Absen: 05
Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhir buku besar baik untuk akun neraca
maupun rugi laba, tetapi penekanan utama adalah pada neraca. Pengujian detail saldo akun
yang direncanakan harus cukup memadai untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit dengan
memuaskan. Metodologo perancangan pengujian detail saldo ini meliputi tahap-tahap sebagai
berikut:
Menetapkan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko
bawaan suatu akun
Setelah estimasi awal mengenai materialitas untuk audit secara keseluruhan dan
mengalokasikan totalnya ke saldo akun telah diputuskan oleh auditor, salah saji yang
dapat ditoleransi ditentukan untuk masing-masing saldo yang signifikan. Salah saji yang
ditoleransi makin rendah akan menyebabkan pengujian terinci atas saldo makin besar.
Risiko audit yang dapat diterima biasanya diputuskan untuk audit secara keseluruhan,
daripada berdasarkan siklus. Pengecualian adalah kalau auditor yakin bahwa yakni
bahwa salah saji pada perkiraan tertentu seperti piutang lebih berpengaruh negative
terhadap pemakai daripada salah saji yang sama dalam perkitraan lain.
Risiko bawaan ditetapkan dengan mengidentifikasi semua aspek histories, lingkungan
atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah saji dalam
laporan keuangan tahun berjalan.
Menetapkan risiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi
Pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian dan dengan demikian
mengurangi bahan bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif atas transaksi dan
pengujian teinci atas saldo. Pengendalian yang tidak memadai meningkatkan bahan
bukti substantif yang dibutuhkan.
Merancang pengujian pengendalian, transaksi dan prosedur analitis untuk suatu siklus
akuntansi
Pengujian dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh. Hasil yang
diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.
Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit
Pengujian terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, besar sampel,
pos/unsur yang dipilih dan saat pengujian.
2. Dalam pelaksanaan audit terdapat prosedur audit yang lebif efektif bila menggunakan bukti
dari luar, sebutkan audit tersebut dengan alasannya.
Jawab:
Bukti konfirmasi merupakan salah satu proses untuk memperoleh dan menilai suati
komunikasi langsung dari pihak ketiga atas jawaban permintaan informasi tentang unsur
tertentu. Hal ini mungkin sangat tinggi reliabilitasnya karena berisikan informasi dari pihak
ketiga langsung baik tulis maupun lisan. Dalam konfirmasi sendiri ada yang memiliki nilai
positif seperti halnya persetujuan, konfirmasi negatif atau mereka yang menyatakan
ketidaksetujuannya terhadap informasi yang telah ditanyakan. Lalu terakhir adalah blank
confirmation, dimana konfirmasi yang respondenya diminta untuk memberikan informasi lain
atau jawaban atas suatu hal yang sedang ditanyakan.
3. Mengapa proses audit substantive tidak memeriksa seluruh bukti (sampling), apa kriteria atau
pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan besarnya sampel ?
Jawab:
Sampling audit sebagai penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% nilai
ketidakyakinan dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi, dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Sampling audit dapat
diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian, maupun pengujian substantif.
Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching,
tracing, dan konfirmasi. Sampling audit jika diterapkan dengan semestinya akan dapat
menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan
lapangan yang ketiga.
Teknik sampling dapat di lakukan dengan dua cara yaitu:
a. Metode Statistik
Metode ini disebut pula dengan istilah metode pemilihan secara acak (random sampel), yaitu
suatu cara pemilihan sampel yang sedemikian rupa sehingga setiap unsur di dalam populasi
mempunyai kemungkinan yang tidak sama untuk dipilih menjadi sampel. Metode ini dapat
dilakukan dengan menggunakan tabel angka acak (random numbers table), secara sistematik
atau dengan menggunakan program komputer. Tujuan pertama biasanya dihunakan untuk
sampling penemuan, tujuan kedua biasanya unyuk penerimaan. Metode sampling statistik
diantaranya ada sampling atribut, sampling penemuan, dan sampling penerimaaan.
