Anda di halaman 1dari 7

Nama: Quita Amelia Budiana

Absen: 05

AUDIT AND ASURAN

1. Terdapat pengujian-pengujian dalam audit, sebutkan dan jelaskan hubungannya antar


pengujian secara berurutan.
Jawab:
- Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern
Tahap audit ini auditor harus memusatkan perhatian pada design dan operasional aspek-
aspek struktur pengendalan intern. Pengetahuan yang diperoleh adalah seluas yang
diperlukan agar dapat merencanakan audit dengan efektif. Prosedur audit yang
berhubungan dengan pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern adalah:
- Pengendalian auditor pada periode sebelumnya terhadap satuan usaha
- Tanya jawab dengan pegawai perusahaan
- Pemeriksaan pedoman kebijakandalian pada tingn dan sistem
- Pemeriksaan atas dokumen dan catatan
- Pengamatan aaktifitas dan operasi satuan usaha.
- Pengujian atas pengendalian (Test of Control)
Meliputi prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk menentukan aktivitas kebijakan
dan prosedur pengendalian yang diterapkan pada perusahaan klien. Pengujian atas
pengendalian dilakukan terhadap kebijakan dn prosedur pengendalian yang diharapkan
dapat mencegah atau mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan. Pemahaman
struktur pengendalian intern yang diperoleh auditor digunakan dalam penetapan sisiko atas
pengendalian. Jika diyakini bahwa kebijakan dan prosedur pengendalian itu dirancang
dengan efektif, kemudian dijalankan dengan efisien maka auditor dapat menetapkan risiko
pengendalian pada tingkat yang mencerminkan evaluasi tersebut, dapat pada tingkat
rendah, sedang atau tinggi, yang didukung oleh bahan bukti yang diperoleh.
Bila risiko pengendalian (control risk) ditrntukan dibaawah maksimum, auditor harus
melakukan pengujian atas pengendalian (test of control) untuk memperoleh bukti yang
mendukung risiko pengendalian tersebut. Prosedur untuk memperoleh bahan bukti
tersebut adalah pengujian atas pengendalian (test of control).
Dengan pengujian atas pengendalian (Test of control) tujuan akan menjadi lebih khusus
dan akan lebih ekstensif. Dua jenis bahan bukti yaitu tanya jawab dan pengendalian intern,
pengujian atas pengendalian akan meneruskan prosedur audit yang telah ada dalam
pemahaman pengendalian intern., atau sebagai tindak lanjut dar i prosedur audit atas
pemahaman pengendalian intern. Pengujian atas pengendalian diarahkan kepada
efektivitas design dan operasi pengendalian entitas, yang mencakup jenis bahan bukti:
- Tanya jawab dengan pegawai (Inquiring)
Pertanyaan yang diajukan pada karyawan dilakukan berkaitan dengan evaluasi atas
kinerja tugas. Auditor dapat menentukan pengendalian akses atas aktiva, dokumen, dan
catatan akuntansi klien melalui pengajuan pertanyaan pada karyawan.
- Pemeriksaan dokumen dan catatan (Inspecting)
Pengendalian yang meninggalkan jejak bukti dapat dilakukan prosedur audit melalui
inspeksi oleh audit. Auditor melakukan inspeksi terhadap dokumen, catatan, dan
laporan untuk memastikan bahwa dokumen, catatan, dan laporan tersebut lengkap,
dibandingkan dengan dokumen lain secara tepat., dan diotorisasi sebagaimana
mestinya.
- Pengamatan aktivitas yang berhubungan dengan pengendalian (Observing)
Observasi dapat dilakukan auditor terutama pada pengendalian yang tidak
menghasilkan jejak bukti. Contohnya adalah pemisahan tugas yang membutuhkan
beberapa orang tertentu untuk melaksanakan suatu tugas.
- Pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap prosedur (Reperforming)
Beberapa kegiatan pengendalian yang meninggalkan jejak bukti berupa dokumen,
catatan, dan laporan tetapi isinya kurang mencukupi dalam menilai kegiatan
pengendalian tersebut dapat dilakukan reperforming. Prosedur reperforming
cenderung merupakan pengujian untuk menilai akurasi mekanis kegiatan
pengendalian.
- Pengajuan substantive atas transaksi (substantive test)
Pengujian substantive meliputi prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi
monetary errors atau salah saji yang secara langsung berpengaruh terhadap kewajaran
saldo-saldo laporan keuangan.
Jenis pengujian substantive:
- Pengujian atas transaksi
Pengujian atas transaksi (substantive test of transaction) meliputi prosedur-prosedur
audit untuk menguji kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukanyya pengujian
atas transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah otorisasi
dengan pantas, dicatat, dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke
buku besar
Jika auditor percaya bahwa transaksi percaya bahwa transaksi dicatat dengan benar
dalam jurnal dan diposting dengan benar, maka auditor akan percaya bahwa total buku
besar adalah benar.
Pengujian detail transaksi ini dilakukan untuk menentukan
 Ketetapan otorisasi transaksi akuntansi
 Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal
 Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan buku
pembantu.
Baik prosedur yang dijalankan maupun risiko pengendalian yang direncanakan akan
mempengaruhi program audit pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi:
 Melaksanakan prosedur untuk memahami struktur pengendalian intern
 Menetapkan risiko pengendalian
 Mengevaluasi biaya dan manfaat dari pengujian substantif atas transaksi untuk
memenuhi tujuan audit berkait transaksi.
Prosedur audit pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas
pengendalian maupun pengujian substantive atas transaksi dan bercariasi tergantung
kepada rencana risiko pengendalian yang ditetapkan.
Pada pengujian detail transaksi, auditor mengarahkan pengujiannya untuk memperoleh temuan
mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter. Auditor tidak mengarahkan pengujian
detail transaksi untuk memperoleh temuan tentang penyimpangan kebijakan dan prosedur
pengendalian.
Pengujian ini pada umumnya lebih banyak menyita waktu dibanding prosedur analitis, oleh
karenanya pengujian ini lebih banyak membutuhkan biaya daripada prosedur analitis.
d. Prosedur analitis
Prosedur analitis telah dibahas pada bab sebelumnya, mencakup perbandingan jumlah yang
dicatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis yang sering
dilakukan auditor adalah perhitungan rasio untuk membandingkan dengan rasio tahun lalu dan
data lain yang berhubungan.
Tujuan penggunaan prosedur analitis:
 Memahami bidang usaha klien
 Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup entitas
 Indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
 Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci.
Dalam situasi tertentu, prosedur analitis dipandang cukup efektif dan efisien, terutama untuk
akun-akun yang tidak material dan/atau bila risko deteksi tinggi.
Efektivitas dan efisiensi prosedur analitis dalam mendeteksi kemungkinan tejadi salah saji
material, tergantung pada faktor:
 Sifat asersi
 Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
 Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan
 Ketepatan harapan
Prosedur analitis dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda;
 Tahap perencanaan untuk membantu auditir menentukan bahan bukti lain yang diperlukan
untuk memenuhi risiko audit yang di inginkan (diisyaratkan)
 Selama pelaksanaan audit bersama-sama dengan pengujian atas transaki dan pengujian
terinci atas saldo (bebaas pilih)
 Mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir (diisyaratkan)
e. Pengujian terinci atas saldo (test of details of balances)

Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhir buku besar baik untuk akun neraca
maupun rugi laba, tetapi penekanan utama adalah pada neraca. Pengujian detail saldo akun
yang direncanakan harus cukup memadai untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit dengan
memuaskan. Metodologo perancangan pengujian detail saldo ini meliputi tahap-tahap sebagai
berikut:
 Menetapkan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko
bawaan suatu akun
 Setelah estimasi awal mengenai materialitas untuk audit secara keseluruhan dan
mengalokasikan totalnya ke saldo akun telah diputuskan oleh auditor, salah saji yang
dapat ditoleransi ditentukan untuk masing-masing saldo yang signifikan. Salah saji yang
ditoleransi makin rendah akan menyebabkan pengujian terinci atas saldo makin besar.
 Risiko audit yang dapat diterima biasanya diputuskan untuk audit secara keseluruhan,
daripada berdasarkan siklus. Pengecualian adalah kalau auditor yakin bahwa yakni
bahwa salah saji pada perkiraan tertentu seperti piutang lebih berpengaruh negative
terhadap pemakai daripada salah saji yang sama dalam perkitraan lain.
 Risiko bawaan ditetapkan dengan mengidentifikasi semua aspek histories, lingkungan
atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah saji dalam
laporan keuangan tahun berjalan.
 Menetapkan risiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi
 Pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian dan dengan demikian
mengurangi bahan bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif atas transaksi dan
pengujian teinci atas saldo. Pengendalian yang tidak memadai meningkatkan bahan
bukti substantif yang dibutuhkan.
 Merancang pengujian pengendalian, transaksi dan prosedur analitis untuk suatu siklus
akuntansi
 Pengujian dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh. Hasil yang
diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.
 Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit
 Pengujian terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, besar sampel,
pos/unsur yang dipilih dan saat pengujian.
2. Dalam pelaksanaan audit terdapat prosedur audit yang lebif efektif bila menggunakan bukti
dari luar, sebutkan audit tersebut dengan alasannya.
Jawab:
Bukti konfirmasi merupakan salah satu proses untuk memperoleh dan menilai suati
komunikasi langsung dari pihak ketiga atas jawaban permintaan informasi tentang unsur
tertentu. Hal ini mungkin sangat tinggi reliabilitasnya karena berisikan informasi dari pihak
ketiga langsung baik tulis maupun lisan. Dalam konfirmasi sendiri ada yang memiliki nilai
positif seperti halnya persetujuan, konfirmasi negatif atau mereka yang menyatakan
ketidaksetujuannya terhadap informasi yang telah ditanyakan. Lalu terakhir adalah blank
confirmation, dimana konfirmasi yang respondenya diminta untuk memberikan informasi lain
atau jawaban atas suatu hal yang sedang ditanyakan.
3. Mengapa proses audit substantive tidak memeriksa seluruh bukti (sampling), apa kriteria atau
pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan besarnya sampel ?
Jawab:
Sampling audit sebagai penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% nilai
ketidakyakinan dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi, dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Sampling audit dapat
diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian, maupun pengujian substantif.
Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching,
tracing, dan konfirmasi. Sampling audit jika diterapkan dengan semestinya akan dapat
menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan
lapangan yang ketiga.
Teknik sampling dapat di lakukan dengan dua cara yaitu:
a. Metode Statistik
Metode ini disebut pula dengan istilah metode pemilihan secara acak (random sampel), yaitu
suatu cara pemilihan sampel yang sedemikian rupa sehingga setiap unsur di dalam populasi
mempunyai kemungkinan yang tidak sama untuk dipilih menjadi sampel. Metode ini dapat
dilakukan dengan menggunakan tabel angka acak (random numbers table), secara sistematik
atau dengan menggunakan program komputer. Tujuan pertama biasanya dihunakan untuk
sampling penemuan, tujuan kedua biasanya unyuk penerimaan. Metode sampling statistik
diantaranya ada sampling atribut, sampling penemuan, dan sampling penerimaaan.
Tahapan-tahapannya:
• Tentukan populasi dan unit sampling
• Menentukan ukuran sampel dari model secara eksplisit untuk mengakui faktor yang relevan
• Memilih sampel acak yang representatif
• Terapkan prosedur audit
• Mengevaluasi hasil statistik dan pertimbangan yang dilakukan
• Dokumen kesimpulan

