu, menenangkan dulu 1 tahun”.(P3)
2001). Hasil penelitian ini senada dengan
“Masih nangis tulah, sedih sebener nya pendapat Papalia (2008) grief adalah respon
dalem rumah keluar duduk, merenung emosional yang dialami pada fase awal
nanges”. (P3) berduka. Seseorang yang mengalami
”Rasanya tuh sakit, ya kita kan di tinggal bereavement wajar apabila ia mengalami
dari kecil, butuh lah bagaimana peran grief (berduka).
seorang ayah di kehidupan itu bagaiman, Menurut Schulz (dalam Yusuf 2014) fase
Sakit nian rasanya selama enam bulan awal seseorang menunjukkan reaksi syok,
rasanya, pedih ”(P5) tidak yakin, tidak percaya, perasaan dingin,
“Sedih, sedih nian”. (menangis) (P5) perasaan kebal, dan bingung. Perasaan
tersebut berlangsung selama beberapa hari,
“Iya sedih, sedih perasaannya sedih, kemudian individu kembali pada perasaan
ngerasa kayak ada yang hilang..selama 3 berduka berlebihan. Selanjutnya, individu
bulan”(P6) merasakan konflik dan
Hasil penelitian terkait dengan kesedihan mengekspresikannya dengan menangis dan
mendalam diidentifikasi sebagai suatu ketakutan. Fase ini akan berlangsung
kehilangan yang sangat mendalam. Bagi selama beberapa minggu.
seorang remaja baik putra maupun putri Jika individu tetap berada di satu tahap
pasti memiliki perasaan kehilangan, tetapi dalam waktu yang sangat lama bahkan
dalam meluapkan dan mengekspresikan bertahun-tahun dan tidak mencapai tahap
perasaannya berbeda, untuk remaja putra penerimaan, disitulah awal terjadinya
biasanya memiliki perasaan kehilangan gangguan jiwa. Suatu saat apabila terjadi
yang cenderung sulit untuk diungkapkan, kehilangan kembali, maka akan sulit bagi
lebih pada menahan dan memendam individu untuk mencapai tahap penerimaan
perasaannya tersebut sedangkan untuk dan kemungkinan akan menjadi sebuah
remaja putri cenderung lebih memiliki proses yang disfungsional (Yusuf, 2015).
perasaan yang sensitif dan lebih peka, lebih
menunjukkan kesedihan dan rasa Hasil penelitian ini senada juga dengan
kehilangannya. pendapat Yusuf (2014) bahwa kehilangan
memiliki dua fase yaitu fase akut yang
Bersedih adalah reaksi terhadap kehilangan, berlangsung selama 4 sampai 8 minggu dan
yaitu respons emosional normal dan fase jangka panjang yang berlangsung
merupakan suatu proses untuk memecahkan selama satu sampai dua tahun atau lebih.
masalah. Seorang individu harus diberikan
kesempatan untuk menemukan koping yang Hasil penelitian ini didukung oleh
efektif dalam melalui proses berduka, Suprihatin (2013) dengan kondiri Grief atau
sehingga mampu menerima kenyataan berduka atas kehilangan dari seseorang
kehilangan yang menyebabkan berduka dan yang kita kenal terlebih kita cintai, akan
merupakan bagian dari proses kehidupan berpengaruh terhadap kehidupan
(Yusuf, 2015). selanjutnya. Apa lagi jika kehilangan sosok
orang tua, maka akan ada masa dimana kita
Dukacita mengacu pada emosi yang meratapi kepergian mereka dan merasakan
subjektif dan afek yang merupakan respons kesedian yang mendalam. Hal yang sama
normal terhadap pengalaman kehilangan.
Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS)
di Klinik Voluntary Counseling Test (VCT)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 68
Suzanna
Berdasarkan hasil penelitian yang dan bimbingan serta bantuan dari orang
dilakukan peneliti, didapatkan tema yang yang dicintai dan dekat dengannya terutama
ketiga yaitu Kehilangan Sosok Pemimpin orang tuanya. Karena orang tua adalah
dengan 3 kategorinya adalah ibu bapak orang yang dekat dan mengerti akan anak-
sebagai sosok pemberi role model, sebagai anaknya, hangatnya sebuah keluarga akan
sosok pemberi nasehat dan penyemangat, membuat kedekatan yang terjalin antara
dan bapak sebagai sosok pembimbing. Pada anak dan orang tua, dan kedekatan itu akan
kategori yang pertama yaitu bapak sebagai membuat anak menjadi merasa aman dan
sosok pemberi role model. Pada penelitian nyaman, ketika seorang remaja dihadapkan
ini remaja mengungkapkan ahwa bapak pada suatu peristiwa yang tidak diinginkan
adalah sebagai sosok pemberi role model dalam hidupnya pasti akan merasa berat
atau contoh yang dapat ditiru oleh anak- untuk menerimanya, seperti peristiwa
anaknya. kehilangan yang memisahkan hubungan
antara orang tua dan anak, peristiwa
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan
tersebut sulit untuk diterima oleh siapapun
penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati
karena tidak ada satu orang pun yang akan
pada tahun 2014 yang berjudul Makna
benar-benar siap ketika harus kehilangan
Kematian Orang Tua Bagi Remaja
orang yang dicintainya.
Menggunakan Studi Fenomenologi Pada
Remaja Pasca Kematian Orang Tua, dari
hasil wawancara keseluruhan terhadap Tema 3 : Kasih Sayang yang berkurang
sepuluh orang subjek, mengungkap kan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa makna kematian orang tua adalah tema yang ketiga yaitu Kasih sayang yang
kehilangan yang salah satunya adalah berkurang. Pada kategori yang pertama
kehilangan figur yang dapat dijadikan yaitu kasih sayang seorang ibu, partisipan 1
sebagai panutan (role model). mengungkapkan bahwa perhatian dan kasih
sayang yang dulu didapatkan oleh
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan
partisipan tidak biasa ia dapatkan lagi
penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati
setelah kehilangan ibu. Partisipan 1 terlihat
pada yahun 2014 yang berjudul Makna
sangat kehilangan ibu sebagai sosok
Kematian Orang Tua Bagi Remaja
pemberi perhatian dan kasih sayang , ia
Menggunakan Studi Fenomenologi Pada
selalu menundukan kepala dan
Remaja Pasca Kematian Orang Tua, dari
menyatakannya dengan suara berat seperti
hasil wawancara keseluruhan terhadap
hendak menangis. Sedangkan partisipan 4
sepuluh orang subjek, mengungkap kan
mengungkapkan bahwa ia masih terkenang
bahwa makna kematian orang tua adalah
kasih sayang seorang ibu yang pernah
kehilangan yang salah satunya adalah
partisipan 4 rasakan. Kategori yang kedua
kehilangan arah atau pembimbing.
yaitu Bapak sebagai sosok pemberi
Berdasarkan hasil penelitian dan teori di perhatian dan kasih sayang, 2 dari 6
atas, peneliti beramsumsi bahwa kehilangan partisipan mengungkapkan bahwa sangat
sosok pemimpin merupakan kehilangan kehilangan kasih sayang seorang bapak Hal
sosok yang dapat dijadikan panutan, arahan, tersebut terungkap pada pernyataan berikut:
motivasi dan pembimbing bagi remaja.
“iyah..kalu Ibu tuh dengan saya perhatian
Remaja berada dalam masa peralihan dari
kalau sekarang ya Bapak ya… perhatian
kanak-kanak kemasa dewasa. Dalam masa
cuman kurang tidak seperti Ibu
peralihan, remaja sedang mencari
perhatiannya’’. (menundukan
identitasnya, dalam proses perkembangan
kepala,suaranya berat) (P1)
yang serba sulit dan masa-masa
membingungkan dirinya, remaja “ ya sejak ibu saya meninggal, kasih
membutuhkan panutan, arahan, motivasi sayang orang tua berkurang dan
Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS)
di Klinik Voluntary Counseling Test (VCT)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 70
Suzanna
nyaman dan aman serta dukungan dari mengatakan bahwa partisipan tidak ada
orang tua. Pada remaja yang tidak memiliki teman mencurahkan isi hati. Hal itu
orang tua tekanan-tekanan yang dialami terungkap seperti pada pernyataan berikut:
akan semakin banyak terkait dengan tidak ”Ya gimana yah.. sedih ngak bisa kumpul
adanya orang tua sebagai sumber kasih bareng, biasanya orang tua kalau ada
sayang, perlindungan dan dukungan. masalah bisa memecahkan, kalau orang tua
Ketiadaan orang tua merupakan kondisi ngak ada ya..susah”.(selalu menundukan
yang sangat kompleks bagi remaja. Seperti kepala) (P1)
halnya remaja yang tinggal di panti asuhan,
mereka hanya mendapatkan lingkungan “Sering curhat sama ibu sekarang ngak
teman dan pengasuh menggantikan peran bisa lagi” (P2)
orang tua hanya memberikan perhatian juga ”Susah tidak ada tempat berbagi masalah’.
membimbing secara terbatas. (matanya memerah) (P4)
Dengan sedikit bimbingan, remaja remaja “Aku nggak ada teman curhat aku
harus mengatur hidup sendiri. Pengalaman- ngadepin sendirian” (sedikit lantang) (P3)
pengalaman di panti akan berpengaruh
terhadap konsep diri dan kepribadian “ sedih tidak ada lagi tempat berbagi
remaja yang tinggal disana. Selain jumlah masalah yang berat” (P5)
pengasuh yang tidak sebanding, panti Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
asuhan sering dianggap sebagai lembaga tema yang kelima yaitu Kehilangan
yang hanya menampung dan memenuhi Kehilangan teman berbagi dengan
kebutuhan fisik saja sehingga kebutuhan kategorinya adalah Ibu sebagai teman
lain seperti kebutuhan emosional tidak memecahkan masalah dan Bapak sebagai
terpenuhi dengan baik. Remaja dengan teman bercerita dan berbagi. Pada kategori
kehilangan orang tua diasumsikan memiliki yang pertama yaitu Ibu sebagai teman
masalah psikologis yang lebih banyak jika memecahkan masalah, remaja
dibandingkan dengan remaja pada mengungkapkan bahwa sosok seorang ibu
umumnya yang tinggal dirumah, masih sangat dibutuhkan untuk berbagi dan
memiliki orang tua utuh dan keluarga yang menyelesaikan masalah, remaja juga
dipenuhi kehangatan mengatakan bahwa kesulitan untuk
menyelesaikan masalah kehidupannya jika
Tema 4: Tiada lagi tempat berbagi tidak ada ibu.
Dari hasil wawancara mendalam Kategori selanjutnya pada tema 4 yaitu
didapatkan tema yang kelima yaitu kategori yang kedua adalah Bapak sebagai
Kehilangan Tempat Berbagi dengan 2 teman mencurahkan isi hati, remaja
kategorinya adalah Ibu sebagai tempat mengatakan bahwa ia tidak menceritakan
tempat memecahkan masalah dan Bapak kehidupan keluarga kepada orang lain dan
sebagai tempat tempat bercerita dan menghadapi masalahnya sendirian.
berbagi. 2 dari 6 partisipan mengatakan
bahwa ia sangat sedih kehilangan ibunya Hasil penelitian diatas senada dengan
karena jika partisipan mendapatkan pendapat Sarwono (2016) yang menyatakan
masalah hidupnya orang tua bisa partisipan bahwa hubungan dengan orang tua yang
4 matanya merah seperti hendak menangisi. pada masa remaja ini sangat dibutuhkan
Kategori selanjutnya pada tema 4 yaitu anak, jika terganggu dan dihadapkan
kategori yang kedua adalah Bapak sebagai dengan masalah atau harus diselesaikan
tempat tempat bercerita dan berbagi, bersama orang tua, menyebabkan remaja
berbeda dengan partisipan di atas, yang bersangkutan merasa seakan-akan
partisipan 2 dengan sedikit lantang tidak ada lagi jalan keluar.
Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS)
di Klinik Voluntary Counseling Test (VCT)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 72
Suzanna
“Di luar sana kawan-kawan masih pola asuh seperti ibu yang terlalu
mempunyai orang tua yang lengkap melindungi atau sebaliknya.
sedangkan neli nggak”.(P4) Hasil penelitian di atas juga sejalan dengan
Kategori yang ketiga adalah kondisi penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati
keluarga yang tidak lengkap. Seperti pada pada tahun 2014 yang berjudul Makna
partisipan 6, ia menundukan kepala, Kematian Orang Tua Bagi Remaja
menarik napas dan menyatakan bahwa Menggunakan Studi Fenomenologi Pada
kesedihannya melihat orang lain masih Remaja Pasca Kematian Orang Tua, dari
memiliki kesempatan bersama orang tua hasil wawancara keseluruhan terhadap
yang lengkap, berbeda dengan kondisi yang sepuluh orang subjek, mengungkap kan
partisipan 6 rasakan sekarang. Hal tersebut bahwa makna kematian orang tua adalah
terungkap pada pernyataan berikut: kehilangan, salah satunya adalah
kehilangan keutuhan keluarga.
“Mereka masih punya orang tua, bisa
minta maaf sama orang tua,ya masih Berdasarkan hasil penelitian dan teori di
lengkaplah kedua orang tuanya, bisa buka atas, peneliti beramsumsi bahwa kehilangan
puasa bareng-bareng, kalau kayak ginikan keutuhan keluarga merupakan kenyataan
cuman ibu dan ibu ngak seseru ayah dulu yang sulit diterima oleh remaja, karena jika
bedalah waktu ayah ada atau ngak tetap remaja mengalami hal tersebut maka remaja
beda”.(menarik napas, menundukan akan merasa kurang mendapatkan
kepala) (P6) perhatian, kasih sayang, kebersamaan dan
perlindungan serta teman berbagi. Karena
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
semuanya akan remaja dapatkan jika
tema yang keenam yaitu Kondisi keluarga
memiliki keluarga dan orang tua yang utuh
yang tidak lagi utuh, hal ini dikarenakan
dan pedulinya.
adanya orang tua yang tidak lagi lengkap
bersama dengan remaja. Keluarga merupakan lembaga sosial yang
paling awal dikenal dan dekat dengan anak,
Hasil penelitian ini senada dengan pendapat
maka peranannya dalam pendidikan dan
Margaret (dalam Hurlock, 2007)
proses pembentukan pribadi tampak
melaporkan bahwa selain pemenuhan
dominan. Tumbuh dan berkembangnya
kebutuhan fisiologis, anak membutuhkan
aspek manusia baik fisik, psikis atau
kasih sayang bagi perkembangan psikis
mental, sosial dan spiritual, yang akan
yang sehat. Diketahui juga bahwa remaja
menentukan bagi keberhasilan bagi
dapat bertahan dengan baik dari situasi
kehidupannya, sangat ditentukan oleh
yang menekan bila remaja mempunyai
lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga
hubungan yang dekat dan penuh kasih
yang kondusif sangat menentukan
sayang dengan orang tua terutama ibu.
optimalisasi perkembangan pribadi, moral,
Dalam kondisi yatim atau yatim piatu,
kemampuan bersosialisasi, penyesuaian
hubungan yang intim dengan orang tua
diri, kecerdasan, kreativitas juga
tidak lagi diperoleh, dengan kondisi ini
peningkatan kapasitas diri menuju batas-
mereka harus tinggal di tempat selain
batas kebaikan dan kesempurnaan dalam
rumah seperti yayasan atau panti asuhan
ukuran kemanusiaan. Pada dasarnya
karena tidak ada lagi orang yang
manusia itu mempunyai potensi yang
merawatnya.
positif untuk berkembang tetapi apakah
Hasil penelitian ini sependapat dengan potensi itu akan teraktualisasikan atau tidak
Glading (2002) yang mengungkapkan sangat ditentukan oleh pendidikan dalam
bahwa salah satu ciri keluarga yang keluarga.
disfungsional adalah ketidakseimbangan
Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS)
di Klinik Voluntary Counseling Test (VCT)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 74
Suzanna
Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS)
di Klinik Voluntary Counseling Test (VCT)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), Juni 2018, – 76
Suzanna