Tahapan-tahapannya:
• Tentukan populasi dan unit sampling
• Menentukan ukuran sampel dari model secara eksplisit untuk mengakui faktor yang relevan
• Memilih sampel acak yang representatif
• Terapkan prosedur audit
• Mengevaluasi hasil statistik dan pertimbangan yang dilakukan
• Dokumen kesimpulan
Untuk sampling mata uang banyak digunakan pada pengujian subtantif khususnya untuk
populasi yang heterofen. Pada sampling mata uang yang dianggap sebagai populasi adalah
nilai uang dari data. Langkahnya adalah menyusun rencana audit, menetapkan unit sampel,
memilih sampel, menguji sample, mengestimasi keadaan populasi, dan membuat simpulan
hasil audit.
b. Metode non-statistik
Metode pemilihan sampel non-statistik adalah suatu cara pemilihan sampel yang didasarkan
pada pertimbangan pribadi auditor, misalnya akan memeriksa seluruh pos persediaan yang
mempunyai saldo Rp. 1.000.000 atau lebih. Metode ini paling banyak digunakan di dalam
audit meskipun oleh auditor yang mengetahui cara-cara statistik. Hal ini disebabkan karena
mudah atau pun karena metode pemilihan sampel secara statistik tidak dapat diterapkan, tidak
memungkinkan atau terlalu mahal apabila digunakan.
Tahapan-tahapannya:
• Tentukan populasi dan Unit Sampling
• Tentukan pertimbangan implisit untuk mengakui faktor yang relevan
• Memilih sampel acak yang representatif
• Terapkan prosedur audit
• Mengevaluasi hasil pertimbangan yang dilakukan
• Dokumen kesimpulan
Sampling non statistik sendiri tidak terikat dengan formula khusus dan baku. Semua tahap
dilakukan berdasarkan judgement, sehingga sangat tidak konsisten. Untuk menghindari
inkonsistensi tersebut, para praktisi mengembangkan sampling ini dengan menambahkan
unsur matematis didalamnya yang mana kemudian dikenal dengan “sampling non statistik
formal”
Langkahnya adalah:
1. Menyusun rencana audit
2. Menetapkan jumlah unit sample
3. Memilih sampel
4. Menguji dan memperkirakan keadaan populasi
5. Simpulan Hasil Audit
4. Kenapa auditor melakukan audit setelah tanggal neraca?
Jawab:
Dalam penyelesaian proses audit, auditor harus memperhatikan peristiwa yang terjadi setelah
tanggal neraca sampai tanggal penerbitan laporan auditor. Hal ini bertujuan untuk mencari
bukti tambahan mengenai suatu transaksi dan bahkan auditor dapat menemukan bukti baru
yang sebelumnya tidak dapat ditemukan. Karena terdapat kemungkinan terjadi peristiwa
penting selama tanggal audit atau tanggal sesudah tanggal neraca. Secara termonologis,
“subsequent event” adalah peristiwa / transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi
sebelum diterbitkan nya laporan audit, yang mempunyai akibat yang material terhadap laporan
keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian / pengungkapan dalam laporan tersebut.
Kebutuhan akan pemahaman yang memadai mengharuskan auditor untuk memeriksa setiap
kejadian yang terjadi kepada perusahaan auditee. Menurut Pernyataan Standar Auditing (PSA)
No. 46 terdapat dua jenis subsequent event yang dapat ditemukan dalam suatu proses audit,
yaitu :
a. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada
pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses
penyusunan laporan keuangan. (Memerlukan penyesuaian)
b. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang
tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca.
(Memerlukan pengungkapan)
5. Jelaskan dengan singkat opini going concern dalam audit.
Jawab:
Opini Audit Going Concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan
apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Para pemakai laporan
keuangan merasa bahwa pengeluaran opini audit going concern ini sebagai prediksi
kebangkrutan perusahaan.
Opini audit going concern merupakan audit report dengan modifikasi mengenai going concern
mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat
bertahan dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi
yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran utang, dan kebutuhan likuiditas di
masa yang akan datang