Untuk sampling mata uang banyak digunakan pada pengujian subtantif khususnya untuk
populasi yang heterofen. Pada sampling mata uang yang dianggap sebagai populasi adalah
nilai uang dari data. Langkahnya adalah menyusun rencana audit, menetapkan unit sampel,
memilih sampel, menguji sample, mengestimasi keadaan populasi, dan membuat simpulan
hasil audit.

b. Metode non-statistik
Metode pemilihan sampel non-statistik adalah suatu cara pemilihan sampel yang didasarkan
pada pertimbangan pribadi auditor, misalnya akan memeriksa seluruh pos persediaan yang
mempunyai saldo Rp. 1.000.000 atau lebih. Metode ini paling banyak digunakan di dalam
audit meskipun oleh auditor yang mengetahui cara-cara statistik. Hal ini disebabkan karena
mudah atau pun karena metode pemilihan sampel secara statistik tidak dapat diterapkan, tidak
memungkinkan atau terlalu mahal apabila digunakan.
Tahapan-tahapannya:
• Tentukan populasi dan Unit Sampling
• Tentukan pertimbangan implisit untuk mengakui faktor yang relevan
• Memilih sampel acak yang representatif
• Terapkan prosedur audit
• Mengevaluasi hasil pertimbangan yang dilakukan
• Dokumen kesimpulan
Sampling non statistik sendiri tidak terikat dengan formula khusus dan baku. Semua tahap
dilakukan berdasarkan judgement, sehingga sangat tidak konsisten. Untuk menghindari
inkonsistensi tersebut, para praktisi mengembangkan sampling ini dengan menambahkan
unsur matematis didalamnya yang mana kemudian dikenal dengan “sampling non statistik
formal”
Langkahnya adalah:
1. Menyusun rencana audit
2. Menetapkan jumlah unit sample
3. Memilih sampel
4. Menguji dan memperkirakan keadaan populasi
5. Simpulan Hasil Audit
4. Kenapa auditor melakukan audit setelah tanggal neraca?
Jawab:
Dalam penyelesaian proses audit, auditor harus memperhatikan peristiwa yang terjadi setelah
tanggal neraca sampai tanggal penerbitan laporan auditor. Hal ini bertujuan untuk mencari
bukti tambahan mengenai suatu transaksi dan bahkan auditor dapat menemukan bukti baru
yang sebelumnya tidak dapat ditemukan. Karena terdapat kemungkinan terjadi peristiwa
penting selama tanggal audit atau tanggal sesudah tanggal neraca. Secara termonologis,
“subsequent event” adalah peristiwa / transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi
sebelum diterbitkan nya laporan audit, yang mempunyai akibat yang material terhadap laporan
keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian / pengungkapan dalam laporan tersebut.
Kebutuhan akan pemahaman yang memadai mengharuskan auditor untuk memeriksa setiap
kejadian yang terjadi kepada perusahaan auditee. Menurut Pernyataan Standar Auditing (PSA)
No. 46 terdapat dua jenis subsequent event yang dapat ditemukan dalam suatu proses audit,
yaitu :
a. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada
pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses
penyusunan laporan keuangan. (Memerlukan penyesuaian)
b. Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang
tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca.
(Memerlukan pengungkapan)
5. Jelaskan dengan singkat opini going concern dalam audit.
Jawab:
Opini Audit Going Concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan
apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Para pemakai laporan
keuangan merasa bahwa pengeluaran opini audit going concern ini sebagai prediksi
kebangkrutan perusahaan.
Opini audit going concern merupakan audit report dengan modifikasi mengenai going concern
mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat
bertahan dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi
yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran utang, dan kebutuhan likuiditas di
masa yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai